Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Marburg Virus Disease adalah penyakit zoonosis yang dapat menekan


respon kekebalan dan menimbulkan peradangan sistemik, yang menyebabkan
terganggunya keseimbangan fungsi pembuluh darah, perdarahan menyeluruh
disertai demam dan sistem imun. Hal ini mengakibatkan kegagalan multifungsi
organ tubuh dengan tingkat kematian berkisar antara 50-90% pada manusia dan
primata.1
Marburg adalah sebuah kota di Jerman, yang untuk pertama kali pada
tahun 1967 ditemukan penyakit yang menyerang dokter hewan dan teknisi
laboratorium yang sedang menyiapkan biakan sel dari kera hijau Afrika
(Cercopithecus aethiops). Biakan sel itu akan dipakai sebagai media untuk
memproduksi vaksin polio manusia. Kera hijau itu diperoleh dari hutan di
Uganda, Afrika. Setelah sampai di Jerman beberapa di antara kera hijau tersebut
menunjukkan gejala sakit demam berdarah, kemudian mati. Selang beberapa hari,
sebanyak 25 orang yang bekerja di laboratorium tersebut menderita sakit dengan
gejala demam berdarah.1
Wabah dan kasus sporadis telah dilaporkan di Angola, Republik
Demokratik Kongo, Kenya, Afrika Selatan (dalam) seseorang dengan sejarah
perjalanan baru-baru ini ke Zimbabwe) dan Uganda. Pada tahun 2008, dua kasus
independen adalah dilaporkan pada wisatawan yang telah mengunjungi sebuah
gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus di Uganda. Penyakit ini mampu
menciptakan wabah yang menyebar dengan tingkat kematian yang sangat tinggi.2

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Update Marburg Virus Disease
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi, etiologi Marburg Virus Disease
b. Untuk mengetahui transmisi penularan Marburg Virus Disease
c. Untuk mengetahui epidemiologi Marburg Virus Disease
2

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah :
a. Bagi Penulis
Sebagai penambahan wawasan mengenai Update Marburg Virus Disease.
b. Bagi Masyarakat
Sebagai penambahan wawasan dan dapat melakukan pencegahan untuk
penyakit yang disebabkan oleh Marburg Virus Disease.
c. Bagi Kantor Kesehatan Pelabuhan
Sebagai penambahan wawasan sehingga dapat melakukan deteksi dini dan
penanggulangan Marburg Virus Disease.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Marburg Virus Disease


2.1.1 Definisi
Marburg Virus Diseases sebelumnya dikenal sebagai Marburg
Haemorrhagic Fever atau Demam Berdarah Marburg yang dapat berakibat fatal
pada manusia. Penyakit Marburg adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
virus yang masih satu golongan dengan virus Ebola, yaitu famili Filoviridae.
Marburg Virus Disease disebut sebagai demam berdarah Marburg dikarenakan
timbulnya manifestasi klinis demam tinggi disertai perdarahan yang berat.2
Host alami virus Marburg adalah kelelawar buah Afrika. Kelelawar buah
yang terinfeksi virus Marburg tidak menunjukkan tanda-tanda jelas dari penyakit.
Primata (termasuk manusia) dapat terinfeksi dengan virus Marburg dan mungkin
akan berkembang menjadi penyakit yang serius dengan angka kematian yang
tinggi.3

2.1.2 Etiologi dan Klasifikasi


Virus Marburg adalah agen penyebab dari penyakit Marburg Virus Disease
dengan rasio kasus kematian hingga 88%. Penyakit Marburg adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus yang masih satu golongan dengan virus Ebola, yaitu virus
RNA dari keluarga Filoviridae (Filovirus).2,3
Klasifikasi
Ordo : Mononegavirales
Famili : Filoviridae
Genus : Filovirus
Spesies : Marburg Virus
Rousettus aegyptiacus, kelelawar buah dari keluarga Pteropodidae dianggap
sebagai host alami dari Marburg Virus Disease. Virus Marburg ditularkan kepada
orang-orang dari kelelawar buah dan menyebar di antara manusia melalui
penularan dari manusia ke manusia.2

2.1.3 Masa Inkubasi


Masa inkubasi dari virus ini adalah 3 hingga 9 hari.2

2.1.4 Morfologi
4

Virus Marburg berbentuk pleomorphic, karena berbentuk filamen,


memanjang dan melengkung sehingga kadang-kadang berbentuk huruf U, angka
9 atau angka 6. Virus marburgtermasuk ke dalam filoviruses prototipikal. Partikel
virion berbentuk silinder dan berserabut, dengan percabangan atau rod-, ring-,
atau bentuk U. Diameter virion kira-kira 80 nm dan rata-rata panjangnya 790 nm
tapi sangat bervariasi. Virus Marburg merupakan virus RNA yaitu genom RNA
beruntai tunggal dengan panjang sekitar 19 kilobases . Genom mengkodekan
tujuh protein struktural, salah satunya adalah glikoprotein, sebuah protein
permukaan yang memainkan peranan penting dalam mediasi masuknya virus ke
dalaminang. Virion diselimuti dengan paku glikoprotein, yang dapat
memproyeksikan keluar 5-10 nm dari permukaan partikel. 4,5,6

Gambar 2.1 Virus Marburg di bawah mikroskop elektron menggunakan


pewarnaan uranil asetat, berbentuk filamen, kadang-kadang
melengkung membentuk “angka 6 atau 9”

Sifat virus marburg yaitu stabil pada suhu kamar dan dapat tahan terhadap
pengeringan, mati pada suhu pada 60° C selama 30 menit, infektivitas virus sangat
berkurang atau hancur oleh sinar UV dan radiasi gamma, pelarut lipid, b-
propiolactone, formaldehida, natrium hipoklorit, dan disinfektan fenolik.
5

Gambar 2.2 Struktur Marburg Virus

2.1.5 Epidemiologi
Marburg hemorrhagic fever yang termasuk dalam famili Filoviridae yang
merupakan penyakit zoonosis yang menyebabkan perdarahan menyeluruh disertai
demam dengan tingkat kematian yang tinggi, berkisar antara 50-90% pada
manusia dan primata.1
Marburg hemorrhagic fever awalnya terdeteksi pada tahun 1967 di negara
Jerman, penyakit yang menyerang dokter hewan dan teknisi laboratorium yang
sedang menyiapkan biakan sel dari kera hijau Afrika (Cercopithecus aethiops).
Biakan sel itu akan dipakai sebagai media untuk memproduksi vaksin polio
manusia. Kera hijau tersebut diperoleh dari hutan di Uganda, Afrika.2
Setelah sampai di Jerman beberapa di antara kera hijau tersebut
menunjukkan gejala sakit demam berdarah, kemudian mati. Selang beberapa hari,
sebanyak 25 orang yang bekerja di laboratorium tersebut menderita sakit dengan
gejala demam berdarah.1
Dalam tempo hampir bersamaan, di Belgrado, Yugoslavia, terjadi penyakit
yang sama pada 6 orang yang bekerja di laboratorium serupa. Tujuh dari 31 orang
(CFR: 22,6%) di Jerman dan Yugoslavia yang terserang demam berdarah marburg
akhirnya meninggal dunia. Sesudah temuan di Jerman dan Yugoslavia, penyakit
marburg baru ditemukan di Afrika, yakni di Johanesburg (1975) pada 3 orang,
6

Uganda (1980) dan pada tahun 1999 di Kongo ada 76 orang yang terserang, 56 di
antaranya meninggal dunia (CFR : 73,68%).1
Berdasarkan hasil penelitian sepanjang bulan September dan Oktober
2017, wabah penyakit Marburg hemorrhagic fever, di umumkan oleh Kementrian
Kesehatan, mengikuti tes laboratorium yang dilakukan di Uganda Virus Research
Institute (UVRI), pengumuman datang setelah selesainya 42 hari setelah
pengawasan pasca Marburg hemorrhagic fever untuk kontak dari kasus terakhir
yang dikonfirmasi, sesuai dengan Dunia Persyaratan Organisasi Kesehatan
(WHO) untuk mengumumkan berakhirnya wabah ada Viral Haemorrhagic Fever
(VHF).7
Dibawah ini adalah tabel perjalan Murburg Virus dari tahun 1967 hingga
2014, sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kronologi penyebaran wabah Marburg hemorrhagic fever 2

Tahun Negara Kasus Kematian CFR


1967 Jerman 29 7 24%
1967 Yugoslavia 2 0 0%
1975 Afrika Selatan 3 1 33%
1980 Kenya 2 1 50%
1987 Kenya 1 1 100%
1998 – 2000 Kongo 154 128 83%
2005 Angola 374 329 88%
2007 Uganda 4 2 50%
2008 USA 1 0 0%
2008 Belanda 1 1 100%
2012 Uganda 15 4 27%
2014 Uganda 1 1 100%

Tahun 1967 : di Jerman dan Yugoslavia. Kasus-kasus awal yang terjadi pada
dokter hewan dan pekerja laboratorium yang melakukan penelitian terhadap kera
hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) yang berasal dari Uganda. Wabah di Jerman
melibatkan 29 kasus, termasuk 7 kematian (CFR 24%). Sedangkan di Yugoslavia
melibatkan 2 kasus, dan tidak ditemukan kematian (CFR 0%)1.

Tahun 1975 : Afrika Selatan, mungkin virus masuk melalui Zimbabwe.


Melibatkan 3 kasus, dan tidak ditemukan kematian (CFR 0%)1.
7

Tahun 1980 : Kenya. Januari 1980, seorang warga prancis usia 56 tahun, yang
telah mengunjungi Gua Kitum, di Kenya, menjadi terinfeksi. Melibatkan kasus 2,
dengan 1 kematian (CFR 50%)1.

Tahun 1987 : Kenya. Agustus 1987, seorang warga Denmark usia 15 tahun,
dibawa ke RS di Kenya , 9 hari sebelum munculnya gejala, ia telah mengunjungi
Gua Kitum, di Kenya. Melibatkan 1 kasus, dengan 1 kematian (CFR 100%)1.

Tahun 1998-2000 : Kongo. Melibatkan 154 kasus dengan 128 kematian (CFR
83%). Sebagian besar kasus terjadi pada pekerja laki-laki muda disebuah tambang
emas di Durba, dibagian utara-timur negara, yang terbukti menjadi puat wabah1.

Tahun 2005 : Angola. Terjadi wabah Marburg hemoragic fever terbesar dalam
sejarah, yang diyakini dimulai dari Provinsi Uige. Pada Juli 2005, Departemen
Kesehatan telah melaporkan sebanyak 374 kasus dengan 329 kematian (CFR
88%) diseluruh negri. Dari jumlah tersebut, 368 kasus dengan 323 kematian. Hal
ini diduga akibat dari perang saudara berkepanjangan di daerah negara Afrika
tersebut, yang menyebabkan sebagian orang terbiasa memakan daging mentah
yang mungkin terinfeksi virus Marburg dan kemiskinan akibat perang juga
mendorong sebagian orang berperilaku hidup tidak sehat.1
Tahun 2007 : Uganda. Dari bulan Juni hingga Agustus 2007, 3 kasus dilaporkan
terjadi di penambangan Kamwenge, Uganda Barat. Para penambang kedua dan
ketiga tertular virus dan sakit setalah merawat rekan mereka, dan salah satu
penambang yang merawat meninggal. Ditemukan 4 kasus dengan 2 kematian
(CFR 50%)1.

Tahun 2008 : USA dan Belanda. Ditemukan pada orang yang baru saja melakukan
perjalanan ke Uganda, yang baru saja pulang dari gua Phyton yang memiliki
berbagai tipe kelelawar. Di USA, ditemukan 1 kasus dan tidak ditemukan
kematian (CFR 0%). Di Belanda, ditemukan 1 kasus dengan ditemukan 1
kematian (CFR 100%)1.

Tahun 2012 dan 2014 : Uganda. Pada tahun 2012, ditemukan 15 kasus dengan 4
kematian (CFR 27%). Pada tahun 2014, ditemukan 1 kasus dengan 1 kematian
(CFR 100%).1
8

Gambar 2.2 Transmisi penyebaran wabah Marburg hemorrhagic fever.8


9

Gambar 2.3 Distribusi penyebaran wabah Marburg hemorrhagic fever 3


: Angola, Kongo, Uganda
: Kenya, Johanesburg
: USA
: Marburg, Belgrade

2.1.6 Cara Penularan


Awalnya, infeksi Marburg hemorrhagic fever akibat kontak dengan hewan
yang menderita Marburg hemorrhagic fever. Selanjutnya menyebar melalui
transmisi manusia ke manusia melalui kontak langsung (melalui kulit yang pecah
atau selaput lendir) dengan darah, sekresi, organ tubuh atau cairan tubuh orang
lain yang terinfeksi, dan dengan permukaan dan bahan (misalnya tempat tidur,
pakaian) yang terkontaminasi dengan cairan ini. Selain itu, Marburg Virus
Disease juga dapat menular dari kontak seksual yaitu melalui cairan sperma.2
10

Petugas layanan kesehatan sering terinfeksi saat merawat pasien dengan


dugaan Marburg hemorrhagic fever yang diduga atau dikonfirmasi. Hal ini
mungkin dapat terjadi melalui kontak dekat dengan pasien saat tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi tidak dipraktekkan secara ketat. Transmisi
melalui peralatan suntik yang terkontaminasi atau melalui luka jarum suntik
dikaitkan dengan penyakit yang lebih parah, kemunduran yang cepat, dan,
mungkin tingkat kematian yang lebih tinggi.2
2.1.7 Patogenesis
Secara umum, demam disertai perdarahan menyeluruh tampak pada manusia
yang disebabkan oleh infeksi virus Marburg. Gejala ditandai dengan masalah
distribusi cairan, hipotensi dan koagulasi, sehingga sering menyebabkan shock
dan selanjutnya kegagalan pada fungsi sistem multiorgan. Replikasi virus, dalam
hubungannya dengan disregulasi kekebalan tubuh dan pembuluh darah, diduga
memainkan peran dalam perkembangan penyakit.1
Infeksi famili Filoviridae dapat menyebabkan terganggunya sistem
kekebalan tubuh bawaan. Gangguan dari barier jaringan darah yang utamanya
dikendalikan oleh sel endotel, merupakan faktor penting dalam patogenesis.
Endotelium tampaknya akan terpengaruh langsung oleh aktivasi virus dan sistem
fagositik, serta secara tidak langsung oleh respon inflamasi melalui mediator yang
berasal dari sel target utama atau produk ekspresi virus, yang berakibat pada
meningkatnya permeabilitas sel endotel. Akibatnya keseimbangan cairan antara
jaringan intravaskular dan ekstravaskular terjadi. Data klinis dan laboratorium
juga menunjukkan gangguan dalam hemostasis selama infeksi. Meskipun
trombositopenia diamati pada infeksi berat pada primata, studi tentang peran
penyebaran koagulasi intravascular/Disseminated Intravascular Coagulation
(DIC), koagulopati, serta platelet dan disfungsi endotel masih belum lengkap.
Kondisi DIC dapat diamati secara teratur pada primata dan tampaknya dipicu oleh
kerusakan sel endotel yang luas serta pelepasan faktor jaringan atau zat
tromboplastiknya.1
Target utama sel untuk infeksi virus Marburg adalah makrofag dan sel
dendritik. Pada sel dendritik, infeksi menyebabkan 'kelumpuhan' respons bawaan
dan disregulasi costimulasi limfosit. Infeksi makrofag menyebabkan produksi
11

mediator proinflamasi seperti TNF-α, yang dapat menyebabkan apoptosis


pengamat pada populasi limfosit, sehingga berkontribusi terhadap limfopenia dan
penekanan kekebalan. Bersama dengan IL-6, TNF-α yang berasal dari makrofag
juga menginduksi perubahan permeabilitas vaskular. Selain itu, produksi TF oleh
makrofag yang terinfeksi menyebabkan disregulasi koagulasi (misalnya, DIC),
yang selanjutnya diperkuat oleh infeksi hepatosit, yang menyebabkan penurunan
sintesis faktor pembekuan yang berasal dari hati. Infeksi sel korteks adrenal
menyebabkan hipotensi dan gangguan metabolik, yang disertai dengan
imunosupresi dan koagulopati berkontribusi pada kegagalan dan kejutan
multiorgan.9

Gambar 2.4 Patogenesis Marburg hemorrhagic fever9


2.1.8 Gejala Klinis
Masa inkubasi virus Marburg bervariasi dari 2 hari sampai 21 hari. Penyakit
yang disebabkan virus Marburg mula-mula ditandai dengan demam tinggi,
sakitkepala, dan malaise. Kemudian dapat terjadi juga nyeri pada otot, diare, nyeri
pada perut , mual, muntah, dan biasanya terjadi pada hari ketiga setelah masa
inkubasi. Kemudian pada fase ini pasien akan mengalami gamb aran “ghost-like”
yaitu tatapan mata yang dalam, wajah tanpa ekspresi, pasien tampak sangat lemah
12

atau lesu. Pada saat wabah yang terjadi di eropa, pasien yang terinfeksi Marburg
virus kebanyakan mengalami ruam yang tidak gatal pada harike 2 dan 7 setelah
timbulnya gejala.2
Banyak pasien mengalami perdarahan yang hebat,yang terjadi antara hari
ke 5 dan ke 7. Pada muntahan dan kotoran juga tampak darah yang segar dan
seringkali disertai perdarahan dari hidung, gusi dan vagina. Selama fase ini pasien
akan mengalami demam yang tinggi. Apabila system saraf pusat terganggu karena
keadaan pasien ini akan mengalami kebingungan, iritabilitas dan agresi. Dalam
beberapa kasus, kematian paling sering terjadi antara harike 8 dan 9 setelah onset
gejala, dan biasanya didahului karena kehilangan darah dan syok yang parah.2
2.1.9 Diagnosis
Sangat sulit membedakan MVD secara klinis dari penyakit menular lainnya
seperti malaria, demam tifoid, shigellosis, meningitis dan demam berdarah
lainnya. Pemeriksan yang dapat dilakukan bahwa gejala yang disebabkan oleh
infeksi virus Marburg dengan menggunakan metode diagnostik berikut ini :2

1. Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction(RT-PCR) assay


2. Antibodi Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
3. Antigen detection tests
4. Serum neutralization tests
5. Virus isolation by cell culture

2.1.10 Diagnosis Banding


a. Ebola
b. Demam Berdarah Dengue
c. Malaria
d. Demam Tifoid

2.1.11 Pemeriksaan Penunjang2

Pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosa:

a. PCR untuk mendeteksi RNA virus (gold standard)


b. Uji ELISA untuk mendeteksi antigen virus
c. Uji netralisasi serum
d. Isolasi virus
13

2.1.12 Penatalaksanaan2
Perawatan suportif-rehidrasi dengan cairan oral atau intravena- dan
pengobatan gejala spesifik, meningkatkan kelangsungan hidup. Belum ada
pengobatan yang terbukti tersedia untuk MVD. Namun berbagai
perawatan potensial termasuk produk darah, terapi kekebalan dan terapi
obat saat ini sedang dievaluasi.

2.1.13 Pencegahan10,11
1. Menghindari perjalanan yang tidak perlu ke kawasan yang terjangkit.
2. Menjaga kesehatan pribadi dan lingkungan yang baik, selalu
menggunakan sabun saat mencuci tangan atau pembersih tangan yang
berbahan dasar alkohol umtuk membersihkan tangan sebelum
menyentuh mata, hidung dan mulut.
3. Menghindari kontak langsung dengan orang yang sakit demam atau
orang sakit dan menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh
pasien, termasuk benda yang mungkin bersentuhan dengan darah atau
cairan orang yang terjangkit.
4. Menghindari kontak dengan binatang.
5. Memasak makanan hingga benar-benar matang sebelum dikonsumsi.
14

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Update Marburg Disease


Virus Marburg Disease (MVD) adalah agen penyebab penyakit virus
Marburg. Sebuah penyakit dengan rasio fatalitas kasus hingga 88%. Demam
berdarah Marburg pada awalnya terdeteksi pada tahun 1967 setelah terjadi wabah
serentak di Marburg dan Frankfurt di Jerman, dan di Beograd, Serbia. Virus
Marburg dan Ebola keduanya adalah anggota keluarga Filoviridae (filovirus).
Meski disebabkan oleh virus yang berbeda, kedua penyakit ini secara klinis
serupa. Kedua penyakit ini jarang terjadi dan memiliki kapasitas untuk
menyebabkan wabah dramatis dengan tingkat kematian tinggi.12
Dua wabah besar yang terjadi bersamaan di Marburg dan Frankfurt di
Jerman, dan di Beograd, Serbia pada tahun 1967, menyebabkan pengakuan awal
penyakit ini. Wabah tersebut dikaitkan dengan pekerjaan laboratorium dengan
menggunakan monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) yang diimpor dari
Uganda. Selanjutnya, wabah dan kasus sporadis telah dilaporkan terjadi di
Angola, Republik Demokratik Kongo, Kenya, Afrika Selatan (pada orang dengan
riwayat perjalanan terakhir ke Zimbabwe) dan Uganda. Pada tahun 2008, dua
kasus independen dilaporkan pada wisatawan yang mengunjungi gua yang dihuni
oleh koloni kelelawar Rousettus di Uganda.13
Awalnya, infeksi MVD manusia diakibatkan oleh kontak yang terlalu lama
ke tambang atau gua yang dihuni koloni Rousettus kelelawar. Marburg menyebar
melalui transmisi manusia ke manusia melalui kontak langsung (melalui kulit
yang pecah atau selaput lendir) dengan darah, sekresi, organ tubuh atau cairan
tubuh orang lain yang terinfeksi, dan dengan permukaan dan bahan (misalnya
tempat tidur, pakaian) yang terkontaminasi dengan cairan ini. Petugas layanan
kesehatan sering terinfeksi saat merawat pasien dengan dugaan MVD yang diduga
atau dikonfirmasi. Hal ini telah terjadi melalui kontak dekat dengan pasien saat
tindakan pencegahan pengendalian infeksi tidak dipraktekkan secara ketat.
Transmisi melalui peralatan suntik yang terkontaminasi atau melalui luka jarum
suntik dikaitkan dengan penyakit yang lebih parah, kemunduran yang cepat, dan,
15

mungkin, tingkat kematian yang lebih tinggi. Upacara penguburan yang


melibatkan kontak langsung dengan tubuh almarhum juga bisa berkontribusi
dalam transmisi Marburg. Orang tetap menular sepanjang darah mereka
mengandung virus.12
Transmisi virus Marburg melalui semen yang terinfeksi telah
didokumentasikan hingga tujuh minggu setelah pemulihan klinis. Diperlukan
lebih banyak data dan penelitian surveilans mengenai risiko penularan seksual,
dan terutama pada prevalensi virus yang layak dan dapat ditularkan melalui air
mani dari waktu ke waktu. Untuk sementara, dan berdasarkan bukti sekarang,
WHO merekomendasikan agar :13

1. Semua korban selamat dan pasangan seksual yang menderita Marburg harus
menerima konseling untuk memastikan praktik seksual yang lebih aman
sampai semen mereka diuji dua kali terhadap virus Marburg.
2. Korban yang negatif dari virus Marburg harus diberi kondom.
3. Pria yang selamat dari Marburg harus terdaftar dalam program pengujian air
mani saat dipulangkan (dimulai dengan konseling) dan ditawarkan tes air mani
saat bersiap secara mental dan fisik, dalam waktu tiga bulan setelah onset
penyakit.
4. Orang-orang yang selamat dari Marburg dan pasangan seksual mereka harus:
tidak melakukan semua praktik seksual, atau melakukan praktik seksual yang
lebih aman melalui penggunaan kondom yang benar dan konsisten sampai
semen mereka diuji dua kali tanpa terdeteksi (negatif) untuk virus Marburg.
5. Setelah diuji tidak terdeteksi (negatif), korban dinyatakan negatif fari virus
Marburg dapat melanjutkan praktik seksual normal dengan meminimalkan
risiko transmisi virus Marburg.
6. Laki-laki yang selamat dari penyakit virus Marburg harus mempraktekkan
praktik seksual dan kebersihan yang lebih aman selama 12 bulan sejak
timbulnya gejala atau sampai tes dua kali tes tidak terdeteksi (negatif) untuk
virus Marburg.
7. Sampai saat semen mani mereka telah dua kali diuji tidak terdeteksi (negatif)
untuk Marburg, orang yang selamat harus berlatih tangan dan kebersihan
pribadi dengan segera dan benar-benar mencuci dengan sabun dan air setelah
melakukan kontak fisik dengan air mani, termasuk setelah masturbasi. Selama
16

periode ini digunakan kondom harus ditangani dengan aman, dan dibuang
dengan aman, sehingga mencegah kontak dengan cairan mani.
8. Semua korban, pasangan dan keluarga mereka harus ditunjukkan hormat,
bermartabat dan kasih sayang.

3.2 Outbreaks di Uganda Tahun 201714


Tabel 3.2 Pemetaan Terbaru Outbreaks Marburg Virus Disease

Jumlah Kematian CFR


Tahun Tempat
Kasus

2007 Ibanda, Uganda barat 4 2 50%

Belanda dan US, riw. 1 50%


2008 Mengunjungi 2
Uganda(+)

2012 Ibanda, Uganda Barat 15 4 27%

2014 Migi, Uganda Barat 1 1 100%

2017 Kwee, Uganda Barat 4 2 50%

Pada tanggal 17 Oktober 2017, Kementerian Kesehatan Uganda memberi


tahu WHO tentang terjangkitnya penyakit virus Marburg (MVD) di distrik
Kween, Uganda timur. Wabah tersebut secara resmi diumumkan oleh
Kementerian Kesehatan pada tanggal 19 Oktober 2017. Pada tanggal 7 November,
4 (empat) kasus MVD telah dilaporkan sedangkan 2 (dua) kasus dikonfirmasi
meninggal (CFR : 50%), 1 (satu) kemungkinan (probable) dan 1 (satu) lainnya
dicurigai. Pasien lain, sebelumnya dilaporkan sebagai kasus yang dicurigai, sejak
itu telah terbukti negatif terhadap virus tersebut.

Kasus yang pertama kali dilaporkan adalah seorang pria berusia sekitar 35
tahun yang bekerja sebagai pemburu dan tinggal di dekat gua yang dipenuhi oleh
17

kelelawar Rousettus. Pada tanggal 20 September 2017, dia dirawat di Pusat


Kesehatan Kaproron IV dengan demam tinggi, muntah dan tenggorokan, yang
tidak menanggapi pengobatan antimalaria. Saat kondisinya memburuk, dia
dipindahkan ke Rumah Sakit Kapchorwa pada tanggal 25 September 2017, di
mana dia meninggal pada hari yang sama. Tidak ada sampel yang dikumpulkan. Ia
diberi penguburan tradisional pada 27 September, yang dihadiri oleh sekitar 200
orang.
Saudara Perempuan pasien tersebut berusia 50 tahun, telah merawatnya
dan berpartisipasi dalam upacara penguburan. Dia kemudian menjadi sakit dan
dirawat di Pusat Kesehatan Kaproron IV pada tanggal 5 Oktober 2017 dengan
demam dan pendarahan. Pada tanggal 10 Oktober, dia dipindahkan ke Rumah
Sakit Kapchorwa, di mana dia meninggal pada malam 11 Oktober. Dia juga diberi
penguburan tradisional, pada 13 Oktober. Sampel dikumpulkan pada tanggal 11
Oktober dan dikirim ke Uganda Virus Research Institute (UVRI). Pada tanggal 17
Oktober, infeksi virus Marburg dikonfirmasi di UVRI dengan uji diagnostik RT-
PCR dan Kementerian Kesehatan segera diberitahu.
Kasus ketiga adalah saudara dari dua kasus pertama. Dia membantu
mengantar adiknya ke rumah sakit dan ikut serta dalam upacara penguburan. Dia
kemudian menjadi simtomatik pada tanggal 18 Oktober. Orang tersebut awalnya
menolak untuk diakui dan bersama beberapa anggota keluarga dirawat oleh dua
penyembuh tradisional, satu di distrik Kween, Uganda dan satu lagi di dekat kota
Kitale di daerah Trans Nzoia, Kenya. Pada tanggal 25 Oktober, dia dirawat di
Kween Treatment Center, dan meninggal di sana pada tanggal 26 Oktober. Pada
hari yang sama dia dikonfirmasi memiliki MVD. Tim pemakaman yang aman dan
bermartabat menghadapi beberapa perlawanan dari masyarakat selama
penguburannya.
Saat ini wabah tersebut tetap terlokalisasi di dua distrik di Kapchorwa dan
Kween. Kabupaten yang terkena dampak sekitar 300 kilometer timur laut
Kampala, di lereng utara Taman Nasional Gunung Elgon, daerah pegunungan
pedesaan yang berbatasan dengan Kenya. Gua di Gunung Elgon adalah tempat
wisata utama, dan melindungi koloni besar kelelawar buah Rousettus yang tinggal
di gua, yang diketahui dapat menularkan virus Marburg. Kemungkinan
18

pengiriman MVD antara koloni dan manusia, serta pergerakan lintas batas orang-
orang antara kabupaten yang terkena dampak dan Kenya, meningkatkan risiko
penyebaran lintas batas.
Tanggapan awal oleh Pemerintah Uganda sangat cepat. Kementerian
Kesehatan memberi tahu WHO pada tanggal 18 Oktober, dan tim tanggapan
nasional pertama dikerahkan dalam waktu 24 jam. Meskipun otoritas kesehatan
Uganda bertindak cepat, dan tindakan pengendalian wabah terus dilakukan
dengan cepat, fokus awal wabah terjadi di daerah pegunungan yang terpencil.
Penyebaran yang dapat terjadi oleh kontak langsung dengan penderita seperti
keluarga dan petugas kesehatan. Kesadaran akan MVD yang masih rendah.
Beberapa kepercayaan dan praktik tradisional yang ada - termasuk penguburan –
telah menjadi tantangan. Selain itu, rawat inap awalnya ditangani di bangsal
umum tanpa tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi ketat, dan beberapa
kasus yang dicurigai menolak dirawat di rumah sakit.
Pemerintah Uganda telah membentuk sebuah Incident Management
System (IMS) yang diselenggarakan di tujuh pilar operasional yang ditetapkan
secara nasional:

1. Koordinasi
2. Biopolisologi, pengawasan dan laboratorium
3. Manajemen dan pencegahan infeksi dan pengendalian pengendalian
(termasuk penguburan yang aman dan bermartabat)
4. Mobilisasi sosial , komunikasi risiko dan keterlibatan masyarakat
5. Dukungan politisosial.
6. Lingkungan dan ekologi
7. Logistik (termasuk persediaan)

Penyakit virus Marburg menyebar antar manusia melalui penularan dari


manusia ke manusia melalui kontak langsung (melalui luka terbuka atau
membran mukosa) dengan darah, sekresi, organ atau cairan dari tubuh lain orang
yang terinfeksi, dan dengan permukaan dan benda-benda (misalnya tempat tidur,
pakaian) terkontaminasi sehingga MVD adalah virus demam berdarah yang sering
berakibat fatal pada manusia.Uganda telah berhasil mengulangi wabah penyakit
Ebola dan Marburg, terutama di Uganda barat. Karena ditularkan ke orang-orang
19

dari kelelawar buah, kasus Marburg secara historis telah dilaporkan di antara para
penambang dan pelancong yang dikunjungi yang dihuni oleh koloni kelelawar.
Wabah MVD telah didokumentasikan selama:
a. 2007: Empat kasus, termasuk dua kematian di distrik Ibanda, Uganda barat
b. 2008: Dua kasus yang tidak terkait pada pelancong yang kembali ke
Belanda (satu kematian) dan AS (nol kematian) masing-masing, setelah
mengunjungi gua-gua di Uganda barat
c. 2012: 15 kasus, termasuk empat kematian di distrik Ibanda dan Kabale,
Uganda barat
d. 2014 - Satu kasus, termasuk satu kematian di profesional kesehatan dari
distrik Mpigi, Uganda tengah
Kombinasi populasi yang sangat mobile, kemungkinan transmisi primer
dari vektor yang terinfeksi, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
tidak memadai, dan praktik tradisional yang dapat memperkuat vektor transmisi
berarti ada risiko lanjutan penyebaran MVD di Uganda dan melintasi perbatasan
ke Kenya.Setiap penundaan ketersediaan sumber daya untuk kegiatan respons dan
kesiapsiagaan akan meningkatkan risiko penyebaran di luar kabupaten yang saat
ini terkena dampak.
WHO bekerja sama dengan mitra nasional dan Global Outbreak Alert and
Response Network (GOARN) dalam mengakhiri wabah MVD dan mengurangi
angka kematian dan morbiditas WHO mendukung kementerian kesehatan untuk:
a) menghentikan penyebaran virus;
b) merawat mereka yang terinfeksi;
c) memberikan koordinasi dan respon teknis dan operasional.
Untuk mencapai hal tersebut maka dapat dilakukan:
1) Penyelidikan lengkap untuk semua kasus yang terverifikasi dalam waktu 24
jam
2) Semua kontak dari kasus yang dikonfirmasi, kemungkinan dan dugaan
ditindaklanjuti setidaknya setiap 24 jam selama 21 hari
3) Protokol pencegahan dan pengendalian infeksi diikuti untuk semua kasus
yang dicurigai dan dikonfirmasi
4) Hasil laboratorium tersedia untuk semua kasus dugaan dan kemungkinan
dalam waktu 24 jam
5) Rasio kematian kasus lebih rendah dari 50% untuk semua kasus yang
dikonfirmasi yang dirawat di pusat perawatan Marburg/Marburg Treatment
Centres (MTC)
20

6) Penguburan yang aman dan bermartabat untuk semua pasien yang


meninggal karena dugaan dan dikonfirmasi MVD harus memakai APD
(Alat Pelindung Diri) sebagai antisipasi dari penularan virus Marburg.
7) Tersedianya Peralatan Personal Protective Equipment (PPE) yang lengkap
8) Laporan situasi eksternal yang menggambarkan situasi epidemiologis dan
responnya yang dipublikasikan setiap minggu
9) Rapat koordinasi pilar respons Marburg dipusat operasi darurat /Emergency
Operations Centres (EOC) setidaknya tiga kali per minggu

3.3 Upaya Pencegahan dan Pengendalian Wabah Marburg13


Kontrol wabah yang baik bergantung pada penerapan dari berbagai
intervensi, yaitu manajemen kasus, pengawasan dan pelacakan kontak, layanan
laboratorium yang baik, penguburan yang aman dan bermartabat, dan mobilisasi
sosial. Keterlibatan masyarakat adalah kunci untuk berhasil mengendalikan
wabah. Meningkatkan kesadaran akan faktor risiko dari infeksi Marburg virus dan
tindakan perlindungan yang dapat dilakukan individu adalah cara yang efektif
untuk mengurangi penularan.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah:


1. Mengurangi risiko transmisi kelelawar ke manusia yang berasal dari koloni
kelelawar buah yang menghuni suatu gua atau tambang. Selama kegiatan kerja
atau penelitian atau kunjungan wisatawan di tambang atau gua yang di huni
oleh koloni kelelawar buah, orang harus memakai sarung tangan dan pakaian
pelindung lainnya yang sesuai (termasuk masker).
2. Selama terjadi wabah semua produk hewani (darah dan daging) harus dimasak
sampai matang menyeluruh sebelum dikonsumsi
3. Mengurangi risiko penularan dari manusia ke manusia di masyarakat yang
timbul dari kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi, terutama dengan
cairan tubuh mereka. Kontak fisik dengan pasien Marburg harus dihindari.
Sarung tangan dan alat pelindung diri yang sesuai harus dikenakan saat
merawat pasien yang sakit di rumah. Pencucian tangan secara teratur harus
dilakukan setelah mengunjungi kerabat sakit di rumah sakit, serta setelah
merawat pasien yang sakit di rumah.
21

4. Masyarakat yang terkena dampak Marburg harus paham dan mengetahui


seluruh informasi terkait tentang penyakit tersebut dan cara
penanggulangannya.
5. Tindakan penanggulangan wabah termasuk pemakaman yang dilakukan dengan
cepat dan aman, mengidentifikasi orang-orang yang mungkin telah
berhubungan dengan seseorang yang terinfeksi dengan Marburg dan memantau
kesehatan mereka selama 21 tahun hari, memisahkan yang sehat dari orang
sakit untuk mencegah penyebaran lebih lanjut, dan menjaga kebersihan yang
baikdan lingkungan yang bersih perlu diperhatikan.
6. Mengurangi risiko kemungkinan penularan seksual. Berdasarkan analisis lebih
lanjut dari penelitian yang sedang berlangsung, WHO merekomendasikan agar
pria yang telah menderita penyakit virus Marburg harus melatih kegiatan
seksual dan kebersihan yang aman selama 12 bulan dari onset gejala atau
sampai hasil pemeriksaan sperma mereka negatif untuk virus Marburg
sebanyak dua kali. Kontak dengan cairan tubuh sebaiknya dihindari dan dicuci
dengan sabun dan air yang dianjurkan. WHO tidak merekomendasikan isolasi
pasien pria atau wanita yang darahnya telah diuji dan hasilnya negatif untuk
virus Marburg.
22

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Marburg adalah sebuah kota di Jerman, yang untuk pertama kali pada tahun
1967 ditemukan penyakit yang menyerang dokter hewan dan teknisi
laboratorium yang sedang menyiapkan biakan sel dari kera hijau Afrika
(Cercopithecus aethiops) yaitu Marburg Virus Disease. Apabila seseorang
terkena penyakit tersebut makan akan mengalami gejala seperi demam
tinggi dan perdarahan berat yang dapat berakibat fatal bagi penderita.1
2. Marburg Virus Disease adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
virus yang masih satu golongan dengan virus Ebola, yaitu famili
Filoviridae. Rousettus aegyptiacus, kelelawar buah dari keluarga
Pteropodidae dianggap sebagai host alami dari Marburg Virus Disease.2
3. Infeksi Marburg Virus Disease akibat dari kontak dengan hewan yang
menderita Marburg Virus Disease. Selanjutnya menyebar melalui transmisi
manusia ke manusia melalui kontak langsung (melalui kulit yang pecah atau
selaput lendir) dengan darah, sekresi, organ tubuh atau cairan tubuh orang
lain yang terinfeksi, dan dengan permukaan dan bahan (misalnya tempat
tidur, pakaian) yang terkontaminasi dengan cairan ini.2
4. Marburg hemorrhagic fever awalnya terdeteksi pada tahun 1967 di negara
Jerman, penyakit yang menyerang 25 orang yang bekerja di laboratorium
dengan gejala demam berdarah. Dalam tempo hampir bersamaan, di
Belgrado, Yugoslavia, terjadi penyakit yang sama pada 6 orang yang bekerja
di laboratorium serupa. Tujuh dari 31 orang (CFR: 22,6%) di Jerman dan
Yugoslavia yang terserang demam berdarah marburg akhirnya meninggal
dunia. Sesudah temuan di Jerman dan Yugoslavia, penyakit marburg baru
ditemukan di Afrika, yakni di Johanesburg (1975) pada 3 orang, Uganda
(1980) dan pada tahun 1999 di Kongo ada 76 orang yang terserang, 56 di
antaranya meninggal dunia (CFR : 73,68%).1

4.2 Saran

4.2.1. Untuk Masyarakat


23

1. Bagi masyarakat yang ingin melakukan perjalanan wisata, sebaiknya


berkonsultasi dengan dokter.
2. Bila mengalami gejala demam, dan perdarahan setelah kembali dari negara
atau wilayah yang wabah Marburg Virus Disease, segera konsultasikan ke
dokter di Kantor Kesehatan Pelabuhan terdekat dan ceritakan perjalanan
serta riwayat kontak dengan hewan sebelumnya.
3. Selalu cuci tangan dengan sabun di air mengalir sebelum makan dan
setelah melakukan kegiatan di luar, terutama setelah memegang atau
berkontak dengan hewan ternak maupun orang yang menderita Marburg
Virus Disease.

4.2.2. Untuk KKP


1. KKP harus selalu waspada dan sigap dalam mengantisipasi masuknya
penyakit Marburg Virus Disease ke Indonesia terutama di pintu masuk
negara (bandara, pelabuhan, dan perbatasan negara) dengan membuat
langkah-langkah, kebijakan-kebijakan serta peraturan-peraturan dalam
mencegah masuknya Marburg Virus Disease ke Indonesia serta
penanggulangannya.
2. KKP hendaknya melengkapi sarana dan prasarana dalam membantu
mendeteksi secara dini seseorang yang telah terinfeksi Marburg Virus
Disease.
24

DAFTAR PUSTAKA

1. Ginting F, Ginting J, dkk.2015. Virus Ebola dan Virus Marburg. Divisi penyakit
tropis dan infeksi. Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Available from
: http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63596/095%20.pdf?
sequence=1
2. World Health Organization. 2017. Marburg Virus Disease. Availbale from :
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs_marburg/en/
3. National Center for Emerging and Zoonotic Infectious Diseases. 2014. Marburg
Haemorrhagic Fever. Diakses pada tanggal 31 Januari 2018
https://www.cdc.gov/vhf/marburg/pdf/factsheet.pdf
4. Soeharsono. 2002. Penyakit Marburg. Dalam: Zoonosis Penyakit Menular dari
Hewan ke Manusia. Vol 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal 102
5. Kara R. 2015. Marburg Virus. Diakses pada tanggal 1 Januari 2018
https://www.britannica.com/science/Marburg-virus
6. Marburg Virus. 2009. Vol 49. Diakses pada tanggal 1 Januari 2018
https://www.aabb.org/tm/eid/Documents/127s.pdf
7. Uganda Declares End Of Marburg Virus Diease Outbreak. 2017. Minister of
State for Health Uganda. Available from :
http.//health.go.ug/download/file/fid/1655
8. Marburgvirus Global Outbreak Maps. 2015. Center for Disease Control and
Prevention. Available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3201746/figure/F1/
9. Mahedi, M, Groseth, A, dkk. 2016. Clinical aspects of Marburg Hemorrhagic
Fever. National Center for Biotechnology Information. Available from
:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3201746/figure/F3/
10. Ebola Virus Disease. Last updated 8 November 2015. Available at
http://www.cdc.gov/vhf/ebola/index.html
11. Advisory Commite on Dangerous Pathogenes.Management of Hazard Group 4
viral haemorraghic fever and similar human infectious disease of high
consequence Departement of Health; 2012. Avalaible from:
http://www.hpa.org.uk/webc/HPAwebFile/HPAweb C/1194947382005.
25

12. WHO, 2017.Internasional Health Emergency Plan: Marburg Virus Disease.


Available from: http://healthdocbox.com/Cold_and_Flu/65997171-
Emergencies-international-health-emergency-response-plan-marburg-virus-
disease-overview-november-programme-health.html
13. WHO, 2017. Marburg Virus Disease Uganda. Available from:
http://www.who.int/csr/don/25-october-2017-marburg-uganda/en/
14. WHO, 2017. Marburg Virus Disease Uganda. Available from:
http://www.who.int/csr/don/15-november-2017-marburg-uganda-kenya/en/
26

BERITA ACARA

Pertanyaan dari penguji dan pembimbing


dr. Rahmad Ramadhan, MPH
1. Mengapa terjadi outbreak di Angola sehingga menyebabkan kematian
sebanyak 374 jiwa?
2. Apa saja yang menjadi cara penularan Marburg Virus Disease?
3. Bagaimana tatalaksana penguburan jenazah orang yang menderita Marburg
Virus Disease?

Masukan dari pembimbing


dr. Ziad Batubara, MPH
1. BAB II: Penjelasan pada gambar transmisi penyebaran Marburg Virus
Disease.
2. BAB II: Cara penularan melalui kontak seksual.
3. Penambahan tatalaksana penguburan pada orang yang menderita Marburg
Virus Disease.
4. BAB III: Penambahan tabel penyebaran kasus Marburg Virus Disease.

Anda mungkin juga menyukai