Disusun oleh:
PANCA HERLAMBANG
SOESILOWATY HALIM
DESY SUKMA RISALAHWATI
FITRI ANDAYANI
RINDA DYAH
kemampuan kepada penulis dalam menyusun makalah materi ajar ini sehingga
penulis, dimana penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan bekal ilmu
pengetahuan yang penulis miliki untuk mencapai hasil yang lebih baik.
bantuan dan bimbingan yang mendukung dari berbagai pihak baik itu berupa
saran-saran dan masukan, maka penulis akan banyak mengalami kesulitan dan
hambatan yang cukup berarti. Bantuan dan bimbingan tersebut merupakan faktor
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB IV Penutup……………………………………………………………... 25
A. Rangkuman……………………………………………………………… 25
B. Soal Latihan……………………………………………………………... 27
Daftar Pustaka................................................................................................. 31
ii
SISTEM PEREDARAN DARAH
Tahukah kamu bahwa di dalam tubuh
terdapat lebih kurang lima liter darah yang
Tujuan Pembelajaran mengalir tiada henti? Darah adalah sungai
kehidupan dalam tubuh kita. Jika kita
kehilangan banyak darah, maka nyawa kita
akan terancam, bahkan dapat mengakibatkan
Setelah mempelajari bab kematian.
SISTEM PEREDARAN Darah mempunyai banyak fungsi vital,
DARAH, diharapkan dapat: mulai dari sebagai “kendaraan” hormon,
Mengidentifikasi struktur, nutrisi, oksigen, hingga limbah metabolisme.
fungsi, dan proses sistem Darah juga bisa membunuh bibit penyakit.
peredaran darah manusia Apabila aliran darah ke otakmu terganggu,
dan hewan tertentu. dalam sepuluh detik kamu akan pingsan!
Menjelaskan struktur dan
fungsi jantung, serta Standar Kompetensi
pembuluh darah pada
manusia dan hewan 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ
tertentu. manusia dan hewan tertentu,
Mengkaitkan struktur dan kelainan/penyakit yang mungkin terjadi
fungsi dengan proses kerja serta implikasinya pada salingtemas.
sistem peredaran darah
manusi dan hewan tertentu. Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi kelainan
yang terjadi pada sistem 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur,
peredaran darah manusia fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit
dan hewan tertentu.
yang dapat terjadi pada sistem peredaran
darah.
1
PROPOSISI MATERI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SISTEM PEREDARAN
DARAH BERDASARKAN RUJUKAN BIOLOGI untuk SMA Kelas XI DAN
PENGETAHUAN SISWA
1. Gambaran umum
2
3.1.2.2 Sel darah putih adalah sel darah yang
berfungsi sebagai sistem imun
3.2.1 Jantung
3
PETA KONSEP
Membahas tentang
Pada meliputi
Cacing Tanah
Terdiri dari
Pisces
Amphibia
Darah Alat peredaran darah
Reptilia
4
A. Gambaran Umum Sistem Peredaran Darah
Dalam dihidupnya, organisme memerlukan makanan dan oksigen untuk melangsungkan
metabolisme. Proses metabolisme, selain menghasilkan zat-zat yang berguna, juga
menghasilkan sampah (zat sisa) yang harus dikeluarkan dari tubuh. Bahan-bahan yang
diperlukan tubuh seperti makanan dan oksigen serta hasil metabolisme dan sisa-sisanya,
diangkut dan diedarkan di dalam tubuh melalui sistem peredaran darah.
Hasil pencernaan makanan dan oksigen diangkut dan diedarkan oleh darah ke seluruh
jaringan tubuh. Sebaliknya, sisa-sisa metabolisme diangkut oleh darah dari seluruh
jaringan tubuh menuju organ-organ pembuangan. (Pratiwi. 2007: 80)
Sistem peredaran darah mengangkut cairan keseluruh tubuh, secara fungsional sistem
itu menghubungkan lingkungan berair sel-sel tubuh dengan organ-organ yang
mempertukarkan gas, menyerap nutien, dan membuang zat-zat sisa. Sistem peredaran
darah membawa darah yang kaya oksigen ke seluruh bagian tubuh. Ketika darah mengalir
melalui jaringan di dalam pembuluh mikroskopis yang disebut kapiler, zat-zat kimia akan
diangkut antara darah dan cairan intersisial yang secara langsung menggenangu sel-sel itu.
(Campbell. 2001: 42)
Pada hewan metazoa (bersel banyak) tingkat tinggi, seperti juga pada manusia,
peredaran darahnya melalui pembulu. Sistem transportasi hewan metazoa disusun oleh
organ-organ berupa jantung, pembuluh darah, dan darah.
Pada hewan tingkat tinggi terdapat dua tipe sistem peredaran darah, yaitu sistem
peredaran darah terbuka dan sistem peredaran darah tertutup. Berikut ini akan dibahas
kedua sistem peredaran darah tersebut.
Sistem peredaran darah terbuka adalah peredaran darah atau distribusi darah ke seluruh
tubuh (jaringan) yang tidak selalu melewati pembuluh darah. Kadang darah secara
langsung menuju jaringan tubuh tanpa melalui pembuluh, tidak ada perbedaan antara darah
dan cairan intersisial, dan cairan tubuh umum sebenarnya jauh lebih tepat disebut
5
hemolimfa. Satu atau lebih jantung memompakan hemolimfa ke dalam sistem sinus yang
saling berhubungan, yang merupakan ruangan yang mengelilinai organ tersebut.
Disini, pertukaran kimiawi terjadi antara hemolimfa dan sel-sel tubuh. Pada belalang
dan artropda lain, jantung tersebut merupakan tabung panjang yang berlokasi di bagian
dorsal. Ketika jantung berkontarsi, jantung tersebut akan memompa hemolimfa keluar
melalui pembuluh dan kemudian masuk ke dalam sinus. Ketika janting mengalami
relaksasi, jantung akan menyedot hemolimfa masuk ke dalam sistem sirkulasi melalui pori-
pori yang disebut ostia. Pergerakan tubuh yang menekan dan memeras sinus membantu
mensirkulasikan hemolimfa. (Campbell. 2001: 43)
Dalam sistem peredaran darah tertutup, darah hanya terdapat secara terbatas dalam
pembuluh dan terpisahkan dari cairan intersisial. Satu atau lebih jantung memompa darah
ke dalam pembuluh-pembuluh besar yang bercabang menjadi pembuluh-pembuluh yang
lebih kecil yang mengalir melalui organ-organ. Di sini, mater-materi di pertukarkan antara
darah dan cairan intersisial yang menggenangi sel tersebut. (Campbell. 2001: 43).
Sistem peredaran darah pada hewan avertebrata masih belum lengkap seperti pada
sistem peredaran hewan vertebrata. Sistem peredaran darah pada hewan avertebrata tidak
dijumpai suatu pusat koordinasi peredaran.
a. Serangga
6
b. Cacing Tanah
Sistem peredaran darah vertebrata terdiri dari jantung, arteri, vena, kapiler, dan darah.
Jantung adalah pusat peredaran. Jantung yang tersusun oleh otot yang kuat memiliki
kontraksi yang ritmik (teratur), biasa kita sebut detak atau denyut. Dengan kekuatan
kontraksinya, jantung mampu mendorong darah meninggalkan jantung.
a. Pisces
Seekor ikan mempunyai sebuah jantung dengan dua ruangan (bilik) utama, yaitu satu
atrium dan satu ventrikel. Darah yang dipompakan
dari ventrikel mengalir pertama-tama ke insang,
tempat terjadinya pengambilan oksigen oleh darah
dan pembebasan karbon dioksida melewati dinding
kapiler. Kapiler insang mengumpul ke dalam suatu
pembuluh yang membawa darah yang kaya akan
Gambar 3. Sistem peredaran darah pisces oksigen ke hamparan kapiler di semua bagian tubuh
(www.sibarasok.com) lainnya.
Darah itu kemudian kembali melalui vena ke atrium jantung. Perhatikan bahwa pada
seekor ikan, darah harus mengalir melalui dua hamparan kapiler selama masing-masing
sirkuit (perputaran), satu dalam insang dan yang kedua, yang disebut kapiler sistemik,
7
dalam organ selain insang. Ketika darah mengalir melalui hamparan kepiler, tekanan
darah, tekanan hidrostatik yang mendorong darah mengalir melalui pembuluh. Dengan
demikian, darah yang kaya oksigen dari insang mengalir ke organ-organ lain dengan
sangat lambat pada ikan, tetapi proses tersebut dibantu oleh pergerakan tubuh selama
berenang. (Campbell. 2001: 44).
b. Amphibia
Amphibi memiliki jantung berbilik tiga, dengan dua atria dan satu ventrikel. Ventrikel
akan memompakan darah ke dalam sebuah arteri bercabang yang mengarahkan darah
melalui dua sirkuit, sirkuit pulmokutaneus dan sirkuit sistemik. Sirkuit pulmokutaneus
mengarahkan ke jaringan pertukaran gas (dalam paru-paru dan kulit pada katak), dimana
darah akan mengambil oksigen sembari mengalir melalui kapiler.
Dalam ventrikel tunggal pada jantung katak, terdapat pencampuran darah kaya oksigen
yang telah kembali dari paru-paru dengan darah yang kurang oksigen yang telah kembali
dari bagian tubuh yang lain. Akan tetapi, suatu abungan (ridge) di dalam ventrikel akan
mengalihkan sebagian besar dari darah yang kaya oksigen itu dari atrium kiri ke dalam
sirkuit sistemik dan sebagian besar darah yang miskin oksigen itu dari atrium kanan ke
dalam sirkuit pulmokutaneus. (Campbell. 2001: 45).
8
c. Reptilia
d. Aves
Gambar 6. Sistem Peredaran Darah Aves memompakan darah yang miskin oksigen.
(iyusabdusyakir.wordpress.com) Pengiriman oksigen ke seluruh bagian tubuh akan
semakin mengikat karena tidak ada pencampuran darah yang kaya oksigen dengan darah
yang kurang oksigen, dan sirkulasi ganda akan memulihkan tekanan setelah darah baru
saja lewat melalui kapiler paru-paru. Sebagai hewan endotermik, yang menggunakan panas
yang dibebaskan dari metabolisme untuk menghangatkan tubuh, burung memerlukan lebih
banyak oksigen per gram bobot tubuhnya dibandingkan dengan vertebrata lain dengan
ukuran tubuh yang sama. (Campbell. 2001: 45-46).
9
C. Sistem Peredaran Darah Manusia
Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas darah, pembuluh darah, dan jantung
sebagai pusat peredaran darah.
1. Darah
Darah vertebrata merupakan suatu jenis jaringan ikat yang terdiri atas beberapa jenis sel
yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma. Tubuh manusia pada
umumnya mengandung kurang lebih 4 sampai 6 L darah. Jika sampel darah diambil, sel-
sel darah dapat dipisahkan dari plasma dengan cara memasukkan darah tersebut ke dalam
alat sentrifugasi dan memutarnya dengan kecepatan tertentu. (antikoagulan harus
ditambahkan untuk mencegah penggumpalan darah). Unsur seluler (sel dan fragmen sel),
yang berkisar sekitar 45% dari volume darah, akan mengendap ke dasar tabung sentrifuge,
dan membentuk pelet padat berwarna merah. Di atas pelet seluler ini terdapat plasma
transparan berwarna kekuning-kuningan. (Campbell. 2007: 53)
a. Plasma Darah
Plasma darah mengandung sekitar 90% air. Di antara berbagai jenis zat yang larut
dalam air terdapat garam-garam anorganik, yang kadang-kadang disebut sebagai elektrolit
darah dan terdapat di dalam palsma dalam bentuk ion terlarut. Konsentrasi gabungan ion-
ion ini penting dalam pemeliharaan keseimbangan osmotik darah. Beberapa ion tersebut
juga membantu menyangga pH darah, yang mempunyai pH 7,4 pada manusia.
Kemampuan otot dan saraf untuk berfungsi secara normal juga bergantung pada
konsentrasi ion-ion kunci dalam cairan intersisial, yang mencerminkan konsentrasi ion-ion
tersebut dalam plasma. Ginjal mempertahankan elektrolit plasma pada konsentrasi yang
tepat, yang merupakan sebuah contoh homeostasis.
Kelompok zat terlarut penting yang lain adalah protein plasma, yang mempunyai
sejumlah fungsi. Secara kolektif, protein plasma tersebut bertindak sebagai penyangga
(buffer) melawan perubahan pH, membantu mempertahankan keseimbangan osmotik
antara darah dan cairan intersisial, dan turut mempengaruhi viskositas atau kekentalan
darah. Berbagai jenis protein plasma juga mempunyai fungsi spesifik. Beberapa di
antaranya berfungsi sebagai pengantar untuk lipid yang tidak larut dalam air dan dapat
bergerak dalam darah hanya ketika terikat dengan protein. Kelompok protein lain,
imunoglobulin, adalah antibodi yang membantu memerangi virus dan zat asing lainnya
10
yang menyerang tubuh. Dan beberapa di antara protein plasma, yang disebut fibrinogen,
merupakan faktor penggumpalan yang membantu menyumbat kebocoran ketika pembuluh
darah mengalami perlukaan. Plasma darah yang telah dihilangkan faktor penggumpalannya
disebut serum.
Plasma juga mengandung berbagai zat yang berpindah-pindah dari satu bagian tubuh ke
bagian tubuh yang lain, yang meliputi nutrien, produk buangan metabolisme, gas-gas
respirasi, dan hormon. Plasma darah dan cairan intersisial memiliki komposisi yang serupa,
kecuali bahwa plasma mempunyai kandungan protein yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan cairan intersisial (ingat bahwa dinding kapiler sangat tidak permeabel terhadap
protein). (Campbell. 2001: 53).
b. Sel Darah
Terdapat tiga kelas sel yang tersebar di seluruh plasma darah: sel darah merah, yang
mengangkut oksigen, dan sel darah putih, yang berfungsi dalam pertahanan tubuh. Unsur
seluler yang ketiga, keping darah adalah bagian-bagian sel yang terlibat dalam
penggumpalan darah.
Struktur sel darah merah merupakan contoh lain yang sangat baik tentang struktur yang
disesuaikan dengan fungsinya. Sebuah eritrosit manusia berbentuk cakram bikonkaf,
bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan dengan bagian tepi. Eritrosit mamalia tidak
mengandung nukleus (inti), suatu karakteristik yang tidak umum pada sel hidup (kelas
vertebrata lain mempunyai eritrosit yang bernukleus). Lebih jauh lagi, semua sel darah
merah tidak memiliki mitokondria dan menghasilkan ATP-nya secara ekslusif melalui
metabolisme anaerobik. Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen, dan akan sangat
tidak efisien jika metabolisme eritrosit sendiri bersifat aerobik dan mengkonsumsi sebagian
oksigen yang mereka bawa. Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 𝜇m) juga
sesuai dengan fungsinya. Supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati
membran plasma sel darah merah. Semakin kecil sel darah merah semakin besar pula total
11
luas permukaan membran plasma dalam suatu volume darah. Bentuk bikonkaf eritrosit
juga turut menambah luas permukaannya.
Meskipun sel darah merah berukuran sangat kecil, sel itu mengandung sekitar 250 juta
molekul hemoglobin, sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung
besi. Baru-baru ini para peneliti telah menemukan bahwa hemoglobin juga berikatan
dengan molekul gas nitrat oksida (NO) selain dengan O2. Ketika sel darah merah lewat
melalui hamparan kapiler paru-paru insang atau organ respirasi lainnya, oksigen akan
berdifusi ke dalam eritrosit dan hemoglobin akan berikatan dengan O2 dan NO.
Hemoglobin akan membongkar muatannya dalam kapiler sirkuit sistemik. Di sana O2 akan
berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. NO akan merelaksasikan dinding kapiler, sehingga dapat
mengembang. Hal tersebut mungkin berperan dalam membantu mengirimkan O2 ke sel.
(Campbell. 2001: 54-55).
Keping darah (platelet) atau trombosit adalah fragmen-fragmen sel dengan diameter
sekitar 2 sampai 3 𝜇m. Keping darah tidak mempunyai nukleus dan bermula sebagai suatu
12
fragmen sitoplasmik yang memisahkan dari sel besar dalam sumsum tulang. Keping darah
kemudian memasuki darah dan berfungsi dalam proses penting penggumpalan darah.
(Campbell. 2001: 55).
c. Penggumpalan Darah
Kita semua pernah mengalami luka dan terpotong atau tergores selama hidup kita, akan
tetapi kita tidak mengalami pendarahan yang
menyebabkan kematian karena darah kita
mengandung materi yang dapat menyumbat
kebocoran atau luka dalam pembuluh darah kita.
Bahan perekat itu selalu ada dalam darah kita
dalam bentuk inaktif yang disebut fibrinogen.
Gambar 12. Mekanisme Penggumpalan Gumpalan akan terbentuk hanya ketika protein
darah (biologigonz.blogspot.com) plasma ini diubah ke dalam bentuk aktifnya, fibrin
yang mengumpul menjadi benang-benang yang membentuk anyaman gumpalan-gumpalan.
Mekanisme penggumpalan itu umumnya dimulai dengan pembebasan faktor
penggumpalan dari trombosit dan melibatkan rantaian reaksi yang kompleks yang pada
akhirnya akan mengubah bentuk fibrinogen menjadi fibrin. Lebih dari selusin faktor
penggumpalan telah ditemukan, namun mekanismenya masih belum dipahami sepenuhnya.
Cacat turunan dalam setiap tahapan proses penggumpalan itu menyebabkan hemofilia,
penyakit yang ditandai dengan pendarahan berlebihan meskipun akibat luka atau goresan
yang sangat kecil.
Faktor anti penggumpalan dalam darah dalam keadaan normal mencegah penggumpalan
secara spontan ketika tidak ada cedera atau perlukaan. Akan tetapi, kadang-kadang
trombosit mengumpul dan fibrin mengalami koagulasi di dalam pembuluh darah dan
menghambat aliran darah. Gumpalan seperti itu disebut trombus. Gumpalan ini lebih
mungkin terbentuk pada individu yang mengidap penyakit kardiovaskuler yang merupakan
penyakit jantung dan pembuluh darah. (Campbell, 2001: 55-56).
d. Penggolongan Darah
Golongan darah manusia dibedakan berdasarkan komposisi aglutinogen dan
aglutininnya.
Aglutinogen adalah antigen-antigen dalam eritrosit yang membuat sel peka terhadap
aglutinasi (penggumpalan darah). Aglutinogen disebut zat spesifik golongan karena
13
digunakan untuk menentukan golongan darah. Ada banyak aglutinogen yang menjadi dasar
pengelompokan golongan darah. Misalnya aglutinogen A dan B menjadi dasar
pengelompokan golongan darah sistem ABO dan aglutinogen Rhesus D menjadi dasar
pengelompokan untuk sistem Rhesus.
Aglutinin adalah substansi yang menyebabkan aglutinasi sel, misalnya antibodi. Dr.
Karl Landsteiner seorang ahli imunologi dan patologi berkebangsaan Austria (1868-1943)
dan Julius Donath adalah penemu perbedaan antigen dan antibodi dalam sel darah
manusia.
Pada golongan darah sistem ABO, darah ddigolongkan menjadi empat macam, yaitu A,
B, AB dan O untuk tujuan transfusi darah. Apabila pada sel darah merah seseorang tidak
terdapat aglutinogen A ataupun B, darah digolongkan O. Jika hanya terdapat aglutinogen
A, darah digolongkan A. Jika terdapat aglutinogen B, darah digolongkan B, dan jika
terdapat aglutinogen A dan B, darah digolongkan AB.
Jika dalam sel darah sesorang tidak terdapat aglutinogen A, maka dalam plasma akan
terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin (anti-A) dan jika dalam sel darah merah
tidak terdapat aglutinogen B, dalam plasma terbentuk antibodi yang dikenal sebagai
aglutinin (anti B). Berarti, golongan darah AB memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B serta
tidak memiliki aglutinin sama sekali. Lihat tabel.
0A atau AA A A Anti-B
0B atau BB B B Anti-A
AB AB A dan B -
14
Sebelum transfusi darah, terlebih dahulu
dilakukan penentuan golongan darah antara
resipien dan donornya, sehingga darah dapat dicari
kesesuaiannya. Pengujian darah dilakukan sebagai
berikut ini. Jika darah seseorang yang di uji
dicampur dengan serum aglutinin A menggumpal,
Seseorang yang memiliki faktor Rh di dalam darah merahnya disebut bergolongan Rh+,
sedangkan orang yang tidak memiliki faktor Rh dalam darah merahnya disebut
bergolongan Rh-. Faktor Rh tidak begitu berpengaruh dalam transfusi darah, tetapi pada
kasus tertentu dapat menyebabkan kematian bayi dalam kandungan. Mekanismenya dapat
dilihat pada gambar.
Jika seorang ibu Rh- kawin dengan lelaki Rh+, maka anak dalam kandungannya
mungkin Rh+. Saat dalam kandungan , sel darah merah Rh+ anaknya dapat keluar
menembus plasenta ke sistem sirkulasi ibunya, yaitu saat plasenta rusak sebelum atau
15
sesudah bayi dilahirkan. Hal itu menyebabkan si ibu memproduksi antibodi anti-Rh. Jika
ibu hamil lagi dan anaknya memiliki faktor Rh+, maka antibodi anti-Rh ibu akan masuk
lewat plasenta dan merusak sel darah merah anak. Akibatnya terjadi kerusakan sel darah
merah pada anak kedua yang dapat menyebabkan kematian. Keadaan seperti ini disebut
penyakit eritroblastosis fetalis.
Philip Levine seorang ahli serologi Amerika mengemukakan bahwa penyakit kuning
pada bayi (eritroblastosis fetalis) disebabkan oleh sel-sel darah bayi yang mati oleh
aglutinin yang berasal dari ibunya. Pertolongan yang dapat diberikan ialah mengganti
darah bayi seluruhnya. (Pratiwi. 2007:85-86).
16
KEGIATAN PRAKTIKUM
A. TUJUAN
B. DASAR TEORI
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan)
tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah
diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang
berarti darah.
Darah beredar ke seluruh tubuh dengan membawa oksigen dan zat makanan. Setelah
terjadi pertukaran gas dan sisa metabolism di sel/jaringan, darah akan membawa
karbondioksida menuju ke paru-paru untuk ditukarkan dengan oksigen kembali. Proses ini
akan membawa darah masuk ke jantung, tekanan darah ketika masuk dan keluar jantung
kita kenali sebagai detak jantung.
Berdasarkan kandungan jenis karbohidrat dan protein yang ada pada sel darah merah,
kita mengenal istilah penggolongan darah. Ada beberapa macam penggolongan darah pada
manusia, salah satu diantaranya ialah menurut sistem ABO. Menurut sistem ini, darah
manusia dibagi dalam 4 golongan yaitu golongan darah A, B, AB dan O.
17
Bila antigen A bercampur dengan aglutinin a atau aglutinogen B bercampur dengan
aglutinin b maka akan terjadi aglutinasi/penggumpalan. Dalam transfusi darah yang
diperhatikan bagi si donor adalah aglutinogennya.
1. Alat
Mikroskop
kaca objek
Jarum outoclick
2. Bahan
Serum a dan b
Alkohol 96%
D. METODE KERJA
1. Golongan darah
Bersihkan jari anda dengan alkohol kemudian dengan menggunakan autoclick ambil
darah pada ujung jari sebanyak 1 tetes pada kedua ujung kaca objek
Aduklah masing-masing campuran serum dan darah anda tadi dengan menggunakan
tusuk gigi
Perhatikan apa yang terjadi pada keduanya, bila perlu amati dengan menggunakan
loupe
Bila campuran darah pada serum a menggumpal, maka anda bergolongan darah A
Bila campuran darah pada serum b menggumpal, maka anda bergolongan darah B
Bila kedua campuran darah tidak menggumpal, maka anda bergolongan darah O
18
2. Tekanan darah
3. Denyut nadi
Hitunglah berapa denyut nadimu selama 1 menit dalam keadaan istirahat/ aktivitas
rendah.
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan
1. Golongan Darah
2. Denyut Nadi
Diam Aktivitas
19
3. Tekanan Darah
a. Jantung
Jantung manusia yang berada persis di bawah tulang dada (sternum) misalnya,
berukuran sekitar satu kepalan tangan. Jantung terutama tersusun dari jaringan otot
jantung. Kedua atria mempunyai dinding yang relatif
tipis dan berfungsi sebagai ruangan penampungan
bagi darah yang kembali ke jantung dan hanya
memompa darah dalam jarak yang sangat dekat
menuju ventrikel. Ventrikel mempunyai dinding yang
20
Empat katup dalam jantung, yang masing-masing terdiri atas kelepak-kelepak (flaps)
jaringan ikat, berfungsi untuk mencegah aliran balik darah. Antara setiap atrium dan
ventrikel terdapat katup atrioventrikel (artioventricular valva, AV). Katup AV ditambatkan
oleh serabut kuat yang mencegah terjadinya perputaran balik aliran darah dari dalam
keluar. Tekanan yang dibangkitkan oleh kontraksi ventrikel yang sangat kuat akan
menutup katup AV, sehingga menjaga darah tidak mengalir kembali ke dalam atrium.
Katup semilunar (semilunar valve) terletak di kedua pintu keluar jantung, tempat aorta
meninggalkan ventrikel kiri dan artei pulmoner meninggalkan ventrikel kanan. Darah
dipompakan keluar dan masuk ke dalam arteri melalui katup semilunar, yang dipaksa
membuka oleh tekanan yang diciptakan oleh kontraksi ventrikel. Ketika ventrikel
berelaksasi, darah mulai mengalir kembali menuju jantung, menutup katup semilunar, yang
mencegah darah mengalir kembali ke dalam ventrikel. Dinding arteri yang elastis akan
mengembang ketika menerima darah yang dikeluarkan dari ventrikel. (Campbell. 2001:
46-47).
b. Pembuluh-Pembuluh Darah
Pada abad ke-17, penyelidikan tentang peredaran darah telah dilakukan oleh para ahli.
Penelitian tersebut menemukan bahwa darah di dalam tubuh mengalir melalui pembuluh-
pembuluh darah.
Pada saat jantung berkontraksi (sistol), darah akan keluar dari bilik menuju pembuluh
nadi (arteri). Pembuluh nadi adalah pembuluh yang membawa darah dari jantung dan
umumnya mengandung banyak oksigen. Pembuluh ini tebal, elastis, dan memiliki sebuah
katup (valvula semilunaris) yang berada tepat di luar jantung. Letak pembuluh nadi
biasanya di dalam tubuh, hanya beberapa yang terletak di dekat permukaan sehingga dapat
dirasakan denyutnya.
Secara anatomi, pembuluh nadi tersusun atas tiga lapisan jaringan. Lapisan luar berupa
jaringan ikat yang kuat dan elastis. Lapisan tengah berupa otot polos yang berkontraksi
secara tak sadar. Otot polos akan merenggang pada saat darah melewatinya sehingga
lapisan ini tidak melipat. Lapisan dalam berupa jaringan endotelium yang melindungi
jaringan di dalamnya. Pembuluh nadi yang dilewati darah adalah sebagai berikut. (Pratiwi.
2007: 88).
21
a) Pembuluh nadi besar (aorta)
Aorta adalah pembuluh yang dilewati darah dari bilik kiri jantung menuju ke seluruh
tubuh. Aorta becabang-cabang, makin lama makin kecil, dan disebut pembuluh nadi
(arteri). Arteri becabang-cabang lagi makin kecil, disebut arteriola. Arteriola becabang
halus diseluruh tubuh dan disebut kapiler.
Kapiler sangat halus dan tersusun oleh satu lapis jaringan endotelium. Kapiler dapat
masuk sampai ke sel-sel tubuh. Disinilah terjadi pertukaran gas, air, dan garam mineral
ataupun larutan bahan organik dari kapiler darah dengan sel-sel darah tubuh. Kapiler-
kapiler akan saling bertautan dinamakan venula. Darah yang telah beredar dari seluruh
tubuh melewati venula dan menuju vena yang lebih besar, kemudian akhirnya menuju vena
kava (pembuluh balik tubuh) dan kembali ke jantung. (Wildan. 1990: 190).
Pembuluh balik adalah pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung, yang
umumnya mengandung karbon dioksida. Pembuluh balik (vena) lebih mudah dikenali
daripada nadi karena letaknya di daerah permukaan. Seperti halnya nadi, pembuluh balik
juga disusun oleh tiga lapisan, tetapi dinding pembuluh ini lebih tipis dan tidak elastis.
Tekanan pembuluh balik lemah lemah dibandingkan dengan tekanan pembuluh nadi dan di
sepanjang pembuluh balik terdapat katup yang menjaga agar darah tak kembali.
Saat jantung berelaksasi (diastol), darah dari tubuh dan paru-paru akan masuk ke
jantung melalui vena. Pembuluh balik ini merupakan tempat masuknya darah ke jantung.
Vena diselubungi oleh otot rangka dan memiliki sebuah katup, yaitu valvula semilunaris.
a) Vena Kava
Vena kava bercabang-cabang menjadi pembuluh yang lebih kecil, yaitu vena. Vena
bercabang-cabang lagi menjadi kapiler vena yang disebut venula. Venula berada di dalam
22
sel-sel tubuh dan berhubungan dengan kapiler arteri. Ada dua macam vena kava, yaitu
vena kaca superior: vena ini membawa darah yang mengandung karbon dioksida dari
bagian atas tubuh (kepala, leher dan anggota badan atas) ke serambi kanan jantung dan
vena kava inferior: vena ini membawa darah yang mengandung karbon dioksida dari
bagian tubuh lainnya dan anggota badan bawah tubuh ke serambi kanan jantung. (Wldan.
1990: 195-196).
b) Vena Pulmonalis
Vena ini mebawa darah yang mengandung O2 dari paru-paru ke serambi kiri jantung.
Kelainan dan gangguan pada sistem peredaran darah dapat ditimbulkan karena
pewarisan sifat (keturunan), rusaknya alat peredaran darah akibat kecelakaan, atau akibat
makanan yang dikonsumsi banyak mengandung lemak dan zat kapur. Zat makanan
tersebut dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah atau berkurangnya elastisitas
otot jantung dalam mekanisme pompa dan isap.
23
b. Varises adalah pelebaran pembuluh darah di betis.
g. Trombus, ialah tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang tidak bergerak.
h. Hemofilia, ialah kelainan darah sukar membeku karena faktor hereditas atau keturunan.
j. Penyakit kuning pada bayi (eritroblastosis fetalis), adalah rusaknya eritrosit bayi atau
janin akibat aglutinasi dari antibodi ibu, apabila ibu bergolongan darah Rh- dan embrio
Rh+. Penyakit ini terjadi pada kandungan kedua, jika kandungan pertama embrio juga
bergolongan darah Rh+.
24
Rangkuman
Sistem peredaran darah mengangkut cairan keseluruh tubuh, secara fungsional sistem
itu menghubungkan lingkungan berair sel-sel tubuh dengan organ-organ yang
mempertukarkan gas, menyerap nutien, dan membuang zat-zat sisa.
Sistem peredaran darah pada hewan terbagi menjadi sistem peredaran darah terbuka
yaitu sistem peredaran darah ke seluruh tubuh yang tidak selalu melewati pembuluh darah,
sedangkan sistem peredaran darah tertutup adalah sistem peredaran darah ke seluruh tubuh
yang melewati pembuluh-pembuluh darah. Sistem peredaran darah pada hewan avertebrata
dan sistem peredaran pada hewan vertebrata.
Sistem peredaran manusia terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Alat peredaran
darahnya berupa jantung sebagai pusat peredaran darah dan pembuluh-pembuluh darah.
Mekanisme sistem peredaran darah manusia terdiri dari dua macam yaitu, sistem peredaran
darah kecil dan sistem peredaran darah besar. Sistem peredaran darah kecil adalah peredaran
darah dari bilik kanan jantung menuju paru-paru melewati arteri pulmonalis dan kembali ke
serambi kiri jantung melewati vena pulmonalis. Sedangkan peredaran darah besar adalah
peredaran darah dari bilik kiri jantung ke seluruh tubuh melalui aorta dan akhirnya kembali ke
serambi kanan jantung melalui vena kava.
Mekanisme pembekuan darah yaitu kulit terluka menyebabkan darah keluar dari
pembuluh. Trombosit ikut keluar juga bersama darah kemudian menyentuh permukaan-
permukaan kasar dan menyebabkan trombosit pecah. Trombosit akan mengeluarkan zat
(enzim) yang disebut trombokinase. Trombokinase akan masuk ke dalam plasma darah dan
akan mengubah protrombin menjadi enzim aktif yang disebut trombin. Perubahan tersebut
dipengaruhi ion kalsium (Ca²+) di dalam plasma darah. Protrombin adalah senyawa protein
yang larut dalam darah yang mengandung globulin. Zat ini merupakan enzim yang belum
aktif yang dibentuk oleh hati. Pembentukannya dibantu oleh vitamin K. Trombin yang
terbentuk akan mengubah firbrinogen menjadi benangbenang fibrin. Terbentuknya benang-
benang fibrin menyebabkan luka akan tertutup sehingga darah tidak mengalir keluar lagi.
Fibrinogen adalah sejenis protein yang larut dalam darah. Coba Anda bayangkan, apabila
fibrin ini beredar di dalam darah kita tanpa adanya luka, apa yang akan terjadi? Tentunya
akan terjadi banyak penyumbatan darah yang bisa berakibat fatal dalam tubuh kita.
Penggolongan darah terbagi menjadi dua yaitu, penggolongan darah sistem ABO dan
penggolongan darah sistem rhesus. Kelainan atau gangguan pada sistem peredaran darah
25
antara lain: Anemia (kurang darah), varises, hemoroid (ambeien), arteriosklerosis,
artherosklerosis, embolus, trombus, hemofilia, leukemia (kanker darah), penyakit kuning pada
bayi (eritroblastosis fetalis), penyakit jantung koroner, talasemia.
26
Soal Latihan
A. Pilihlah satu jawaban yang tepat!
27
a. Eritrosit
b. Trombosit
c. Leukosit
d. Trombokinase
e. Agranuler
8. Golongan darah A memiliki aglutinogen…
a. A
b. B
c. AB
d. O
e. Rh+
9. Enzim yang berperan dalam pengubahan protrombin menjadi trombin adalah…
a. Polimerase
b. Histamin
c. Heparin
d. Trombokinase
e. Vitamin K
10. Zat yang menentukan golongan darah manusia adalah . . . .
a. aglutinin dan eritrosit
b. aglutinin dan leukosit
c. aglutinin dan aglutinogen
d. aglutinogen dan eritrosit
e. aglutinogen dan leukosit
28
KUNCI JAWABAN
A. Pilihan Ganda
1. C
2. E
3. D
4. E
5. E
6. D
7. C
8. A
9. D
10. C
B. Essay
1. Sistem peredaran darah terbuka adalah sistem peredaran darah ke seluruh tubuh yang tidak
selalu melewati pembuluh darah, sedangkan sistem peredaran darah tertutup adalah sistem
peredaran darah ke seluruh tubuh yang melewati pembuluh darah.
2. Seluruh golongan darah yang menyumbang orang yang bergolongan darah AB, karena golongan
darah AB memiliki aglutinogen A dan B, sedangkan tidak mempunyai aglutinin anti-A dan
anti-B.
3. Sistem peredaran darah kecil adalah peredaran darah dari bilik kanan jantung menuju paru-paru
melewati arteri pulmonalis dan kembali ke serambi kiri jantung melewati vena pulmonalis.
Sedangkan peredaran darah besar adalah peredaran darah dari bilik kiri jantung ke seluruh tubuh
melalui aorta dan akhirnya kembali ke serambi kanan jantung melalui vena kava.
4. Mekanisme pembekuan darah yaitu kulit terluka menyebabkan darah keluar dari pembuluh.
Trombosit ikut keluar juga bersama darah kemudian menyentuh permukaan-permukaan kasar
dan menyebabkan trombosit pecah. Trombosit akan mengeluarkan zat (enzim) yang disebut
trombokinase. Trombokinase akan masuk ke dalam plasma darah dan akan mengubah
protrombin menjadi enzim aktif yang disebut trombin. Perubahan tersebut dipengaruhi ion
kalsium (Ca²+) di dalam plasma darah. Protrombin adalah senyawa protein yang larut dalam
darah yang mengandung globulin. Zat ini merupakan enzim yang belum aktif yang dibentuk
oleh hati. Pembentukannya dibantu oleh vitamin K. Trombin yang terbentuk akan mengubah
firbrinogen menjadi benangbenang fibrin. Terbentuknya benang-benang fibrin menyebabkan
luka akan tertutup sehingga darah tidak mengalir keluar lagi. Fibrinogen adalah sejenis protein
yang larut dalam darah. Coba Anda bayangkan, apabila fibrin ini beredar di dalam darah kita
tanpa adanya luka, apa yang akan terjadi? Tentunya akan terjadi banyak penyumbatan darah
yang bisa berakibat fatal dalam tubuh kita.
5. Kelainan atau gangguan pada sistem peredaran darah antara lain: Anemia (kurang darah),
varises, hemoroid (ambeien), arteriosklerosis, artherosklerosis, embolus, trombus, hemofilia,
29
leukemia (kanker darah), penyakit kuning pada bayi (eritroblastosis fetalis), penyakit jantung
koroner, talasemia.
30
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil. A. 2001. “Biologi edisi ke-5 jilid ke-2”. Erlangga : Jakarta
Pratiwi, dkk. 2007. Biologi untuk SMA Kelas XI. Erlangga: Jakarta.
Yatim, Wildan. 1990. Histologi. Tarsito: Bandung.
31