Anda di halaman 1dari 24

“Makalah Elektrokardiogram”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Dasar

Dosen pengampu: Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep,


Sp.Kep.Mat

Disusun oleh:

RANTAU GIGIH DWI ARSA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR
PRODI DIII KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat

menyelesaikan makalah tentang “Memahami Elektrokardiogram” Meskipun

masih banyak kekurangan didalamnya.

Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu

dan memberi tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat

berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita dan

beberapa hal yang bersangkutan dengan materi tersebut. Kami juga

menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan

jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran,

dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan

datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang

membangun.

Balikpapan, 8 April 2018

Rantau Gigih Dwi Arsa

1
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................... 1


DAFTAR ISI ............................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................... 4
C. Tujuan .................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 5
1.Pengertian Elektrokardigram ..................................................... 5
2.Fungsi Elektrokardiogram ......................................................... 5
3.Manfaat Elektrokardiogram ....................................................... 6
4.Langkah Langkah Pemasangan Elektrokardiogram.................. 7
5.Gelombang dan Interval ............................................................ 11
6.Sistem Konduksi Jantung .......................................................... 19
7.Teknik Mentoring Elektrokardiogram ......................................... 20
BAB III PENUTUP ................................................................................ 23
A. Kesimpulan ......................................................................... 23

BAB I

PENDAHULUAN

2
A. Latar Belakang

Elektrokardiogram tetap merupakan standar emas dalam

mengidentifikasi adanya dan lokasi dari infark miokard akut. ST elevasi pada

infark miokard akut dapat memprediksi ukuran infark, responnya terhadap

terapi reperfusi, dan memperkirakan prognosis dari pasien. Distorsi terminal

komplek QRS pada infark miokard akut inferior adalah jika J-point

dibandingkan dengan tingginya gelombang R lebih atau sama dengan 0,5

pada dua atau lebih sadapan inferior (sadapan II, III, aVF). Birnbaum dkk.

menyatakan bahwa adanya distorsi QRS awal berhubungan dengan

tingginya angka kejadian high-degree AV block. Walaupun sebagian besar

bersifat transien, high-degree AV block berhubungan dengan peningkatan

angka kematian selama perawatan di rumah sakit, meskipun pasien

mendapat terapi trombolitik.

B. Rumusan Masalah

A. Pengertian Elektrokardiogram ( EKG )

B. Fungsi Elektrokardiogram ( EKG )

C. Manfaat Elektrokardiogram ( EKG )

D. Cara Memasang Elektrokardiogram ( EKG )

E. Sistem Konduksi Jantung

3
F. Teknik monitoring EKG

G. Karakteristik dan parameter - parameter dalam Elektrokardiogram

C. Tujuan

Agar calon mahasiswa baru dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan

elektrokardiogram ( EKG ) dan fungsi alat tersebut serta hal – hal lain yang

berhubungan dengan elektrokardiogram ( EKG )

BAB II

PEMBAHASAN

4
A. Pengertian Elektrokardiogram ( EKG )

Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktifitas

listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung

yang diambil dengan memasang electroda pada badan. Rekaman EKG ini

digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kodisi jantung dari pasien.

Sinyal EKG direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf.

B. Fungsi Elektrokardiogram ( EKG )

Hal-hal yang dapat diketahui dari pemeriksaan EKG adalah :

 Denyut dan irama jantung

 Posisi jantung di dalam rongga dada.

 Penebalan otot jantung (hipertrofi).

 Kerusakan bagian jantung.

 Gangguan aliran darah di dalam jantung.

 Pola aktifitas listrik jantung yang dapat menyebabkan gangguan irama

jantung.

C. MANFAAT EKG

1. Diagnostik : EKG berperan sebagai sarana alat bantu untuk mengetahui

anatomi jantung :

a. Mengetahui gangguan hantaran (aritmia)

5
b. Mengetahui daerah iskemia dan IMA pada otot jantung

c. Mengetahui pembesaran ruang-ruang jantung, atrium dan ventrikel

d. Mengetahui gangguan keseimbangan elektrolit khususnya Kalium

e. Mengetahui penilaian fungsi jantung.

2. Evaluasi

EKG berfungsi sebagai sarana evaluasi untuk menilai keberhasilan

tindakan pengobatan yang telah diberikan, dan sebagi saranan evaluasi dari

tindakan latihan yang dilakukan.

Hal-hal yang perlu dipelajari sebelum mempelajari Elektrokardiogram

adalah :

1. Anatomi Jantung

2. Sistem Konduksi Jantung

D. Langkah-langkah pemasangan EKG


1. Salam, perkenalan, TWT (tempat, waktu dan topik)
2. inform consent
3. Mengatur posisi pasien, posisi supine atau terlentang
4. Memasang sampiran

6
5. Buka pakaian bagian atas pasien, jika pasien menggunakan gelang,
ikat pinggang, jam tangan atau logam-logam lainnya perintahkan untuk
dilepas
6. Bersihkan dada pasien dengan menggunakan kapas, kedua
pergelangan tangan serta kedua tungkai dilokasi penempatan manset
elektroda.
7. Mengoleskan jelly pada permukaan elektroda yang akan dipasang
serta oleskan juga pada daerah tubuh yang akan dipasang tepatnya
sekitar dada.
8. Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan dan
kedua tungkai.
9. Menghidupkan monitor Elektrokardiogram.
10. Menyambungkan kabel Elektrokardiogram di kedua tungkai
pergelangan tangan dan kedua tungkai pergelangan kaki pasien,
untuk rekaman ekstremitas (Lead I, II, III, AVR, AVL, AVF) dengan
cara :

 Warna merah di pergelangan tangan kanan


 Warna hijau di kaki kiri
 Warna hitam di kaki kanan.
 Warna kuning di pergelangan tangan kiri.

11. Elektoda pada ekstremitas atas dipasang di pergelangan tangan kiri


dan kanan dan searah terhadap telapak tangan.
12. Pada bagian ekstremitas bawah pasang pada pergelangan kaki kiri
dan kanan sebelah/arah bagian dalam.

7
Memasang elektroda dada untuk rekaman precardial lead

 V1 diletakkan pada interkosta ke 4 garis sternum kanan


 V2 diletakkan pada interkosta ke 4 garis sternum kiri
 V3 diletakkan pada pertengahan V2 dan V4
 V4 diletakkan pada interkosta kelima garis mid (pertengahan) clavikula
kiri
 V5 pada axila sebelah depan kiri
 V6 pada axila sebelah belakang kiri atau sejajar dengan axila line

13. Selanjutnya tinggal menekan tombol start tunggu beberapa saat


14. Bila rekaman Elektrokardiogram sudah lengkap terekam, semua
elektroda-elektroda yang melekat di tubuh pasien dilepas dan
dibersihkan dengan alkohol.
15. Membantu merapihkan pakaian pasien kembali

 V7 dipasang di garis aksila bagian belakang sejajar V4


 V8 dipasang di garis skapula bagian belakang sejajar V4
 V9 dipasang di batas kiri dari yaitu kolumna vetebra sejajar V4

8
 V3R - V9R ditempatkan sama dengan posisi V3 - V9, tetapi dibagian
sebelah kanan. Jadi pada umumnya sebuah EKG dibuat dengan 12
sandapan (lead).

Catatan Penting:

 Perlu diperhatikan pemasangan elektroda serta kabel


elektroda pada EKG agar supaya tidak terjadi kesalahan saat
interpretasi data yang dikeluarkan mesin EKG.
 Diusahakan pasien senyaman mungkin jangan tegang karena
kontraksi otot akan berpengaruh terhadap hasil EKG.

E. KURVA EKG

Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan ventrikel.

Proses listrik ini terdiri dari :

1. Depolarisasi atrium

2. Repolarisasi atrium

3. Depolarisasi ventrikel

4. Repolarisasi ventrikel

Sesuai dengan proses listrik jantung, setiap hantaran pada EKG normal

memperlihatkan 3 proses listrik yaitu ; depolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel dan

repolarisasi ventrikel. Repolarisasi atrium umumnya tidak terlihat pada EKG, karena

disamping intensitasnya kecil juga repolarisasi atrium waktunya bersamaan dengan

9
depolarisasi ventrikel yang mempunyai intensitas yang jauh lebih besar. Kurva EKG

normal terdiri dari gelombang P,Q, R, S, dan T serta kadang terlihat gelombang U.

selain itu juga ada beberapa interval dan segmen EKG.

E. Gelombang dan interval

Gambaran skematik EKG normal

Sebuah EKG yang khas melacak detak jantung normal (atau siklus jantung)

terdiri atas 1 gelombang P, 1 kompleks QRS dan 1 gelombang T. Sebuah gelombang

U kecil normalnya terlihat pada 50-75% di EKG. Voltase garis dasar

elektrokardiogram dikenal sebagai garis isoelektrik. Khasnya, garis isoelektrik

diukur sebagai porsi pelacakan menyusul gelombang T dan mendahului gelombang P

berikutnya.

10
Analisis irama

Ada beberapa aturan dasar yang dapat diikuti untuk mengenali irama jantung pasien.

Bagaimana denyutannya? Teratur atau tidak? Adakah gelombang P? Adakah

kompleks QRS? Adakah perbandingan 1:1 antara gelombang P dan kompleks QRS?

Konstankah interval PR?

Gelombang P

Selama depolarisasi atrium normal, vektor listrik utama diarahkan dari nodus SA ke

nodus AV, dan menyebar dari atrium kanan ke atrium kiri. Vektor ini berubah ke

gelombang P di EKG, yang tegak pada sadapan II, III, dan aVF (karena aktivitas

kelistrikan umum sedang menuju elektrode positif di sadapan-sadapan itu), dan

membalik di sadapan aVR (karena vektor ini sedang berlalu dari elektrode positif

untuk sadapan itu). Sebuah gelombang P harus tegak di sadapan II dan aVF dan

terbalik di sadapan aVR untuk menandakan irama jantung sebagai Irama Sinus.

 Hubungan antara gelombang P dan kompleks QRS membantu membedakan

sejumlah aritmia jantung.

 Bentuk dan durasi gelombang P dapat menandakan pembesaran atrium.

11
Interval PR

Interval PR diukur dari awal gelombang P ke awal kompleks QRS, yang biasanya

panjangnya 120-200 ms. Pada pencatatan EKG, ini berhubungan dengan 3-5 kotak

kecil.

 Interval PR lebih dari 200 ms dapat menandakan blok jantung tingkat pertama.

 Interval PR yang pendek dapat menandakan sindrom pra-eksitasi melalui jalur

tambahan yang menimbulkan pengaktifan awal ventrikel, seperti yang terlihat

di Sindrom Wolff-Parkinson-White.

 Interval PR yang bervariasi dapat menandakan jenis lain blok jantung.

 Depresi segmen PR dapat menandakan lesi atrium atau perikarditis.

 Morfologi gelombang P yang bervariasi pada sadapan EKG tunggal dapat menandakan

irama pacemaker ektopik seperti pacemaker yang menyimpang maupun takikardi atrium

multifokus

12
Kompleks QRS

Sejumlah kompleks QRS beserta tatanamanya.

Lihat juga: Sistem konduksi listrik jantung

Kompleks QRS adalah struktur EKG yang berhubungan dengan depolarisasi

ventrikel. Karena ventrikel mengandung lebih banyak massa otot daripada atrium,

kompleks QRS lebih besar daripada gelombang P. Di samping itu, karena sistem

His/Purkinje mengkoordinasikan depolarisasi ventrikel, kompleks QRS

cenderung memandang "tegak" daripada membundar karena pertambahan

kecepatan konduksi. Kompleks QRS yang normal berdurasi 0,06-0.10 s (60-100

13
ms) yang ditunjukkan dengan 3 kotak kecil atau kurang, namun setiap

ketidaknormalan konduksi bisa lebih panjang, dan menyebabkan perluasan

kompleks QRS.

Tak setiap kompleks QRS memuat gelombang Q, gelombang R, dan gelombang

S. Menurut aturan, setiap kombinasi gelombang-gelombang itu dapat disebut

sebagai kompleks QRS. Namun, penafsiran sesungguhnya pada EKG yang sulit

memerlukan penamaan yang pasti pada sejumlah gelombang. Beberapa penulis

menggunakan huruf kecil dan besar, bergantung pada ukuran relatif setiap

gelombang. Sebagai contoh, sebuah kompleks Rs akan menunjukkan defleksi

positif, sedangkan kompleks rS akan menunjukkan defleksi negatif. Jika kedua

kompleks itu dinamai RS, takkan mungkin untuk menilai perbedaan ini tanpa

melihat EKG yang sesungguhnya.

 Durasi, amplitudo, dan morfologi kompleks QRS berguna untuk

mendiagnosis aritmia jantung, abnormalitas konduksi, hipertrofi ventrikel, infark

otot jantung, gangguan elektrolit, dan keadaan sakit lainnya.

 Gelombang Q bisa normal (fisiologis) atau patologis. Bila ada, gelombang Q yang

normal menggambarkan depolarisasi septum interventriculare. Atas alasan ini, ini

dapat disebut sebagai gelombang Q septum dan dapat dinilai di sadapan lateral I,

aVL, V5 dan V6.

14
 Gelombang Q lebih besar daripada 1/3 tinggi gelombang R, berdurasi lebih besar

daripada 0,04 s (40 ms), atau di sadapan prekordial kanan dianggap tidak normal,

dan mungkin menggambarkan infark miokardium.

Segmen ST

Segmen ST menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T serta berdurasi

0,08-0,12 s (80-120 ms). Segmen ini bermula di titik J (persimpangan antara

kompleks QRS dan segmen ST) dan berakhir di awal gelombang T. Namun,

karena biasanya sulit menentukan dengan pasti di mana segmen ST berakhir dan

gelombang T berawal, hubungan antara segmen ST dan gelombang T harus

ditentukan bersama. Durasi segmen ST yang khas biasanya sekitar 0,08 s (80 ms),

yang pada dasarnya setara dengan tingkatan segmen PR dan TP.

 Segmen ST normal sedikit cekung ke atas.

 Segmen ST yang datar, sedikit landai, atau menurun dapat menandakan iskemia

koroner.

 Elevasi segmen ST bisa menandakan infark otot jantung. Elevasi lebih dari 1 mm dan

lebih panjang dari 80 ms menyusul titik J. Tingkat ukuran ini bisa positif

palsu sekitar 15-20% (yang sedikit lebih tinggi pada wanita daripada pria)

dan negatif palsu sebesar 20-30%.[14]

15
Gelombang T

Gelombang T menggambarkan repolarisasi (atau kembalinya) ventrikel. Interval

dari awal kompleks QRS ke puncak gelombang T disebut sebagai periode

refraksi absolut. Separuh terakhir gelombang T disebut sebagai periode

refraksi relatif (atau peride vulnerabel).

Pada sebagian besar sadapan, gelombang T positif. Namun, gelombang T negatif

normal di sadapan aVR. Sadapan V1 bisa memiliki gelombang T yang positif,

negatif, atau bifase. Di samping itu, tidak umum untuk mendapatkan gelombang

T negatif terisolasi di sadapan III, aVL, atau aVF.

 Gelombang T terbalik (atau negatif) bisa menjadi iskemia koroner, sindrom

Wellens, hipertrofi ventrikel kiri, atau gangguan SSP.

 Gelombang T yang tinggi atau "bertenda" bisa menandakan hiperkalemia.

Gelombang T yang datar dapat menandakan iskemia koroner atau hipokalemia.

16
 Penemuan elektrokardiografi awal atas infark otot jantung akut kadang-

kadang gelombang T hiperakut, yang dapat dibedakan dari hiperkalemia oleh dasar

yang luas dan sedikit asimetri.

 Saat terjadi abnormalitas konduksi (mis., blok cabang berkas, irama bolak-balik),

gelombang T harus didefleksikan berlawanan dengan defleksi terminal kompleks

QRS, yang dikenal sebagai kejanggalan gelombang T yang tepat.

Interval QT

Interval QT diukur dari awal kompleks QRS ke akhir gelombang T. Interval QT

yang normal biasanya sekitar 0,40 s. Interval QT di samping yang terkoreksi

penting dalam diagnosis sindrom QT panjang dan sindrom QT pendek. Interval

QT beragam berdasarkan pada denyut jantung, dan sejumlah faktor koreksi telah

dikembangkan untuk mengoreksi interval QT untuk denyut jantung.

Cara yang paling umum digunakan untuk mengoreksi interval QT untuk denyut

pernah dirumuskan oleh Bazett dan diterbitkan pada tahun 1920.[15] Rumus

Bazett adalah , di mana QTc merupakan interval QT yang dikoreksi untuk

denyut, dan RR adalah interval dari bermulanya satu kompleks QRS ke

bermulanya kompleks QRS berikutnya, diukur dalam detik. Namun, rumus ini

cenderung tidak akurat, dan terjadi kelebihan koreksi di denyut jantung tinggi dan

kurang dari koreksi di denyut jantung rendah.

17
Gelombang U

Gelombang U tak selalu terlihat. Gelombang ini khasnya kecil, dan menurut

definisi, mengikuti gelombang T. Gelombang U diperkirakan menggambarkan

repolarisasi otot papillarisatau serabut Purkinje. Gelombang U yang menonjol

sering terlihat di hipokalemia, namun bisa ada di hiperkalsemia, tirotoksikosis,

atau pemajanan terhadap digitalis, epinefrin, dan antiaritmia Kelas 1A dan 3,

begitupun di sindrom QT panjang bawaan dan di keadaan pendarahan

intrakranial. Sebuah gelombang U yang terbalik dapat menggambarkan iskemia

otot jantung atau kelebihan muatan volume di ventrikel kiri

F. Sistem Konduksi Jantung

Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagai pompa system sirkulasi

darah. Yang paling berperan adalah bilik (ventrikel), sedangkan serambi (atria)

sebenarnya berfungsi sebagai ruang penyimpanan selama bilik memompa. Ventrikel

berkontraksi, ventrikel kanan memasok darah ke paru-paru, dan ventrikel kiri

mendorong darah ke aorta berulang-ulang melalui sistem sirkulasi, fasa ini

disebut systole. Sedangkan fasa pengisian atau istirahat (tidak memompa) setelah

ventrikel mengosongkan darah menuju arteri disebut diastole. Kontraksi jantung

inilah yang mendasari terjadinya serangkaian peristiwa elektrik dengan koordinasi

yang baik. Aktivitas elektrik dalam keadaan normal berawal dari impuls yang

18
dibentuk olehpacemaker di simpul SinoAtrial (SA) kemudian melewati serabut otot

atrial menuju simpul AtrioVentrikular (AV) lalu menuju ke berkas His dan terpisah

menjadi dua melewati berkas kiri dan kanan dan berakhir pada serabutPurkinye yang

mengaktifkan serabut otot ventrikel

G. Teknik monitoring EKG

Saat ini 4 macam teknik monitoring EKG yang sering digunakan yaitu :

1. Teknik monitoring standar ekstremitas (metoda Einthoven) atau standard limb

leads Dalam menggunakan teknik ini, dilakukan 3 tempat monitoring EKG yakni :

a) Lead I dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda positif dan

lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif. Sudut orientasi 0º

b) Lead II dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif dan lengan

kanan (RA- right arm) elektroda negatif. Sudut orientasi 60º

c) Lead III dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif dan

lengan kiri (LA- left arm) elektroda negatif. Sudut orientasi 120º

2. Teknik monitoring tambahan atau augmented limb leads Dalam menggunakan teknik

ini, dilakukan 3 tempat monitoring EKG yakni :

19
a) aVL dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda positif dan

anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut orientasi -30º

b) aVR dibentuk dengan membuat lengan kanan (RA- right arm) elektroda positif dan

anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut orientasi -150º

c) aVF dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif dan anggota

tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut orientasi +90º monitoring EKG

prekordial/ dada atau standard chest leads monitoring EKG

Prosedur EKG

Elektroda EKG akan ditempelkan pada dada, pergelangan

tangan dan kaki, jadi sebaiknya Anda (terutama wanita) menggunakan

pakaian dengan atasan dan bawahan yang terpisah. Ini untuk

mempermudah pemasangan elektroda EKG. Jika lokasi penempelan

elektroda EKG didapati banyak bulu, bisa saja dokter memerintahkan

untuk mencukurnya terlebih dahulu. Sensor yang disebut dengan

elektroda akan dilekatkan pada dada, pergelangan tangan dan kaki,

baik dengan menggunakan semacam cangkir hisap atau gel lengket.

Elektroda ini selanjutnya akan mendeteksi arus listrik yang dihasilkan

jantung yang diukur dan dicatat oleh mesin elektrokardiograf.Tiga Jenis

20
utama EKG

 EKG istirahat (resting ECG) - pasien berbaring. Selama tes pasien

tidak diperbolehkan bergerak, karena impuls listrik lain dapat dihasilkan oleh

otot-otot lain selain jantung yang dapat mengganggu pemeriksaan jantung

Anda. Jenis EKG ini biasanya memakan waktu lima sampai sepuluh menit.

 EKG ambulatory (ambulatory ECG) - EKG ambulatory atau Holter

dilakukan dengan menggunakan alat perekam portabel yang dipakai

setidaknya selama 24 jam. Pasien bebas untuk bergerak secara normal

sementara monitor terpasang. Jenis EKG ini digunakan untuk pasien yang

gejalanya intermiten dan mungkin tidak muncul selama tes EKG istirahat.

Orang yang sembuh dari serangan jantung dapat dimonitor dengan cara ini

untuk memastikan ketepatan fungsi jantungnya.

 Test stres jantung - tes ini digunakan untuk merekam EKG pasien

sementara pasien menggunakan alat seperti sepeda atau berjalan diatas

treadmill. Jenis EKG ini membutuhkan waktu sekitar 15-30 menit

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Elektrokardiografi adalahilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung. Sedangkan

Elektrokardiogram( EKG ) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik

jantung.

2. Sebuah pendekatan metodik sederhana yang dapat diterapkan pada setiap EKG.

Setiap EKG harus didekati dengan cara berurutan, terutama kalau seorang perawat

yang masih baru di bidang ini, sehingga tidak ada hal penting yang terlewatkan.

Kalau perawat semakin banyak mengenal,membaca kardiogram, hal yang pada

mulanya mungkin tampak terpaksa dan secara mekanik akan memberikan keuntungan

besar dan akan segera menjadi seperti kebiasaan.

3. Gelombang P;gambaran proses depolarissi atrium.

Gelombang QRS;gambaran proses depolarisasi ventrikel

22
Gelombang T;gambaran proses repolarisasi ventrikel.

Gelombang U;timbul setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya

Interval PR;diukur dari permukaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS.

23

Anda mungkin juga menyukai