Anda di halaman 1dari 29

RESPONSI

BRONKOPNEUMONIA DAN TB PARU PADA ANAK USIA 8 BULAN


DI RUANG RAWAT INAP RSUD ABEPURA

Dianjurkan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Madya Di Bagian SMF
Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Abepura

Oleh :

Marlinda Waromi, S.Ked


008 084 0108

Pembimbing/Penguji :
dr. Ratna, Sp.A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABEPURA
2016

1
LEMBARAN PENGESAHAN

Telah diuji dan disetujui Laporan Kasus “Bronkopneumonia Dan TB Paru Pada

Anak Usia 8 Bulan Di Ruang Rawat Inap RSUD Abepura”, oleh Penguji Laporan

Kasus Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura sebagai Salah Satu

Tugas Kepaniteraan Klinik Madya Di Bagian SMF Ilmu Kesehatan Anak Rumah sakit

Umum Daerah Abepura

Pada :

Hari : Sabtu,

Tanggal : 20 Februari 2016

Tempat : Ruang Pertemuan SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Abepura

Mengesahkan,

Pembimbing/Penguji

dr. Ratna, Sp.A

2
BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS

Nama : An. GB

Umur : 8 Bulan

Jenis Kelamin : Laki – Laki

Alamat : Sentani

Agama : Kristen Prostestan

Nama Ayah : Tn. DB

Pekerjaan Ayah : Swasta

Pendidikan Ayah : Sekolah Dasar

Nama Ibu : Ny. ET

Pekerjaan Ibu : IRT

Pendidikan Ibu : Tidak Sekolah

Tanggal MRS : 16 Januari 2016

Tanggal Pemeriksaa : 21 Januari 2016

1.2 ANAMNESA

1.2.1 Keluhan Utama

Demam

1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dibawa oleh orangtuanya ke Rumah Sakit Umum Daerah

Abepura dengan keluhan utama demam yang hilang-timbul sejak 5 hari

sebelum masuk Rumah Sakit. Demam yang dialami mulai dari demam

yang tinggi sampai hanya teraba hangat. Saat demam, ibu pasien tidak

3
memberikan obat penurun panas pada pasien. Selain keluhan demam

pasien juga dikeluhkan batuk sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit,

lendir (+), warna putih kental, darah (-), namun terkadang pasien agak

sulit untuk mengeluarkan lendir tersebut. Pasien juga dikeluhkan sesak

sejak 2 hari Sebelum masuk rumah sakit. Sebelum 2 minggu masuk

rumah sakit sebelumnya pasien sudah pernah dirawat inap di Rumah

Sakit Yowari Setani, dengan keluhan yang sama (demam, batuk dan

sesak), tetapi pasien di rawat pasien tidak ada perubahan dan keluhan

tetap sama sehingga pasien di bawah ke Rumah Sakit Abepura untuk

mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Keluhan lain seperti muntah rewel

(+), gelisah (+), lemas, nafsu makan/minum menurun, muntah (-), pilek

(-), kejang (-), mencret (-) disangkal. BAB dan BAK normal dengan

warna yang normal.

1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Kejang Demam (-), Riwayat Asma (-), Riwayat TB dan

pengobatan Paru (-).

1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam keluarga (om pasien) ada yang pernah sakit seperti pasien, dengan

riwayat batuk lama tetapi tidak pernah memeriksakan diri ke RS atau

periksa sputum BTA

1.2.5 Riwayat Kehamilan

Saat hamil, kesehatan ibu pasien baik. Ibu pasien hanya pernah

mengalami anemia dan hanya diberi obat penambah darah dan vitamin,

dan tidak pernah mengkonsumsi jamu-jamuan.

4
1.2.6 Riwayat Kelahiran

Pasien lahir dengan umur kehamilan 9 bulan lebih 2 minggu, di RSUD

Abepura di bantu oleh bidan, lahir secara spontan, dengan berat badan

lahir 3,1 kg, lahir tanpa penyulit dan bernapas spontan.

1.2.7 Riwayat Neonatal

Menurut ibunya, pasien lahir langsung menangis, warna kulit merah

muda merata, tidak ada kebiruan/kuning, tidak ada kejang, lumpuh (-),

kesulitan bernafas (-).

1.2.8 Riwayat Imunisasi

Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah Pemberian

Hepatitis B0 0 Hari 1 x pemberian

BCG 21 Hari 1 x pemberian

21 Hari,
POLIO 2 Bulan , 4 Bulan, 6 4 x pemberian
Bulan

5
DPT 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan 3 x pemberian

Hepatitis B 1 bulan, 6 bulan 2 x pemberian

Pasien sudah mendapat imunisasi dasar di Puskesmas Sentani, tetapi

keluarga pasien (Ibu) tidak mengingat tanggal waktu pemberian

imunisasi.

1.2.9 Riwayat Tumbuh Kembang

 Usia 1 bulan

Pasien sudah bisa menatap muka, mengikuti ke garis tengah,

bersuara, mengangkat kepala

 Usia 2 bulan

Pasien sudah bisa tersenyum spontan, mengikuti lewat garus tengah,

oooo/aah, kepala terangkat 45˚

 Usia 3 – 4 bulan

Pasien sudah dapat mengangkat kepala setinggi 450, menggerakkan

kepala dari kiri/kanan ke tengah, tersenyum bila melihat mainan lucu,

mengoceh spontan, dan membalas tersenyum.

 Usia 5 bulan

Pasien sudah bisa berusaha mencapai mainan, mengamati anak-anak,

menoleh ke bunyi icik-icik, membalik

 Usia 6 bulan

Pasien sudah bisa merayap dan merangkak, mengangkat kepala

setinggi 900, memindahkan benda dan memegang benda kecil,

mengenal wajah orang terdekat dan takut orang asing.

 Usia 7 bulan

6
Pasien sudah bisa makan sendiri, menggaruk manik-manik,

papa/mama spesifik, duduk tanpa pegang

 Usia 8 Bulan

Pasien sudah bisa berdiri dengan pegangan, mengoceh, mengambil 2

kubus, dah-dah dengan tangan.

1.2.10 Riwayat Gizi

Pasien meminum ASI sejak lahir sampai sekarang. Sehari pasien dapat

minum ASI 6-8 kali. Pasien tidak pernah diberikan susu formula.

1.2.11 Riwayat Kepribadian

Pasien memiliki hubungan yang baik dan berinteraksi baik dengan

orangtua dan saudaranya.

1.2.12 Riwayat Sosial

Pasien adalah anak pertama. Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya

di Sentani. Rumah pasien berdinding kayu. Pasien tinggal di lingkungan

yang ramai dan padat penduduk. Di belakang rumah pasien terdapat

daerah perkebunan, sering banyak genangan air dan tumpukan sampah di

sekitar rumah pasien. Keluarga pasien jarang memakai semprotan

pembasmi serangga, lotion anti nyamuk, dan tidak menggunakan

kelambu di kamar tidur

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis, Glasgow Coma Scale : E4V5M6

Tanda-tanda Vital : TD = -

N = 128 x/menit

7
R = 78 x/menit

SB = 38,40C

Status Gizi : BB = 7,3 kg

TB/PB = 3,6 cm

Umur = 8 bulan

Z-Score (Antropometri WHO) : BB actual – Median : median

(-1SD) = (7,3-8,6) : (8,6-7,7)= ( -1,3:0,9) = ( -1,4 SD) (gizi

baik)

Kepala : Rambut berwarna hitam keriting, Normocephal, ubun-ubun

belum tertutup, udem palpebra (-), konjungtiva anemis (-/-),

sklera ikterik (-/-), mata cowong (-/-), sekresi kelenjar air

mata (+/+), mukosa mulut lembab, oral kandidosis (-), caries

(-), stomatitis (-).

THT : Telinga : Serumen (-), sekret (-)

Hidung : Sekret (-), pernapasan cuping hidung (+)

Tenggorokan : uvula letak di tengah, faring hiperemis (-),

Tonsil T1-T1

8
Leher dan Axila : Pembesaran kelenjar getah bening (+) di regio colli sinistra,

jumlah 2, imobile, ukuran diameter > 1 mm, nyeri tekan (-),

terasa panas (-)

Thorax : Inspeksi : Simetris, ikut gerak nafas, retraksi (+) Substernal,

Suprasternal dan interkostal

Palpasi : Thrill (-)

Perkusi : Sonor (Paru), Pekak (Jantung)

Auskultasi: Suara nafas vesikuler (+/+), Rhonki Basah Kasar

(+/+), Wheezing (-/-) Bunyi Jantung I-II reguler

murni, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen : Inspeksi : Datar

Auskultasi: Bising usus (+) Normal

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

membesar, turgor kulit cukup.

Perkusi : Timpani, pekak berpindah (-).

Ekstremitas : Akral hangat (-), edema (-), capillary refil time < 3”, sianosis

pada ujung – ujung jari (-)

Scoring TB Pada Pasien Ini :

PARAMETER 0 1 2 3 SKOR

Laporan
keluarga
Tidak BTA (-) /
Kotak TB - BTA (+) 2
Jelas BTA tidak
jelas / tidak
tau

Uji Tuberkulin Positif (≥ 10 mm


Negatif - - 0
(Mantoux) atau ≥ 5 mm pada

9
imunokompromaise)

Klinis gizi
buruk atau
Berat Badan/
- BB/TB ≤90% BB/TB - 0
Keadaan Gizi
≤70% atau
BB/U ≤60%

Demam yang
tidak diketahui - ≥ 2 minggu - - 1
penyebabnya

Batuk Kronik - ≥ 3 minggu - - 1

Pembesaran
≥ 1 cm, lebih
kelenjar limfe
- dari 1 KGB, - - 1
kolli, aksilla,
tidak nyeri
inguinal

Pembengkakan
tulang/sendi Ada
- - - 0
panggul, lutut pembengkakan
dan falang

Normal/ Gambaran
kelainan sugestif
Foto Thoraks - - 1
tidak (mendukung)
jelas TB

Skor Total (Maksimal 6) 6

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah saat pasien di IGD (16 Januari 2016)

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan


9,3
Hb (gr/dL)
4,88
RBC (106/uL)
30,7
HCT (%)
62,9
MCV (fL)
19,1
MCH (pg)
33,3
MCHC (gr/dL)

10
5,72
WBC (103/uL)
241
PLT (103/dL)
DDR (Negatif)
Pemeriksaan Radiologi (Tanggal 23 Januari 2016)

Hasil Foto :
 Cor tidak membesar
 Sinuses dan diafragma normal
 Pulmo :
- Hill kasar
- Corakan bronkovaskuler normal
- Tampak klasifikasi diperhiler disertai
fibroinfiltrat di paratrakhea, prihiler dan
parakardial bilateral
Kesan :
- TB Paru aktif
- Tidak tampak kardiomegali

1.4 DAFTAR MASALAH

 Demam

 Batuk berlendir

 Sesak

1.5 DIAGNOSA KERJA

Bronkopneumonia + TB Paru Aktif

1.6 DIAGNOSA BANDING

Bronkiolitis

1.7 PERENCANAAN

1.7.1 Diagnostik

- Darah Lengkap (DL, DDR)

- Foto Radiologi Thoraks

11
1.7.2 Terapi

- O2 Nasal 1-2 Liter Per Menit Nasal Canule

- IVFD D5 1/2 NS 32 Tetes Per Menit Mikro

- Inj. Cefotaxim 2x400 mg (Intra Vena)

- Inj. Ranitidin 2x8 mg (Intra Vena)

- Inj. Gentamicin 3x20 mg (Intra Vena))

- Inj. Paracetamol 3x80 mg (Intra Vena)

- Nebu Combivent : NaCl (1/2 amp : 2 cc) per 6 jam

- Pasien Di puasakan

1.7.3 Monitoring

- Tanda-tanda vital

- Observasi Keadaan Umum (sesak dan demam)

1.7.4 Edukasi

- Edukasi keluarga tentang keadaan pasien

- Edukasi keluarga agar mematuhi pengobatan

- Edukasi keluarga mengenai anaknya yang dipuasakan sementara

1.8 PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

12
FOLLOW UP

Hari/Tanggal : Senin (18 Januari 2016)


S : Demam (+), batuk (+), sesak (+)

O : Kesadaran : Komposmentis

KU Tampak kesakitan

Vital Sign : Denyut Nadi : 136 x/m, Reguler, Kuat Angkat

Respirasi : 60 x/m, Reguler, Dalam

Subu Badan : 37,4°C di axilla dextra, posisi

terlentang

Kepala/Leher : Normosefal, tidak ada deformitas, rambut hitam,

persebaran merata, tidak mudah dicabut, ubun-ubun

tertutup, Palpebra simetris, konjungtiva tidak pucat,

sklera tidak ikterik, Reflek Cahaya Langsung +/+,

Refleks Cahaya Tak Langsung +/+, mata tidak cekung,

terdapat air mata, pernafasan cuping hidung (+),

Pembesaran kelenjar getah bening (+) di bawah regio

colli, Jumlah 2, mobile, ukuran ≥ 1 mm, tidak nyeri, tidak

panas.

Paru : Inspeksi : Tidak ada kelainan bentuk dada,

pergerakan dada simetris, retraksi (+)

Palpasi : Tidak di evaluasi

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (-/-)

Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tak terlihat

13
Palpasi : Iktus cordis teraba

Perkusi : Tidak diperiksa

Auskultasi : BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak

ada gallop

Abdomen : Inspeksi : Tampak datar

Auskultasi : Bising usus normal 2-3kali/menit

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, hepar tidak

teraba. Lien tidak teraba, turgor kulit

baik.

Perkusi : timpani, shifting dullness (-)

Ekstremitas : Akral teraba Hangat, udem (-), sianosis (-),CRT <2 detik

A : Bronkopneumoni

P : - O2 Nasal 1-2 Liter per menit canule Monitoring

- IVFD D51/2NS 32 tetes per menit mikro - Tanda-tanda vital


- Inj. Cefotaxim 2x400 mg (Intravena) - Observasi Keadaan
- Inj. Ranitidin 2x8 mg (Intravena) Umum (sesak dan
- Inj. Gentamicin 3x20 mg (Intravena) demam)
- Inj. Paracetamol 3x80 mg (Intravena)

- Nebu combivent : NaCl (1/2 amp : 2 cc)/6 jam

- Puasa

14
Hari/Tanggal : Jumat, 19 Januari 2016

S : Demam (-), Batuk (+), Sesak (+)↓

O : Kesadaran : Komposmentis

Keadaan Tampak sakit sedang, tidak tampak lemas

umum

Vital Sign : Denyut Nadi : 124 x/m, Reguler, Kuat Angkat

Respirasi : 62 x/m, Reguler, Dalam

Subu Badan : 36,8°C di axilla dextra , posisi

terlentang

Kepala/Leher : Normosefal, tidak ada deformitas, rambut hitam,

persebaran merata, tidak mudah dicabut, ubun-ubun

tertutup, Palpebra simetris, konjungtiva tidak pucat,

sklera tidak ikterik, Reflek Cahaya Langsung +/+,

Refleks Cahaya Tak Langsung +/+, mata tidak cekung,

terdapat air mata, pernafasan cuping hidung (+),

Pembesaran kelenjar getah bening (+) di bawah regio

colli, Jumlah 2, mobile, ukuran ≥ 1 mm, tidak nyeri,

tidak panas

Paru : Inspeksi : Tidak ada kelainan bentuk dada,

pergerakan dada simetris, retraksi (+)↓

Palpasi : Tidak di evaluasi

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : vesikuler, rhonki (+/+)↓, wheezing (-/-)

Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tak terlihat

15
Palpasi : Iktus cordis teraba

Perkusi : Tidak diperiksa

Auskultasi : BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak

ada gallop

Abdomen : Inspeksi : Tampak datar

Auskultasi : Bising usus normal 2-3kali/menit

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, hepar tidak

teraba. Lien tidak teraba, turgor kulit

baik.

Perkusi : timpani, shifting dullness (-)

Ekstremitas : Akral teraba Hangat, udem (-), sianosis (-),CRT <2 detik

A : Bronkopneumoni

P : - O2 Nasal 1-2 Liter per menit canule Monitoring

- IVFD D51/2NS 32 tetes per menit mikro - Tanda-tanda vital


- Inj. Cefotaxim 2x400 mg (Intravena) - Observasi Keadaan
- Inj. Ranitidin 2x8 mg (Intravena) Umum (sesak dan
- Inj. Gentamicin 3x20 mg (Intravena) demam)
- Inj. Paracetamol 3x80 mg (Intravena)

- Nebu combivent : NaCl (1/2 amp : 2 cc)/6 jam

- Puasa

16
Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Januari 2016

S : Demam (-), Batuk (+)↓, Sesak (+) ↓

O : Kesadaran : Komposmentis

KU Tampak sakit sedang, tidak tampak lemas

Vital Sign : Denyut Nadi : 102 x/m, Reguler, Kuat Angkat

Respirasi : 50 x/m, Reguler, Dalam

Subu Badan : 36,8°C di axilla dextra , posisi terlentang

Kepala/Leher : Normosefal, tidak ada deformitas, rambut hitam, persebaran

merata, tidak mudah dicabut, ubun-ubun tertutup, Palpebra

simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, Reflek

Cahaya Langsung +/+, Refleks Cahaya Tak Langsung +/+, mata

tidak cekung, terdapat air mata, pernafasan cuping hidung (+),

Pembesaran kelenjar getah bening (+) di bawah regio colli,

multipel (> 1), mobile, ukuran ≥ 1 mm, tidak nyeri, tidak panas,

perabaan kenyal.

Paru : Inspeksi : Tidak ada kelainan bentuk dada, pergerakan dada

simetris, retraksi (+)

Palpasi : Tidak di evaluasi

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : vesikuler, rhonki (+/+)↓, wheezing (-/-)

Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tak terlihat

Palpasi : Iktus cordis teraba

Perkusi : Tidak diperiksa

Auskultasi : BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop

17
Abdomen : Inspeksi : Tampak datar

Auskultasi : Bising usus normal 2-3kali/menit

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, hepar tidak teraba. Lien

tidak teraba, turgor kulit baik.

Perkusi : timpani, shifting dullness (-)

Ekstremitas : Akral teraba Hangat, udem (-), sianosis (-),CRT <2 detik

A : Bronkopneumoni + TB Paru Aktif

P : - O2 Nasal 1-2 Liter per menit canule Monitoring

- IVFD D51/2NS 32 tetes per menit mikro - Tanda-tanda vital


- Inj. Cefotaxim 2x400 mg (Intravena) - Observasi Keadaan Umum
- Inj. Ranitidin 2x8 mg (Intravena) (sesak dan demam)
- Inj. Gentamicin 3x20 mg (Intravena) Rencana :
- Inj. Paracetamol 3x80 mg (Intravena) OAT RHZ 1x1 pulv
- Nebu combivent : NaCl (1/2 amp : 2 cc)/6 jam

- Boleh minum sedikit-sedikit

- Foto Thoraks AP

Foto Radiologi Tgl 23 Februari 2016 Hasil Foto :


 Cor tidak membesar
 Sinuses dan diafragma normal
 Pulmo :
- Hill kasar
- Corakan bronkovaskuler normal
- Tampak klasifikasi diperhiler disertai
fibroinfiltrat di paratrakhea, prihiler dan
parakardial bilateral
Kesan :
- TB Paru aktif
- Tidak tampak kardiomegali

18
BAB II

PEMBAHASAN

Seorang pasien anak laki – laki, usia 8 bulan, BB 7,3 kg datang ke RSU

Abepura dengan keluhan demam hilang timbul yang dirasakan sejak 5 hari sebelum

masuk rumah sakit. Disertai dengan batuk sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit,

lendir (+), berwarna putih (+), darah, dan juga terdapat keluhan lain rewel (+),

gelisah (+), sesak (+), lemas, nafsu makan/minum berkurang.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan yaitu kesadaran composmentis, keadaan

umum pasien tampak rewel, Vital sign : Respiratory Rate 68x/m yang merupakan

nilai prediktif positif bronkopneumonia dari 45%, dan Suhu axilla 38,5˚C. inspeksi

ditemukan pernapasan cuping hidung, dan retraksi intercostal yang merupakan usaha

pernapasan pada anak untuk mengatasi obstruksi dan pada auskultasi di dapatkan

Rhonki. Pemeriksaan fisik yang lain dalam batas normal.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut didapatkan diagnosis kerja

Bronkopneumonia dan TB paru aktif. Disebut Bronkopneumonia karena terdapat

didapatkan gejala yang mengarah pada infeksi umum dari bronkopneumonia, yaitu

gejala infeksi umum (demam, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan) dan gejala

respiratori (batuk dan sesak). Disebut TB paru aktif karena pada pasien didapatkan

demam, batuk, malaise, penurunan nafsu makan/minum, dan pemeriksaan penunjang

rontgen toraks didapatkan hasil TB paru aktif. Dan juga ada riwayat batuk-batuk

lama dalam keluarga pasien.

Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan

jaringan interstial. World Health Organization (WHO) mendefenisikan hanya

19
berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi

nafas. Bronkopneumonia adalah bercak-bercak infiltrat difus merata pada kedua paru

(dapat meluas hinnga daerah perifer paru) disertai dengan peningkatan corakan

peribronkial. Berbagai mikrooranisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain

virus, jamur dan bakteri S. pneumonia merupakan penyebab tersering pneumonia

bakterial pada semua kelompok umur. Virus ( Respiratory Syncytial Virus) lebih

sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun. Virus ( Respiratory Syncytial

Virus) merupakan virus penyebab tersering pada anak kurang dari 3 tahun. Pada

umur lebih muda, adenovirus, parainfluenza virus, influenza virus juga ditemukan.

Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih sering ditemukan pada

anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang ditemukan pada anak

lebih dari 10 tahun.1,2

Tabel 1. Microbial Causes of Community-Acquired Pneumonia in Childhood.


Acute Pneumonia and Its Complications. Clinical Syndromes and Cardinal Features
of Infectious Diseases

20
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan

hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,

mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan

perawatn di RS. Pada pasien ini diindikasikan untuk rawat inap karena terdapat

distress pernapasan (pernapasan cuping hidung, retraksi intercostal, takipneu) dan

penurunan nafsu makan/minum.3

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat –

ringannya infeksi tetapi secara umum adalah sebagai berikut3:

- Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan

napsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare; kadang-

kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner

- Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipneu,

napas cuping hidung, merintih dan sianosis.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi,

suara napas melemah, dan rhonki. Akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala

dan pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan

auskultasi paru umumnya tidak ditemukan keluhan.3,4

Pneumonia pada anak umunya didiganosis berdasarkan gambaran klinis yang

menunjukkan keterlibatan sistem respiratori, serta gambaran radiologis. Prediktor

paling kuat adanya pneumonia adalah demam, sianosis dan lebih dari satu gejala

respiratori sebagai berikut : takipneu, batuk, napas cuping hidung, retraksi, ronki

dan suara napas melemah. Napas cepat dinilai dengan menghitung frekuensi napas

selama satu menit penuh ketika bayi/anak dalam keadaan tenang. Sesak napas dapat

21
dilihat dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam ketika menarik

napas (retraksi epigastrium).3,4

Diagnosis bronkopneumonia pada pasien ini ditegakkan berdasarkan

anamnesis, dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis terhadap ibu pasien

(heteroanamnesis) didapatkan keterangan yang mengarah pada gejala infeksi umum

dari bronkopneumonia, yaitu gejala infeksi umum (demam, gelisah, malaise,

penurunan nafsu makan) dan gejala respiratori (batuk dan sesak). Manifestasi klinis

bronkopneumoni didahului beberapa hari dengan gejala infeksi saluran pernapasan

atas (ISPA), yaitu batuk dan rinitis (pada pasien ini didahului dengan batuk),

peningkatan usaha bernafas, demam tinggi mendadak (pada pneumonia bakteri), dan

penurunan nafsu makan. Keluhan yang paling menonjol pada pasien dengan

bronkopenumoni adalah demam, batuk serta sesak. 4

Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada Vital sign : Respiratory Rate 68x/m

yang merupakan nilai prediktif positif bronkopneumonia dari 45%, dan Suhu axilla

38,5˚C. inspeksi ditemukan pernapasan cuping hidung, dan retraksi intercostal yang

merupakan usaha pernapasan pada anak untuk mengatasi obstruksi dan pada

auskultasi di dapatkan Rhonki.5

Pasien ini juga didiganosis dengan TB Paru. Tuberkulosis Paru adalah infeksi

paru oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada anak terbanyak merupakan

tuberkulosis primer dan kompleks primer. Kompleks primer merupakan bentukan

dari fokus primer, limfangitis dan kelenjar getah bening regional yang membesar.

Di sini infeksi terjadi sebelum mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil m.

Tuberculosis. Patogenesis TB sangat kompleks, sehingga manifestasi klinis TB

sangat bervariasi dan berganung pada beberapa faktor. Faktor yang berperan adalah

22
kuman TB, pejamu, serta interaksi antar keduanya. Anak kecil sering tidak

menunjukkan gejala walaupun sudah tampak pembesaran kelenjar hilus pada foto

thoraks. Manifestasi klinis TB terbagi dua, yaitu1,6:

a. Manifestasi sistemik. Gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik karena

dapat disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain. Salah satu gejala

sistemik yang tersering adalah Demam. Demam biasanya tidak tinggi dan

hilang timbul dalam jangka waktu yang cukup lama. Manifestasi sistemik lain

yang sering dijumpai adalah anoreksia, berat badan (BB) tidak naik (turun,

tetap atau naik, tetapi tidak sesuai dengan grafik tumbuh), dan malaise (letih,

lesu, lemah, lelah).

b. Manifestasi spesifik organ/lokal. Manifestasi klinis spesifik bergantung pada

organ yang terkena, misalnya kelenjar limfe, susunan saraf pusat (SSP), tulang

dan kulit

Diagnosis kerja TB anak dibuat berdasarkan adanya kontak terutama dengan

pasien TB dewasa aktif/baru, kumpulan gejala dan tanda klinis, uji tuberkulin dan

gambaran sugestif pada foto thoraks. Meskipin demikian, sumber penularan/kontak

tidak selalu dapat teridentifikasi, sehingga analisis yang seksama terhadap semua

data klinis sangat diperlukan.

Tabel Petunjuk WHO untuk diagnosis TB Anak6

a. Dicurigai Tuberkulosis

1. Anak sakit dengan riwayat kontak pasien tuberkulosis dengan diagnosis

pasti

2. Anak dengan :

- Keadaan klinis tidak membaik setelah menderita campak atau batuk

23
rejan

- Berat badan meurun, batuk dan mengi yang tidak membaik dengan

pengobatan antibiotika untuk penyakit pernapasan

- Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit

b. Mungkin Tuberkulosis

Anak yang dicurigai tuberkulosis di tambah :

- Uji tuberkulin positif (10 mm atau lebih)

- Foto rontgen paru sugestif tuberkulosis

- Pemeriksaan histologis buopsi sugestif tuberkulosis

- Respons yang baik pada pengobatan dengan OAT

c. Pasti Tuberkulosis (Confirmed TB)

Ditemukan basil tuberkulosis pada pemeriksaan langsung atau biakan

Identifikasi Mycobacterius tuberculosis pada karakteristik biakan

(Buku Ajar Respirologi Anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2010. Hal 207)

Pada pasien ini diagnosa juga dengan TB paru karena pada anamnesa

didapatkan batuk, dan demam yang tidak diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan rhonki dan hasil pameriksaan penunjang radiologi didapatkan kesan

TB paru. Riwayat kontak TB (+), ada keluarga pasien dengan riwayat batuk lama

tetapi tidak pernah periksa ke Rumah sakit/Dokter/Puskesmas. Pembesaran KGB (+)

di bawah regio colli sinistra, jumlah 2, Imobile, tidak nyeri, berukuran ± 1 mm.

Pasien mendapatkan nilai Scoring 7, sehingga pasien perlu untuk mendapatkan terapi

OAT RHZ.

Foto toraks tidak direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin pada anak

dengan infeksi saluran nafas bawah akut ringan. Pemeriksaan dilakukan pada

24
penderita pneumonia yang dirawat inap atau bila tanda klinis yang membingungkan.

Foto torak ulang hanya dilakukan bila didapatkan atelektasis, kecurigaan terjadi bila

kompilkasi pneumonia berat, gejala yang menetap atau memburuk, atau tidak

respon terhadap antibiotik.2 Tetapi foto rontagen toraks AP dan Lateral dapat

dilakukan jika pada pasien ditemukan tanda dan gejala klinik distres pernapasan

seperti takipneu, batuk, dan ronki dengan atau tanpa suara napas yang melemah.

Pada pasien di lakukan pemeriksaan foto thoraks karena ditemukan tanda dan gejala

klinik distres pernapasan seperti takipneu, batuk, dan ronki dengan atau tanpa suara

napas yang melemah.1

Pasien ini didiagnosis banding dengan Bronkiolitis. Bronkiolitis adalah

penyakit IRA-bawah yang ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolitis.

Umumnya, infeksi tersebut disebabkan oleh virus. Secara klinin ditadai dengan

episode pertama wheezing pada bayi yang didahului dengan gejala IRA. Diagnosis

dapat ditregakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium

dan pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala awal berupa infeksi respiratori atas

akibat virus, seperti pilek ringan, batuk dan demam. Satu hingga dua hari kemudian

timbul batuk yang disertau dengan sesak napas. Selanjunya dapat di temukan

wheezing, sianosis dan penurunan nafsu makan. Pemeriksaan fisik oada anak yang

mengarah ke diagnosis bronkiolitis adalah adanya takipneu, takikardi dan

penigkatan suhu di atas 38,5˚, selain itu dapat juga ditemukan konjungtivitis ringan

dan faringitis. Pada pemeriksaan auskultasu paru ditemukan ronki. Sianosis dapat

terjadi dan bila gejala menghebat, dapat terjadi apneu, terutama pada bayi berusia <

6 minggu. Pada foto rontgen toraks didapatkan gambaran hiperinflasi dan infiltrat,

25
tetapi gambaran ini tidak spesifik dan dapat ditemukan pada asma, pneumonia viral

atau atipikal dan aspirasi.1,5

Kultur bakteri perlu dilakukan untuk mengetahui bakteri penyebab sehingga

dapat ditentukan antibiotik spesifik untuk mengatasi bronkopneumonia. Namun

ternyata dengan pemberian antibiotik spektrum luas (Cefotaxim dan Gentamisin),

terlihat perbaikan klinis sehingga dipikirkan untuk tidak perlu dilakukan kultur

bakteri.6,7

Pasien dipasang infus, dengan caiaran yang terpasang adalah D5 ½ NS 32

tpm mikro. Cairan ini diindikasikan untuk mengatasi dehidrasi, menambah kalori

dan mengembalikan keseimbangan elektrolit. Komposisinya per 1000 mL glukosa

55 gram, NaCl 2,25 gram dan air untuk larutan injeksi 1000 mL.8

Pada pasien ini diberi antibiotik, Injeksi Cefotaxime 2x400 mg (i.v), inj

Getamisisn 1x20mg (i.v) dan injeksi Ranitidin 2x8 mg (i.v). Terapi antibiotik ini

ditujukan untuk penanganan bronkopneumonia. Cefotaxime merupakan antibiotik

golongan sefalosporin berspektrum luas. Infeksi traktus respiratorius bawah, infeksi

kulit atau struktur kulit, infeksi tulang dan sendi, infeksi, infeksi itra-abdomen, dan

infeksi traktus genitourinarius. Cefotaxime sangat aktif terhadap berbagai kuman

Gram positif maupun Gram-negatif aerobik. Dosis Cefotaxim 50-100 mg/kgBB

dibagi dalam 2-4 dosis. Pada bronkopneumonia, dengan pemberian antibiotika yang

memadai dan dimulai secara dini pada perjalanan penyakit tersebut, maka mortalitas

bronkopneumonia akibat bakteri pneumococcus selama masa bayi dan masa kanak-

kanak sekarang menjadi kurang dari 1% dan selanjutnya morbiditas yang

berlangsung lama juga menjadi rendah.9

26
Injeksi Gentamisin bersifat bakterisid yang aktif terutama terhadap gram

negatif termasuk Pseudomonas aerogenosa, Proteus serrati. Indikasi pemberian pada

pneumonia, kolesistiis, peritoniti, septiemia, pyelonefriti, infeksi kulit, inflmasi pada

tulang panggul, endokarditi, meningiti, listeriosis, tularaemia, brucellosis, pes,

pencegahan infeksi setelah pembedahan. Injeksi ranitidin 2x8 mg (i.v) diindikasikan

untuk ulkus gaster ringan, ulkus duodenum ringan, ZollingerEllison, keadaan yang

menimbulkan hipersekresi lambung, reflks gastro-esofageal (RGE).

Dosis neonates IV : 1 mg/kgBB/dosis setip 6 – 8 jam, Oral : 2 – 4 mg/kgBB/dosis

setip 8 –12 jam Anak : 2 – 4 mg/kgBB/kali setip 8 – 12 jam.10

Pada pasien ini diberi terapi Nebulizer combivent per 6 jam. Penggunaan

bronkodilator masih menjadi perdebatan. Alasan yang kurang mendukung

pemberian bronkodilator adalah karena pada usia bayi peran bronkodilator kurang

jelas. Pada keadaan bronkopneumonia dan bronkiolitis, yang dominan adalah

inflamasinya, bukan bronkokonstriksinya, sehingga pemberian bronkodilator kurang

bermanfaat.11

Pada hari perawatan I, pasien masih sesak, panas, dan batuk, serta dipuasakan.

Pada pemeriksaan fisik masih ditemukan pernapasan cuping hidung, retraksi dan

rhonki. Terapi pada pasien ini dilanjutkan. Perbaikan klinis terlihat pada hari

perawatan 2, dimana sesak dan batuk sudah berkurang. Pada hari perawatan 3,

selain berkurangnya sesak dan batuk, pch, retraksi, dan rhonki juga ikut berkurang.

Pada Hari Ke-3 ini pasien juga diperbolehkan untuk minum ASI dan juga pasien

direncanakan untuk Foto Thoraks.

Mengenai riwayat tumbuh kembang, pasien berumur 8 bulan, sehingga

berdasarkan perkembangan Denver II balita dan anak prasekolah, idealnya pasien

27
sudah bisa Berdiri dengan pegangan, duduk tanpa pegangan, mengangkat kepala

setinggi 45º, menggerakan kepala dari kiri/kanan menuju tengah, melihat dan

menatap wajah, mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengaceh, suka tertawa

keras, bereaksi terkejut dengan suara keras, membalas tersenyum, ketika diajak

bicara atau tersenyum, dan mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman,

pendengaran, kontak, berusahan mencapai mainan, tepuk tangan, mengamati

tanganya.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Retno AS, Landia S, Makmuri MS. Pneumonia. Divisi Respirologi Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FK Unair RSU Dr.Soetomo Surabaya.

2. Tanto C, Liwang F, Hanafati S, Pradipta EA. Kapita selekta kedokteran edisi IV

Jilid 1. Media Aesculapius Jakarta 2014

3. Supriyatno B, Kaswandani N. Terapi inhalasi pada penyakit respiratori. Dalam: Rahajoe

NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku ajar respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: IDAI;

2010. h. 350-365.

4. Marcdante KJ, et al. Nelson essentials of pediatrics. 6th ed. Philadelphia:

Saunders. 2011.

5. Zain MS. Bronkiolitis. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku

Ajar Respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: IDAI; 2010. h. 333-47.

6. Kartasasmita B Cissy. Tuberkulosis. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi ke 1.

Jakarta: IDAI; 2010. h. 16 – 168

7. Hazinski TA. The respiratory system. Dalam: Rudolph AM, Rudolph CD,

Hostetter MK, Lister G, Siegel NJ, penyunting. Rudolph’s pediatrics. Edisi ke-

21. New York: McGraw-Hill; 2003. h. 1910-1.

8. Wida D5 ¼ NS. Diunduh 26 Januari 2016 dari www.apotik.meidcastrore.com

9. British Thoracic Society. 2013. Guidelines for the management of community


acquired pneumonia in childhood. Thorax. 57(Suppl 1) :1-24.
10. Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia

2012; H. 83-85

11. Wilson LM. Tanda dan gejala penting pada penyakit pernapasan. Dalam: Price

SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6.

Jakarta: EGC; 2005. h. 773-80.

29

Anda mungkin juga menyukai