Anda di halaman 1dari 37

GAMBARAN SPIRITUALITAS “PENGETAHUAN TENTANG

WUDHU, TAYAMUM DAN SHOLAT” PADA LANSIA DI RUANG


DAHLIA DAN FLAMBOYAN RUMAH PELAYANAN SOSIAL
LANJUT USIA ”PUCANG GADING” SEMARANG

Desain Inovatif

Disusun Oleh Kelompok 7 :


1. Novriska Wulandari (G3A017138)
2. Eka Purnawati (G3A017187)
3. Marlita Isti Pratiwi (G3A017244)
4. Andrias Puji Laksono (G3A017245)
5. Armawati (G3A017248)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
GAMBARAN SPIRITUALITAS “PENGETAHUAN TENTANG SHOLAT,
WUDHU, DAN TAYAMUM” PADA LANSIA DI RUANG DAHLIA DAN
FLAMBOYAN DI RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
”PUCANG GADING” SEMARANG

A. LATAR BELAKANG KEGIATAN


Proporsi penduduk dewasa, terutama lansia di Jawa Tengah terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2012 jumlah lansia mencapai 3,57 juta jiwa atau 10,81
persen dari seluruh penduduk Provinsi Jawa Tengah kemudian naik menjadi 3,98
juta jiwa atau sebesar 11,79 persen pada tahun 2015. Sedangkan berdasarkan hasil
Angka Proyeksi Penduduk tahun 2016, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah
meningkat menjadi 4,14 juta jiwa atau sebesar 12,18 persen.
Lansia menderita sedikitnya satu penyakit kronis, namun banyak di antaranya
yang menderita lebih dari satu. Selain berbagai penyakit kronis, lansia juga
mengalami masalah psikososial diantaranya adalah memiliki ketidakmampuan
fisik, seperti depresi, ansietas, alkoholisme, dan bunuh diri yang terjadi bersamaan,
namun belum di dokumentasikan secara pasti. Berduka, nyeri, dan kontrol
kehilangan kendali mempengaruhi integritas pribadi lansia. Hal ini dapat di
netralisir atau dihilangkan dengan kehidupan spiritualitas yang kuat (Stanley &
Beare, 2012). Spiritualitas merupakan kualitas dasar manusia yang dialami oleh
setiap orang dari semua keyakinan dan bahkan oleh orang-orang yang tidak
berkeyakinan tanpa memandang ras, warna, asal negara, jenis kelamin, usia, atau
disabilitas. Spiritualitas mencakup hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan
alam harmonis, hubungan dengan orang lain, dan hubungan dengan ketuhanan
(Hamid, 2009). Salah satu tugas perkembangan lansia berkaitan dengan spiritualitas
adalah beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik. Spiritualitas
secara signifikan membantu lansia dan pemberi layanan untuk beradaptasi terhadap
perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis. Adaptasi yang berhasil akan
menyebabkan pertumbuhan spiritual. Lansia yang memiliki pemahaman
kesejahteraan spiritual merasakan hubungan dengan kekuatan tertinggi dan orang
lain dapat menemukan arti dan tujuan hidup, akan dapat beradaptasi lebih baik
dengan penyakit kronis yang dimilikinya, di mana membantu lansia mencapai
potensi dan peningkatan kualitas hidupnya (Adegbola, 2006). Kebutuhan
spiritualitas pada lansia dipengaruhi oleh faktor usia yang sudah mulai renta atau
uzur dan kondisi tidak aktif karena pensiun atau tidak bekerja. Upaya yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritualitas lansia adalah dengan melibatkan
keluarga sebagai orang terdekat akan mencurahkan segala perhatiannya bagi
kesejahteraan lansia khususnya kesejahteraan spiritualitas lansia (Alvianti, 2008).
Shalat fardhu merupakan suatu bentuk ibadah yang di dalamnya tersusun dari
beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dari takbiratul ihram dan di akhiri
dengan salam (Labib, 2001:61). Lansia yang mengerjakan shalat fardhu secara rutin, ia
akan merasakan ketenangan dan ketentraman dalam jiwanya. Ketenangan dan
ketentraman yang dialami lansia akan menambah tingkat spiritual di dalam dirinya
(Harapan dkk, 2014: 2).
Pada usia lanjut, perkembangan jiwa keagamaan lebih bersikap kepasrahan akan
takdir Allah swt (Raharjo, 2012: 46). Lansia yang sudah matang dalam beragama,
maka lebih sabar, tawakal, dan mengembalikan semua permasalahan kepada Allah. Hal
tersebut dikarenakan, seseorang yang berusia lanjut kegamaannya semakin kuat,
sehingga dirinya sudah mantap dengan keyakinan yang dipegangnya.
Kemantapan agama dan iman pada lansia, memiliki kecenderungan dalam
memilih kehidupan akhirat dibandingkan dengan kehidupan dunia. Pada usia ini,
mereka beranggapan bahwa, kehidupan dunia hanyalah kehidupan sementara,
sedangkan kehidupan sebenarnya adalah kehidupan akhirat yang menjanjikan akan
keabadian dan kekekalan bagi yang mempercayai (Raharjo, 2012: 47).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang Sholat, wudhu dan
tayammum pada Lansia di Ruang Flamboyan dan Anggrek Rumah Pelayanan
Sosial Lanjut Usia ”Pucang Gading” Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendiskripsikan karakteristik Lansia di Ruang Dahlia dan
Flamboyan Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia ”Pucang Gading”
Semarang.
b. Untuk mendiskripsikan gambaran spiritualitas “pengetahuan tentang Sholat,
wudhu dan tayammum” pada Lansia di Ruang Dahlia dan Flamboyan
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia ”Pucang Gading” Semarang.
c. Untuk memberikan intervensi spiritualitas “pengetahuan tentang Sholat,
wudhu dan tayammum” pada Lansia di Ruang Dahlia dan Flamboyan
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia ”Pucang Gading” Semarang.
d. Untuk memberikan implementasi spiritualitas “pengetahuan tentang Sholat,
wudhu dan tayammum” pada Lansia di Ruang Dahlia dan Flamboyan
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia ”Pucang Gading” Semarang

C. TOPIK/ TEMA/ JUDUL


Gambaran Spiritualitas “Pengetahuan Tentang Sholat, wudhu dan tayamum”
Pada Lansia Di Ruang Dahlia dan Flamboyan Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia
”Pucang Gading” Semarang.

D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi spiritual
Spiritualitas merupakan bagian dari kebutuhan yang sangat penting bagi
manusia. Spiritual berasal dari kata latin yaitu spiritus, yang bermakna
hembusan nafas. Makna ini berkonotasi sebagai sesuatu yang memberikan
kehidupan atau sesuatu yang amat penting bagi hidup manusia. Berdasarkan
asal kata tersebut, maka spiritualitas merupakan bagian yang sangat penting
bagi manusia. Beberapa teori mengemukakan definisi spiritual menurut sudut
pandang masing-masing namun memiliki makna yang sama.
Menurut Wright mendefinisikan spiritualitas adalah apapun atau siapapun
yang memberikan makna tertinggi dan tujuan dalam kehidupan seseorang yang
mengundang cara-cara tertentu berada di dunia dalam kaitannya dengan orang
lain, diri sendiri dan alam semesta.
Menambahkan bahwa spiritualitas merupakan inti dari kesejahteraan
seseorang yang biasanya dikonseptualisasikan sebagai pengalaman yang lebih
tinggi atau transendensi diri sendiri, dan bersifat individual. Spiritual juga
mencakup makna, sukacita dan damai.
2. Konsep-konsep yang berhubungan dengan spiritualitas
Spiritual merupakan sesuatu konsep yang dipercayai oleh seseorang dalam
hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan
suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya Tuhan, adanya suatu
permohonan maaf atas segala kesalahan yang diperbuatnya. Spiritualitas juga
merupakan suatu kekuatan yang dibutuhkan pasien selama di rawat di rumah
sakit.
Spiritualitas dapat mempengaruhi proses penyembuhan dan penguatan diri
atau koping pada pasien dalam menghadapi penyakitnya. Pendekatan
sistematis terhadap perawatan spiritual pasien menjamin perawatan yang tepat
dan efektif. Spiritualitas merupakan suatu refleksi dari pengalaman internal
(inner experience) yang diekspresikan secara individual, maka spiritualitas
mempresentasikan dari banyak aspek dalam diri manusia, antara lain agama,
keyakinan/kepercayaan, harapan, transendensi, dan pengampunan. Beberapa
diantara konsep di atas akan diuraikan secara singkat berikut ini:
a. Agama
Spiritualitas dan agama memiliki kesamaan dalam beberapa aspek dan
juga memiliki konsep yang saling tumpang tindih. Agama biasanya
dipahami sebagai pengungkapan praktik spiritualitas: organisasi, ritual,
dan praktik iman. Agama merupakan bentuk konkrit dari spiritualitas yang
menawarkan cara-cara mengekspresikan spiritual dengan memberikan
panduan bagi yang mempercayainya.
b. Keyakinan/Keimanan
Keimanan adalah kepercayaan atau komitmen kepada sesuatu atau
seseorang. Keimanan dapat ada dalam diri seseorang, baik pada orang
yang beragama maupun yang tidak beragama. Keimanan memberikan
makna hidup, memberikan kekuatan pada saat individu mengalami
kesulitan dalam kehidupannya. Keimanan sangat diperlukan pada pasien
yang sakit, dalam setiap anggota tim kesehatan, atau pada keduanya,
dapatmemberikan kekuatan dan harapan.
c. Harapan
Harapan merupakan bagian dalam konsep spiritualitas. Harapan
merupakan inti dalam kehidupan dan dimensi esensial bagi keberhasilan
dalam menghadapi dan mengatasi keadaan sakit dan kematian.
d. Transendensi
Transendensi diri didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk keluar
dari dirinya sendiri, memperluas diri sendiri melebihi hal yang
menyangkut personal dan menempatkannya pada perspektif, aktifitas dan
tujuan kehidupan yang lebih luas. Transendensi adalah persepsi individu
tentang dirinya yangmenjadi bagian dari sesuatu yang lebih tinggi dan
lebih luas dari keberadaannya
e. Ampunan
Rasa bersalah akan dosa dimasa lalu terkadang membuat seseorang
membutuhkan sarana untuk pengampunan. Konsep ampunan (
forgiveness) mendapatkan perhatian meningkat dari para profesional
pelayanan kesehatan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi spiritualitas


Faktor yang mempengaruhi spiritualitas yaitu (Hawari 2002) :
a. Usia
Usia sangat berpengaruh terhadap tingkat spiritualitas seseorang.
Usia anak, remaja, dewasa, dan lansia cara pandang mereka terhadap
spiritual akan berbeda. Masa anak-anak merupakan masa bermain
dimana anak belum begitu mengerti tentang spiritual dan bagaimana cara
menerapkannya. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak ke dewasa
dimana dalam tahap ini seseorang sedang mencari jati diri dan
pendalaman spiritual. Pada masa dewasa seseorang lebih banyak
disibukkan oleh pekerjaan dan waktu untuk beribadah lebih sedikit
dibandingkan usia lansia.
b. Kebudayaan
Latar belakang sosial budaya dan tradisi agama di dalam keluarga
maupun lingkungan tempat tinggal akan mempengaruhi tingkat spiritual,
sikap, tingkah laku, kepercayaan dan nilai-nilai yang diyakini.
c. Keluarga
Peran keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan
spiritualitas anak terutama peran orang tua. Hal ini dikarenakan keluarga
merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam
mempersepsikan kehidupan di dunia.
d. Pengalaman hidup
Cara pandang dalam memaknai pengalaman hidup dan kemampuan
koping seseorang dipengaruhi oleh spiritualitas. Pengalaman hidup
positif membuat seseorang bersyukur dan pengalaman negatif dianggap
sebagai cobaan untuk menguji keimananan seseorang.
e. Krisis dan perubahan
Krisis yang dimaksudkan adalah kondisi ketika seseorang
menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan bahkan
kematian. Pada pasien dengan penyakit terminal dan prognosis yang
buruk, keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang atau berdoa
lebih tinggi dibandingkan pasien dengan penyakit akut. Perubahan dalam
kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman
spiritual, dan juga pengalaman yang bersifat fisik dan emosional.
f. Terpisah dari ikatan spiritual
Pasien dengan penyakit kronik lebih banyak menghabiskan waktu di
pelayanan kesehatan. Hal tersebut memberikan tekanan tersendiri bagi
pasien yaitu pasien merasa kehilangan kebebasan pribadi. Semakin lama
pasien terpisah dari ikatan spiritual, maka dapat beresiko terjadinya
perubahan fungsi spiritualnya.
g. Isu moral terkait dengan terapi
Terapi medis sering dipengaruhi oleh keyakinan agama pasien,
sehingga konflik antara terapi dengan keyakinan agama sering dialami
oleh pasien dan tenaga kesehatan.
4. Terapi spiritual
Terapi spiritual berdasarkan Nursing Intervention Classificatin (NIC)
meliputi:
a. Memfasilitasi pertumbuhan spiritual
Memfasilitasi pertumbuhan spiritual pada pasien untuk
mengidentifikasi kapasitas, terhubung dengan dan berseru kepada sumber
makna, tujuan, kenyamanan, kekuatan, dan harapan dalam hidup mereka.
Berikut beberapa intervensi yang dapat dilakukan yaitu:
1) Tunjukkan kepedulian dan berikan kenyamanan dengan
menghabiskan waktu bersama pasien dan keluarga pasien.
2) Dorong percakapan yang membantu pasien dalam memilah masalah
spiritual.
3) Bantu pasien mengidentifikasi hambatan dan sikap yang menghambat
pertumbuhan atau penemuan diri.
4) Tawarkan individu dan kelompok prayer support.
5) Dorong pasien untuk mengkaji komitmen spiritualnya berdasarkan
keyakinan dan nilai-nilai.
6) Fasilitasi lingkungan yang menunjang meditasi atau perilaku
merenung untuk merefleksikan diri.
7) Merujuk untuk mengikuti support grup
b. Mengembangkan spiritual
1) Perlakukan pasien dengan bermartabat dan hormat
2) Dorong pasien untuk menggunakan komitmen spiritualnya untuk
mengatasi hambatan dan sikap yang menghambat perkembangan
spiritual.
3) Gunakan alat untuk memonitor dan mengevaluasi kesejahteraan
spiritual pasien
4) Gunakan tehnik klarifikasi nilai untuk membantu pasien
mengklarifikasi kepercayaan dan nilai
c. Terapi spiritual
Dukungan spiritual dilakukan untuk membantu pasien merasa
seimbang dan memiliki hubungan dengan kekuatan yang lebih besar.
Berikut beberapa intervensi yang dapat dilakukan, yaitu:
1) Gunakan komunikasi terapeutik untuk meningkatkan kepercayaan
dan kepedulian.
2) Dorong individu untuk merenungkan kehidupan di masa lalu dan
fokus pada peristiwa dan hubungan yang memberikan kekuatan dan
dukungan spiritual.
3) Berikan privasi dan waktu sendiri bagi pasien untuk melakukan
kegiatan spiritual.
4) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam kegiatan support group.
5) Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan guide imagery
6) Fasilitasi pasien untuk melakukan meditasi, beribadah, dan kegiatan
keagamaan lainnya
7) Berdoa bersama dengan pasien

Konsep Usia Lanjut


1. Pengertian Usia Lanjut
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang
di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Umur yang
dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar
antara 60-65 tahun. Adapun menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)
mencatat ada 4 tahapan mengenai batasan umur yaitu, usia pertengahan
(middle age) usia antara 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) usia antara 60-
74 tahun, lanjut usia tua (old) usia antara 75-90 tahun, sedangkan usia
sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun. Sehingga dapat di simpulkan
bahwa di sebut lanjut usia adalah seseorang yang telah berumur 65 tahun
keatas (Mubarak, 2006).
Batasan umur lanjut usia di Indonesia adalah 60 tahun keatas, hal ini
di pertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahterahan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2008).
2. Proses Menua
Menurut Constantindes dalam Nugroho, (2008) mengatakan bahwa
proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses
menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah dimulai sejak
lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status
penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.
Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan
terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan
stuktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif seperti, hipertensi,
aterosklerosis, diabetes militus dan kanker yang akan menyebabkan kita
menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik seperti
strok, infark miokard, koma asidosis, metastasis kanker dan sebagainya
(Martono & Darmojo, 2004).
Menurut Stanley dan Patricia (2002) beberapa teori tentang penuaan
dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu:
a. Teori Biologis
Yaitu teori yang mencoba untuk menjelaskan proses fisik
penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan,
panjang usia dan kematian.perubahan-perubahan dalam tubuh
termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama
dan kemampuan untuk berfungsi secara adekuat dan melawan
penyakit.
b. Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama
dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada
pembentukan kode etik. Penuaan adalah suatu proses yang secara
tidak sadar di wariskan yang berjalan dari waktu mengubah sel atau
struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan
panjang usia telah ditentukan sebelumnya.
c. Teori dipakai dan rusak
Teori ini terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang
menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah (pemakaian). Pada teori ini
juga dapat terjadinya peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia,
tidak adanya perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan
gizi (Maryam, 2008). Sedangkan menurut Leuckenotte (2000),
menjelaskan bahwa teori ini pada dasarnya mencerminkan keyakinan
bahwa organ-organ dan jaringan memiliki jumlah energi yang tersedia
dan pada akhirnya energi itu diberikan untuk di keluarkan.
3. Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya,
karsinogen dari industri cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat
membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini
diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih
merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam
penuaan.
4. Teori Imunitas
Teori ini menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun
yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bartamdah
tua,pertahanan mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit
seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi imun,
terjadilah peningkatan dalam respon autoimun tubuh.
5. Teori Neuroendokrin
Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal seperti
yang telah terjadi pad struktur dan sel.
6. Teori psikologis
Teori ini memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan prilaku
yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi
pada kerusakan anatomis. Perubahan sosiolgis dikombinasikan dengan
perubahan psikologis.
a. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang
subur dalam tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah merangsang
penelitian yang pantas di pertimbangkan. Teori kepribadian
menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa
menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia.
b. Teori Tugas perkembangan
Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu
melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang di jalani
dengan integritas. Dengan kondisi tidak adanya pencapaian pada
perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka
lansia tersebut beresiko untuk disibukkan denagn rasa penyesalan
atau putus asa.
c. Teori Disengagement (Teori Pembebasan)
Yaitu suatu proses yang menggambarkan penarikan diri oleh
lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Seperti
kemiskinan yang diderita oleh lansia dan menurunnya derajat
kesehatan yang mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan
menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.
d. Teori Aktifitas
Lawan langsung dari teori pembebasan adalah teori aktifitas
penuaan, yang berpandapat bahwa jalan menuju panuaan yang
sukses adalah dengan cara tetap aktif.
e. Teori Kontinuitas
Teori ini juga dikenal dengan teori perkembangan. Teori ini
menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan
kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang
akan dapat menyesuaikan diri terhadap penuaan.
7. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Persepsi kesehatan dapat menentukan kualitas hidup. Pemahaman
persepsi lansia tentang status kesehatan esensial untuk pengkajian yang
akurat dan untuk pengembangan intervensi yang relevan secara klinis.
Konsep lansia tentang kesehatan umumnya bergantung pada persepsi
pribadi terhadap kemampuan fungsional. Karna itu, lansia yang terlibat
dalam aktifitas kehidupan sehari-hari biasanya menganggap dirinya
sehat, sedangkan mereka yang aktifitasnya terbatas karena kerusakan
fisik, emosional atau sosial mungkin merasa dirinya sakit (Potter, 2005).
Menurut Maryam (2008), perubahan-perubahan yang terjadi pada
lanjut usia adalah :
a. Perubahan fisik
1) Sel
Terjadinya penurunan jumlah sel, terjadi perubahan ukuran
sel, berkurangnya jumlah cairan dalam tubuh dan berkurangnya
cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot,
ginjal, darah, dan hati, penurunan jumlah sel pada otak,
terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak menjadi
atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2) Sistem Persyarafan
Berat otak yang menurun 10-20% (setiap orang berkurang
sel syaraf otaknya dalam setiap harinya), cepat menurunnya
hubungan persyarapan, lambat dalam respon dan waktu untuk
bereaksi khususnya dengan stress, mengecilnya syaraf panca
indra, berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan ketahanan terhadap sentuhan,
serta kurang sensitive terhadap sentuan.
3) Sistem Pendengaran
Terjadinya presbiakusis (gangguan dalam pendengaran)
yaitu gangguan dalam pendengaran pada telinga dalam terutama
terhadap bunyi suara, nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada umur diatas 65
tahun. Terjadinya otosklerosis akibat atropi membran timpani.
Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratinin. Terjadinya perubahan penurunan
pendengaran pada lansia yang mengalami ketegangan jiwa atau
stress.
4) Sistem Penglihatan
Timbulnya sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar,
kornea lebih berbentuk sferis (bola), terjadi kekeruhan pada
lensa yang menyebabkan katarak, meningkatnya ambang,
pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat dan susah melihat pada cahaya gelap, hilangnya daya
akomodasi, menurunnya lapang pandang, serta menurunnya
daya untuk membedakan warna biru atau hijau. Pada mata
bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil
menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga
terhadap akomodasi, lensa menguning dan berangsur-angsur
menjadi lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga
memengaruhi kemampuan untuk menerima dan membedakan
warna-warna. Kadang warna gelap seperti coklat, hitam, dan
marun tampak sama.
5) Sistem Kardiovaskuler
Terjadinya penurunan elastisitas dinding aorta, katup
jantung menebal dan menjadi kaku, menurunnya kemampuan
jantung untuk memompa darah yang menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh
darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi yang dapat mengakibatkan tekanan
darah menurun (dari tidur ke duduk dan dari duduk ke berdiri)
yang mengakibatkan resistensi pembuluh darah perifer.
6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan sistem tubuh, hipotalamus dianggap
bekerja sebagai thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu
tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang
mempengaruhinya, perubahan yang sering ditemui antara lain
temperature suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik
kurang lebih 35oC, ini akan mengakibatkan metabolisme yang
menurun. Keterbatasan refleks mengigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya
aktivitas otot.
7) Sistem Respirasi
Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atropi,
aktivitas silia menurun, paru kehilangan elastisitas,
berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada arteri menurun,
karbon dioksida pada arteri tidak berganti, reflek dan
kemampuan batuk berkurang, sensitivitas terhadap hipoksia dan
hiperkarbia menurun, sering terjadi emfisema senilis,
kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan
menurun seiring pertambahan usia.
8) Sistem Pencernaan
Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang
bisa terjadi setelah umur 30 tahun, indra pengecap menurun,
hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam
dan pahit, esophagus melebar, rasa lapar nenurun, asam
lambung menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung
menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi,
fungsi absorpsi melemah, hati semakin mengecil dan tempat
penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.
9) Sistem Perkemihan
Perubahan pada sistem perkemihan antara lain ginjal yang
merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh
melalui urine, darah masuk keginjal disaring oleh satuan (unit)
terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tempatnya di
glomerulus), kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi
tubulus berkurang, akibatnya, kemampuan mengkonsentrasi
urine menurun, berat jenis urine menurun.
10) Sistem Endokrin
Produksi semua hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal
metabolic rate), dan daya pertukaran zat menurun, Produksi
aldosteron menurun, Sekresi hormon kelamin, misalnya
progesterone, estrogen, dan testoteron menurun.
11) Sistem Integumen
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisi,
Timbul bercak pigmentasi, Kulit kepala dan rambut menipis dan
berwarna kelabu, Berkurangnya elestisitas akibat menurunnya
cairan dan vaskularisasi, Kuku jari menjadi keras dan rapuh,
Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.
12) Sistem musculoskeletal
Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh,
kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terjadi kifosis,
gangguan gaya berjalan, tendon mengerut dan mengalami
sklerosis, atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga
gerakan menjadi lamban, otot kram, dan manjadi tremor, aliran
darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
b. Perubahan mental
Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu
perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat
pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan. Kenangan
(memory) terdiri dari kenangan jangka panjang (berjam–jam
sampai berhari–hari yang lalu mencakup beberapa perubahan),dan
kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit, kenangan
buruk). I.Q. (Intellegentian Quantion ) tidak berubah dengan
informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya
penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor (terjadinya
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan–teanan dari
faktor waktu).
Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan
struktural dan fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini
disebabkan karena fungsi neuron di otak secara progresif.
Kehilangan fungsi ini akibat menurunnya aliran darah ke otak,
lapisan otak terlihat berkabut dan metabolisme di otak lambat.
Selanjutnya sangat sedikit yang di ketahui tentang pengaruhnya
terhadap perubahan fungsi kognitif pada lanjut usia. Perubahan
kognitif yang di alami lanjut usia adalah demensia, dan delirium.
Shalat
Menurut Rahman, 2002 shalat berarti doa, ibadah, memohon dengan
khusyuk kepada Tuhan, meminta rahmat Tuhan. Shalat menurut bahasa
(etimologi) adalah doa, sedangkan shalat menurut istilah (terminologi) adalah
semua ucapan dan perbuatan yang bersifat khusus yang dimulai dengan takbir
dan disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan.
Menurut Wratsangko, menjelaskan bahwa shalat berarti menyatukan pikir
(akal, emosi), mental (spiritual, keikhlasan) dan lahir (fisik, perbuatan) dalam
satu titik keseimbangan yang harmonis. Dari penjelasan diatas shalat adalah
semua ucapan dan perbuatan yang bersifat khusus yang dimulai dengan takbir
dan disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan.

1. Syarat - syarat wajib mengerjakan shalat


Tentang syarat- syarat wajib mengerjakan itu ada 6 ( enam ) perkara,
yaitu:
a. Islam.
b. Suci dari hadas besar dan kecil.
c. Sampai dakwah Islam kepadanya.
d. Berakal.
e. Ada pendengaran / tidak tuli
2. Syarat – syarat sahnya shalat
Syarat-syarat sah shalat ada 5, yaitu:
a. suci badannya dari dua hadats; yaitu hadats keeil dan hadats besar.
b. bersih badan, pakaian dan tempatnya dari najis
c. menutup aurat; bagi laki-laki antara pusat dan lutut dan bagi wanita
seluruh badannya kecuali muka dan telapak tangan.
d. sudah masuk shalat.
e. menghadap kiblat.
3. Rukun shalat.
Tentang rukun shalat ini dirumuskan menjadi 13 perkara:
a. Niat, artinya menyegaja di dalam hati untuk melakukan shalat.
Sabda Nabi Muhammad s.a.w.:
a. ‫بالنيا األعمال انما‬
b. Berdiri, bagi orang yang kuasa ;(tidak dapat berdiri boleh dengan
duduk tidak dapat duduk boleh berbaring).
c. Takbiratul iliram, membaca "Allah Akbar", Artinya Allah maha
Besar.
d. Membaca Surat Al-fatihah.
e. Rukun' dan thuma'ninah artinya membungkuk sehingga punggung
menjadi sama datar dengan leher dan kedua belaah tangannya
memegang lutut.
f. I'tidal dengan thuma'ninah.
g. Sujud dua kali dengan thuma'ninah.
h. Duduk diantara dua sujud dengan thuma'ninah.
i. Duduk untuk tasyahud pertama.
j. Membaca tasyahud akhir.
k. Membaca shalawat atas Nabi .
l. Mengucap salam yang pertama.
m. Tertib.
4. Shalat bagi orang yang sakit
Orang yang sedang sakit wajib pula mengerjakan shalat, selama akal
dan ingatanya masih radar.
a. Kalau tidak dapat berdiri, boleh mengerjakanya sambil duduk.
b. Jika tidak dapat duduk, boleh mengerjakanya dengan cara; dua belah
kakinya diarahkan ke arah kiblat, kepalanya ditinggikan dengan alas
bantal dan mukanya diarahkan ke kiblat.
c. Jika duduk seperti biasa dan berbaring juga tidak dapat, maka boleh
berbaring dengan seluruh anggota badan dihadapkan ke arah kiblat.
d. Jika tidak dapat mengerjakan dengan cara berbaring seperti tersebut
diatas, maka cukup dengan isyarat, bak dengan kepada maupun
dengan mata.
5. Tata cara pelaksanaan shalat.
a. Berdiri
b. Takbiratul ihram
c. Membaca surat iftitah
d. Membaca surat al-Fatihah
e. Membaca surat pendek
f. Rukuk
g. I'tidal
h. Sujud
i. Duduk antara dua Sujud
j. Sujud
k. Duduk tasyahud awal (raka'at kedua )
l. Duduk tasyahud akhir (raka'at terakhir )
m. Salam
6. Hikmah mengerjakan shalat
a. Mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Mengerjakan shalat
secara khusyuk, ikhlas, dan rutin, dapat memperbaiki baik dari
perkataan maupun perilaku, sehingga terhindar dari perbuatan keji
dan mungkar (Syarifuddin, 2003: 23).
b. Memperoleh ketenangan dalam jiwanya. Shalat merupakan bentuk
dzikir manusia kepada Allah. Shalat yang dikerjakan secara rutin
akan mendatangkan ketenangan dalam jiwanya, menghilangkan
stress, dan kecemasan yang terjadi dalam diri seseorang (Ash-
Shilawy, 2009: 11).
c. Dapat menanamkan disiplin terhadap waktu. Allah swt
memerintahkan manusia untuk mengerjakan shalat fardhu sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan-Nya. Perintah tersebut
dilakukan agar manusia terbiasa untuk mengerjakan shalat fardhu
dengan tepat waktu (http://open-mi.blogspot.co.id/2012/12/hikmah-
sholat-dalam kehidupan-manusia, tanggal 03/03/2016, pukul 22:40
wib).
d. Dapat menjaga kesadaran dan mengendalikan diri. Seseorang yang
mengerjakan shalat fardhu secara rutin maka dirinya akan selalu
mengingat Allah sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dalam diri
manusia bahwa Allah selalu menjaganya dari hawa nafsu (Ash-
Shilawy, 2009: 13).
e. Menjadikan pribadi muslim yang kuat dan tangguh. Bagi seorang
Muslim kekuatan merupakan bagian dari kebaikan yang dapat
dijadikan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menolong
seseorang dari kemungkaran. Apabila manusia mendapat musibah
dan cobaan ia tidak mudah putus asa akan tetapi selalu berusaha
untuk menyelesaikan permasalahannya (Mustafa, 2007: 195).
f. Shalat dapat menghapus dosa. Melaksanakan shalat secara rutin
dapat membersihkan dosa pada diri seseorang seperti perumpaan air
yang membersihkan kotoran yang menempel di badan seseorang
(Karim, 2008: 103).
7. Perintah Wudhu
Firman Alloh: surat Al Maidah (5): 6
‫وس ُك ْم َوأ َ ْر ُجلَ ُك ْم ِإلَى‬
ِ ‫س ُحوا ِب ُر ُء‬ ِ ِ‫صالَةِ فَا ْغ ِسلُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأ َ ْي ِديَ ُك ْم ِإلَى ْال َم َراف‬
َ ‫ق َوا ْم‬ َّ ‫ِإذَا قُ ْمت ُ ْم ِإلَى ال‬
‫ْال َك ْع َبي ِْن‬
“Apabila kamu akan mendirikan sholat maka basuhlah wajah dan
tanganmu sampai siku-siku lalu usaplah kepalamu dan (basuhlah) kakimu
sampai dua mata kaki” (al Maidah:6)
Sabda Rosululloh saw
ُ ‫غ َّرتَه‬ ُ ‫ع ِم ْن ُك ْم أَ ْن ي ُِطي َل‬ ِ ‫ار ْال ُوض‬
َ َ‫ُوء فَ َم ِن ا ْست‬
َ ‫طا‬ ُ ‫ِإ َّن أ ُ َّمتِي يُدْ َع ْونَ يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬
ِ َ ‫غ ًّرا ُم َح َّجلِينَ ِم ْن آث‬
‫فَ ْل َي ْف َع ْل‬
“Sesungguhnya ummatku akan datang di hari kiamat dalam keadaan
bersinar (muka dan kedua tangannya) karena bekas wudlu. Oleh itu,
barang siapa yang bisa memanjangkan sinarnya hendaklah ia lakukan
“(HR. Bukhori dari Abu Huroiroh).
a. Cara Berwudhu Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah:
1. Mencuci kedua tangan sambil membaca
“Bismillahirrohmanirrohim”
2. Berkumur sambil menghirup air kemudian menyemprotkannya ke
arah kiri
3. Membasuh/mencuci muka (paling banyak 3x)
4. Mencuci kedua tangan sampai siku,
Yaitu dari yang kanan dahulu 3X, kemudian yang kiri 3X dan
bukan selang-seling.
5. Mengusap kepala
Caranya, yaitu meletakkan 2 tangan di ubun-ubun kemudian
ditarik ke belakang hingga tengkuk lalu dikembalikan lagi ke
depan. Dan ini hanya sekali saja. (sebagaimana riwayat Bukhori
dari Abu Daud)
6. Mengusap telinga bagian luar dan dalam,
Caranya, memasukkan jari telunjuk ke bagian dalam telinga dan
membersihkannya, sedangkan ibu jari membersihkan daun telinga
bagian belakang (sebagaimana riwayat Abu Daud)
7. Mencuci kedua kaki sampai mata kaki,
Yaitu, dimulai dari yang kanan dulu 3X kemudian yang kiri 3X.
8. Berdo’a setelah wudlu:
ُ ‫ّللاُ ِإلَّ ِإلَهَ لَ أ َ ْن أ َ ْش َهد‬
َّ ُ‫سولُهُ َع ْبدُهُ ُم َح َّمدًا أ َ َّن َوأ َ ْش َهد ُ لَهُ ش َِريكَ لَ َوحْ دَه‬
ُ ‫َو َر‬
“Asyhadu al laa ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariika lahu,
wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuuluhu”

Keterangan: Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang


siapa yang menyempurnakan wudhunya lalu berdo’a setelah
wudhu, maka dibukakan baginya pintu-pintu surga yang 8, dan
dipersilahkan masuk lewat pintu mana yang ia sukai (HR. Muslim
dari ‘Uqbah bin ‘Amir)
8. Tayammum
Tayammum adalah pengganti wudhu dan mandi junub. Orang yang
diperbolehkan bertayammum adalah:
a. Sakit (bertambah parah jika kena air)
b. Tidak mendapatkan air untuk berwudhu atau mandi,
c. Atau ada air tetapi tidak cukup untuk mandi, kecuali hanya sekedar
untuk minum.
Cara bertayammum:
a. Niat bertayammum dalam hati (tidak diucapkan)
b. Meletakkan atau menepukkan kedua telapak tangan pada tanah,
tembok atau yang sejenis (yang mengandung debu suci).
c. Meniup kedua tangan lalu diusapkan ke muka
d. Lalu tangan kiri diusapkan ke tangan kanan hingga pergelangan
tangan, kemudian yang tangan kanan diusapkan kepunggung telapak
tangan kiri hingga pergelangan.

E. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan diadakan pada hari jum’at-selasa tanggal 3 – 7 Agustus 2018

F. PELAKSANAAN
Mahasiswa memberikan implementasi kepada lansia mengenai sholat, wudhu
dan tayamum. Implementasi dilakukan pada lansia diruangan dahlia dan
flamboyan. Proses implementasi hanya dilakukan pada lansia yang beragama islam.

G. FAKTOR PENDUKUNG
- Lansia koperatif dalam proses implementasi
- Lansia yang beragama islam
H. HASIL PENGKAJIAN

Tabel. 1 Distribusi Frekuensi Usia Penerima Manfaat di Ruang Dahlia Rumah


Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang, Juli 2018 (n= 16 )

kategori usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

masa lansia akhir 4 25.0 25.0 25.0

masa manula 12 75.0 75.0 100.0

Total 16 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rerata usia PM di ruang Dahlia
Rumah Pelayanan Sosial Pucang Gading adalah 72,5 tahun. Usia tertinggi 87 tahun,
dan usia terendah 62 tahun, dengan kategori usia masa lansia akhir ada 4 PM (25%),
kategori masa manula 12 PM (75%).

Tabel. 2 Distribusi Frekuensi Usia Penerima Manfaat di Ruang Flamboyan


Rumah Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang (n= 8 )

KATEGORI USIA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Lanjut usia 2 25.0 25.0 25.0

Lanjut usia tua 6 75.0 75.0 100.0

Total 8 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rerata usia PM di ruang Flamboyan
Rumah Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang adalah 78 tahun. Usia tertinggi
90 tahun dan usia terendah 66 tahun, dengan kategori lanjut usia ada 2 PM ( 25% )
dan kategori masa lansia tua ada 6 PM ( 75% ).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Dahlia Rumah
Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang sholat 5 waktu (n= 16 )

kuesioner 1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 11 68.8 68.8 68.8

tidak 5 31.3 31.3 100.0

Total 16 100.0 100.0

Berdasarkan tabel. 3, dapat diketahui bahwa PM yang menjalankan sholat lima


waktu di ruang Dahlia rumah pelayanan sosial Pucang Gading Semarang terdapat 11
PM ( 68,8% ). PM yang tidak menjalankan sholat lima waktu terdapat 5 PM ( 31,3%
). Beberapa alasan PM tidak menjalankan sholat lima waktu karena malas, pusing,
capek, ngantuk.

Tabel .4 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Flamboyan Rumah


Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang sholat 5 waktu (n= 8 )

KUESIONER 1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid YA 4 50.0 50.0 50.0

TIDAK 4 50.0 50.0 100.0

Total 8 100.0 100.0

Berdasarkan tabel.4, diketahui bahwa PM yang sholat lima waktu setiap hari di
ruang Flamboyan rumah pelayanan sosial Pucang Gading Semarang terdapat 4 PM
(50%). PM yang tidak menjalankan sholat lima waktu terdapat 4 PM ( 50% ).
Tabel .5 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Dahlia Rumah
Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang tahu bacaan sholat (n= 16 )

kuesioner 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 15 93.8 93.8 93.8

tidak 1 6.3 6.3 100.0

Total 16 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa PM di ruang Dahlia yang tahu bacaan
sholat terdapat 15 PM ( 93,8% ) dan PM yang tidak tahu bacaan sholat ada 1 PM (
6,3% ).

Tabel .6 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Flamboyan Rumah


Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang tahu bacaan sholat (n= 8 )

KUESIONER2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid YA 4 50.0 50.0 50.0

TIDAK 4 50.0 50.0 100.0

Total 5 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa PM di ruang Flamboyan yang tahu


bacaan sholat ada 4 PM ( 50% ) dan PM yang tidak tahu bacaan sholat ada 4 PM (
40% ).
Tabel .7 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Dahlia Rumah
Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang tahu gerakan sholat (n= 16 )

kuesioner 3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 16 100.0 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa semua PM di ruang Dahlia yang tahu
gerakan shoat yaitu sebanyak 16 orang ( 100% ).

Tabel .8 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Flamboyan Rumah


Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang tahu gerakan sholat (n= 6 )

KUESIONER3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid YA 6 75.0 75.0 75.0

TIDAK 2 25.0 25.0 100.0

Total 8 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa PM di ruang Flamboyan yang tahu


gerakan sholat yaitu sebanyak 6 orang ( 75% ) dan yang tidak tahu gerakan sholat
sebanyak 2 PM (25%).
Tabel .9 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Dahlia Rumah
Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang hafal bacaan pergerakan
sholat (n= 16 )

kuesioner 4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 15 93.8 93.8 93.8

tidak 1 6.3 6.3 100.0

Total 16 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa PM yang hafal gerakan sholat sebanyak
15 orang (93,3%) dan yang tidak hafal gerakan sholat sebanyak 1 orang (6,3%).

Tabel .10 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Flamboyan Rumah


Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang hafal bacaan pergerakan
sholat(n= 8 )

KUESIONER4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid YA 3 37.5 37.5 37.5

TIDAK 5 62.5 62.5 100.0

Total 8 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa PM di ruang Flamboyan yang hafal


bacaan gerakan sholat sebanyak 3 PM ( 37,5% ), dan yang tidak hafal bacaan
gerakan sholat sebanyak 5 orang ( 62,5% ).
Tabel .11 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Dahlia Rumah
Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang bisa berwudhu (n= 16 )

kuesioner 5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 15 93.8 93.8 93.8

tidak 1 6.3 6.3 100.0

Total 16 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa PM di ruang Dalia yang bisa wudhu
sebanyak 15 PM ( 93,3% ), dan yang tidak bisa wudhu sebanyak 1 orang ( 6,3% ).
Sebagian besar PM di ruang Dahlia menjalani kuesioner 5

Tabel .12 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Flamboyan Rumah


Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang bisa berwudhu (n= 8 )

KUESIONER5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid YA 6 75.0 75.0 75.0

TIDAK 2 25.0 25.0 100.0

Total 8 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa PM di ruang Flamboyan yang bisa


wudhu sebanyak 6 PM ( 75% ), dan yang tidak bisa wudhu sebanyak 2 orang (25%).
Tabel .13 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Dahlia Rumah
Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang tahu gerakan wudhu (n= 16 )

kuesioner 6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 14 87.5 87.5 87.5

tidak 2 12.5 12.5 100.0

Total 16 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui bahwa PM di ruang Dahlia yang tahu gerakan
wudhusebanyak 14 PM ( 87,5% ), dan yang tidak tahu gerakan wudhu sebanyak 2
orang (12,5%).

Tabel .14 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Flamboyan Rumah


Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang tahu gerakan wudhu (n= 8)

KUESIONER6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid YA 6 75.0 75.0 75.0

TIDAK 2 25.0 25.0 100.0

Total 8 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa PM di ruang Flamboyan yang tahu


gerakan wudhu sebanyak 6 PM ( 75% ), dan yang tidak tahu gerakan wudhu
sebanyak 2 orang ( 25% ).
Tabel .15 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Dahlia Rumah
Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang bisa bertayamum (n= 16 )

kuesioner 7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 11 68.8 68.8 68.8

tidak 5 31.3 31.3 100.0

Total 16 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa PM di ruang Dahlia yang bisa


bertayamum sebanyak 11 PM ( 68,8% ), dan yang tidak bisa bertayamum sebanyak
5 orang (31,1%).

Tabel .16 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Flamboyan Rumah


Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang bisa bertayamum (n= 8 )

KUESIONER7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid YA 2 25.0 25.0 25.0

TIDAK 6 75.0 75.0 100.0

Total 8 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa PM di ruang Flamboyan yang bisa


bertayamum sebanyak 2 PM ( 25% ), dan yang tidak bisa bertayamum sebanyak 6
orang ( 75% ).
Tabel .17 Distribusi FrekuensiPenerima Manfaat di Ruang Dahlia Rumah
Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang tahu gerakan tayamum (n= 16 )

kuesioner 8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 10 62.5 62.5 62.5

tidak 6 37.5 37.5 100.0

Total 16 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 17 dapat diketahui bahwa PM di ruang Dahia yang tahu gerakan
tayamum sebanyak 10 PM ( 62,5% ), dan yang tidak tahu gerakan tayamum
sebanyak 6 orang (37,5%)

Tabel .18 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Flamboyan Rumah


Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang tahu gerakan tayamum (n= 8
)

KUESIONER8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid YA 1 12.5 12.5 12.5

TIDAK 7 87.5 87.5 100.0

Total 8 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa PM di ruang Flamboyan yang tahu


gerakan tayamum sebanyak 1 PM ( 12,5% ), dan yang tidak tahu gerakan tayamum
sebanyak 7 orang (87,5%).
Tabel .19 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Dahlia Rumah
Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang tahu niat sebelum wudhu
(n=16 )

kuesioner 9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 15 93.8 93.8 93.8

tidak 1 6.3 6.3 100.0

Total 16 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa PM di ruang Dahia yang tahu niat
sebelum wudhu sebanyak 15 PM ( 62,5% ), dan yang tidak niat sebelum wudhu
sebanyak 1 orang (6,3%)

Tabel .20 Distribusi Frekuensi Penerima Manfaat di Ruang Flamboyan Rumah


Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang yang tahu niat sebelum wudhu
(n=8)

KUESIONER9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid YA 4 50.0 50.0 50.0

TIDAK 4 50.0 50.0 100.0

Total 5 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui bahwa PM di ruang Flamboyan yang tahu niat
sebelum wudhu sebanyak 4 PM ( 50% ), dan yang tidak niat sebelum wudhu
sebanyak 4 orang (50%)
I. RENCANA TINDAKAN

Ruang : Dahlia Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading

Semarang

Jumlah lansia : 18 PM

Kegiatan Tujuan Intervensi


1. waktu sholat Untuk membantu 1. Berikan jadwal sholat harian sholat
lansia dalam 2. Mengingatkan secara lisan untuk
memenuhi kebutuhan sholat
spiritual khususnya 3. Ajarkan niat dan gerakan sholat
sholat 5 waktu. secara benar dan berurutan.

2. wudhu Untuk membantu 1. Ajarkan niat wudhu


lansia dalam 2. Ajarkan wudhu secara urut dengan
berwudhu yang benar benar
3. Edukasi tujuan berwudhu.
3. tayamum Untuk membantu 1. Edukasi tujuan dan cara
lansia dalam bertayamum
bertayamum yang 2. Ajarkan niat bertayamum
bisa dilakukan untuk 3. Ajarkan tayamum dengan benar.
mengganti wudhu
J. IMPLEMENTASI

Kegiatan Waktu Tujuan dan Implementasi


Kriteria Hasil
wudhu (ruang Jum’at, 3 Setelah dilakukan 1. mengajarkan niat wudhu
dahlia) Agustus tindakan selama 4x kepada PM
2018 pertemuan 2. memberikan edukasi kepada
10.10 WIB diharapkan PM PM tujuan berwudu.
dapat : 3. Mengajarkan cara berwudhu
1. Mengingat secara berurut.
berwudhu .
setiap akan
melakukan
sholat 5 waktu
2. PM dapat
melakukan
wudhu secara
benar dan urut
3. PM dapat
berniat sebelum
melakukan
wudhu
sholat (ruang Sabtu, 4 Setelah dilakukan 1. Mengevaluasi cara berwudhu
dahlia) Agustus tindakan selama 4x 2. Memberikan jadwal sholat 5
2018 pertemuan waktu untuk PM yang isinya
10.30 WIB diharapkan PM PM memberikan ceklist
dapat : setelah melakukan sholat.
1. Mengingat 3. Mengajarkan niat sholat
setiap 5 waktu kepada PM.
sholat 4. Mengajarkan gerakan sholat
2. PM dapat secara urut dan benar kepada
melakukan PM.
sholat secara
benar dan urut
3. PM dapat
berniat sholat
yang benar
sebelum
wudhu (ruang Senin, 6 Setelah dilakukan 1. mengajarkan niat wudhu
Flamboyan) Agustus tindakan selama 4x kepada PM
2018 pertemuan 2. memberikan edukasi kepada
11.00 WIB diharapkan PM PM tujuan berwudu.
dapat : 3. Mengajarkan cara wudhu
1. Mengingat secara berurut
berwudh setiap .
akan melakukan
5 waktu sholat
2. PM dapat
melakukan
wudhu secara
benar dan urut
3. PM dapat
berniat sebelum
melakukan
wudhu
sholat (ruang Senin, 6 Setelah dilakukan 1. Mengevaluasi cara berwudhu
Flamboyan) Agustus tindakan selama 4x 2. Memberikan jadwal sholat 5
2018 pertemuan waktu untuk PM yang isinya
13.00 WIB diharapkan PM PM memberikan ceklist
dapat : setelah melakukan sholat.
1. Mengingat 3. Mengajarkan niat sholat
setiap 5 waktu kepada PM.
sholat 4. Mengajarkan gerakan sholat
2. PM dapat secara berurut.
melakukan
sholat secara
benar dan urut
3. PM dapat
berniat sholat
yang benar
sebelum
Tayamum Selasa, 7 Setelah dilakukan 1. Mengajarkan kepada PM di
(ruang Agustus tindakan selama 4x ruang flamboyan dan PM di
Flamboyan dan 2018 pertemuan ruang Dahlia niat
Dahlia) 08.30 WIB diharapkan PM bertayamum
dapat : 2. Memberikan edukasi kepada
1. PM dapat PM tujuan bertayamum
melakukan 3. Mengajarkan cara tayamum
tayamum secara secara urut.
urut dan benar.
Sholat (ruang Selasa, 7 Setelah dilakukan 1. Mengevaluasi gerakan sholat
Dahlia dan Agustus tindakan selama 1 kepada PM di ruang Dahlia
Flamboyan) 2018 minggu diharapkan dan Flamboyan
08.30 WIB PM dapat : 2. Mengevaluasi jadwal harian
09.00 WIB 1. Mengingat sholat 5 waktu.
setiap 5 waktu 3. Mengingatkan kembali
sholat kepada PM apabila ada
2. PM dapat gerakan yang salah
melakukan
sholat secara
benar dan urut
3. PM dapat
berniat sholat
yang benar
sebelum
DAFTAR PUSTAKA

Afzalur Rahman. (2002). Tuhan Perlu Disembah Eksplorasi Makna Shalat dan
Manfaat Shalat bagi Hamba. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Al-Asqalani, Al Imam Al Hafizh, Ibnu Hajar. (2001). Fathul Baari Syarah


Shahih Al-Bukhari. Cet. I. Jakarta Selatan: Pustaka Azam.

Al-Malibary, Zainuddin bin Muhammad Al-Ghozaly. Fathul Mu’in. Surabaya:


Darul Ilmi, tt.

Al-Qaradhawi Yusuf. (2004). Fiqih Thoharoh. Jakarta Timur: Pustaka Al-


Kautsar.

Harapan, Puspita dkk. Studi Fenomenologi Persepsi Lansia Dalam


Mempersiapkan Diri Menghadapi Kematian. Jurnal Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau.

Hawari, Dadang. 2002. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta :


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
http://jateng.bps.go.id 30 / 90 18 Profil Lansia Jawa Tengah 2016. Diakses
tanggal 23 Juli 2018 pukul 23.22.

Mz, Labib dan Muhammad Ridlo’i. (2001). Pintar Ibadah cetakan 1. Surabaya:
Cipta Karya.
Notoatmodjo, S. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Raharjo. (2012). Pengantar Ilmu Jiwa Agama cetakan pertama. Semarang:


Pustaka Rizki Putra.

Anda mungkin juga menyukai