Bahasa Jurnalis
Bahasa Jurnalis
Disusun Oleh :
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Bahasa Jurnalistik dengan judul Etika Bahasa Jurnalistik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa
Jurnalistik. Dalam makalah ini mengulas tentang arti, definisi dan juga pedoman
dalam etika bahasa jurnalistik. Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat
dalam rangka menambah pengetahuan dan juga wawasan pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Begitu juga dengan etika bahasa jurnalistik. Setiap negara memiliki sistem
ideologi dan sistem politiknya masing-masing. Sistem ideologi dan politik inilah
yang kemudian juga melekat dalam sistem pers atau sistem media massa suatu
negara yang di dalamnya bersemi etika.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa rumusan masalah yakni
sebagai berikut :
PEMBAHASAN
Menurut K. Bertens, etika dapat dibedakan dalam tiga arti. Pertama, kata
etika bisa dipakai dalam arti: nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Kedua, etika berarti juga kumpulan asas atau niali moral. Maksudnya adalah kode
etik. Ketiga, etika adalah ilmu tentang apa yang baik atau buruk.
Dalam hukum dan masyarakat terdapat etika. Jika hukum berbicara tentang
peraturan tertulis dan bersifat memaksa, maka etika lebih banyak menyentuh
peraturan tidak tertulis sebagai hasil kesepakatan-kesepakatan dalam masyarakat
yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam etika tak ada
kekuatan yang sifatnya memaksa. Etika berpulang pada hati nurani setiap individu.
Dalam hitungan menit sebuah berita sudah terbit dan siap untuk dimuat.
Namun sebelum berita diterbitkan jurnalis harus mengirimkannya kepada redaktur
untuk diperiksa apakah sudah layak terbit dan memenuhi struktur bahasa jurnalistik
atau tidak. Di sinilah letaknya etika bahasa jurnalistik. Para redaktur menilai bahasa
jurnalistik yang diracik oleh para jurnalis. Karena ada kata-kata yang lunak agar
menarik perhatian pembaca hharus diubah menjadi menjadi kata-kata yang keras,
namun tetap saja harus sinkron dengan kode etik profesi.
Sudah diatur dalam etika jurnalistik, bahwa jurnalis dan pengelola media
massa untuk tidak keluar dari koridor yuridis, sosiologis, dan koridor etis. Dalam
buku Hukum dan Etika Pers disebutkan bahwa koridor yuridis untuk pers sudah
diatur dalam UU Pokok Pers No. 40/1999. Sedangkan untuk media penyiaran radio
dan televisi sudah diatur dalam UU Pokok Penyiaran No. 32/2002.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika bahasa jurnalistik menjadi pedoman bagi setiap jurnalis atau para
pengelola media massa untuk memperhatikan serta tunduk kepada kaidah bahasa
media massa. Dalam etika bahasa jurnalistik, komitmen, kapasitas, kualitas, dan
kredibilitas suatu media, benar-benar dipertaruhkan. Seorang jurnalis kurang
bermoral dari media yang tidak profesional, akan memandang etika bahasa
jurnalistik sebagai suatu kemustahilan. Sebalikya seorang jurnalis bermoral dari
media profesional, akan melihat etika bahasa jurnalistik sebagai suatu keharusan.
Dengan etika, fungsi media tercerahkan dan termuliakan. Tanpa etika, kehadiran
suatu media awal dari kehancuran.
DAFTRA PUSTAKA
Sarwoko, Tri Adi. 2007. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta : ANDI.