Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PETROLOGI

OLEH :
NAMA : PURUHITO K. PUTRANDA AJI
NIM :410016024

TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
2.2 DASAR KLASIFIKASI
2.2.1 DASAR KLASIFIKASI BATUAN BEKU
PENAMAAN BERDASARKAN KLASIFIKASI
Berdasarkan letak pembekuannya maka batuan beku dapat dibagi menjadi
batuan beku intrusi dan batuan beku ekstrusi. Batuan beku intrusi selanjutnya dapat
dibagi menjadi batuan beku intrusi dalam dan batuan beku intrusi dekat permukaan.
Berdasarkan komposisi mineral pembentuknya maka batuan beku dapat dibagi
menjadi empat kelompok, yaitu batuan beku ultramafik, batuan beku mafik, batuan
beku menengah dan batuan beku felsik. Istilah mafik ini sering diganti dengan basa,
dan istilah felsik diganti dengan asam, sekalipun tidak tepat.
Termasuk batuan beku dalam ultramafik adalah dunit, piroksenit,
anortosit, peridotit dan norit. Dunit tersusun seluruhnya oleh mineral olivin,
sedang piroksenit oleh piroksen dan anortosit oleh plagioklas basa. Peridotit terdiri
dari mineral olivin dan piroksen; norit secara dominan terdiri dari piroksen dan
plagioklas basa. Batuan beku luar ultramafik umumnya bertekstur gelas atau
vitrofirik dan disebut pikrit.
Batuan beku dalam mafik disebut gabro, terdiri dari olivin, piroksen dan
plagioklas basa. Sebagai batuan beku luar kelompok ini adalah basal. Batuan beku
dalam menengah disebut diorit, tersusun oleh piroksen, amfibol dan plagioklas
menengah, sedang batuan beku luarnya dinamakan andesit. Antara andesit dan
basal ada nama batuan transisi yang disebut andesit basal (basaltic andesit).
Batuan beku dalam agak asam dinamakan diorit kuarsa atau granodiorit,
sedangkan batuan beku luarnya disebut dasit. Mineral penyusunnya hampir mirip
dengan diorit atau andesit, tetapi ditambah kuarsa dan alkali felspar, sementara
palgioklasnya secara berangsur berubah ke asam.
Apabila alkali felspar dan kuarsanya semakin bertambah dan palgioklasnya
semakin asam maka sebagai batuan beku dalam asam dinamakan granit, sedang
batuan beku luarnya adalah riolit. Di dalam batuan beku asam ini mineral mafik
yang mungkin hadir adalah biotit, muskovit dan kadang-kadang amfibol. Batuan
beku dalam sangat asam, dimana alkali felspar lebih banyak daripada plagioklas
adalah sienit, sedang pegmatit hanyalah tersusun oleh alkali felspar dan kuarsa.
Batuan beku yang tersusun oleh gelas saja disebut obsidian, dan apabila berstruktur
perlapisan disebut perlit.
Nama-nama batuan beku tersebut di atas sering ditambah dengan aspek
tekstur, struktur dan atau komposisi mineral yang sangat menonjol. Sebagai contoh,
andesit porfir, basal vesikuler dan andesit piroksen. Penambahan nama komposisi
mineral tersebut umumnya diberikan apabila persentase kehadirannya paling
sedikit 10 %.
A. KLASIFIKASI MENURUT O’DUNN & SILL.

B. KLASIFIKASI MENURUT RUSSEL. B. TRAVIS


C. KLASIFIKASI MENURUT WANG. T.HUANG

2.2.2 DASAR KLASIFIKASI BATUAN PIROKLASTIK


Klasifikasi Penamaan Batuan Piroklastik
Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan lepas (endapan) dan
setelah menjadi batuan piroklastika, penamaannya seperti pada Tabel 1. Bom
gunungapi adalah klastika batuan gunungapi yang mempunyai struktur-struktur
pendinginan yang terjadi pada saat magma dilontarkan dan membeku secara cepat
di udara atau air dan di permukaan bumi. Salah satu struktur yang sangat khas
adalah struktur kerak roti (bread crust structure).
Bom ini pada umumnya mempunyai bentuk membulat, tetapi hal ini sangat
tergantung dari keenceran magma pada saat dilontarkan. Semakin encer magma
yang dilontarkan, maka material itu juga terpengaruh efek puntiran pada saat
dilontarkan, sehingga bentuknya dapat bervariasi. Selain itu, karena adanya
pengeluaran gas dari dalam material magmatik panas tersebut serta pendinginan
yang sangat cepat maka pada bom gunungapi juga terbentuk struktur vesikuler serta
tekstur gelasan dan kasar pada permukaannya. Bom gunungapi berstruktur
vesikuler di dalamnya berserat kaca dan sifatnya ringan disebut batuapung
(pumice). Batuapung ini umumnya berwarna putih terang atau kekuningan, tetapi
ada juga yang merah daging dan bahkan coklat sampai hitam. Batuapung umumnya
dihasilkan oleh letusan besar atau kuat suatu gunungapi dengan magma
berkomposisi asam hingga menengah, serta relatif kental. Bom gunungapi yang
juga berstruktur vesikuler tetapi di dalamnya tidak terdapat serat kaca, bentuk
lubang melingkar, elip atau seperti rumah lebah disebut skoria (scoria).
Bom gunungapi jenis ini warnanya merah, coklat sampai hitam, sifatnya
lebih berat daripada batuapung dan dihasilkan oleh letusan gunungapi lemah
berkomposisi basa serta relatif encer. Bom gunungapi berwarna hitam, struktur
masif, sangat khas bertekstur gelasan, kilap kaca, permukaan halus, pecahan
konkoidal (seperti botol pecah) dinamakan obsidian. Blok atau bongkah gunungapi
dapat merupakan bom gunungapi yang bentuknya meruncing, permukaan halus
gelasan sampai hipokristalin dan tidak terlihat adanya struktur-struktur
pendinginan. Dengan demikian blok dapat merupakan pecahan daripada bom
gunungapi, yang hancur pada saat jatuh di permukaan tanah/batu.
Bom dan blok gunungapi yang berasal dari pendinginan magma secara
langsung tersebut disebut bahan magmatik primer, material esensial atau juvenile).
Blok juga dapat berasal dari pecahan batuan dinding (batuan gunungapi yang telah
terbentuk lebih dulu, sering disebut bahan aksesori), atau fragmen non-gunungapi
yang ikut terlontar pada saat letusan (bahan aksidental).
A. KLASIFIKASI MENURUT SCHMID
B. KLASIFIKASI MENURUT FISHER

Berdasarkan komposisi penyusunnya, tuf dapat dibagi menjadi tuf gelas, tuf kristal
dan tuf litik, apabila komponen yang dominan masing-masing berupa gelas/kaca,
kristal dan fragmen batuan. Tuf juga dapat dibagi menjadi tuf basal, tuf andesit, tuf
dasit dan tuf riolit, sesuai klasifikasi batuan beku. Apabila klastikanya tersusun oleh
fragmen batuapung atau skoria dapat juga disebut tuf batuapung atau tuf skoria.
Demikian pula untuk aglomerat batuapung, aglomerat skoria, breksi batuapung,
breksi skoria, batulapili batuapung dan batulapili skoria.

Tipe Endapan Piroklastik


1. Endapan Piroklastik Tak Terkonsolidasi (Unconsolidated)
1. Bom Gunung Api
Bom Gunungapi adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih
besar dari 64mm. Daerah ini sebagian atau semuanya berujud plastik pada waktu
tererupsi. Beberapa bomb mempunyai ukuran yang sangat besar.
2. Blok Gunung Api
Blok Gunung api merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh
erupsi eksplosive dari fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan
ukuran lebih besar dari 64 mm. Blok-blok ini selalu menyudut bentuknya
atau equidimensional.
3. Lapili
Lapili berasal bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk hasil erupsi eksplosif gunung
api yang berukuruan 2mm-64mm. Selain dari fragmen batuan , kadang-kadang
terdiri dari mineral-mineral augti, olivine, plagioklas.
4. Debu Gunung Api
Debu gunung api adalah batuan piroklastik yang berukuran 2mm-1/256mm yang
dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi eksplosif. Namun ada juga
debu gunung berapi yang terjadi karena proses penggesekan pada waktu erupsi
gunung api. Debu gunung api masih dalam keadaan belum terkonsolidasi, (
Endarto, Danang, 2005 ).
2. Endapan Piroklastik yang Terkonsolidasi (consolidated)
1. Breksi piroklastik
Breksi piroklastik adalah batuan yang disusun oleh block – block gunung api yang
telah mengalami konsolidasi dalam jumlah lebih 50 % serta mengandung lebih
kurang 25 % lapili dan abu.
2. Aglomerat
Aglomerat adalah batuan yang dibentuk oleh konsolidasi material – material
dengan kandungan yang didominasi oleh bomb gunung api dimana kandungan
lapili dan abu kurang dari 25 %
3. Batu lapilli
Batu lapili adalah batuan yang dominant terdiri dari fragmen lapili dengan ukuran
2 – 64 mm
4. Tuff
Tuff adalah endapan dari gunung api yang telah mengalami konsolidasi, dengan
kandungan abu mencapai 75 %. Macamnya : tuff lapili, tuff aglomerat, tuff breksi
piroklastik ( Endarto, Danang, 2005 ).

2.2.3 DASAR KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN


A. DASAR PENGGOLONGAN UKURAN BUTIR MENURUT WENWORTH
B. DASAR KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN MENURUT KOESOEMADINATA
2.2.4 DASAR KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN KARBONAT
1. Klasifikasi Grabau (1904)
Klasifikasi Grabau didasarkan pada karakteristik sederhana dari suatu
batugamping atau batuan karbonat, yaitu ukuran butir penyusunnya (lihat tabel
dibawah). Konsep dari klasifikasi ini didasarkan pada metode umum seperti yang
digunakan pada klasifikasi batuan sedimen klastik. Konotasi genesa dari metode ini
terkait dengan kemungkinan tingkat energi pengendapan material karbonat
(Nichols, 1999).

Klasifikasi batugamping/batuan karbonat yang paling sederhana yaitu berdasarkan


ukuran butir penyusunnya (Grabau, 1904).

2. Klasifikasi Folk (1959)


Klasifikasi ini mendasarkan pada konsep maturitas tekstur dari batuan
karbonat, yang melibatkan jenis komposisi batuan tersebut (lihat gambar dibawah).
Perkembangan klasifikasi ini dikarenakan analisa petrografi pada batugamping
untuk menentukan lingkungan pengendapan membutuhkan dasar klasifikasi lain
yang lebih spesifik. Dengan mengetahui fabrik dari batuan tersebut dapat
diinterpretasikan tingkat energi dari pengendapan sedimen (Tucker, 1990).

Klasifikasi Folk (1959) berdasarkan fabrik dan komposisi batuan karbonat yang
dibagi menjadi tiga jenis utama yakni butiran (allochem), matriks (micrite), dan
semen (sparite). Berdasarkan jenis allochem nya yakni intraklas, ooid, bioklas,
dan peloid maka batugamping dibagi menjadi empat kelompok. Sebagai
tambahan, batugamping in-situ yang koheren dan mempunyai struktur organik
disebut sebagai biolithites (dimodifikasi oleh Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003).

3. Klasifikasi Dunham (1962)


Klasifikasi ini didasarkan pada fabrik batuan, tekstur, proporsi kandungan
mud dalam batuan, dan kerangka penyusun batuan baik secara mekanik maupun
biologi (lihat gambar dibawah). Penggunaan klasifikasi ini lebih umum
dikarenakan sistem yang lebih sederhana dan lebih lengkap. Pada klasifikasi ini,
perbedaan penting mengenai tingkat energi pengendapan tiap jenis batuan sangat
jelas teramati karena lebih detail. Perbedaan klasifikasi ini dengan klasifikasi
sebelumnya adalah pertimbangan terhadap batuan hasil proses biologi dan
pengertian dari micrite yakni material karbonat yang berukuran < 20µm (Tucker,
1990).

Klasifikasi Dunham (1962) berdasarkan fabrik dan komposisi batuan karbonat.


Tiga pembagian utama terdiri dari batugamping yang memiliki matrix supported,
grain supported, dan biological bound. Kategori keempat sebagai tambahan
adalah batugamping yang telah mengalami kristalisasi yaitu crystalline carbonate
(dimodifikasi oleh Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003).

4. Klasifikasi Embry & Klovan (1971)


Klasifikasi ini didasarkan pada karakteristik yang sama dengan klasifikasi
Dunham yakni fabrik batuan, tekstur, proporsi kandungan mud dalam batuan, dan
kerangka penyusun batuan baik secara mekanik maupun biologi. Pembuatan
klasifikasi ini merupakan penyempurnaan klasifikasi Dunham yang sebelumnya
tidak membagi boundstone secara spesifik (lihat gambar atas). Boundstone sebagai
hasil kerangka organik dari koloni koral dibagi menjadi beberapa penamaan
berdasarkan jenis organisme yang menyusunnya. Dengan menggunakan kombinasi
tekstur dan komposisi, klasifikasi ini dapat memberikan informasi mengenai
kondisi pembentukan batuan tersebut.

Tekstur pengendapan dalam fasies karbonat dapat dipahami dengan


melakukan pendeskripsian secara tepat serta aplikasinya diakomodir dalam
klasifikasi karbonat Dunham (1962), dimana material sedimen karbonat dilihat
berasal dari material lepas atau terikat (Lucia, 2007). Dunham (1962) membagi
fasies karbonat setelah melihat material penyusun awal merupakan material lepas
atau terikat pada awalnya kemudian melihat ada atau tidaknya kandungan mud
carbonate didalam fasies yang dideskripsi. Hal ini tentu akan berimplikasi pada
jenis tekstur yang terbentuk seperti penamaan fasies rudstone akan menunjukan
tekstur grain supported dan fasies floatstone akan menunjukan tekstur mud
supported. Metode deskripsi dari tekstur fasies karbonat yang terbentuk pada saat
sedimentasi akan berimplikasi pada pengenalan geometri pori dalam fasies
karbonat. Tekstur grain supported akan berimplikasi pada terbentuknya porositas
intergrain diantara butiran penyusun dimana tekstur mud supported akan
berimplikasi pada terbentuknya posrositas intragrain (Lucia, 2007).
Ketidakhadiran lumpur karbonat (mud carbonate) akan mempengaruhi
distribusi dan ukuran porositas yang terbentuk pada saat pembentukan fasies
karbonat. Pada fasies karbonat yang tersusun dominan oleh lumpur karbonat namun
dapat membentuk porositas intergrain, kehadiran lumpur akan mempengaruhi
ukuran porositas yang terbentuk. Selain itu, tekstur pengendapan dimana kehadiran
atau tidaknya lumpur karbonat didalam fasies karbonat akan mempengaruhi
konektivitas antar pori. Sehingga memiliki implikasi lain terhadap besarnya
permeabilitas yang terbentuk pada saat awal pengendapan (Lucia, 2007).
2.2.5 DASAR KLASIFIKASI BATUAN METAMORF
Pembentukan Batuan Metamorf
Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika, biologi
dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan
sistim yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin
mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan
perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-perubahan
tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di bawah
pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan
waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang mendasar
dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada
dalam kondisi padat.
Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti pada tahap ini,
perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang elemen-elemen
lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif. Pendekatan umum
untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan metamorfisme adalah
menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai kenampakan pertama dari
mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam sedimen-sedimen permukaan,
seperti epidot dan muskovit. Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang
lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme shale yang menyebabkan reaksi
kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan muskovit.
Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa
reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C –
350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material
disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal
metamorfisme adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-
masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda,
tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di
bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik
kira-kira 500 bar.
Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi
pelelehan batuan. Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur
pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap. Satu
kisaran dari 650°C – 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas
dari metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut
migmatit. Batuan ini menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, beberapa
darinya muncul menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang lain.
Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua yaitu
(1) metamorfisme tingkat rendah (low-grade metamorphism) dan (2) metamorfisme
tingkat tinggi (high-grade metamorphism) (Gambar 3.9). Pada batuan metamorf
tingkat rendah jejak kenampakan batuan asal masih bisa diamati dan penamaannya
menggunakan awalan meta (-sedimen, -beku), sedangkan pada batuan metamorf
tingkat tinggi jejak batuan asal sudah tidak nampak, malihan tertinggi membentuk
migmatit (batuan yang sebagian bertekstur malihan dan sebagian lagi bertekstur
beku atau igneous).

Gambar: memperlihatkan batuan asal yang mengalami metamorfisme tingkat rendah –


medium dan tingkat tinggi (O’Dunn dan Sill, 1986).
Pembentukan batuan metamorf selain didasarkan pada tingkat malihannya
juga didasarkan pada penyebabnya. Berdasarkan penyebabnya batuan metamorf
dibagi menjadi tiga yaitu (1) Metamorfisme kontak/ termal, pengaruh T dominan;
(2) Metamorfisme dinamo/ kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P dominan;
dan (3) Metamorfisme regional, terpengaruh P & T, serta daerah luas.
Metamorfisme kontak terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung dengan
tubuh magma (intrusi) dengan lebar antara 2 – 3 km (Gambar 3.10). Metamorfisme
dislokasi terjadi pada daerah sesar besar/ utama yaitu pada lokasi dimana masa
batuan tersebut mengalami penggerusan. Sedangkan metamorfisme regional terjadi
pada kulit bumi bagian dalam dan lebih intensif bilamana diikuti juga oleh
orogenesa (Gambar 3.11). penyebaran tubuh batuan metamorf ini luas sekali
mencapai ribuan kilometer.

Gambar 3.10 memperlihatkan kontak aureole disekitar intrusi batuan beku


(Gillen, 1982).
Gambar 3.11 penampang yang memperlihatkan lokasi batuan metamorf (Gillen,
1982).
3.2 FIELDTRIP PETROLOGI

3.2.1 DESKRIPSI SETIAP LOKASI PENGAMATAN

1. LOKASI PERTAMA

Cerah, pukul 7.45 AM

Lereng Barat, Bukit Petir, Dusun Kuden, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta.

Di LP1 Disusun dengan 2 litologi yang berbeda. Daerah ini disusun oleh
batuan Gunung Api. Litologi 1 disusun dengan warna lapuknya hitam, warna
segarnya abu-abu. Teksturnya fragmental, karena terdiri dari 2 komponen yang
berukuran kasar & halus diantaranya (terdiri dari pecahan). Ukuran Butir > 64mm
(6,4 cm) dan dilapisi lapili. Bentuk butir banyakya menyudut (very angular). Untuk
kemas (komponen pembentuk batuan) tertutup. Untuk Struktur pejal lalu ada
vesikuler, ada yang kasar untuk struktur permukaan. Komposisi fragmen nya
andesit, mafik 50% dan 50% felsic. Komponen kedua yaitu matrik, dengan warna
cerah cokelat. Tekstur Piroklastik, ukuran butir abu, Komposisi gelas/abu, banyak
disusun mineral felsic, namun matrik tuff.

Litologi 2 dengan warna lapuk cokelat kehitaman & warna lapuk putih cerah
teksturnya piroklastika. Ukuran butir abu halus (<1/16mm). Bentuk butir tidak jelas
(selara dilihat dengan mata telanjang). Kemasnya jelas tertutup. Struktur tidak
kelihatan berlapis / masif. Komposisi abu gunung api asam (karena cerah).
Intermediate ini dipakai dengan ukuran megaskopisnya, pecahannya konkoidal.

Gambar 1 (Andesit-Breksi) Gambar 2 (Batuan tuff)

2. LOKASI KEDUA

Cuaca = Cerah

Pukul = 9.15 AM

Lokasi : Dilereng Bukit Petir, Aliran Kalikuning perbatasan dusun kuden &
tronggang, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta (Sekitar 200m Dari Lokasi 1)
Terdapat 2 Material .

 Endapan = Aluvial : Rombakan


Kolovial : Lereng
Fluvial : Sungai
Eluvial : Angin

Fragmen / Materialnya sudah membulat


sempurna, Endapan nya tidak insitu melainkan
ex-situ. (Endapan Merapi) Endapan juga belum
kompaksi, Karena kebentuk saat ini.

 ) Cara membedakan soil dengan endapan


Berbeda di Struktur dan Tekstur.
- ENDAPAN = Masih Memperlihatkan mineral-mineralnya, masih beragam.
- SOIL = Teksturnya lempung, halus dan materialnya tidak kelihatan.

B. Warna Lapuknya abu-abu kehitaman, dan cerahnya putih cerah/kuning cerah.

- Tekstur piroklastiknya

Ukuran Butirnya menonjol & halus.

(Menonjol = Kasar) & (Halus =Menjorok kedalam)

Untuk Bentuk butir menyudut-


membulat, strukturnya berlapis dengan
ketebalan bervariasi. Tipis = (10-20cm) Tebal >
10-20 (40cm). Struktur internalnya =
StrukturPrimer, Struktur Sekunder = Struktur (
rekahan/kekar). Komposisi = Intermediet –
Asam – Tuff – Andesit.

Batuan ini lebih tua berdasarkan stratigrafinya, strukturnya membulat,


konkoidal ( hanya terjadi pada material yang berukran halus).
3. LOKASI KETIGA

Cuaca = Cerah

Pukul = 10.30 AM.

Lokasi = Aliran / Dasar Kaliopak, Pager jurang 1 , Sitimulyo, Piyungan, Bantul,


Yogyakarta.

Dilokasi ini terdapat Batuan ertekstur Kasar, Halus & Aliran Lava. 3
litologi.

Litologi 1, Berlapis dan lebih kasar. Warna lapuk Cokelat


Kehitaman, Warna segar putih cerah. Tekstur = Piroklastika,
Ukuran Butir bervariasi dari abu sampai Abu kasar.
Bentuknya menyudut- tanggung. Kemasnya tertutup &
Sortasi nya bagus, Struktunya berlapis dan tipis hingga kasar
(dari reliefnya). Komposisinya Intermedieate – Asam.

Litologi 2, Berada di sebelah kiri. Adanya variasi fragmen,


Ukuran >2mm / >6cm. Sehingga secara umum disebut
breksi piroklastik. Warna nya Abu-abu cerah dan Teksturnya
piroklastik dan bentuknya menyudut. Komposisi bervariasi
dari mulai Dasit, Basalt lalu Andesit.
Litologi 3, Berbeda sekali dengan Litologi 1, Breksi-
Autoplastika. Aliran Lavanya mengalami pelapukan,
Warna Lapuk kuning kecokelatan, Warna Segar Abu-Abu
gelap. Teksturnya Afanitik. Komposisinya sesuai dengan
warna batuan. Strukturnya Aliran, Lalu Breksi/Terbreksi-
kan, Fragmen dengan Matrik sama-sama Batuan beku.

4. LOKASI KE-EMPAT

Cuaca = Cerah

Pukul = 11.30 AM.

Lokasi = Dusun Pilang, Pagar Gunung 2, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta.

Merupakan Gunung Api Purba kecil. Sisa


Dari gawir/mm dari kawah purba.
Kaliopak merupakan patahann yang
kedalamnya sampai 40km. Ini juga
merupakan formasi paling tua dibanding
pegunungan- pegunungan selatan. Disini
banyak dijumpai Batuan beku & Batu
Piroklastika yang berupa lelehan dari Lava.

Bom = Langsung dari Semburan (Membulat kasar)


Blok = Sudah ada lava, ( Membatu didalam) dan dibongkar. (Permukaan
Halus , menyudut).

5. LOKASI KELIMA

Cuaca = Cerah

Pukul = 13.30 PM

Lokasi = Kaliwatuadek, Kalikito, Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Litologinya adalah produk lelehan.

Litologi ini berwarna Abu-abu gelap – sangat


gelap untuk warna Afanitik & Porpiroafanitik.
Struktur nya aliran karena ditunjuk dengan aliran-
aliran (aliran lava). Breksiasi atau breksi-
autoplastika, Breksi’s skin, lalu ada vesikuler dengan
Amigdaloidal, Rabier. Komposisinya Basalt.

Nama = Lava-Basalt Bantal. (Bantal dipakai karena


bentukan yang khas).
6. LOKASI KE-ENAM.

Cuaca = Cerah

Pukul = 14.17 PM

Lokasi = 200m ke Timur, dari Lokasi Pengamatan 5. Berbah, Sleman, Yogyakarta.

Berupa Batuan Gunung Api, dengan warna Lapuknya cokelat kehitaman.


Warna Segarnya putih keruh-segar. Dengan Tekstur piroklastika, Dari ukuran butir
halus – Lapili. Bentuk butir, Menyudut hingga menyudut tanggung, Kemas tertutup
maupun terbuka. Sortasi baik maupun buruk.

Strukturnya berlapis untuk di atas dan dibawah masif, Yang berlapis, ada
yang tipis & tebal. Di sruktur internal ada Laminasi, dll. Komposisi ada yang
dibangun oleh tuff, Lalu dari Karst mendominasi di batuan ini (cerah) asam. Bisa
menjadi tuff-Lapili, Breksi -Tuff Lapili, Breksi-Lapili.
3.2.2 TUGAS PENGAMATAN TEKSTUR PADA LOKASI 6 MELIPUTI:

Gambar. ACC ASISTEN DOSEN

A. Deskripsi : 1

Batuan ini memiliki warna segar putih abu-


abu,sedangkan warna lapuknya adalah abu-abu
kecoklatan.Tekstur batuan tersebut dilihat dari
ukuran butirnya adalah tuff (0.06-2 mm), memiliki
fragmen yang ukurannya antara 10-20 mm.
Pemilahan/sorting batuan tersebut terpilah baik/Well
sorted.Kebundaran butiranya subangular-
angular.Ke

mas batuan tersebut tertutup.Secara keseluruhan


tersusun atas tuff.Komposisi batuan tersebut terdiri
atas gelas. Nama batuan tersebut adalah tuff kasar.

Gambar 3. Tuff kasar

B. Deskripsi : 2

Batuan ini memiliki warna segar putih abu-abu,sedangkan warna lapuknya adalah
abu-abu kecoklatan.Tekstur batuan tersebut dilihat dari ukuran butirnya adalah
tuff (0.06-2 mm).Pemilahan/sorting batuan
tersebut terpilah baik/Well sorted.Kebundaran
butiranya subangular-angular.Kemas batuan
tersebut tertutup.Secara keseluruhan tersusun atas
tuff.Komposisi batuan tersebut terdiri atas
gelas.Nama batuan tersebut adalah tuff kasar.

Gambar 3.14. Tuff kasar (ukuran butir 0.06-2mm)

C. Deskripsi : 3

Batuan ini memiliki warna segar abu-abu,sedangkan


warna lapuknya adalah abu-abu kehitaman.Tekstur
batuan tersebut dilihat dari ukuran butirnya tergolong
kasar dengan ukuran 0.06-2mm.Pemilahan /sorting
batuan tersebut sangat baik/very well
sorted.Kebundaran antar butirnya subangular-
angular.Kemas batuan tersebut tertutup.Struktur
batuan tersebut terlihat adanya Graded bedding.
Komposisi batuan tersebut terdiri atas gelas.Nama
batuan tersebut adalah tuff kasar.

Gambar 3.15. Tuff kasar (pemilahan very well)

D. Deskripsi : 4

Batuan ini memiliki warna segar abu-abu,sedangkan


warna lapuknya adalah coklat kekuningan.Tekstur batuan
tersebut dilihat dari ukuran butiranya adalah tuff halus
dengan ukuran kurang dari 0.06mm.Pemilahan /sorting
batuan tersebut adalah sangat baik/very well
sorted.Kebundaran butiran penyusunya sub
angular.Kemas batuan tersebut adalah tertutup.Struktur
batuan tersebut adalah massif.Komposisi batuan tersebut terdiri atas gelas.Nama
batuan tersebut adalah tuff halus.

Gambar 3.16. Tuff halus

Anda mungkin juga menyukai