Tiap pendidik ingin menanamkan nilai-nilai tertentu pada anak didiknya dan
mengharapkan, mendorong dan bila perlu mengharuskan anak didik untuk berbuat
sesuaidengan norma-norma yang ditentukan.
Namun kebebasan sendiri merupakan norma yang perlu mendapat penghargaan yang
setinggi-tingginya. Pendidikan akhirnya
bertujuan untuk membimbing anak kea rah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui
apa yang baik dan apa yang buruk, dapat mengadakan pilihan tentang apa yang
dilakukannya dengan penuh tanggung jawab. Kebebasan itu hanya dapat dipelajari
dengan member anak-didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya
sendiri. Dengan selalu mendapat tekanan, paksaan aturan, pengawasan dan control
ketat seorang tidak akan dapat menjadi bebas.
2.2 Adakah manusia bebas?
Dalam kenyataannya manusia tidak bebas sepenuhnya. Ia terikat oleh aturan-
aturan dalam masyarakat dan kebudayan tempat ia hidup. Ia harus hidup menurut apa
yang diundang-undangkan oleh pemerintah dan ada pemerintah yang dictatorial yang
tak banyak memeri kebebasan individu. Tiap hari ia dipengaruhi oleh propaganda dan
reklame tentang apa yang harus dilakukannya. Ia merupkan hasil dari golongan social
tempat ia lahir dan dibesarkan, apakah golongan rendah, menengah atau tinggi.
Semua manusia merupakan hasil dari kebudayaan masing-masing dan demikian
manusia itu sebagai individu tidak bebas untuk menentukan pribadinya sendiri.
Manusia di Negara manapun tidak bebas, dan manusia bebas itu hanaylah
khayalan saja karena manusia itu dibentuk dan digerakkan oleh kekuatan-kekuatan
kebudayaan dari luar dan kekuatan-kekuatan psikis dari dalam. Bahkan ada aliran
dalam psikologi yang percaya bahwa kelakuan manusia dapat dibentuk melalui
conditioning.
Namun Carl R. Rogers tak dapat menerima manusia itu sebagai hasil
conditioniong semata-mata. Sekalipun seseorang dipenjarakan atau hidup dalam
Negara yang dictatorial, namun manusia masih mempunyai kebebasan yaitu
kebebasan batin. Ia masih dapat memilih dan menentukan hidupnya dengan penuh
keberanian. Begitu pula di tengah-tengah pengaruh segala macam conditioning
manusia tak sepenuhnya dikesuai oelh kuasa-kuasa lain. Ia tidak perlu dibawa arus
secara pasif, ia dapat memilih dan menntukan arah hidupnya atas pilihan dan
keputusan sendiri serta tanggung jawab penuh atas segala akibat pilihan itu. Hingga
batas tertentu ia turut menentukan pribadi dan hidupnya serta mengembangkan
bakat-bakat yang ada padanya. Kesadaran akan adanya kebebasan batinini telah
banyak membantu klien-klien dari kesulitannya dan membuka kesempatan baginya
untuk menjadi manusia yang mempunyai pribadi sendiri dalam hubungannya dengan
manusia lainnya.
Bagaimana mengembangkan kebebasan ini pada klien atau anak didik.
Pertama- pendidik sendiri harus berkelakuan wajar dan benar menurut apa
yang terkandung dalam dirinya. Ia hendaknya jangan berbuat pura-pura seakan-akan
berkedok, berbuat lebih baik daripada hakekat pribadinya yang sesungguhnya. Kita
tahu bahwa penyiar iklan radio atau tv tidak sungguh-sungguh dalam
mempropagandakan suatu barang dagangan, jadi tidak ada kongruensi antara apa
yang sebenar-benarnya dirasakan atau dipikirkannya dengan apa yang diucapkannya.
Ia seperti main sandiwara, apa yang dilakukannya tidak kongruen dengan keadaan
jiwanya yang sebenarnya. Untuk mengembangkan kebebasan pada individu pendidik
tidak boleh bersandiwara, ia harus jujur dengan ucapannya, jangan berbuat seakan-
akan ia orang yang sempurna tanpa kesulitan. Berbuat jujur sesuai atau kongruen
dengan pribadi kita yang sebenarnya tidak mudah karena kita sering
menyembunyikan kelemahan dan kekurangan kita untuk menimbulkan kesan yang
baik tentang diri kita.
Syarat kedua ialah bahwa pendidik harus menerima anak-didik dengan segala
aspek-aspek pribadinya. Anak-didik boleh marah, jengkel, benci, lembut, ramah,
malu, berani atau takut, dan pendidik selalu menerima anak itu dengan penuh
pengertian dan penghargaan tanpa
menyatakan penilaiannya tentang kelakuan anak itu. Jadi ia harus selalu
menghargai anak-didik tanpa syarat, jadi tidak hanya bila kelakuan anak itu
meyenangkan hatinya.
Syarat ketiga adalah pengertian empati (empathy), Empathy berarti bahwa
pendidik mampu melihat dan merasakan sesuatu seperti dilihat atau dirasakan oleh
anak didik. Memandang atau merasakan dunia sekitar seperti dipandang atau dialami
orang lain bukan sesuatu yang mudah oleh sebab kita terikat oleh pandangan kita
sendiri yang terbentuk selama hidup kita. Namun pendidik yang ingin membebaskan
anak didiknya harus berusaha dan belajar untuk memupuk emmulai menpathy ini.
Jika ada orang lain yang bersedia mendengarkan dan memahaminya, maka
klien atau anak-didik lambat laun mulai mendengarkan dan mengamati apa yang
terjadi dalam dirinya. Sambil belajar mengenal dirinya, mengetahui apa yang
bergejolak dalam jiwanya, ia mulai pula menerima keadaan dirinya seperti pendidik
juga menerimanya tanpa syarat. Ia dapat memilih arah yang dapat merusak dirinya,
akan tetapi juga dapat menunjukkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang
konstruktif bagi masyarakat, bukan karena harapan atau desakan orang lain
melainkan atas pilihan sendiri secara bebas.
2.3 Teori Rogers dalam pendidikan
Teori Rogers dapat diterapkan dalam pendidikan untuk mengembangkan
individu yang merdeka yang dapat memilih dengan bebas atas tanggung jawab penuh,
manusia yang kreatif yang dapat senantiasa menyesuaikan diri dengan perubahan
dunia.
Ada dilakukan eksperimen yang menggunakan kebebasan sebagai dasar
pendidikan yang ternyata member hasil yang menggembirakan.
Dari syarat-syarat yang dikemukakan di atas dapat kita lihat betapa besar cara
belajar berdasarkan kebebasan ini menyimpang dari apa yang kita alami di sekolah
sebagai murid dan sebagai guru atau calon guru. Juga belajar dengan kebebasan ini
belum kita ketahui kesesuaiannya dengan sistem pendidikan kita yangs erba dikontrol
dan diatur dan mengharuskan kurikulum yang uniform bagi seluruh negara. Bukan
kebebasan, melainkan keterikatanlah cirr belajar di negara. Bukan kebebasan,
melainkan keterikatanlah ciri belajar di negara kita maupun di banyak negara lainnya.
2.8 Proses Belajar Bebas
Belajar bebas berati belajar untuk menjadi bebas,manusia merdeka yang turut
menentukan arah hidupnya serta pribadinya, bebas memilih dengan
bertanggungjawab penuh atas pilihannya itu.
Tujuan belajar bebas
Agar murid dapat belajar sendiri, menentukan sendiri apa yang dipelajarinya, tampa
diatur secara ketat oleh guru atau peraturan
Agar manusia lebih menikmati hidupnya secara penuh.
d. Perubahan individual
Siswa menjadi manusia yang flexibel,penuh pengertian tampa mengukur orang lain
dengan norma pribadinya
Menjadi lebih tenang, lebih sanggup memahami serta menerima dirinya dan orang lain.
Anak lebih terbuka terhadap dunia dan lebih berani
Lebih pd
e. Pengaruh atas pengajar
Merpercayai anak sepenuhnya dengan memberi kebebasan untuk berkembang dan
membuka kesempatan baginya untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab atas
dirinya dan terhadap masyarakat
B. TEORI BELAJAR ABRAHAM MASLOW
1. Pandangan Maslow
Maslow memandang bahwa manusia berbeda dengan hewan. Berbeda dengan
behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai suatu usaha untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis manusia atau dengan Freudian yang melihat motivasi sebagai
berbagai macam kebutuhan seksual, Maslow melihat perilaku manusia sebagai
campuran antara motivasi yang lebih rendah atau lebih tinggi.
Maslow berasumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal, yaitu:
1. suatu usaha yang positif untuk berkembang
2. kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Maslow mengemukakan bahwa pada diri masing-masing orang mempunyai
berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut
untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan
sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke
arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri
sendiri.