Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Dakwah, Da’I dan Metode dalam Berdakwah

Pengertian Dakwah
Pengertian dakwah menurut bahasa; dakwah berasal dari bahasa Arab yakni – ‫دعا– يدعوا‬
‫( دعوة‬da’a - yad’u - da'watan). Kata dakwah tersebut merupakan ism masdardari kata da’a yang
dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai “ajakan kepada Islam. Kata da’a dalam al-Quran,
terulang sebanyak 5 kali, sedangkan kata yad’u terulang sebanyak 8 kali dan kata dakwah terulang
sebanyak 4 kali.
Kata da’a pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengadu (meminta
pertolongan kepada Allah) yang pelakunya adalah Nabi Nuh as. Lalu kata ini berarti memohon
pertolongann kepada Tuhan yang pelakunya adalah manusia (dalam arti umum). Setelah itu,
kata da’a berarti menyeru kepada Allah yang pelakunya adalah kaum Muslimin.
Kemudian kata yad’u, pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengajak ke
neraka yang pelakunya adalah syaitan. Lalu kata itu berarti mengajak ke surga yang pelakunya
adalah Allah, bahkan dalam ayat lain ditemukan bahwa kata yad’u dipakai bersama untuk
mengajak ke neraka yang pelakunya orang-orang musyrik.

Sedangkan kata dakwah atau da’watan sendiri, pertama kali digunakan dalam al-Quran
dengan arti seruan yang dilakukan oleh para Rasul Allah itu tidak berkenan kepada obyeknya.
Namun kemudian kata itu berarti panggilan yang juga disertai bentuk fi’il (da’akum) dan kali ini
panggilan akan terwujud karena Tuhan yang memanggil. Lalu kata itu berarti permohonan yang
digunakan dalam bentuk doa kepada Tuhan dan Dia menjanjikan akan mengabulkannya.
Didin Hafidhuddin menyatakan pengertian dakwah, yakni; pesan yang datang dari luar,
sehingga langkah pendekatan lebih diwarnai dengan interventif. Ceramah dalam arti sempit,
sehingga orientasi dakwah sering pada hal-hal yang bersifat rohani saja. Menyampaikan dan hasil
akhirnya terserah kepada Allah, akan menafikan perencanaan, pelaksanan dan evaluasi dari
kegiatan dakwah.
Berdasarkan pandangan tersebut, maka pengertian dakwah menurut istilah adalah
menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu, dengan proses yang berkesinambungan dan
ditangani oleh para pengembangan dakwah. Hal ini dikarenakan Islam adalah dakwah, artinya
agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah.

Metode Dakwah
Metode yang diajarkan dan dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah dengan menggunakan
hikmah dan pelajarann yang baik. Hikmah adalah perkataan yang tepat, ttgas, dan benar, yang
dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Aspek tepat dalam hal ini berkaitan dengan
penggunaan kabar gembira (basyiron) dan kubar peringatan (nadziroh). Yang dimaksud dengan
pelajaran yang baik dalam dakwah adalah berdakwah dengan seluruh kepribaian.
Ada beberapa metode dakwah yang dipakai secara umum oleh para da’I, diantaranya :
1. Metode Ceramah (Rhetorika Dakwah)
Ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik
bicara oleh seseorang da’I atau mubaligh pada suatu aktivitas dakwah, ceramah dapat pula bersifat
propaganda, kampanye, berpidato, khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya.
Metode ceramah sebagai salah satu metode atau tehnik berdakwah tidak jarang digunakan oleh
para da’I atau pun para utusan Allah dalam usaha menyampaikan risalahnya.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya
(obyek dakwah) untuk menyatakan sesuatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan mubaligh
atau da’I sebagai penjawabnya. Metode ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat sesuai
kebutuhannya. Sebab dengan bertanya berarti orang ingin mengerti dan dapat mengamalkannya.
Metode tanya jawab ini bukan saja cocok pada ruang tanya-jawab, baik di radio maupun media
surat kabar dan majalah, akan tetapi cocok pula untuk mengimbangi dan memberi selingan
ceramah. Metode ini sering dilakukan Rasulullah S.A.W dengan Jibril AS, demikian juga dengan
para sahabat di saat tak dimengerti tentang sesuatu dalam agama (sahabat bertanya kepada
Rasulullah).
3. Debat (Mujadalah)
Mujadalah selain sebagai dasanama (sinonim) dari istilah dakwah, dapat juga sebagai salah
satu metode dakwah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An Nahl ayat 125.
berdasarkan firman Allah, berdebat patut dijadikan sebagai metode dakwah. Namun perlu
diketahui bahwa debat yang dimaksud di sini adalah debat yang baik, adu argument dan tidaka
tegang sampai pada pertengkaran.
Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kemenangan, dalam arti menunjukkan
kebenaran dan kehebatan Islam. Dengan kata lain debat adalah mempertahankan pendapat dan
ideologinya agar pendapat dan idiologinya itu diakui kebenarannya dan kehebatannya oleh musuh
(orang lain). Berdebat efektif dilakukan sebagai metode dakwah hanya pada orang-orang (objek
dakwah) yang membantah akan kebenaran Islam.
4. Percakapan Antar Pribadi
Percakapan pribadi atau individual conference adalah percakapan bebas antara seseorang
da’I atau mubaligh dengan individu-individu sebagai sasaran dakwahnya. Percakapan pribadi
bertujuan untuk menggunakan kesempatan yang baik di dalam percakapan atau mengobrol untuk
aktivitas dakwah.
5. Metode Demonstrasi
Berdakwah dengan cara memperlihatkan suatu contoh baik berupa benda, peristiwa,
perbuatannya dan sebagainya dapat dinamakan bahwa seorang da’I yang bersangkutan
menggunakan metode demonstrasi. Artinya suatu metode dakwah di mana seorang da’I
memperlihatkan sesuatu atau mementaskan sesuatu terhadap sasarannya dalam rangka mencapai
tujuan dakwah yang ia inginkan.

Dalam hal ini seorang da’i harus memiliki akhlak yang kokoh dan harus menjadi suri
tauladan bagi masyarakatnya.
1. Sifat-sifat yang harus di miliki oleh Seorang Da’I antara lain :
1.iman dan taqwa kepada Allah
Syarat kepribadian sorang da’I yang terpenting adalah iman dan taqwa kepada Allah. Oleh
karena itu didalam membawa misi dakwah diharuskan terlebih dahulu diri-sendiri dapat
memerangi hawa nafsunya, sehingga diri pribadi ini lebih taat kepada allah dan Rasulnya
dibandingkan dengan sasaran dakwahnya.
2.Tulus ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri pribadi
Niat yang lurus tanpa pamrih duniawiyah belaka, salah satu syarat mutlak ang harus
dimiliki seorang da’I. Sebab dakwah adalah pekerjaan yang bersifat ubudiyah atau terkenal dengan
hablullah,yakni amal perbuatan yang berhubungan dengan Allah. Sifat ini sangat menentukan
keberhasilan dakwah, misalnya ada dalam hati ketika memberikan ceramah dengan adanya ketidak
ikhlasan dalam memberikan ceramah.
3.Ramah dan penuh pengertian
Propaganda yang dapat diterima orang lain, apabila yang mempropagandakan berlaku
ramah, sopan dan rigan tangan untuk melayani sasarannya, karena keramahan, kesopanan dan
keringan-tanganannya insya-Allah akan berhasil dakwahnya.
4.Tawadlu’ (rendah diri)
Rendah diri hati bukan semata-mata merasa dirinya terhina dibandingkan dengan derajat
dan martabat orang lain, akan tetapi seorang da’I yang sopan, tidak sombong dan tidak suka
menghina dan mencela orang lain.
5.Sederhana dan jujur
Sederhana bukanlah berarti didalam kehidupan sehari-hari selalu ekonomis dalam
memenuhi kebutuhannya, akan tetapi sederhana disini tidak bermegah-megahan, angkuh dan
sebagainya, sedangkan kejujuran adalah orang yang percaya akan ajakannya dan dapat mengikuti
ajakan dirinya.
6. Tidak memiliki sifat egoisme
Ego adalah watak yang menonjolkan akunya, angkuh dalam pergaulan merasa dirinya
terhormat, lebih pandai, dan sebagainya. Sifat inilah yang harus dijauhi betul-betul oleh seorang
da’I .
7.Sifat semangat
Semangat berjuang harus dimiliki oleh da’I, sebab dengan sifat ini orang akan trerhindar
dari rasa putus asa, kecewa, dan sebagainya.
8.Sabar dan tawakal
Dalam melaksanakan dakwah mengalami beberapa hambatan dan cobaan hendaklah sabar
dan tawakan kepada Allah.
. Sudah selayaknya seorang dai memiliki sikap berikut :
a. berakhlak mulia
berbudi pekerti yg baik syarat mutlak yang harus dimiliki dai. Prof Dr. Hamka dalam
bukunya prinsip dan kebijaksanaan dakwah Islam hal. 153 mengemukakan bahwa alat
dakwah yangsangat utama ialah akhlak.
b. ing ngarsa sang tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri Handayani
pendapat Ki Hajar Dewantara ini memiliki makna filosof yang sangat mendalam yaitu di
depan memberi contoh, di tengah memberi semangat dan di belakang memberikan
daya kekuatan.
c. disiplin dan bijaksana
disiplin dalam hal apapun harus dimiliki seorang dai agar dakwahnya memenuhi target,
terarah dan efektif. Selain disiplin, sifat bijaksana juga harus dimilik karena jika dai itu
sewenang wenang tentunya madu tidak akan mau menerima dakwah dai tersebut
d.wira’i dan berwibawa
sikap wira’i menjauhkan perbuatan perbuatan yang kurang bermanfaat dan
mengindahkan amal shaleh. Seorang yang berwibawa perkataan ataupun perbutaanya
pasti menjadi titik perhatian orang disekitarnya.
e. berwawasan luas
ketika seorang dai memiliki wawasan yg luas, dakwahnya pasti sangat menarik.
Dengan materi yang kaya, dakwahnya lebih berwarna. Dai yg memiliki wawasan luas
dia tidak akan fanatik terhadap sesuatu.
f. inovetif dan kreatif
tuntutan zaman yang semakin modern menuntut seorang dai harus menemukan
metode yang menarik, yg baru dan fleksibel agar dakwah tersebut tetap diminati oleh
mad’u

Tujuan Dakwah
1.Memanggil manusia kepada syariat untuk memecahkan persoalan hidup, baik persoalan hidup
perorangan ataupun rumah tangga, berjamaah, bermasyarakat, bersuku-suku, berbangsa-bangsa
dan bernegara.
2.Memanggil manusia kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah Swt di muka bumi, menjadi
pelopor, pengawas, pemakmur, pembesar kedamaian bagi umat manusia.
3.Memanggil manusia kepada tujuan hidup yang hakiki yaitu menyembah Allah Swt. sebagai satu-
satunya zat Pencipta.
Tujuan akhir dari dakwah adalah mengembalikan manusia agar menyembah Allah semata.

Objek Dakwah
Objek dukwah adalah seluruh umat manusia.
Manusia sebagai objek dakwah dapat digolongkan menurut Manusia sebagai objek dakwah
dapat digolongkan menurut klasnya masing-masing serta menurut lapangan kehidupannya. Akan
tetapi menurut pendekatan psikologis, manusia hanya bisa didekati dari tiga sisi, yaitu sebagai
makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk ber-Ketuhanan Manusia sebagai makhluk individu
memiliki tiga macam kebutuhan hidup yang hams dipenuhi secara seimbang, yaitu:
1. Kebutuhan kebendaan (material). Pemenuhan aspek ini akan memberikan kesenangan
bagi hidup manusia.
2. Kebutuhan kejiwaan (spiritual). Pemenuhan aspek ini akan memberikan ketenangan,
ketenteraman dan kedamaian dalam batinnya, dan
3. Kebutuhan kemasyarakatan (sosial). Pemenuhan aspek ini akan membawa kepuasan
bagi hidup manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia hams hidup bersama kelompolcnya, bersatu
dan bergaul dengan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai