Laporan Absorpsi
Laporan Absorpsi
ABSORPSI GAS
Disusun oleh :
KELOMPOK VI
Kata Kunci : absorbsi gas, absorben, analisa hempl, kolom packing, tinggi kolom
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Beberapa tujuan yang harus dicapai dalam praktikum ini, antara lain :
1. Menentukan jumlah gas CO2 yang terabsorbsi, baik pada masing-masing
packing maupun secara keseluruhan, pada berbagai komposisi gas CO2
dalam udara dan laju alir absorban (air).
2. Membandingkan hasil analisa gas CO2 dalam udara yang diukur
berdasarkan Hempl Analysis dengan yang berdasarkan pengukuran laju
alir.
3. Membandingkan jumlah CO2 terabsorbsi hasil percobaan dengan yang
diperoleh dari neraca massa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Absorbsi
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-
gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia
(pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan
dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi, karena itu
absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik.
Absorbsi dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu absorbsi fisik dan
absorbsi kimia. Setiap mekanisme tersebut memiliki ciri tersendiri. Absorbsi fisik
dan kimia dijelaskan sebagai berikut:
Neraca massa total dalam kolom absorber dapat ditulis sebagai berikit :
G(Yn+1 – Y1) = L(Xn – Xo)
2.3. Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan
diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.
Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci. Absorben harus memenuhi
beberapa persyaratan, antara lain :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorbsi yang besar, tujuannya
agar gas yang berada dalam campurannya dapat diserap oleh absorban dengan
baik.
2. Memiliki tekanan uap yang rendah, hal ini diperlukan agar absorban yang
digunakan tidak mudah menguap. Jika absorban mudah menguap maka
absorban tersebut akan mudah teruapkan dan ikut bersama campuran gas yang
akan dipisahkan.
3. Tidak korosi, hal ini dimaksudkan agar kolom absorbsi dapat digunakan
dalam jangka panjang.
4. Mempunyai viskositas yang rendah, agar absorban dapat mengalir dan dapat
terkontakan dengan campuran yang akan dipisahkan.
5. Murah dalam pembeliannya agar menghemat biaya dalam operasi absorbsi
gas.
6. Tidak beracun, tidak mudah terbakar, stabil, dan memiliki titik beku yang
rendah (Treybal,1973)
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk
gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan),
natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam
sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
2.4.2 Zeolit
Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal, melainkan sekelompok
mineral yang terdiri dari beberapa jenis unsur. Secara umum mineral zeolit adalah
senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali tanah. serta mempunyai
rumus kimia sebagai berikut :
M2x/nSi1-xAlxO2.yH2O
Dengan M = e.g Na, K, Li, Ag, NH, H, Ca, Ba
Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur kristal, sedangkan logam
alkali adalah kation yang mudah tertukar. Jumlah molekul air menunjukkan
jumlah pori-pori atau volume ruang hampa yang akan terbentuk bila unit sel
kristal zeolit tersebut dipanaskan. Penggunaan zeolit cukup banyak, misalnya
untuk industri kertas, karet, plastik, agregat ringan, semen puzolan, pupuk,
pencegah polusi, pembuatan gas asam, tapal gigi, mineral penunjuk eksplorasi,
pembuatan batubara, pemurnian gas alam, industri oksigen, industri petrokimia.
Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh
molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitas kation. Bila kristal tersebut
dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada temperatur 250-900 oC, maka
kristal zeolit yang bersnagkutan berfungsi menyerap gas atau cairan. Daya serap
(absorbansi) zeolit tergantung dari jumlah ruang hampa dan luas permukaan.
Biasanya mineral zeolit mempunyai luas permukaan beberapa ratus meter persegi
untuk setiap gram berat. Beberapa jenis mineral zeolit mampu menyerap gas
sebanyak 30% dari beratnya dalam keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya
dilakukan dalam ruang hampa dengan menggunakan gas atau udara kering
nitrogen atau metana dengan maksud mengurangi tekanan uap ari terhadap zeolit
itu sendiri.
2.4.3 Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit
dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis
lempung tergantung dari penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi,
mineral industri dan lain-lain. Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan
berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu activated clay dan
fuller's earth. Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat,
tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu.
Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau pembersih
bahan wool dari lemak. Sifat bentonit sebagai adsorben adalah :
1. Mempunyai Surface Area Yang Besar (Fisika)
2. Bersifat Asam Yang Padat (Kimia)
3. Bersifat Penukar-Ion (Kimia)
4. Bersifat Katalis (Kimia)
Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena
bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32-.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Pada percobaan absorpsi gas CO2 dilakukan dengan variabel bebas berupa
laju alir air (F1) yaitu 3, 4 dan 5 L/min dengan laju alir udara (F2) yaitu 81 L/min
serta laju alir gas CO2 (F3) yaitu 3, 4 dan 5 L/min agar diketahui penyerapan gas
CO2 yang paling efisien dari S1, S2 atau S3. Pada percobaan ini digunakan
Menara isian (packing tower) yang berbentuk silinder diisi dengan packing
dengan jenis isiannya adalah rashing ring. Packing berfungsi untuk memperbesar
luas permukaan kontak fase gas dan cair. Pendistribusian gas dilakukan dari
bawah karena densitas gas lebih rendah dibandingkan zat cair.
4.1 Perbandingan Nilai Fraksi CO2 dari Neraca Massa dan Hempl
Analyzer
Pada praktikum absorpsi gas dilakukan pengambilan sampel dari bagian
bawah menara packing yang bertujuan untuk mengetahui kadar CO2 mula-mula
yang terdapat di dalam aliran udara. Pada kondisi ini, valve S3 dibuka sedangkan
valve S1 dan valve S2 ditutup, untuk data kondisi operasi pada variasi laju alir air
dan laju alir CO2 yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Pada Bagian Bawah Menara (S3 ), F2 = 81 L/min
Pembacaan Gas Masuk Saluran dari Bawah
Dari Peralatan Perhitungan Yi
Dari Flowmeter
Hempl
F2(udara
F3 (CO2)
F1(air) ) V1 V2
(L/menit F3/(F2+F3) (V2/V1)
(L/menit) (L/menit (L) (L)
)
)
3 0,02 0,00105 0,0357143 0,0525
3 81 4 0,02 0,0015 0,0470588 0,075
5 0,02 0,0016 0,0581395 0,08
3 0,02 0,0012 0,0357143 0,06
4 81 4 0,02 0,0016 0,0470588 0,08
5 0,02 0,00175 0,0581395 0,0875
5 81 3 0,02 0,0014 0,0357143 0,07
4 0,02 0,0017 0,0470588 0,085
5 0,02 0,00195 0,0581395 0,0975
0.06
0.05
F3/(F2+F3)
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
V2/V1
F1 = 3 L/menit F1 = 4 L/menit F1 = 5 L/menit
Gambar 4.1 Kurva Perbandingan Nilai Fraksi CO2 dari Flowmeter dan Fraksi
CO2 dari Hempl Analyzer pada Valve S3 dengan F2= 81 L/min.
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat perbandingan nilai fraksi gas CO2
(Yi) yang diperoleh dari hasil perhitungan laju alir memiliki sedikit perbedaan
dengan hasil pengukuran alat Hempl analyzer. Pada kecepatan laju alir air 3
L/menit dan laju alir CO2 3 L/min, 4 L/min dan 5 L/min diperoleh nilai Yi yang di
ukur dari flowmeter sebesar 0,0357143; 0,0470588 dan 0,0581395. Sedangkan
nilai Yi dari Hempl analyzer sebesar 0,0525; 0,075 dan 0,08. Pada kecepatan laju
alir air 4 L/menit dan laju alir CO2 3 L/min, 4 L/min dan 5 L/min diperoleh nilai
Yi yang di ukur dari flowmeter sebesar 0,0357143; 0,0470588 dan 0,0581395,
Sedangkan nilai Yi dari Hempl analyzer sebesar 0,06; 0,08 dan 0,0875. Pada
penggunaan kecepatan laju alir air yaitu 5 L/min dengan laju alir CO2 adalah CO2
3 L/min, 4 L/min dan 5 L/min, maka diperoleh nilai Yi yang diukur dengan
menggunakan flowmeter yaitu 0,0357143; 0,0470588 dan 0,0581395, sedangkan
nilai Yi dari Hempl analyzer adalah sebesar 0,07; 0,085 dan 0,0975.
4.2 Pengambilan Sampel Gas dari Tengah Menara (S2)
Percobaan ke-2 diperoleh hasil percobaan untuk pengambilan sampel
bagian tengah menara atau S2 dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Hasil Percobaan Pada Bagian Tengah Menara (S2 ), F2 = 81 L/min
Pembacaan Gas Masuk Saluran dari Tengah
Dari Peralatan Perhitungan Yi
Dari Flowmeter
Hempl
F2(udara
F1(air) F3(CO2)
) V1 V2
(L/menit (L/menit F3/(F2+F3) (V2/V1)
(L/menit (L) (L)
) )
)
3 0,02 0,0007 0,03571429 0,035
3 81 4 0,02 0,0012 0,04705882 0,06
5 0,02 0,00135 0,05813953 0,0675
3 0,02 0,00105 0,03571429 0,0525
4 81 4 0,02 0,00135 0,04705882 0,0675
5 0,02 0,0016 0,05813953 0,08
3 0,02 0,00115 0,03571429 0,0575
5 81 4 0,02 0,0015 0,04705882 0,075
5 0,02 0,0018 0,05813953 0,09
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
V2/V1
F1 = 3 L/menit F2 = 4 L/menit F3 = 5 L/menit
Gambar 4.2 Kurva Perbandingan Nilai Fraksi CO2 dari Flowmeter dan Fraksi
CO2 dari Hempl Analyzer pada Valve S2 dengan F2 81 L/min
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat perbandingan nilai fraksi gas CO2
(Yi) yang diperoleh dari hasil perhitungan laju alir memiliki sedikit perbedaan
dengan hasil pengukuran alat Hempl Analyzer. Pada kecepatan laju alir air 3
L/menit dan laju alir CO2 3 L/min, 4 L/min dan 5 L/min diperoleh nilai Yi yang di
ukur dari flowmeter sebesar 0,03571429; 0,04705882dan 0,05813953. Sedangkan
nilai Yi dari Hempl analyzer sebesar 0,035; 0,06 dan 0,0675. Pada kecepatan laju
alir air 4 L/menit dan laju alir CO2 3 L/min, 4 L/min dan 5 L/min diperoleh nilai
Yi yang di ukur dari flowmeter sebesar 0,03571429; 0,04705882 dan 0,05813953,
Sedangkan nilai Yi dari Hempl analyzer sebesar 0,0525; 0,0675 dan 0,08. Pada
penggunaan kecepatan laju alir air yaitu 5 L/min dengan laju alir CO2 adalah CO2
3 L/min, 4 L/min dan 5 L/min, maka diperoleh nilai Yi yang diukur dengan
menggunakan flowmeter yaitu 0,03571429; 0,04705882 dan 0,05813953, sedangkan
nilai Yi dari Hempl analyzer adalah sebesar 0,0575; 0,075 dan 0,09.
0.07
0.06
0.05
F3/(F2+F3)
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
V2/V1
F1 = 3 L/menit F1 = 4 L/menit F1 = 5 L/menit
Gambar 4.3 Kurva Perbandingan Nilai Fraksi CO2 dari Flowmeter dan Fraksi
CO2 dari Hempl analyzer pada Valve S1 dengan F2 81 L/min
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat perbandingan nilai fraksi gas CO2
(Yi) yang diperoleh dari hasil perhitungan laju alir memiliki sedikit perbedaan
dengan hasil pengukuran alat Hempl Analyzer. Pada kecepatan laju alir air 3
L/menit dan laju alir CO2 3 L/min, 4 L/min dan 5 L/min diperoleh nilai Yi yang di
ukur dari flowmeter sebesar 0,03571429; 0,04705882 dan 0,05813953. Sedangkan
nilai Yi dari Hempl analyzer sebesar 0,035; 0,0425 dan 0,0525. Pada kecepatan
laju alir air 4 L/menit dan laju alir CO2 3 L/min, 4 L/min dan 5 L/min diperoleh
nilai Yi yang di ukur dari flowmeter sebesar 0,03571429; 0,04705882 dan
0,05813953, Sedangkan nilai Yi dari Hempl analyzer sebesar 0,035; 0,0555 dan
0,06. Pada penggunaan kecepatan laju alir air yaitu 5 L/min dengan laju alir CO 2
adalah CO2 3 L/min, 4 L/min dan 5 L/min, maka diperoleh nilai Yi yang diukur
dengan menggunakan flowmeter yaitu 0,03571429; 0,04705882 dan 0,05813953,
sedangkan nilai Yi dari Hempl analyzer adalah sebesar0,05; 0,0595 dan 0,0675.
Jumlah CO2 yang terabsorbsi dihitung dengan neraca massa dapat dilihat pada
Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Neraca Massa CO2 yang Terabsorbsi Pada Bagian Atas Menara
Pembacaan Gas Masuk Saluran Dari Atas S1
F2, Absorbsi
F1, H2O F3, CO2
udara Y0-1 Yi F2+F3 CO2 (Fa1-3)
L/min L/min
L/min (L/min)
3 0,025 0,0525 84 2,3692
3 81
4 0,0425 0,075 85 2,4541
4 0,0525 0,08 86 2,4960
3 0,035 0,06 84 2,1762
4 4 0,0555 0,08 85 2,2049
5 0,06 0,0875 86 2,5160
3 0,05 0,07 84 1,7684
5 4 0,0595 0,085 85 2,3046
5 0,0675 0,0975 86 2,9893
Pada pengambilan sampel dari bagian atas menara packing yang bertujuan
untuk mengetahui kadar CO2 yang terdapat di dalam aliran udara. Pada kondisi
ini, perbedaan kecepatan laju alir CO2 berpengaruh terhadap hasil absorbsi yang
didapat. Hubungan variasi laju alir CO2 terhadap CO2 yang terabsorbsi dengan
kecepatan alir udara 81 L/min dapat dilihat pada Gambar 4.4.
3.5
3.0
Gas CO2 Terabsorpsi
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0 1 2 3 4 5 6
Laju Alir CO2 (L/menit)
Gambar 4.4 Kurva Hubungan Variasi Laju Alir CO2 terhadap CO2
Terabsorbsi Valve S1 dengan F2 81 L/min
Dari Gambar 4.4 dapat dilihat hubungan laju alir CO2 dengan CO2 yang
terabsorbsi. Semakin besar laju alir air maka jumlah CO2 yang terabsorbsi akan
semakin banyak. Berdasarkan teori, aliran yang memiliki laju alir lebih besar akan
lebih bergelombang dan pecah sehingga aliran menyebar ke seluruh permukaan
packing. Hal tersebut mengakibatkan luas interfacial packing dalam kolom
absorpsi akan meningkat serta meningkatkan proses pengikatan CO2 yang terjadi
di dalam kolom absorpsi.
Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat hubungan perbedaan kecepatan laju
alir CO2 dengan hasil gas CO2 yang terabsorbsi. Pada kecepatan laju alir air 3
L/menit dan laju alir CO2 3 L/min, 4 L/min dan 5 L/min diperoleh nilai CO2 yang
terabsorbsi yaitu, 2,3692 ; 2,4541 dan 2,4960 L/min . Pada kecepatan laju alir air
4 L/menit dan laju alir CO2 3 L/min, 4 L/min dan 5 L/min diperoleh nilai CO2
yang terabsorbsi yaitu, 2,1762; 2,2049 dan 2,5160 L/min. Pada penggunaan
kecepatan laju alir air yaitu 5 L/min dengan laju alir CO2 adalah CO2 3 L/min, 4
L/min dan 5 L/min, maka diperoleh nilai CO2 yang terabsorbsi yaitu, 1,7684;
2,3046 dan 2,9893 L/min.
Jumlah CO2 yang terabsorbsi dihitung dengan neraca massa dapat dilihat pada
Tabel 4.5
Tabel 4.5 Neraca Massa CO2 yang Terabsorbsi Pada Bagian Tengah Menara
Pembacaan Gas Masuk Saluran Dari Atas S1
F2, Absorbsi
F1, H2O F3, CO2
udara Y0-2 Yi F2+F3 CO2 (Fa1-3)
L/min L/min
L/min (L/min)
3 81 3 0,035 0,0525 84 1,5233
4 0,06 0,075 85 1,3564
5 0,0675 0,08 86 1,1528
3 0,0525 0,06 84 0,6649
4 4 0,0675 0,08 85 1,1394
5 0,08 0,0875 86 0,7011
3 0,0575 0,07 84 1,1141
5 4 0,075 0,085 85 0,9189
5 0,09 0,0975 86 0,7088
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0 1 2 3 4 5 6
Laju Alir CO2 (L/menit)
F1 = 3 L/menit F2 = 4 L/menit F3 = 5 L/menit
Gambar 4.5 Kurva Hubungan Variasi Laju Alir CO2 terhadap CO2
Terabsorbsi Valve S2 dengan F2 81 L/min
Pada Gambar 4.5 dapat dilihat nilai CO2 yang terabsorbsi pada praktikum
ini mengalami kenaikan dan penurunan. Pada kecepatan laju alir air 3 L/menit dan
laju alir CO2 3 L/min, 4 L/min dan 5 L/min diperoleh nilai CO2 yang terabsorbsi
yaitu, 1,5233; 1,3564 dan 1,1528 L/min. Pada kecepatan laju alir air 4 L/menit
dan laju alir CO2 3 L/min, 4 L/min dan 5 L/min diperoleh nilai CO2 yang
terabsorbsi yaitu, 0,6649; 1,1394 dan 0,7011 L/min. Pada penggunaan kecepatan
laju alir air yaitu 5 L/min dengan laju alir CO2 adalah CO2 3 L/min, 4 L/min dan 5
L/min, maka diperoleh nilai CO2 yang terabsorbsi yaitu, 1,1141; 0,9189 dan
0,7088 L/min.
Fa3–3 =0
Pada pengambilan sampel di bagian bawah kolom (S3), kontak yang
terjadi antara gas CO2 dengan absorben (air) sangat kecil karena bagian bawah
kolom merupakan tempat pendistribusian gas dan udara, sehingga dalam
perhitungan diasumsikan belum ada gas CO2 yang terkontak dengan air dan fraksi
gas CO2 diudara yang didapat menjadi fraksi mula-mula atau Yi.
2.5
CO2 yang Terabsorpsi
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0 50 100 150
3.0
2.5
CO2 yang Terabsorpsi
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Gambar 4.7 Hubungan antara Jumlah CO2 yang Terabsopsi dengan Ketinggian
Kolom pada Laju Alir Air 4 L/min
3.5
3.0
CO2 yang Terabsorpsi
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Tinggi Kolom (cm)
Gambar 4.6; 4.7; dan 4.8 diatas merupakan hubungan antara tinggi kolom
dengan jumlah CO2 yang terabsorbsi dengan laju alir CO2 sebesar 3, 4, dan 5
L/menit, serta laju alir udara 81 L/menit. Gambar 4.6 menunjukkan air sebagai
absorben dengan laju alir 3 L/min dan laju alir gas CO2 3 L/min CO2 yang
terabsorbsi sebesar 2,3692 dan 1,5233 L/min. Pada laju alir CO2 4 L/min
didapatkan CO2 yang terabsorbsi sebesar 2,4541 dan 1,3564 L/min. Pada laju alir
CO2 5 L/min didapatkan CO2 yang terabsorbsi sebesar 2,4960 dan 1,1528 L/min.
Gambar 4.7 menunjukkan air sebagai absorben dengan laju alir 4 L/min.
Laju alir gas CO2 3 L/min CO2 yang terabsorbsi sebesar 2,1762 dan 0,6649 L/min.
Pada laju alir CO2 4 L/min didapatkan CO2 yang terabsorbsi sebesar 2,2049 dan
1,1394 L/min. Pada laju alir CO2 5 L/min didapatkan CO2 yang terabsorbsi
sebesar 2,5160 dan 0,7011 L/min.
Gambar 4.8 menunjukkan air sebagai absorben dengan laju alir 5 L/min.
Laju alir gas CO2 3 L/min CO2 yang terabsorbsi sebesar 1,7684 dan 1,1141 L/min.
Pada laju alir CO2 4 L/min didapatkan CO2 yang terabsorbsi sebesar 2,3046 dan
0,9189 L/min. Pada laju alir CO2 5 L/min didapatkan CO2 yang terabsorbsi
sebesar 2,9893 dan 0,7088 L/min.
Pada ketinggian menara 0 cm (bagian bawah menara) dengan laju alir air,
udara, gas CO2 yang sama, jumlah CO2 yang terabsorbsi sebesar 0. Maka, dapat
disimpulkan semakin tinggi ketinggian menara atau kolom maka semakin banyak
jumlah CO2 yang terabsorbsi. Kolom absorbsi yang tinggi mengakibatkan kontak
antara gas CO2 dan air menjadi semakin lama, sehingga jumlah gas CO2 yang
terabsorbsi menjadi semakin banyak. Jadi, tinggi menara absorbsi sebanding
dengan jumlah gas CO2 yang terbasorbsi.
BAB V
KESIMPULAN
A.1. Perhitungan
1. Perhitungan Yi dari Flowmeter untuk valve S1, S2, S3
a. Diketahui: F1 = 3 L/menit; F2 = 81 L/menit; F3 = 3 L/menit
𝐹3
Yi = 𝐹2+𝐹3
3
Yi = 81+3
Yi = 0,035714286
Yi = 0,047058824
Yi = 0,058139535
2. Pada valve S2
a. Untuk F1 & F2 = 3 & 81 L/menit
F3 = 3, 4, 5 L/menit
V1 = 20 ml V2 = 0,7 ml Yi = 0,035
V1 = 20 ml V2 = 1,35 ml Yi = 0,0675
V1 = 20 ml V2 = 1,2 ml Yi = 0,06
b. Untuk F1 & F2 = 4 & 81 L/menit
F3 = 3, 4, 5 L/menit
V1 = 20 ml V2 = 1,15 ml Yi = 0,0575
V1 = 20 ml V2 = 1,5 ml Yi = 0,075
V1 = 20 ml V2 = 1,8 ml Yi = 0,09
c. Untuk F1 & F2 = 5 & 81 L/menit
F3 = 3, 4, 5 L/menit
V1 = 20 ml V2 = 1,2 ml Yi = 0,06
V1 = 20 ml V2 = 1,05 ml Yi = 0,0525
V1 = 20 ml V2 = 1,6 ml Yi = 0,08
3. Pada valve S1
a. Untuk F1 & F2 = 3 & 81 L/menit
F3 = 3, 4, 5 L/menit
V1 = 20 ml V2 = 1,05 ml Yi = 0,0525
V1 = 20 ml V2 = 1,5 ml Yi = 0,075
V1 = 20 ml V2 = 1,6 ml Yi = 0,08
b. Untuk F1 & F2 = 4 & 81 L/menit
F3 = 3, 4, 5 L/menit
V1 = 20 ml V2 = 2,9 ml Yi = 0,145
V1 = 20 ml V2 = 1,6 ml Yi = 0,08
V1 = 20 ml V2 = 1,95 ml Yi = 0,0975
c. Untuk F1 & F2 = 5 & 81 L/menit
F3 = 3, 4, 5 L/menit
V1 = 20 ml V2 = 1,4 ml Yi = 0,07
V1 = 20 ml V2 = 1,6 ml Yi = 0,08
V1 = 20 ml V2 = 1,75 ml Yi = 0,0875
A.2.Pembuktian rumus Fa dengan neraca massa pada kolom absorbsi
1. Pada Kolom Atas (S1)
Bila fraksi CO2 dalam arus gas masuk melalui S3 disebut fraksi CO2 input
atau Yi = (V2/V1) dan fraksi CO2 yang diambil dari S1 disebut fraksi CO2
output pada S1 atau Y0-1 = (V2/V1)0-1, maka nilai Fa1-3 dapat dicari dengan
neraca massa pada kolom absorpsi:
[CO 2 ]in - [CO 2 ]out [CO 2 ]absorbed
[F2 F3 ]Yi - [F2 (F3 - Fa1-3 )] Y0-1 Fa1-3
Maka,
[F2 F3 ]Yi - [F2 F3 ] Y0-1 Fa1-3 - Fa1-3 x Y0-1
[F2 F3 ]( Yi - Y0-1 ) Fa1-3 (1 - Y0-1 )
( Yi - Y0-1 )
Fa1-3 [F2 F3 ]
(1 - Y0-1 )
(0.035−0.02)
Fa1 – 3 = (67)
1−0.02
Maka,
[F2 F3 ]Yi - [F2 F3 ] Y0-2 Fa 2-3 - Fa 2-3 x Y0-2
[F2 F3 ]( Yi - Y0-2 ) Fa 2-3 (1 - Y0-2 )
( Yi - Y0-2 )
Fa 2-3 [F2 F3 ]
(1 - Y0-2 )
( Yi - Y0-2 )
Fa 2-3 [81 3]
(1 - Y0-2 )
(0,035−0,025)
Fa2 – 3 = (67)
1−0,025