Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang unik karena fokusnya yang
luas dalam hal pemahaman dan penatalaksanaan kesehatan seseorang. Seorang
perawat yang kompeten harus memiliki pengetahuan yang adekuat tentang
fisiologi, patofisiologi, psikopatologi dan pengobatan medis dalam berkolaborasi
dengan dokter. Perawat juga harus mampu memecahkan masalah sacara akurat,
menyeluruh dan cepat. Dalam hal ini, perawat dituntut menelaah informasi dalam
jumlah yang sangat banyak untuk membuat penilaian kritis.
Perkembangan teknologi yang semakin maju dan berkembang pesat, kini
mempengaruhi semua bidang kehidupan manusia di berbagai belahan dunia.
Dampak dari hal ini akhirnya menuntut setiap orang untuk memiliki
pengetahuan yang memadai atau cukup agar dapat menggunakan atau
beradaptasi dengan tuntutan global ini. Hal ini juga berlaku untuk Profesi
keperawatan, khususnya area keperawatan kritis dan Intensif Care Unit (ICU).
Di ruang perawatan kritis, pasien yang dirawat disana adalah pasien-
pasien yang memerlukan mesin-mesin yang dapat menyokong kelangsungan
hidup mereka, diantaranya mesin ventilator, monitoring, infus pump, syringe
pump, dll. Dengan adanya keadaan tersebut maka tenaga kesehatan terutama
perawat yang ada di ruang perawatan kritis, seharusnya menguasai dan
mampu menggunakan teknologi yang sesuai dengan mesin-mesin tersebut,
karena perawat yang akan selalu ada di sisi pasien selama 24 jam.
Ventilator salah satu contohnya. Penggunaan Ventilator sendiri
merupakan suatu tindakan yang sangat invasive dan akan merubah
homeostasis system pernafasan dan mempengaruhi system yang lainnya.
Perawat yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai mesin ventilasi
mekanik, hal tersebut akan membantu perawat menghemat tenaganya dalam
mengawasi pernafasan pasien, karena tugasnya mengawasi secara langsung
keadaan pasien sudah dilakukan oleh mesin ventilasi. Bahkan apabila ada
keterbatasan tenaga perawat, maka 1 orang perawat dapat mengawasi dua

1
atau lebih pasien yang juga sama-sama menggunakan mesin ventilasi
mekanik.
Berdasarkan latar belakang diatas bahwa peran perawat yang luas di tuntut
untuk dapat memahami dan menatalaksanakan kesehatan seseorang. Sebagai alat
bantu pasien dalam perawatan kritis adalah ventilasi mekanik atau sering disebut
ventilator. Maka, kami tertarik untuk mempelajari mengenai Asuhan Keperawatan
Ventilasi Mekanik.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat memahami Asuhan Keperawatan Ventilasi secara jelas sebagai
mahasiswa keperawatan yang akan memasuki pelayanan keperawatan kritis.
2. Tujuan khusus
a. Memahami pengertian ventilator
b. Memahami jenis-jenis ventilator
c. Memahami mode pada ventilator
d. Memahami indikasi dan komplikasi pemasangan ventilator
e. Memahami prosedur pemberian ventilator
f. Memahami asuhan keperawatan ventilasi mekanik

C. Manfaat Penulisan
Manfaat yang bisa diambil dari asuhan keperawatan ini ialah:
1. Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah
Kabupaten Cianjur.
2. Sebagai tambahan referensi.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Ventilasi Mekanik


Ventilator mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negative atau
positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama
waktu yang lama (Smeltzer, 2001 : 655).
Ventilasi mekanik merupakan terapi defenitif pada pasien kritis yang
mengalami hipoksemia dan hiperkapnia (Tanjung, 2007. dalam buku Marrelli
TM. (2008).
Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi
memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara
positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan adalah suatu alat yang
digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk
mempertahankan oksigenasi ( Brunner dan Suddarth, 2002).
Dengan demikian, kami menyimpulkan bahwa ventilasi mekanik adalah alat
bantu mekanik pada pasien yang mengalami hipoksemia dan hiperkapnia dengan
memberikan tekanan udara negative atau positif pada paru-paru untuk
mempertahankan oksigenasi.

B. Jenis-jenis Ventilator
Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:
1. Volume Cycled Ventilator.
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
2. Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang
telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi
terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru,
maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang

3
setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
3. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit).
Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2.

C. Mode pada Ventilator


Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan menggunakan
ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi tergantung
dari mode yang kita setting. Mode mode tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan
pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek,
lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien,
pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah
ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali
inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan
ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting
(tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat
dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode
control ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory
Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation)
2. Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized
Intermitten Mandatory Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling
dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory
diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada
saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala
akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya
disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron
dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah
bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.

4
3. Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau
pasien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena
nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk
bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara
pernafasan tidak diberikan.
4. CPAP : Continous Positive Air Pressure.
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan
pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode
ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan
sebelum pasien dilepas dari ventilator.

D. Indikasi dan Komplikasi Ventilator


1. Indikasi pemasangan ventilator
a. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)
b. Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.
c. Post Trepanasi dengan black out.
d. Respiratory Arrest.
2. Komplikasi pemasangan ventilator
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila
perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
a. Pada paru
1) Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara
vaskuler.
2) Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
3) Infeksi paru
4) Keracunan oksigen
5) Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
6) Aspirasi cairan lambung
7) Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
8) Kerusakan jalan nafas bagian atas

5
b. Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran
balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian
ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.
c. Pada sistem saraf pusat
1) Vasokonstriksi cerebral, terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri
(PaCO2) dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
2) Oedema cerebral, terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas
normal akibat dari hipoventilasi.
3) Peningkatan tekanan intra kranial
4) Gangguan kesadaran dan gangguan tidur.
d. Pada sistem gastrointestinal
1) Distensi lambung, illeus
2) Perdarahan lambung.
e. Gangguan psikologi

E. Prosedur pemberian ventilator


Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator
untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan
awal adalah sebagai berikut:
1. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
2. Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
3. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
4. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
5. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi:
0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk
mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi
dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh
hasil analisa gas darah (Blood Gas)

6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN VENTILASI MEKANIK

A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada psien yang mendapat nafas buatan dengan
ventilator adalah:
1. Biodata
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama, alamt,
dll. Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang status
sosial ekonomi, adat kebudayaan dan keyakinan spritual pasien, sehingga
mempermudah dalam berkomunikasi dan menentukan tindakan keperawatan
yang sesuai.
2. Riwayat penyakit/riwayat keperawatan
Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang sekarang
dapat diperoleh melalui oranglain (keluarga, tim medis lain) karena kondisi
pasien yang dapat bentuan ventilator tidak mungkin untuk memberikan data
secara detail. Pengkajian ini ditujukan untuk mengetahui kemungkinan
penyebab atau faktor pencetus terjadinya gagal nafas/dipasangnya ventilator.
3. Keluhan
Untuk mengkaji keluhan pasien dalam keadaan sadar baik, bisa
dilakukan dengan cara pasien diberi alat tulis untuk menyampaikan
keluhannya. Keluhan pasien yang perlu dikaji adalah rasa sesak nafas, nafas
terasa berat, kelelahan dan ketidaknyamanan.

B. Pemeriksaan Fisik Persistem


1. B.1 Sistem pernafasan
a. Setting ventilator meliputi:
1) Mode ventilator
a) CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled Mandatory
Ventilation/Intermitten Positive Pressure Ventilation)
b) SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
c) ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)

7
d) CPAP (Continous Possitive Air Presure)
2) FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
3) PEEP: Positive End Expiratory Pressure
4) Frekwensi nafas
b. Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator
c. Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
d. Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas
e. Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan
f. Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau
g. Humidifier: kehangatan dan batas aqua
h. Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas
i. Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen
j. Hasil foto thorax terakhir
2. B. 2. Sistem kardiovaskuler
Pengkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui adanmya
gangguan hemodinamik yang diakibatkan setting ventilator (PEEP terlalu
tinggi) atau disebabkan karena hipoksia. Pengkajian meliputi tekanan darah,
nadi, irama jantung, perfusi, adakah sianosis dan banyak mengeluarkan
keringat.
3. B. 3. Sistem neurologi
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adalah nyeri kepala, rasa ngantuk,
gelisah dan kekacauan mental.
4. B. 4. Sistem urogenital
Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal)
5. B. 5. Status cairan dan nutrisi
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan status
nutrisi dn cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang berlebihan
dan albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.
6. B. 6. Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering mengalami
depresi mental lyang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan

8
orientasi, merasa terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien yang mendapat
bentuan nafas mekanik/dipasang ventilator diantaranya adalah:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan, proses
penyakitnya
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan
ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang endotracheal
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ventilasi mekanis, letak selang
endotracheal
5. Cemas berhubungan dengan penyakit kritis, takut terhadap kematian
6. Gangguan pemenuhan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan
selang endotracheal
7. Resiko tinggi terjadinya infeksi saluran nafas berhubungan dengan pemasangan
selang endotracheal
8. Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera berhubungan dengan ventilasi
mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress

D. Perencanaan
1. DX. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan peningkatan
produksi secret
Tujuan: Meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan napas.
Kriteria hasil:
a. Bunyi napas terdengar bersih.
b. Ronchi tidak terdengar.
c. Tracheal tube bebas sumbatan.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Auskultasi bunyi napas tiap 2-4 jam 1 Mengevaluasi keefetifan jalan
dan kalau diperlukan. napas.

9
2 Lakukan pengisapan bila terdengar 2
ronchi dengan cara:
a. jelaskan pada pasien tentang a. Dengan mengertinya tujuan
tujuan dari tindakan pengisapan. tindakan yang akan dilakukan
b. Berikan oksigen dengan O2 100 % pasien bisa berpartisipasi aktif.
sebelum dilakukan pengisapan, b. Memberi cadangan O2 untuk
minimal 4 - 5 X pernapasan. menghindari hipoksia.
c. Perhatikan teknik aseptik, gunakan c. Mencegah infeksi nosokomial.
sarung tangan steril, kateter
pengisap steril.
d. Masukan kateter kedalam selang d. Aspirasi lama dapat
ET dalam keadaan tidak mengisap menimbulkan hipoksia, karena
(ditekuk), lama pengisapan tidak tindakan pengisapan akan
lebih dari 10 detik. mengeluarkan sekret dan O2.
e. Atur tekanan isap tidak lebih dari e. Tindakan negatif yang
100 - 120 mmHg. berlebihan dapat merusak
mukosa jalan napas.
f. Lakukan oksigenasi lagi dengan f. Memberikan cadangan oksigen
O2 100 % sebelum melakukan dalam paru.
pengisapan berikutnya.
g. Lakukan pengisapan berulang- g. Menjamin keefektifan jalan
ulang sampai suara napas bersih. napas.

3 Pertahankan suhu humidifer tetap 3 Membantu mengencerkan skret.


hangat (35 - 37,8 o C
4 Monitor statur hidrasi pasien 4 Mencegah sekresi menjadi kental.

5 Melakukan fisioterapi napas / dada 5 Memudahkan pelepasan sekret.


sesuai indikasi dengan cara clapping,
fibrasi dan pustural drainage.

6 Berikan obat mukolitik sesuai indikasi 6 Mengencerkan sekret.


/ program.

7 Kaji suara napas sebelum dan sesudah 7 Menentukan lokasi penumpukan


melakukan tindakan pengisapan. sekret, mengevaluasi kebersihan
tindakan
8 Observasi tanda-tanda vital sebelum 8 Deteksi dini adanya kelainan.
dan sesudah melakukan tindakan.

10
2. DX. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan sekresi tertahan, proses
penyakitnya.
Tujuan: Pertukaran gas kembali normal.
Kriteria hasil: Hasil analisa gas darah normal yang terdiri dari:
a. PH (7,35 - 7,45)
b. PO2 (80 - 100 mmHg)
c. PCO2 (35 - 45 mmHg)
d. BE (-2 - + 2)
e. Tidak sianosis
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Cek analisa gas darah setiap 10 - 1 Evaluasi keefektifan setting
30 menit setelah perubahan ventilator yang diberikan
setting ventilator.
2 Monitor hasil analisa gas darah 2 Evaluasi kemampuan
(blood gas) atau oksimeteri bernapas
selama periode penyapihan.
3 Pertahankan jalan napas bebas 3 Sekresi menghambat
dari skresi. kelancaran udara napas.
4 Monitor tanda dan gejala 4 Diteksi dini adanya kelainan.
hipoksia

3. DX. Ketidakefektifan pola nafas sehubungan dengan kelelahan, pengesetan


ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang endotracheal
Tujuan: Pola napas efektif.
Kriteria hasil:
a. Napas sesuai dengan irama ventilator.
b. Volume napas adekuat.
c. Alarm tidak berbunyi.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Lakukan pemeriksaan ventilator 1 Diteksi dini adanya kelainan
tiap 1 - 2 jam. atau gg. fungsi ventilator.
2 Evaluasi semua alarm dan 2 Bunyi alarm menunjukan
tentukan penyebabnya. adanya gg. Fungsi ventilator.
3 Pertahankan alat resusitasi 3 Memudahkan melakukan

11
manual (bag & mask) pada pertolongan bila
posisi tempat tidur sepanjang sewaktu/waktu ada gangguan
waktu. fungsi ventilator.
4 Monitor selang / cubbing 4 Mencegah berkurangnya
ventilator dari terlepas , terlipat, aliran udara napas.
bocor atau tersumbat.
5 Evaluasi tekanan atau kebocoran 5 Mencegah berkurangnya
balon cuff. aliran udara napas.
6 Masukan penahan gigi (pada 6 Mencegah tergigitnya selang
pemasangat ETT lewat oral) ETT
7 Amankan selang ETT dengan 7 Mencegah terlepas /
fiksasi yang baik. tercabutnya selang ETT.
8 Monitor suara dan pergerakan 8 Evaluasi keefektifan jalan
dada secara teratur. napas.

4. DX. Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan ventilasi mekanis, letak


selang endotracheal
Tujuan: Merasa nyaman selama dipasang ventilator.
Kriteria hasil:
a. Klien tidak gelisah.
b. Klien dapat istirahat dan tidur dengan tenang.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Atur posisi selang ETT dan 1 Mencegah penarikan dan
Tubing ventilator. penekanan.
2 Atur sensitivitas ventilator. 2 Menurunkan upaya pasien
melakukan pernapasan.
3 Atur posisi tidur dengan 3 Meningkatkan rasa nyaman.
menaikkan bagian kepala tempat
tidur, kecuali ada kontra
indikasi.
4 Kalau perlu kolaborasi dengan 4 Mengurangi rasa nyeri
kokter untuk memberi analgesik
dan sedasi.

12
5. DX. Cemas sehubungan dengan penyakit kritis, takut terhadap kematian
Tujuan: Cemas berkurang atau hilang
Kriteria hasil: Mampu mengekspresikan kecemasan, tidak gelisah, kooperatif.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Lakukan komunikasi terapiutik. 1 Membina hubungan saling
percaya.
2 Dorong pasien agar mampu 2 Menggali perasaan dan
mengekspresikan perasaannya. permasalahan yang sedang
dihadapi klien.
3 Berikan sentuhan kasih sayang. 3 Mengurangi cemas.
4 Berikan support mental. 4 Mengurangi cemas.
5 Berikan kesempatan pada 5 Kehadiran orang-orang yang
keluarga dan orang-orang yang dicintai meningkatkan
dekat dengan klien untuk semangat dan motivasi untuk
mengunjungi pada saat-saat sembuh.
tertentu.
6 Berikan informasi realistis pada 6 Memahami tujuan pemberian
tingkat pemahaman klien. atau pemasangan ventilator.

6. DX. Gangguan pemenuhan komunikasi verbal sehubungan dengan


pemasangan selang endotracheal
Tujuan: Mempertahankan komunikasi
Kriteria hasil: Klien dapat berkomunikasi dgn menggunakan metode alternatif.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Berikan papan, kertas dan pensil, 1 Mempermudah klien untuk
gambar untuk komunikasi, mengemukakan perasaan /
ajukan pertanyaan dengan keluhan dengan
jawaban ya atau tidak. berkomunikasi.
2 Yakinkan klien bahwa suara 2 Mengurangi cemas.
akan kembali bila ETT dilepas.

13
7. DX. Resiko tinggi terjadinya infeksi saluran nafas sehubungan dengan
pemasangan selang endotracheal
Tujuan: Tidak terjadi infeksi saluran napas s/d pemasangan selang ETT /
ventilator
Kriteria hasil:
a. Suhu tubuh normal (36 - 37,5 C)
b. Warna sputum jernih.
c. Kultur sputum negatif.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Evaluasi warna, jumlah, 1 Indikator untuk menilai
konsistensi dan bauh sputum adanya infeksi jalan napas.
setiap kali pengisapan.
2 Lakukan pemeriksaan kultur 2 Menentukan jenis kuman dan
sputum dan test sensitifitas sensitifitasnya terhadap
sesuai indikasi. antibiotik.
3 Pertahanakan teknik aseptik 3 Mencegah infeksi
pada saat melakukan pengisapan nosokomial.
(succion)
4 Jaga kebersihan bag & mask. 4 Lingkungan kotor merupakan
media pertumbuhan kuman.
5 Lakukan pembersihan mulut, 5 Lingkungan kotor merupakan
hidung dan rongga faring setiap media pertumbuhan kuman.
shitf.
6 Ganti selang / tubing ventilator 6 Menjamin selang ventilator
24 - 72 jam. tetap bersih dan steril.
7 Monitor tanda-tanda vital yang 7 Diteksi dini.
menunjukan adanya infeksi.
8 Berikan antibiotika sesuai 8 Antibiotika bersifat
program dokter. baktericide.

8. DX. Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera sehubungan dengan ventilasi
mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress
Tujuan: Bebas dari cedera selama ventilasi mekanik.
Kriteria hasil:
a. Tidak terjadi iritasi pada hidung maupun jalan napas.
b. Tidak terjadi barotrauma.

14
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Monitor ventilator terhadap 1 Peningkatan secara tajam
peningkatan secara tajam. dapat menimbulkan trauma
jalan napas (barutrauma)
2 Yakinkan napas pasien sesuai 2 Napas yang berlawanan
dengan irama ventilator dengan mesin dapat
menimbulkan trauma.
3 Mencegah terjadinya fighting 3 Napas yang berlawanan
kalau perlu kolaborasi dengan dengan mesin dapat
dokter untuk memberi sedasi. menimbulkan trauma.
4 Observasi tanda dan gejala 4 Diteksi dini.
barotrauma.
5 Lakukan pengisapan lendir 5 Mencegah iritasi mukosa
dengan hati-hati dan gunakan jalan napas.
kateter succion yang lunak dan
ujungnya tidak tajam.
6 Lakukan restrain / fiksasi bila 6 Mencegah terekstubasinya
pasien gelisah. ETT (ekstubasi sendiri)
7 Atur posisi selang / tubing 7 Mencegah trauma akibat
ventilator dengan cepat. penekanan selang ETT.

E. Evaluasi
1. Kefektifan bersihan jalan nafas dengan bunyi napas terdengar bersih, ronchi
tidak terdengar, dan trachealtube bebas sumbatan.
2. Pertukaran gas efektif dengan hasil analisa gas darah normal yang terdiri dari:
PH (7,35 - 7,45), PO2 (80 - 100 mmHg), PCO2 (35 - 45 mmHg), BE (-2 - + 2)
dan tidak sianosis.
3. Kefektifan pola nafas dengan Napas sesuai dengan irama ventilator, volume
napas adekuat, dan alarm tidak berbunyi
4. Rasa nyaman klien dengan Klien tidak gelisah, dan klien dapat istirahat dan
tidur dengan tenang.
5. Tampak tenang dengan mampu mengekspresikan kecemasan, tidak gelisah,
kooperatif.
6. Komunikasi verbal terpenuhi dengan Klien dapat berkomunikasi dgn
menggunakan metode alternatif.
7. Resiko tidak menjadi aktual.

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ventilasi mekanik adalah alat bantu mekanik pada pasien yang mengalami
hipoksemia dan hiperkapnia dengan memberikan tekanan udara negative atau
positif pada paru-paru untuk mempertahankan oksigenasi.
Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu: Volume Cycled
Ventilator, Pressure Cycled Ventilator, dan Time Cycled Ventilator
Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan menggunakan
ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi tergantung
dari mode yang kita setting. Mode mode tersebut adalah sebagai berikut: Mode
Control, Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized
Intermitten Mandatory Ventilation, Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus
Breathing / Pressure Suport dan CPAP : Continous Positive Air Pressure.

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga pengetahuan masyarakat
khususnya mahasiswa tentang materi Ventilator Mekanik dapat meningkat.
Dari yang belum tahu menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi semakin
mengerti. Dan demi kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun.

16
DAFTAR PUSTAKA

Marrelli TM. (2008). Buku Saku Dokumentasi Keperawatan Edisi 3. Jakarta :


EGC.
Smeltzer SC, Bare BG. (1996). Brunner & Suddart’s textbook of medical-surgical
nursing. (8th ed). Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
Sundana,Krisna. Ventilator : Pendekatan Praktis Di Unit Perawatan Klinis.
Edisi I. Penerbit : CICU Bandung
Raber,Mark A,1998.Buku Saku Kedokteran university of IOWA. Penerbit :
EGC,Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai