Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Ilmu Pengetahuan

A. Ilmu Pengetahuan Hukum


Satjipto Rahardjo mengemukakan pendapatnya mengenai ilmu hukum.
Menurutnya Ilmu hukum merupakan ilmu pengetahuan yang menjelaskan dan
menelaah secara rinci hukum.
Ilmu hukum adalah suatu pengetahuan yang objeknya adalah hukum dan
khususnya mengajarkan perihal hukum dalam segala bentuk dan manifestasinya, ilmu
hukum sebagai kaidah, ilmu hukum sebagai ilmu pengertian, dan ilmu hukum sebagai
ilmu kenyataan.1 Hukum sebagai gejala masyarakat, jadi sebagai keseluruhan
kebiasaaan di dalam masyarakat merupakan objek dari ilmu pengetahuan hukum.
Ilmu hukum sebagai ilmu kenyataan yang membahas dari sisi sikap tindak
atau perilaku. Artinya hukum akan dilihat dari segi penerapannya yang diwujudkan
dalam bentuk tingkah laku atau sikap tindak.2
Sikap tindak hukum atau hukum dalam kenyataan meliputi :

B. Sosiologi Hukum
Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris
dan analitis mempelajari hubungan timbal-balik antara hukum sebagai gejala sosial,
dengan gejala-gejala sosial lain. Dalam konteks ini yang diartikan hukum adalah suatu
kompleksitas dari pada sikap-tindak manusia bertujuan untuk mencapai kedamaian di
dalam pergaulan hidup.
Ruang lingkup sosiologi hukum adalah pola – pola kelakuan dalam
masyarakat,yaitu cara - cara bertindak atau berkelakuan yang sama dari orang – orang
yang hidup bersama dalam masyarakat.3

1
Revina Septyanti, Pengertian Ilmu Hukum dan Pengantar Ilmu Hukum,
http://revinaseptiyanti.blogspot.com/2015/04/pengertian-ilmu-hukum-dan-pengantar.html?m=1, pada tanggal 21
Maret 2017 pukul 02.30 WIB
2
Sri Warjiati, Ilmu Hukum( Dasar Mempelajari Ilmu Hukum), ( Sidoarjo: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 233
3
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum cet 21 (Jakarta:Rajawali press,2012), 12.
Menurut Soerjono Soekanto, bahwa gejala – gejala sosial masyarakat ruang
lingkupnya meliputi struktur sosial dan proses sosial.
Struktur sosial ruang lingkupnya meliputi keseluruhan jalinan antara unsur –
unsur pokok. Unsur – unsur tersebut meliputi :
1. Kelompok Sosial
Kelompok Sosial timbul karena manusia dengan sesama manusia
hubungan yang kekal untuk tujuan tertentu.
2. Kebudayaan
Kebudayaan pada dasarnya merupakan suatu pedoman bagi hubungan
antar manusia maupun hubungan antar kelompok. Selain itu juga sebagai
wadah bagi manusia untuk dapat menyalurkan perasaan dan kemampuan-
kemampuan lainnya.
3. Lembaga – lembaga sosial
Pelembagaan merupakan suatu proses, dimana kaidah – kaidah tertentu
diketahui, dipahami, dihargai, dan ditaati oleh warga masyarakat. Sehingga
kaidah - kaidah tersebut menjadi pedoman yang mengatur kebutuhan –
kebutuhan pokok manusia.
4. Stratifikasi
Di dalam masyarakat senantiasa terdapat stratifikasi, yaitu suatu sistem
berlapis – lapis yang membagi warga masyarakat ke dalam beberapa
lapisan secara bertingkat.
Berbagai ukuran untuk menentukan lapisan masyarakat (stratifikasi)
tersebut diantaranya adalah kekayaan, kekuasaan, pendidikan, dan
kehormatan (gelar bangsawan).4
5. Kekuasaan dan Wewenang
Kekuasaan digambarkan sebagai suatu proses, dimana satu pihak
mempengaruhi pihak lain, sehingga pihak lain tersebut mengikuti pihak
pertama. Apabila kekuasaan tersebut diakui, maka terjadilah wewenang.

Proses sosial pada dasarnya adalah pengaruh timbal balik antara berbagai
bidang kehidupan. Proses sosial mencakup, antara lain :
1. Interaksi sosial

4
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, Cet,1 ( Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), 165
Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok, yang didasarkan pada adanyakebutuhan.
2. Perubahan – perubahan sosial
Suatu masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkannya tidak mungkin
berhenti berproses. Dengan kata lain, bahwa masyarakat pada umumnya
selalu berproses sesuai dengan perjalanan waktu.
3. Masalah – masalah sosial
Biasanya perubahan sosial senantiasa menimbulkan masalah,
walaupun tidak semua masalah tersebut dapat menggoncangkan
masyarakat. Suatu masalah sosial bisa terjadi apabila harapan tidak sesuai
dengan kenyataan yang terjadi.5

C. Antropologi Hukum

Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa, antropologi hukum itu ilmu yang


mempelajari pola-pola sengketa dan penyelesaiannya pada masyarakat sederhana maupun
masyarakat yang sedang mengalami proses modernisasi.

Soedjono Dirdjoisworo mendefinisikan antropologi hukum hampir sama dengan


Soerjono Soekanto, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pola-pola
sengketa dan penyelesiannya pada masyarakat sederhana, maupun masyarakat yang sedang
mengalami proses perkembangan dan pembangunan.

Sedangkan Hilman Hadikusuma menyatakan bahwa, antropologi hukum adalah ilmu


pengetahuan yang mempelajari manusia dengn kebudayaan yang khusus di bidang hukum.
Antropologi hukum adalah spesialisasi ilmiah dari dari antropologi budaya dan antropologi
sosial. Dengan demikian antropologi hukum adalah ilmu tentang manusia dalam kaitannya
dengan kaidah-kaidah sosial yang bersifat hukum.6

Antara studi hukum dan antropologi hukum terdapat suatu hubungan erat, sebab
keduanya mengkaji tentang ketertiban organisasi masyarakat, seperti masalah-masalah
struktur, fungsionalisasi struktur dan pemeran sosial dalam struktur. Melalui ajaran ini

5
Sri Warjiati, Op.Cit, 237
6
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, Cet,1 ( Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), 176-177
ditelaah bagaimana hukum bekerja dalam masyarakat, baik masyarakat modern atau transisi
yang sesungguhnya.

Karakteristik antropologi hukum terletak pada sifat pengamatan, penyelidikan dan


pemahamannya yang secara menyeluruh terhadap kehidupan manusia, lingkungan hidup,
kehidupan keluarga, pemukiman, ekonomi, politik, agama dan bangsa, sehingga pengertian-
pengertian yang dibentuknya mempunyai nilai universal baik menurut tempat dan waktu.7

Menurut Soetjipto Rahardjo, antropologi hukum pada hakikatnya didasarkan pada


premis-premis sebagai berikut :

1) Hukum suatu masyarakat harus diselidiki dalam konteks sistem-sistem politik,


ekonomi, agama dan juga kerangka struktur sosial dari hubungan-hubungan antar
orang dan kelompok.
2) Hukum paling baik dipelajari melalui analisis terhadap prosedur-prosedur yang
berhubungan dengan penyelesaian sengketa, atau dalam perspektf yang lebih luas
melalui manajemen konflik.
3) Prosedur-prosedur yang berhubungan dengan sengketa tersebut gilirannya akan
menjadi penting, jika penelitian dipusatkan pada sengketa sebagai unit deskripsi,
analisis dan perbandingan.
4) Agar dapat dibuat suatu laporan yang sah mengenai hukum suatu masyarakat,
maka perlu diketahui kesadaran hukum masyarakat, apa yang dipandang sebagai
perbuatan yang dilarang dan bentuk-bentuk serta prosedur-prosedur penindakan
yang harus diambil. Kesemuanya ini diterjemahkan dalam sarana komunikasi
yang dipakai dalam masyarakat.

Ruang lingkup persoalan yang dikaji dalam bidang hukum oleh para ahli
antropologi itu sangat luas. Menurut Soetjipto Rahardjo diantara ruang lingkup
tersebut, adalah :

a. Bagaimana tipe-tipe badan yamg menjalankan pengadilan (adjudication) dan


perantaraan (mediation) dalam masyarakat?
b. Apakah yang menjadi landasan kekuasaan dari badan-badan itu untuk
menjalankan peranannya sebagai penyelesaian sengketa?

7
Sri Warjiati, Ilmu Hukum( Dasar Mempelajari Ilmu Hukum), ( Sidoarjo: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 238
c. Dalam keadaan tertentu, macam-macam sengketa yang bagaimanakah yang
menghendaki penyelesaian melalui pengadilan dan yang manakah yang
menghendaki perundingan (negotiation)?
d. Fungsi-fungsi serta efek-efek ekosistematik yang manakah yang bekerja atas suatu
proses hukum? (ini meliputi penyelidikan terhadap jaringan hubungan-hubungan
soial, psikologis, ekonomi dan politik antara para pihak, wakil-wakil atau
pendukung-pendukungnya dan kepala-kepala mereka).
e. Prosedur-prosedur manakah yang dipakai untuk masing-masing jenis sengketa
pada kondisi-kondisi tertentu? ( pertanyaan ini mengandung penyelidikan
terhadap segi-segi seperti penangkapan tersaka, tempat kejadiannya, bukti-bukti
dan sebagainya).
f. Bagaimana keputusan itu dijalankan?
g. Bagaimanakah hukum berubah?8

D. Sejarah Hukum
Sejarah Hukum adalah satu bidang studi hukum, yang mempelajari
perkembangan dan asal usul sistem hukum dalam masyarakat tertentu serta
memperbandingkan antara hukum yang berbeda karena dibatasi waktu yang berbeda
pula. Soerjono Soekanto berpendapat bahwa, sejarah hukum adalah bidang studi
hukum yang mempelajari tentang perkembangan dan asal usul daripada sistem hukum
dalam masyarakat tertentu.9 Sejarah hukum ini terutama berkaitan dengan bangkitnya
suatu pemikiran yang dipelopori oleh Savigny (1779-1861).
Dalam studi sejarah hukum ditekankan mengenai hukum suatu bangsa
merupakan suatu ekspresi jiwa yang bersangkutan dan oleh karenanya antara satu
dengan yang lain itu berbeda. Perbedaan ini terletak pada karakteristik pertumbuhan
yang dialami oleh masing-masing hukum.10
Menurut van Apeldoorn, sejarah adalah suatu proses, jadi bukan suatu yang
berhenti melainkan sesuatu yang bergerak, bukan mati melainkan hidup. Segala yang
hidup selalu berubah. Demikian juga masyarakat manusia dan juga bagian dari
masyarakat yang disebut hukum. Ditinjau dari segi ilmu pengetahuan, Hukum sebagai

8
Titik Triwulan Tutik,Op.Cit, 175-176
9
Titik Triwulan Tutik,Op.Cit, 180
10
Soerdjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Cet,5 ( Jakarta: Raja Grafindo, 1999), 59
gejala sejarah berarti tunduk pada pertumbuhan yang terus-menerus. Pengertian
pertumbuhan memuat dua arti, yaitu unsur perubahan dan unsur stabilitas.
Hukum pada masa kini dan pada masa lampau merupakan satu kesatuan. Oleh
karenanya, kita dapat mengetahui hukum masa kini dengan mempelajari sejarah.
Hukum yang berlaku sekarang memang berbeda dengan dengan masa lampau dan
tidak sama dengan hukum pada masa yang akan datang, Tetapi dalam tata sekarang
terkandung anasir-anasir dari tata hukum yang silam, dan dalam tata hukum sekarang
terbentuk tunas-tunas tentang tata hukum pada masa yang akan datang.
Fungsi dan kegunaan sejarah hukum, diantaranya adalah:
a. Mempertajam pemahaman dan penghayatan tentang hukum yang berlaku
sekarang.
b. Mempermudah para pembuat hukum sekarang, menghindari kesalahan di
masa lalu serta mengambil manfaat dari perkembangan positif hukum di masa
lalu.
c. Sejarah hukum mengungkap atau setidaknya memberi suatu indikasi dari
mana hukum tertentu berasal, bagaimana posisinya sekarang, dan hendak
kemana perkembangannya.

Sejarah hukum di Indonesia terbagi menjadi beberapa periode :

1) Periode Kolonialisme
Periode kolonialisme terbagi menjadi tiga tahapan besar, yakni :
periode VOC, Liberal Belanda dan politik etis hingga penjajahan
Jepang.
2) Periode Revolusi Fisik sampai Demokrasi Liberal
a) Periode Revolusi Fisik
Pembaruan hukum yang sangat berpengaruh di masa awal ini
adalah pembaruan di dalam bidang peradilan, yang bertujuan
dekolonisasi dan nasionalisasi, adalah : meneruskan unifikasi
badan-badan peradilan dengan melakukan penyederhanaan dan
mengurangi dan membatasi peran badan-badan pengadilan adat
dan swapraja, kecuali badan-badan pengadilan agama yang
behakn dikuatkan dengan pendirian Mahkamah Islam Tinggi.
3) Periode Demokrasi Terpimpin sampai Orde Baru
UUDS 1950 yang telah mengakui hak asasi manusia. Namun pada
masa ini pembaharuan hukum dan tata peradilan tidak banyak terjadi,
yang ada adalah dilema untuk mempertahankan hukum dan peradilan
adat atau mengkodifikasi dan mengunifikasinya menjadi hukum
nasional yang peka terhadap perkembangan ekonomi dan tata
hubungan internasional. Kemudian yang berjalan hanyalah unifikasi
peradilan dengan menghapuskan seluruh badan-badan dan mekanisme
pengadilan atau penyesuaian sengketa di luar pengadilan negara, yang
ditetapkan melalui UU No.9/1950 tentang mahkamah Agung dan UU
Darurat No. 1/1951 tentang Susunan dan kekuasaan Pengadilan.
4) Periode Orde Baru sampai sekarang11 Langkah- langkah pemerintah
Demokrasi Terpimpin yang dianggap sangat berpengaruh dalam
dinamika hukum dan peradilan adalah : Mengahapus doktrin
pemisihan kekuasaan dan kedudukan MA dan badan-badan pengadilan
di bawah lembaga eksekutif, Menggantikan lambang hukum "dewi
keadilan" menjadi "pohon beringin" yang berarti pengayoman,
Memberikan peluang kepada eksekutif untuk melakukan campur
tangan secara langsung atas proses peradilan berdasarkan UU No.
19/1964 dan UU No.13/1965, Menyatakan bahwa hukum perdata pada
masa kolonial tidak berlaku kecuali sebagai rujukan.

E. Perbandingan Hukum :

Kata “Perbandingan” dapat diartikan sebagai kegiatan mengidentifikasi terhadap


persamaan dan/atau perbedaan antara dua atau hal tertentu.

Dalam literatur ilmu hukum, istilah perbandingan hukum menunjukkan dua pengertian
yang berbeda. Pertama, perbandingan hukum sebagai metode studi hukum dan Kedua
perbandingan hukum sebagai ilmu pengetahuan

Berikut adalah pengertian perbandingan hukum menurut para ahli :

1. Rudolf B. Schlesinger

11
Sri Warjiati, Op.Cit, 242-244
Perbandingan hukum merupakan suatu metode penyelidikan dengan tujuan
untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang bahan hukum tertentu.
2. Winterton
Perbandingan hukum adalah suatu metode yang membandingkan sistem-
sistem hukum dan perbandingan tersebut menghasilkan data sistem hukum yang
dibandingkan.
3. Lemaire
Perbandingan huukum sebagai cabang ilmu pengetahaun yang mempunyai
lingkup isi dari kaidah-kaidah hukum, persamaan dan perbedaannya, sebab-sebab dan
dasar-dasar kemasyarakatannya.
4. Zweigert dan Kotz
Perbandingan hukum adalah perbandingan dari jiwa dan gaya dari sistem
hukum yang berbeda-beda atau lembaga-lembaga hukum yang berbeda-beda atau
penyelesaian masalah hukum antara sistem hukum yang berbeda-beda.
5. Bernart Arief Sidharta
Perbandingan hukum sebagai disiplin ilmiah adalah ilmu yang mempelajari
dua atau lebih sistem hukum positif pada negara-negara atau lingkungan-lingkungan
hukum yang didalamnya sistem hukum yang ditelah berlaku.

Studi perbandingan hukum dilakukan dengan maksud-maksud sebagai berikut :

1. Menunjukkan perbedaan dan persamaan yang ada di antara sistem hukum atau
bidang-bidang hukum yang dipelajari.
2. Menjelaskan mengapa terjadai persamaan atau perbedaan yang demikian itu, faktor-
faktor apa yang menyebabkannya.
3. Memberikan penilaian terhadap masing-masing sistem yang digunakan.
4. Memikirkan kemungkinan-kemungkinana apa yang bisa ditarik sebaga kelanjutan dari
hasil-hasil studi perbandingan yang telah dilakukan.
5. Merumuskan kecenderungan - kecenderungan yang umum pada perkembangan
hukum, termasuk di dalamnya irama dan ketentuan yang dapat dilihat pada
perkembangan hukum tersebut.
6. Menemukan asas-asas umum yang didapat sebagai hasil dari penyelidikan yang
dilakukan dengan caa membandingkan hukum tersebut.12

12
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Alumni, hlm. 310-311
Perbandingan hukum sebagai disiplin ilmiah mandiri harus dibedakan dari metode
perbandingan (hukum). Metode perbandingan adalah salah satu bentuk cara mengenai hukum
atau cara melakukan peneitian dan pengkajian ilmiah untuk memperoleh pengetahuan tentang
hukum. Perbandingan hukum sebagai disiplin ilmiah adalah ilmu yang mempelajari dua atau
lebih sistem hukum positif pada negara-negara atau lingkungan-lingkungan hukum yang di
dalamnya sistem - sistem hukum yang ditelah berlaku.

Dalam perbandingan hukum, isi dan bentuk sistem - sistem hukum itu saling
diperbandingkan untuk menemukan dan memaparkan persamaan dan perbedaan, serta
menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkannya dan kemungkinan arah perkembangannya.

Anda mungkin juga menyukai