Anda di halaman 1dari 5

DEFINIS GLOBALISASI

Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara


saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas
negara.

Kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad
Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Ada berbagai
pandangan mengenai pengertian globalisasi, diantaranya ada yang memandang globalisasi
sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa
seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,
ekonomi, dan budaya masyarakat.

Globalisasi Perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan


perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang
semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian
mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang, dan
jasa.

GLOBALISASI ISU MEA (MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)

Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia bersama-sama dengan sembilan negara yang lain
sepakat untuk membentuk kerjasama yang dikenal dengan Masyarakat Ekonomu ASEAN atau
MEA. MEA beranggotakan Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia,
Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Komitmen MEA adalah mewujudkan masyarakat
ASEAN menjadi “satu Visi, satu Identitas, satu Komunitas.”

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara
yang sebelumnya telah disebut dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area) pada tahun 1992. MEA
akan menjadikan kawasan Asia Tenggara ini seperti sebuah negara besar. Penduduk di kawasan
ASEAN akan mempunyai kebebasan untuk melanglang buana, masuk ke satu negara dan keluar
dari negara lain di kawasan ASEAN tanpa membutuhkan paspor.

Mereka mempunyai kebebasan dan kemudahan untuk memilih lokasi pekerjaan yang dianggap
memberi keuntungan dan kepuasan. Peusahaan juga bebas memilih lokasi pabrik dan kantor
perusahaan di kawasan negara-negara ASEAN.
Menurut Staf Direktorat Kerja Sama ASEAN Kementerian Perdagangan, Astari Wirastuti, saat ini
Indonesia tengah berada pada arus perdagangan global yang mau tidak mau harus bisa
bersaing dengan asing.

Untuk itu, pihaknya mengimbau agar para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) harus
bersiap diri untuk bersaing dengan produk asing. Pemerintah Indonesia sendiri juga tidak ingin
dikatakan tidak siap menghadapi MEA. Keputusan Presiden Nomor 37 tahun 2014 dan instruksi
Presiden nomor 6 tahun 2014 dikeluarkan SBY dalam upaya untuk meningkatkan daya saing
nasional dan kesiapan dalam menghadapi pelaksanaan.

Mendasari dari pembentukan MEA 2015 ini adalah adanya sebuah keinginan dari para
pemimpin ASEAN untuk mewujudkan pusat perdagangan kawasan terintegrasi sebagai wujud
komitmen untuk menciptakan dan meningkatkan pembangunan komunitas ASEAN dalam
menghadapi tantangan global.

Pembentukan MEA tak lepas dari semakin meningkatnya kerjasama ekonomi antar
Negara ASEAN. Tercatat sejak tahun 2003 perdagangan intra-ASEAN telah mengalami kenaikan
volume secara terus menerus. Hal ini menjadi pemicu integrasi ekonomi yang lebih erat
diantara Negara-negara ASEAN. Selain itu pembentukan MEA disebabkan adanya dinamika
eksternal maupun dinamika internal.

a. Dinamika eksternal

Terdapat kecenderungan perubahan lingkungan strategi global yang menuntut


Negara-negara di dunia untuk senantiasa meningkatkan daya saingnya.
Pada tataran regional, terdapat gerakan kearah pengintegrasian kekuatan
ekonomi yang berbasis pada pasar tunggal (single market) dan produksi tunggal
yang terintegrasi (simple production)
Munculnya china dan india sebagai kekuatan ekonomi dunia yang merubah
arsitektur perdagangan dunia, khususnya di kawasan Asia Timur.

b. Dinamika Internal

Potensi pasar yang cukup besar


Pertumbuhan kerjasama Ekonomi masih cukup rendah dibandingkan dengan
potensi yang dimiliki
Implementasi AFTA masih sangat rendah
ARSITEKTUR DAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Dunia arsitektur Indonesia memiliki tantangan baru, karena masyarakat ekonomi asean
(MEA) di diberlakukan pada ahir tahun 2015 nanti mau tidak mau kita harus bisa bersaing
dengan arsitek dari Negara-negara ASEAN. Sebab ini merupakan tuntutan agar arsitek
Indonesia harus bisa bersaing di kanca ASEAN. Mengingat MRA (mutual recognition arrangem)
yg di tanda tangani oleh Negara Negara asean terdapat 8 profesi yang di prioritaskan salah
satunya adalah pertukaran tenaga kerja terampil di bidang Arsitektur.guna untuk untuk
memperkuat kerja sama antar Negara-negara ASEAN dibidang pengembangan konstruksi.
Tidak mudah juga untuk para arsitek Indonesia bisa bersaing di kanca ASEAN,sebab harus
memiliki pengalaman kerja 10 tahun dan serta mempunyai sertifikat atau lisensi dari Ikatan
Arsitek untuk bisa di rekomendasikan utuk Memiliki sertifikat ASEAN yang menjadi jembatan
untuk melangkah ke kanca ASEAN. Untuk itu hal yang paling urgen Adalah dengan
meningkatkan profesionalisme dan kualitas diri dengan mengoptimalkan sisa waktu yang ada
sebaik mungkin.karena dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean yang pastinya kompetisi
akan semakin berat dan sulit karena hanya Arsitek professional yang bersertifikat ASEAN yang
bisa bekerja dan bersaing di Negara-negara ASEAN. kompetensi arsitek Indonesia yang akan
bersaing dengan arsitek mancanegara khususnya ASEAN terkait dengan MEA. Salah satu solusi
yang diperbincangkan adalah adanya UU Arsitek yang melindungi arsitek lewat keteraturaan
penataan Arsitek maupun pengguna jasa arsitek harus saling mendukung demi mencapai tujuan
MEA.

Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI)

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), menggelar Seminar bertajuk Reshaping the Accountancy
Profession – Opportunities and Challenges for Indonesia, di Hotel Kempiski, Rabu 16 Mei 2012.
Masa depan profesi akuntan menghadapi MEA 2015 menjadi perhatian serius.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menilai tantangan yang dihadapi profesi akuntan menghadapi
MEA terbilang sangat berat, karena kualitas dan kesiapan kompetitor dari negara-negara di
belahan ASEAN sudah cukup memadai, sedangkan Indonesia masih harus membenahi sektor
keprofesian di tingkatan nasional khususnya yang berhubungan dengan register akuntan.
Direktur Eksekutif IAI Elly Zarni Husin menuturkan IAI berkomitmen untuk mengambil peran
strategis dalam kancah keprofesian untuk mendorong kesiapan akuntan-akuntan Indonesia
untuk bersaing dalam AFTA (Asean Fre Trade Area0. Dia optimis akuntan Indonesia bisa eksis
bila kompetensi, integritas, serta profesionalisme mereka semakin ditingkatkan.

“Peluang masih besar bila kita bersiap lebih cepat dan lebih baik. Kita harus menjadi tuan
rumah di negeri sendiri dalam AFTA 2015. Jangan menjadi penonton di kandang sendiri,”
ungkap Direktur Eksekutif IAI Elly Zarni Husin.

Elly mengungkapkan seminar yang digagas IAI untuk memberikan pengetahuan sekaligus
membuka perspektif akuntan nasional, bahwa AFTA bukanlah momentum yang ringan.
Persaingan tersebut tidak hanya melibatkan kesiapan personal, namun juga stakeholders
keprofesian secara menyeluruh termasuk pemerintah dan organisasi akuntan di tingkatan
nasional dan regional. Elly bersyukur Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP)
Kementerian Keuangan dan Asean Federation of Accountants (AFA) juga mendukung langkah
IAI untuk menata keprofesian, dengan terlibat aktif dalam ajang

seminar tersebut memberikan sumbangsih pemikiran dan komitmen kebijakan dan regulasi
kongkrit dalam proses transformasi akuntan . Beberapa tokoh yang akan menjadi narasumber
untuk memberikan pemahaman terhadap tantangan yang dihadapi akuntan Indonesia dalam
menghadapi AFTA adalah Kepala PPAJP Langgeng Subur, IFAC Board 2011-2014 Ahmadi
Hadibroto, dan Chief Executive ACCA Helen Brand.
“Akuntan profesional menjadi keharusan dalam sebuah kompetisi dan pasar terbuka,”
ungkapnya.

Sementara itu Kepala Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai Kemeterian Keuangan
Langgeng Subur menuturkan akuntan Indonesia bakal kewalahan di tengah serbuan akuntan-
akuntan asing bila tidak segera melakukan pembenahan optimal dari sisi keilmuan dan skill
mereka. Dia khawatir, akuntan Indonesia akhirnya terpental bila gerbang persaingan mulai
dibuka, khususnya ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diberlakukan pada 2015
mendatang.
KESIMPULAN
Dunia arsitektur Indonesia memiliki tantangan baru, karena masyarakat ekonomi asean
(MEA) di diberlakukan pada ahir tahun 2015 nanti mau tidak mau kita harus bisa bersaing
dengan arsitek dari Negara-negara ASEAN. Sebab ini merupakan tuntutan agar arsitek
Indonesia harus bisa bersaing di kanca ASEAN.

MEA dibentuk berdasarkan empat tujuan utama, yaitu: (1). Mewujudkan kawasan ASEAN
sebagai pasar tunggal dan basis produksi (single market and production base). Kondisi ini
ditandai oleh sirkulasi barang, jasa, arus investasi, modal dan tenaga kerja berlaku secara bebas
di sepuluh negara anggota MEA. (2). Menwujudkan kawasan yang mempunyai daya saing tinggi
(a highly competitive economic region). Hal ini mulai diwujudkan dengan kesepakatan
menguragi secara perlahan hambatan-hamabatan dalam perdagangan melalui penurunan tarif
dan hambatan dalam bisnis melalui penghapusan masalah birokrasi yang berjenjang. (3). Fokus
pada pengembangan Usaha Kecil dan Menengah, MEA bertujuan untuk mewujudkan kasawan
dengan pembangunan ekonomi yang merata (a region of equitable economic development).
(4). Mewujudkan kawasan yang terintegrasi (a region fully integrated in the global economy).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan masyarakat Indonesia dalam mewujudkan ke-4
tujuan tersebut diatas. Hal-hal yang harus dibenahi Indonesia adalah masalah kualitas
penduduk, masalah infrastruktur dasar, serta masalah peluang investasi dan perdagangan.

Anda mungkin juga menyukai