Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton adalah material konstruksi yang pada saat ini sudah sangat umum
digunakan. Saat ini berbagai bangunan sudah menggunakan material dari beton.
Pentingnya peranan konstruksi beton menuntut suatu kualitas beton yang
memadai. Penelitian-penelitian telah banyak dilakukan untuk memperoleh suatu
penemuan alternatif penggunaan konstruksi beton dalam berbagai bidang secara
tepat dan efisien, sehingga akan diperoleh mutu beton yang lebih baik. Beton
merupakan unsur yang sangat penting, mengingat fungsinya sebagai salah satu
pembentuk struktur yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Keadaan ini
dapat dimaklumi, karena sistem konstruksi beton mempunyai banyak kelebihan
jika dibandingkan dengan bahan lain. Keunggulan beton sebagai bahan konstruksi
antara lain mempunyai kuat tekan yang tinggi, dapat mengikuti bentuk bangunan
secara bebas, tahan terhadap api dan biaya perawatan yang relatif murah.
Berdasarkan hal ini maka analisis dan penelitian terhadap materi dan proses
terbentuknya beton sangat dibutuhkan. Sebagai program wajib dalam Ilmu Bahan
Bangunan, maka penerapan dasar dan aplikasinya wajib dikuasai oleh setiap
mahasiswa Teknik Sipil.
Hal lain yang mendasari pemilihan dan penggunaan beton sebagai bahan
konstruksi adalah faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya. Secara umum bahan
pengisi beton terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh, mudah diolah dan
mempunyai keawetan serta kekuatan yang sangat diperlukan dalam pembangunan
suatu konstruksi.
Beton yang bermutu baik mempunyai beberapa kelebihan diantaranya
mempunyai kuat tekan tinggi, tahan terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh
kondisi lingkungan, tahan aus, dan tahan terhadap cuaca (panas, dingin, sinar
matahari, hujan). Beton juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu lemah
terhadap kuat tarik, mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sulit

1
kedap air secara sempurna, dan bersifat getas. Pada praktikum ini kuat tekan yang
diinginkan adalah K 175.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mencapai 3 hal utama, yaitu :
1. Memperoleh pengetahuan dasar mengenai perencanaan campuran beton
serta keterampilan dalam pelaksanaannya secara praktis kepada mahasiswa.
2. Pengenalan material dan sifat-sifatnya sebagai bahan utama campuran
beton.
3. Memberikan kemampuan kepada mahasiswa dalam merencanakan mutu
beton struktural yang diinginkan. Selain itu praktikum ini juga dilakukan
untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Praktikum Bahan Bangunan.

Selaku mahasiswa Teknik Sipil sudah seharusnya mengetahui Ilmu Bahan


Bangunan mengenai beton struktural sehingga nantinya sebagai lulusan
diharapkan akan mampu bekerja di lapangan dengan baik.

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini sebagai berikut :
1. Mampu melakukan pengujian sifat-sifat fisis material dan cara mendapatkan
nilainya.
2. Dapat merencanakan campuran beton sesuai dengan mutu yang diinginkan.
3. Dapat mengetahui kuat tekan dan cara mendapatkan nilainya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas teori mengenai beton, material penyusun beton,
pemeriksaan sifat fisis material penyusun beton dan perencannaan komposisi
beton yang digunakan untuk kegiatan praktikum yang berkenaan dengan
perencanaan campuran beton.

2.1 Beton
Menurut PBBI 1971, beton adalah bahan yang diperoleh dengan
mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air, sedangkan
menurut SNI 03-2834-2000 beton adalah campuran antara semen Portland atau
semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tampa
bahan tambah membentuk massa padat. Secara umum kelebihan dan kekurangan
beton adalah:
 Kelebihan
1. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
2. Mampu memikul beban yang berat.
3. Biaya pemeliharaan yang kecil.
4. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
 Kekurangan
1. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.
2. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
3. Berat.
4. Daya pantul suara yang besar.

2.2 Material
Beton umumnya tersusun dari tiga bahan penyusun utama yaitu semen,
agregat dan air. Jika diperlukan, bahan tambah (admixture) dapat ditambahkan
untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari beton yang bersangkutan.

3
2.2.1 Agregat (Aggregate)
Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi.
Walaupun fungsinya hanya sebagai bahan pengisi, tetapi komposisinya cukup
besar berkisar 60%-70% dari berat campuran beton. Karena itu perlu dipelajari
karakteristik agregat yang akan menentukan sifat mortar atau beton yang akan
dihasilkan.
Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya yaitu,
agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat halus dengan agregat
kasar yaitu 4,80 mm (British Standard) atau 4,75 mm (ASTM). Agregat kasar
dengan ukuran lebih besar dari 4,80 mm atau 4,75 mm dibagi lagi menjadi dua:
yang berdiameter 4,80 mm/4,75 mm - 40 mm disebut kerikil beton dan yang lebih
dari 40 mm disebut kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih
kecil dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan
untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul
penahan tanah, bronjong, atau bendungan, dan lainnya. Agregat halus biasanya
dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah, kricak,
dan lainnya.

2.2.2 Semen Portland


Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan
menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi
mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton
segar yang telah mengeras akan menjadi beton keras (concrete).
Semen Portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan
dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150, 1985, semen Portland
didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker
yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau

4
lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama
dengan bahan utamanya.
Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk
suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agregat.
Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena
fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting.
Menurut cara pemakainnya semen Portland dapat dibagi 5 tipe :
1. Tipe I : Untuk konstruksi pada umumnya dimana tidak ada persyaratan khusus
seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lainnya.
2. Tipe II : Untuk konstruksi umumnya terutama sekali bila disyaratkan agak
tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang.
3. Tipe III : Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan
awal yang tinggi.
4. Tipe IV : Untnk konstruksi – konstruksi yang menuntut persyaratan panas
hidrasi yang rendah.
5. Tipe V : Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan
terhadap sulfat.
Di dalam mengerjakan praktikum bahan bangunan ini digunakan adalah
Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe I yang merupakan produksi PT. Semen
Andalas Indonesia

2.2.3 Air (Water)


Air adalah sebagai bahan pembantu untuk pembuatan dan perawatan beton,
pemadaman kapur, adukan pasangan dan adukan plesteran. Air yang dapat
dipergunakan dalam campuran beton dan perawatannya harus bebas dari minyak,
asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organik (yang dimaksudkan dengan
bahan-bahan organik adalah bahan yang berasal dari makhluk hidup) dan bahan-
bahan yang dapat merusak beton.
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi syarat-syarat
antara lain:
 Air harus bersih.

5
 Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat
dilihat secara visual.
 Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
 PH air = 7, air tidak boleh mengandung garam yang dapat larut dan dapat
merusak beton lebih dari 5 gram/liter.
 Semua air yang mengandung unsur kimia yang meraguka agar dianalisis da
dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya.
 Bahan organic dalam air diizinkan lebih dari 2000 ppm.
 Dibenarkan mengandung minyak (minyak mineral/minyak tanah) < 2%
berat semen yang dipakai.
 Masih dibenarkan air dengan kandungan lempung yang terapung < 20000
ppm.

2.3 Penyelidikan Sifat Fisis Material


Penyelidikan sifat fisis hanya dilakukan terhadap agregat, sedangkan untuk
air dan semen tidak dilakukan penyelidikan sifat fisis karena dianggap sudah
memenuhi persyaratan standar yang ditetapkan Persyaratan Umum Bahan
Bangunan di Indonesia (PUBI - 1982). Adapun pemeriksaan sifat fisis yang
dilakukan terhadap agregat meliputi :

2.3.1 Analisa saringan (Sieve Analysis)


Penguraian susunan butiran agregat (gradasi) bertujuan untuk menilai
agregat halus dan kasar yang cocok digunakan pada produksi beton. Susunan
butiran diperoleh dari hasil penyaringan benda uji dengan menggunakan beberapa
fraksi saringan. Pada pelaksanaannya perlu ditentukan batas maksimum/minimum
butiran sehubungan dengan pengaruh sifat pekerjaan, penyusutan, kepadatan,
kekuatan, dan juga faktor ekonomi dari beton.
Tujuan penguraian susunan butiran agregat (gradasi) adalah untuk menilai
kecocokan penggunaan agregat terhadap produksi beton.

6
Ayakan/saringan yang digunakan dalam praktikum bahan bangunan adalah
saringan standar ASTM yaitu : 31,5 mm; 19,1 mm; 9,52 mm; 4,76 mm; 2,78 mm;
1,20 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm.

2.3.2 Berat Volume (Bulk Density)


Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan yaitu berat volume
gembur dan berat volume padat. Berat volume gembur adalah perbandingan berat
agregat sebanyak isi literan (container) dengan volume literan, sedangkan berat
volume padat adalah perbandingan berat agregat sebanyak isi literan dalam
keadaan padat dengan volume literan. Volume agregat padat merupakan hasil
pemadatan standar dalam keadaan kering absolute. Penyelidikan ini dilaksanakan
berdasarkan metode British Standard (BS) 812. Menurut British Standard 812,
berat volume agregat yang baik untuk material beton mempunyai nilai yang lebih
besar dari 1,445 kg/L.

2.3.3 Berat jenis (Specific Gravity)


Berat jenis (Specific Gravity) adalah berat sejumlah volume agregat tanpa
mengandung rongga udara tehadap volume yang sama.
Berat jenis menurut British Standar 812, dibedakan dalam keadaan yaitu :
o Jenuh Permukaan (saturated surface dry)
o Kering Open (oven dry)
Pengukuran dilakukan dengan dua metode, untuk kerikil dengan cara
penimbangan di luar dan di dalam air, sedangkan untuk pasir bedasarkan metode
Thallow’s. Jenis kerikil yang baik untuk material beton berkisar antara 2,50 – 2,80
cm.

2.3.4 Penyerapan (Absorption)


Absorbsi ialah persentasi perbandingan antara berat air yang terserap oleh
agregat pada kondisi jenuh permukaan dengan berat agregat dalam keadaan kering

7
oven dan merupakan perhitungan lanjutan dari pemeriksaan berat jenis. Tujuan
dilakukan Absortion adalah menentukan berat air yang terserap

2.3.5 Modulus kehalusan (Fineness Modulus)


Modulus kehalusan adalah jumlah komulatif kehalusan fraksi yang tertahan
pada susunan saringan standar dibagi dengan seratus.
Modulus kehalusan juga menyatakan kehalusan dan kekerasan suatu agregat
sehingga dapat diklasifikasikan ke dalam agregat tertentu.
Penelitian Fineness Modulus adalah sambungan dari sieve analysis dan
nantinya akan tersusun sebuah tabel presentase berat butiran agregat campuran
yang berat saringan sehingga dapat digambarkan susunan butiran agregat
campurannya. Berdasarkan hasil saringan standar ASTM nilai-nilai modulus
kehalusan untuk:
1) Kerikil berkisar antara :5,5-8,0
2) Pasir kasar berkisar antara :2,9-3,2
3) Pasir halus berkisar antara :1,2-2,6
Nilai modulus kehalusan dari bahan agregat tertentu tergantung dari komposisi
butirannya, susunan saringan yang digunakan, banyaknya saringan dan masing-
masing lubang saringan.

2.4 Perencanaan Campuran Beton


Dalam teknologi beton pada konstruksi struktural biasanya campuran beton
dilaksanakan berdasarkan berat sedangkan pada beton non-struktural digunakan
campuran yang memperbandingkan volume. Ada sejumlah metode perencanaan
campuran (mix design) antara lain :
 DOE (British Department of Environment), beberapa disebutkan dikondisi
di Indonesia
 ACI (American Concrete Institute)
 Nisco Master (Jepang)
 LJ Mudock (Inggris)

8
Perencanaan komposisi campuran beton pada praktikum ini dilakukan
berdasarkan American Concrete Institute (ACI – 211.1 – 91) yang
dikombinasikan dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI - 1971).

2.4.1 Pemilihan Nilai Slump


Nilai slump yang ditampilkan pada Tabel 2.1 digunakan bila pemadatan
beton dilakukan dengan menggunakan vibrator. Campuran yang sebaiknya
digunakan adalah campuran dengan konsistensi yang paling kaku yang dapat
dicor atau ditempatkan.

Tabel 2.1 Nilai slump yang direkomendasikan untuk berbagai tipe konstruksi
Jenis Kontruksi Slump (mm)
Maksimum Minimum
Dinding penahan dan pondasi beton 75 25
bertulang
Pondasi sederhana, sumuran dan dinding 75 25
sub struktur
Balok dan dinding betoln bertulang 100 25
Kolom Struktural 100 25
Perkerasan dan slab 75 25
Beton massal 75 25
Sumber : ACI 211.1-91 (Reapproved 2002)

2.4.2 Pemilihan Ukuran Maksimum Agregat


Agregat dengan ukuran maksimum agregat besar yang besar dengan gradasi
baik memiliki pori lebih sedikit daripada ukuran agregat yang lebih kecil.
Karenanya beton dengan ukuran besar membutuhkan mortar lebih sedikit
persatuan volume beton. Secara umum, ukuran maksimum nominal agregat
sebaiknya dipilih yang terbesar yang memungkinkan digunakan agar ekonomis.

9
Bila kuat tekan beton diinginkan tinggi, hasil terbaik dapat diperoleh dengan
mengurangi ukuran maksimum agregat karena hal ini dapat menghasilkan
kekuatan yang lebih tinggi pada suatu nilai faktor air semen yang sama.
Ukuran maksimum agregat dapat digunakan sebesar 1/3 tebal plat; dan atau
¾ jarak bersih antar baja tulangan , tendon, tulangan yang digabungkan (bundle
bar), atau ducting dan atau 1/5 jarak terkecil bidang bekesting.
2.4.3 Penentuan Air Campuran Dan Kandungan Udara
Jumlah air per satuan volume beton yang dibutuhkan untuk menghasilkan
sautu nilai slump tertentu adalah tergantung pada :
 Ukuran maksimum nominal agregat
 Bentuk partikel
 Gradasi dari agregat
 Temperatur beton
 Jumlah dari udara yang dimasukkan
 Penggunaan bahan tambahan kima

Nilai slump tidak terlalu besar pengaruhnya pada penentuan jumlah semen.

2.4.4 Penentuan Faktor Air Semen


Kebutuhan factor air semen ditentukan tidak hanya oleh kuat tekan yang
diinginkan tapi juga oleh faktor-faktor seperti keawetan. Bila data keawetan tidak
ada maka penentuan faktor air semen ditentukan berdasarkan Tabel 2.2

Tabel 2.2. Perkiraan Air Pencampur dan Kandungan Udara yang Dibutuhkan
untuk Slump dan Ukuran Maksimum Nominal Agregat yang Berbeda
Air (kg/m3 beton) untuk Ukuran Maksimum
Slump (mm) Agregat (mm)
9,5 12,5 19 25 37,5 50 70 150
Beton Tanpa Bahan Pemasuk Udara
25 sampai 50 207 199 190 179 165 154 130 113
75 sampai 100 228 216 205 193 181 169 145 124

10
150 sampai 175 243 228 215 202 190 178 160 -
Perkiraan Jumlah Udara
yang Terperangkap di 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,3 0,2
dalam beton (%)
Sumber : ACI 211.1-91

Tabel 2.3. Hubungan antara Faktor Air Semen dengan Kuat Tekan Beton
Faktor Air Semen (FAS)
Kuat Tekan Beton pada
Beton tanpa Bahan Beton dengan Bahan
Umur 28 Hari (Mpa)
Pemasuk Udara Pemasuk Udara
40 0,42 -
35 0,47 0,39
30 0,54 0,45
25 0,61 0,52
20 0,69 0,60
15 0,79 0,70
Sumber : ACI 211.1-91

Adapun kuat tekan yang digunakan adalah kuat tekan rencana yang telah
diperbesar dengan suatu nilai margin tertentu. Sehingga:

f’cr = f’c + z . S
dimana:
f’cr = kuat tekan rata-rata beton sehingga kuat tekan hasil pengujian sampel
nantinya tidak akan yang lebih kecil dari kuat tekan rencana.
f’c = kuat tekan rencana
z = konstanta yang tergantung dari jumlah benda uji dan tingkat kegagalan,
contoh bila dari 20 benda uji diperbolehkan gagal 1 benda uji (5% tingkat
kegagalan) maka z = 1,65
S = simpangan baku (deviasi standar).

11
Nilai simpangan baku dapat ditentukan dari mutu pelaksanaan yang diinginkan
seperti yang disajikan pada table berikut ini.

Tabel 2.4 Standar untuk kontrol beton (f’c ≤ 34,5 Mpa)


Variasi secara keseluruhan
Simpangan baku dari standar Pengujian Kontruksi Percobaan di
control yang berbasis Umum Laboratorium
Luar Biasa < 2,8 < 1,4
Sangat Baik 2,8-3,4 1,4-1,7
Baik 3,4-4,1 1,7-2,1
Sedang 4,1-4,8 2,1-2,4
Kurang Baik > 4,8 > 2,4
Sumber: ACI 214R-02

2.4.5 Perhitungan Kandungan Jumlah Semen


Jumlah semen yang dibutuhkan ditentukan dari perhitungan pembagian
antara jumlah air yang telah diperoleh dengan nilai faktor air semen yang telah
dipilih. Bila ada ketentuan lain mengenai jumlah semen yang harus digunakan
maka digunakan jumlah semen terbanyak dari berbagai pilihan yang ada tersebut.

𝐴𝐼𝑅
𝑆𝐸𝑀𝐸𝑁 =
𝐹𝐴𝑆

2.4.6 Perkiraan Jumlah Agregat Kasar


Untuk workability yang sama, volume agregat kasar dalam satu satuan
volume beton tergantung hanya pada ukuran maksimum nominal dan derajat

12
kehalusan agregat halus. Volume agregat kasar dapat ditentukan berdasarkan tabel
2.5.

Tabel 2.5 Volume Agregat Kasar per Satuan Volume Beton


Ukuran Koefisien Perbandingan Agregat Kasar Per m3 Beton Untuk
Maksimum Fineness Pasir yang Berbeda
Agregat (mm) 2,40 2,60 2,80 3,00
9,5 0,50 0,48 0,46 0,44
12,5 0,59 0,57 0,55 0,53
19 0,66 0,64 0,62 0,60
25 0,71 0,69 0,67 0,65
37,5 0,75 0,73 0,71 0,69
50 0,78 0,76 0,74 0,72
75 0,82 0,80 0,78 0,76
150 0,87 0,85 0,83 0,81
Sumber : ACI 211.1-91

Untuk mendapatkan berat agregat kasar yang digunakan volume agregat yang
diperoleh dari Tabel 2.5 dapat dikalikan dengan berat volume kering oven dari
agregat kasar yang bersangkutan.

2.4.7 Perkiraan Kandungan Agregat Halus


Agregat halus dapat diperoleh dengan menghitung selisih dari berat beton
perkiraan awal terhadap berat total dari air, semen dan agregat kasar. Adapun
berat beton perkiraan awal dapat ditentuka dari tabel 2.6.
Tabel 2.6 Perkiraan Awal Berat Beton Segar

13
Perkiraan Awal Berat Beton, kg/m3
Ukuran Maksimum
Beton tanpa Bahan
Agregat Beton dengan Pemasok Udara
Pemasok Udara
9,5 2280 2200
12,5 2310 2230
19 2345 2275
25 2380 2290

Perkiraan Awal Berat Beton, kg/m3


Ukuran Maksimum
Beton tanpa Bahan
Agregat Beton dengan Pemasok Udara
Pemasok Udara
37,5 2410 2350
50 2445 2345
70 2490 2405
150 2530 2435
Sumber : ACI 211.1-91

2.4.8 Koreksi Perhitungan


Perhitungan dikoreksi berdasarkan absopsi yang terjadi pada agregat.

2.5 Benda Uji


Kekuatan karakteristik beton diperoleh dari hasil pengetesan sejumlah
benda uji beton. Benda uji beton dapat berbentuk silinder berdiameter 15 cm dan
tinggi 30 cm, dan silinder berdiameter 10 cm dan tinggi 20 cm. Berdasarkan ACI
211.1-91 adalah silinder ukuran 15 cm dengan tinggi 30 cm, dan silinder
berdiameter 10 cm dan tinggi 20 cm.
Pada percobaan ini mutu beton yang direncanakan adalah mutu beton
dengan FAS yang menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15
cm dan tinggi 30 cm sebanyak 6 buah.

14
Perawatan benda uji setelah dicetak dilakukan dengan merendam benda uji
di dalam bak perendaman. Setelah dilakukan perawatan selanjutnya akan
dilakukan pembebanan dengan menggunakan mesin pembebanan.

2.6 Persentase Kualitas Beton


Setelah di lakukan pengujian beton, akan dihasilkan nilai kuat tekan yang
akan dikali gravitasi sehingga di dapatkan nilai gaya tekan. Dengan mencari
kualitas beton kita akan mengetahui apakah beton yang kita hasilkan sesuai tidak
dengan kuat tekan yang sudah kita rencanakan dari awal. Hal utama yang harus
kita dapatkan untuk mencari persentase kualitas beton adalah seberapa nilai kuat
tekan pada masing-masing benda uji yang kita miliki.
𝐹
𝑃=
𝐴
P = Kuat Tekan (N/mm2)
F = Gaya Tekan (kN)
A = Luas Bidang (mm2)
Untuk mendapatkan nilai kuat tekan kubus beton, bagilah nilai kuat tekan
silinder itu dengan 0,83 lalu di bagi lagi dengan gravitasi yang sudah dibagi 100
untuk mengubah satuan dari Mpa menjadi kg/cm2. Lalu, konversi nilai tersebut ke
dalam umur 28 hari, untuk beton umur 7 hari yang akan dikonversi ke dalam
umur 28 hari maka di bagi 0,65. Sedangkan beton umur 28 hari yang akan
dikonversi ke dalam umur 28 hari maka di bagi 1.
Dari hasil konversi, maka akan kita dapatkan nilai standard deviasi dengan cara
berikut:

(𝑥1 − 𝑥̅ )2
𝑆𝑑 = √
𝑛−1
Sd = Standard Deviasi (kg/cm2)
X1 = Konversi Kuat Tekan Umur 28 Hari (kg/cm2)

𝑥̅ = Rata-Rata Konversi Kuat Tekan Umur 28 Hari (kg/cm2)


n = Banyak Benda Uji

15
Setelah didapat nilai standar deviasi, maka di carilah nilai kuat tekan kubus
(f’c) yang mana nilai rata-ratanya akan di bagi dengan nilai kuat tekan beton yang
sudah di rencanakan yaitu K175 lalu dikalikan 100%. Dengan begitu, akan di
hasilkan persentase kuat tekan beton yang telah kita hasilkan apakah bernilai
buruk atau baik. Dengan ketentuan >100% termasuk kualitas beton baik dan
<100% termasuk kualitas beton buruk.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

Bab ini membahas tentang metode pelaksanaan kegiatan praktikum yang


telah dilakukan, yaitu: pemeriksaan sifat-sifat fisis material agregat, perencanaan
campuran, pembuatan benda uji hingga pembebanan untuk mendapatkan kuat
tekan masing-masing benda uji.

3.1 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Material


Pemeriksaan sifat-sifat fisis yang dilakukan terhadap agregat meliputi
- Berat volume (bulk density),
- Analisa saringan (sieve analysis),
- Berat jenis (specific gravity),
- Penyerapan/absorpsi (absorption).

3.1.1 Berat volume (Bulk density)


 Alat
1. Oven
2. Lumpang
3. Besi pemadat
4. Timbangan
5. Kontainer

16
 Bahan
1. Kerikil (Coarse aggregate)
2. Pasir kasar (Coarse sand)
3. Pasir halus (Fine sand)
 Langkah pengujian
1. Benda uji yang sudah di oven selama ±24 jam dikeluarkan dari oven dan
didinginkan dengan cara memisah benda uji menjadi tiga bagian sesuai
jenis bahannya.
2. Kemudian benda uji diisi ke dalam lumpang. Benda uji dimasukkan
secara bertahap yaitu 1/3 bagian dari isi lumapang lalu menumbuknya
dengan besi pemadat sebanyak 25x dan tambah isi sebanyak 1/3 bagian
lagi lalu tumbuk lagi dan lakukan ini terus hingga penuh.
3. Setelah lumpang terisi penuh, kemudian ratakan isi lumpang tersebut
dengan besi pemadat, lalu timbang beratnya. Lakukan tahap ini sebanyak
3 sampel.
4. Setelah mendapat berat kontainer dan benda uji, carilah berat benda uji
dengan cara mengurangi berat kontainer dengan berat benda uji bersama
container.
5. Untuk bulk density dapat dicari dengan cara membagi volume kontainer
dengan berat benda uji dalam satuan kg/l.
6. Catat semua hasil ke form yang sudah disiapkan

3.1.2 Analisa saringan (Sieve analysis)


 Alat
1. Saringan
2. Timbangan
3. Kontainer
 Bahan
1. Kerikil (Coarse aggregate)
2. Pasir kasar (Coarse sand)
3. Pasir halus (Fine sand)

17
 Langkah pengujian
1. Benda uji di masukkan ke dalam saringan dengan ukuran 31,5mm;
19,1mm; 9,52mm; 4,76mm; 2,38mm; 1,19mm; 0,6mm; 0,3mm; 0,15mm;
serta sisa. Untuk berat total Fine Sand, Coarse Sand dan Coarse agregat
secara berturut adalah 500 gr, 1000 gr dan 2000 gr
2. Saringan digoyangkan dengan tangan, pastikan semua agregat tersaring
sesuai dengan ukuran.
3. Benda uji yang tertinggal pada setiap ukuran saringan ditimbang dan
dicatat beratnya.
4. Setelah itu setiap jenis bahan dilakukan hal yang sama sebanyak 3 kali
untuk mencari rata – ratanya.
5. Lalu ubah beratnya kedalam bentuk persen dan cari rata-rata persennya
dari ketiga sampel.

5.1.3 Berat jenis (Specific gravity)


5.1.3.1 Kerikil (Coarse aggregate)
 Alat
1. Keranjang
2. Oven
3. Kontainer
 Bahan
1. Agregat
2. Air
 Tahap pengujian
1. Lakukan perendaman selama ±24 jam terhadap masing-masing benda
uji.
2. Setelah ±24 jam benda uji dikeluarkan dari rendaman dan di anginkan
hingga mencapai kering permukaan saturated surface dry (SSD).

18
3. Lakukan penimbangan berat keranjang tempat agregat dalam keadaan
kosong di udara dan kosong di dalam air.
4. Agregat yang sudah dalam kondisi SSD dimasukkan ke dalam
keranjang lalu ditimbang beratnya di udara.
5. Lalu agregat dalam keranjang ditimbang lagi beratnya di dalam air.
6. Dari angka yang telah didapat, maka dapat dihitung berat jenisnya
dalam keadaan SSD.
7. Kemudian agregat tersebut dioven pada temperatur 105oC selama 24
jam.
8. Setelah 24 jam, agregat ditimbang kembali untuk mencari berat jenis
kerikil dalam keadaan kering oven (oven dry)

3.1.3.2 Pasir (Fine aggregate)


 Alat
1. Kerucut cassa grande
2. Plat kaca
 Bahan
1. Agregat (pasir)
2. Air
 Tahap pengujian
1. Kering anginkan benda uji yang telah direndam selama ±24 jam.
2. Pastikan benda uji sudah mencapai kering permukaan atau saturated
surface dry (SSD).
3. Timbang berat gelas beserta plat kaca.
4. Lalu benda uji dalam keadaan saturated surface dry (SSD) diisi ke
dalam gelas beserta tutup plat kaca dan ditimbang beratnya.

19
5. Setelah itu gelas tersebut diisi penuh dengan air dengan cara mengisi
penuhnya dalam air lalu menutupnya dengan plat kaca dalam air juga.
6. Untuk menghilangkan buih udara dalam gelas dapat dilakukan dengan
cara membuka penutup plat kaca dalam air dan menutupnya kembali
lalu dibalikkan. Lakukan hingga buih udara hilang lalu timbang
beratnya.
7. Setelah itu buang air yang ada di dalam gelas kaca dengan hati hati
agar pasir tidak terikut terbuang juga.
8. Lalu benda uji diisi dalam kontainer, dioven dengan suhu maksimal
105º hingga kondisi OD (oven dry) dan kemudian ditimbang sehingga
mendapat berat jenis pasir dalam keadaan OD.

3.1.3.3 Penyerapan (Absorption)


 Tujuan
Menentukan berat air yang terserap.
 Tahap-Tahap Pengujian
Data penyerapan dapat diperoleh dengan menentukan persentase
perbandingan berat agregat dalam keadaan saturated surface dry (SSD) dan
oven dry (OD).

3.2 Pembuatan Benda Uji


Kokoh beton yang diinginkan ialah : 200 kg/cm2 (kubus) atau 166,000
kg/cm2 (silinder) dengan tinggi slump 7,5 – 10 cm. Coarse aggregate mempunyai
diameter maksimum 31,5 mm dengan dry rodded weight 1720 kg/m3. Bahan-
bahan yang digunakan ialah Portland Cement Tipe I (OPC) dengan specific
gravity 3,150 mm; Coarse aggregate dengan specific gravity OD 2,531 dengan
absorption 1,886% serta fineness modulus 7,175. Fine aggregate dengan specific
gravity OD 2,659 dengan absoption 2,156% serta fineness modulus 3.577. (Fine
sand dengan specific gravity OD 2,359 dengan absorption 2,459% serta fineness

20
modulus 2,965. Coarse sand dengan specific gravity OD 2,547 dengan absorption
1,854 % serta fineness modulus 4,189).
Langkah 1 : Tinggi slump yang diinginkan ialah 7,5 - 10 cm.
Langkah 2 : Diameter maksimum agregat yang digunakan ialah 31,5 mm
Langkah 3 : Jenis beton adalah non air entrained concrete (konstruksi tidak
dipengaruhi oleh perbedaan temperatur akibat membeku dan
mencair es; freezing and thawing). Dari tabel 2.2., jumlah air yang
dibutuhkan untuk mendapatkan slump 7,5 – 10 cm, untuk non air
entrained concrete dengan diameter maksimum agregat 31,5 mm
diperkirakan jumlah air yang diperlukan adalah 186,760 kg/m3.

Note :
Interpolasi jumlah air yang diperlukan:

193 − 181 𝑦 − 181


=
37,5 − 25 37,5 − 31,5
y = 186,760 kg/m3
Langkah 4 : Faktor air semen (Water cement ratio) untuk non air entrained
concrete dengan tegangan 20,409 kg/cm2 dari tabel 2.3 adalah
0,683.

Note :
Kuat tekan yang digunakan adalah kuat tekan rencana yang telah
diperbesar dengan suatu nilai margin tertentu konstanta yang digunakan adalah
2,2 sehingga:

f’cr = f’c + z.S

= 16,284 + (1,65 x 2,5 )

= 20,409 Mpa

Interpolasi faktor air semen (Tabel : 2.3)

21
Kuat tekan Faktor Air
Beton Semen
20 0,79
20,409 ?
25 0,69

25 − 10 25 − 20,409
=
0,69 − 0,61 𝑦 − 0,61
𝑦 = 0,683 𝑀𝑃𝑎

Langkah 5 : Dari hasil langkah-langkah (3) dan (4) jumlah semen yang
dibutuhkan dapat dihitung:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝐴𝑖𝑟𝑌𝑎𝑛𝑔𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 186,76
= = 256,93 kg/m3
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟𝐴𝑖𝑟𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 0.683

Langkah 6 : Jumlah coarse agregat yang dibutuhkan diperkirakan dengan


menggunakan tabel 2.5. Fine aggregate dengan F.M. (fineness
modulus) : 3,2 dan agregat dengan diameter maksimum 31,5 mm,
jumlah coarse aggregate yang dibutuhkan adalah 0,6508 m3 (on
dry rodded basis) dalam setiap m3 beton. Kebutuhan coarse
aggregate (kering) adalah = 0,6508 x (1,720 x 1000) = 1119,376
kg.

Note :
Interpolasi jumlah coarse aggregate yang dibutuhkan untuk FM(fa) = 3,2
(Tabel : 2.5) :

Ukuran Maksimum Volume


Agregat Agregat
Kasar
25 0,63
31,5 ?
37,5 0,67

0,67 − 0,63 𝑦 − 0,63


=
37,5 − 25 31,5 − 25

22
0,04 𝑦 − 0,63
=
12,5 6,5
𝑦 = 0,6508 m3
Langkah 7 : Dengan diketahui jumlah air, semen dan coarse aggregate dalam 1 m3
beton maka sisanya adalah bagian dari fine aggregate dan udara.
Kebutuhan jumlah fine aggregate yang dibutuhkan dapat ditentukan
atas salah satu cara, yaitu : cara berat dan volume absolut seperti
akan dipaparkan dalam langkah 7.1 dan 7.2.
7.1. Dasar Berat
Dari tabel 2.6 berat 1m3 non air entrained concrete dibuat
dengan aggregate dengan diameter maksimum 31,5 mm diperkirakan
adalah 2395,6 kg (untuk percobaan adukan, penyesuaian kembali
dari perbedaan-perbedaan slump, semen, specific gravity dari
aggregate adalah tidak menentukan).
Note :
Interpolasi berat beton perkiraan awal (tabel : 2.6) :
Ukuran Beton Tanpa
Maksimum Bahan Pemasok
Agregat Udara
25 2380
31,5 ?
37,5 2410

2410 − 2380 𝑦 − 2380


=
37,5 − 25 31,5 − 25
30 𝑦 − 2380
=
12,5 6,5
𝑦 = 2395,6 𝑘𝑔/𝑚3
Berat masing-masing bahan yang telah dihitung adalah :
Air (netto) : 186,760 Kg
Semen : 256,930 Kg
Coarse Aggregate : 1119,376 Kg
Jumlah : 1563,066 Kg
Note:
Perhitungan nilai (X) dan (1-X) dengan menggunakan rumus Dobokugakai :

23
FM(fs) . X + FM(cs). (1-X) = FM(fa)
Dengan menggunakan nilai FM(fa) = 3,2 maka :
FM(fs). X + FM(cs). (1-X) = FM(fa)
3,189 X + 4,38633 (1-X) = 3,2
3,189 X + 4,38633 – 4,38633 X = 3,2
1,19733 X = 1,18633
X = 0,99
1–X = 0,01

Berat fine aggregate : 2395,6 – 1563,066 = 832,534 Kg


Berat fine sand : 0,99 x 832,534 = 824,20866 Kg
Berat coarse sand : 0,01 x 832,534 = 8,32534 Kg

Langkah 8 : Setelah ditentukan proporsi pasir halus dan pasir kasar, maka
perkiraan komposisi untuk 1 m³ campuran beton adalah sebagai
berikut :
Air : 186,760 kg/m³
Semen : 256,930 kg/m³
Coarse aggregate : 1119,376 kg/m³
Fine sand : 824,20866 kg/m³
Coarse sand : 8,32534 kg/m³
Jumlah :2395,6 kg/m³
Langkah 9 : Benda uji yang akan dibuat :

Silinder 15cm x 30cm sebanyak 6 unit


dengan volume = 6 x ¼ π x 0,152² x 0,30 = 0,0318
Volume ( 6 silinder ) X 1,2 = 0,0382 m3

Langkah 10 :

Proporsi untuk benda uji 6 silinder beton K-175 adalah :


Air : 0,0382 x 186,760 = 7,1267616 kg
Semen : 0,0382 x 256,930 = 9,8044488 kg
Coarse Aggregate : 0,0382 x 1119,376 = 42,7153 kg
Fine Sand : 0,0382 x 824,20866 = 31,4518 kg

24
Coarse Sand : 0,0382 x 8,32534 = 0,317694 kg

Pengujian benda uji dilakukan pada saat benda uji berumur 7 dan 28 hari.
Sebelum dilakukan pengujian, benda uji dikeluarkan dari bak perendaman baik
yang berumur 7 hari maupun 28 hari dan dikeringkan, setelah itu dibiarkan selama
24 jam. Kemudian benda uji ditimbang dan diukur dimensinya. Terakhir
dilakukan pengujian kuat tekan dengan menggunakan penguji portable
compressor.

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

Pada bab ini akan disajikan hasil-hasil praktikum yang diperoleh dari
praktikum serta pembahasan mengenai kesesuaian hasil praktikum dengan teori
yang telah dikemukakan pada tinjauan pustaka.

4.1 Hasil Praktikum

25
Hasil-hasil yang akan disajikan meliputi : hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis
agregat, hasil slump test, komposisi campuran, perhitungan kuat tekan beton serta
perhitungan kuat tekan beton karakteristik.

4.1.1 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Material Agregat


Sebagaimana yang dijelaskan pada bab sebelumnya, pemeriksaan sifat-sifat
fisis agregat yang dilakukan pada percobaan ini meliputi : analisa saringan (sieve
analysis), berat volume (bulk density), berat jenis (specific gravity), dan modulus
kehalusan (fineness modulus). Hasil praktikum tertera pada table berikut :

Tabel 4.1 Sifat-sifat fisis material agregat

No. Sifat Fisis Pasir Halus Pasir Kasar Agregat

1 Berat Volume 1,794 1,776 1,752

2 Berat Jenis, SSD 2.722 2,681 2,560

3 Berat Jenis, OD 2,640 2,620 2,510

4 Penyerapan (%) 2,530 2,73 2,043

5 Modulus Kehalusan 3,189 4,38633 4,82217

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Analisis Saringan

Ukuran Persen Rata-Rata Tinggal di Atas Saringan (%)


Saringan (mm) Agregat Pasir Kasar Pasir Halus
31,5 0 0 0
19,1 35,657 0 0
9,52 47,613 0 0
4,76 15,542 20,247 0

26
2,38 1,113 21,117 15,800
1,19 0,037 21,227 21,133
0,6 0,015 19,323 25,533
0,3 0 11,407 22,733
0,15 0 4,737 10,934
Sisa 0,023 1,703 3,867
TOTAL 100 100 100

Pada tabel 4.1 nilai modulus halus butir (fineness modulus) yang di dapat
pada praktikum tidak sesuai dengan standar ASTM, hal ini dikarenakan material
kerikil yang didapat ialah kerikil yang lolos ayakan ukuran 31,5 mm sedangkan
material pasir kasar yang didapat ialah pasir yang lolos ayakan ukuran 9,52 mm
dan untuk material pasir halus yang didapat ialah pasir yang lolos ayakan ukuran
4,76 mm. Pada praktikum kali ini digunakan ayakan seperti yang disebutkan
sebelumnya, yang bertujuan untuk menghemat material yang ada pada
Laboratorium.

4.1.2 Hasil Pengujian Slump


Hasil slump test yang diperoleh dapat diperhatikan di bawah ini :
Slump Test : 8,1 cm
Berdasarkan hasil pengujian slump test yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa praktikum yang telah kami lakukan ini dengan mutu yang
digunakan adalah K-200 berhasil memperoleh nilai slump yang diinginkan sesuai

27
dengan penjelasan langkah 1 dalam bab III. Slump yang kami peroleh dari hasil
praktikum pengujian slump = 8,1 cm (berada dalam rentang 7,5 – 10).

4.1.3 Komposisi Campuran Beton


Berdasarkan perencanaan campuran beton (mix design), untuk nilai K-200
MPa, diameter agregat maksimum yang digunakan 31,5 mm, serta nilai slump
antara 7,5 – 10 cm, sehingga didapat volume masing-masing material untuk setiap
m3 beton dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 4.3 Komposisi Material Penyusun Beton


Berat Mix Design
No Material
(kg/m3)
1 Air 186,760
2 Semen 256,930
3 Coarse Aggregate 1119,376
4 Fine Aggergate 832,534

4.1.4 Hasil Perhitungan Kuat Tekan Beton


Kuat tekan beton diperoleh dari hasil pengujian kuat tekan tiap benda uji.
Hasil pengujian kuat tekan beton tersebut dipaparkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Berat Volume 7 Hari


No Umur Dimensi Massa Volume Berat

28
Diameter Tinggi Benda Uji ( m³ ) Volume
( mm ) ( mm ) (kg) (kg/m3)
1 7 Hari 150,950 303,800 12,71 0,00543 2340,699
2 7 Hari 150,400 302,600 12,69 0,00537 2363,128
3 7 Hari 151,000 302,900 12,68 0,00542 2339,483
Rata-rata 150,78 303,100 12,69 0,00540 2347,777

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Untuk 7 Hari

No Tanggal Tanggal Luas Gaya Kuat Kuat


Pembuatan Pengujian Bidang Tekan Tekan Tekan
(mm2) (kN) (N/mm2) dari Alat
(T)
1 5-04-18 12-04-18 17896,006 147,150 8,220 15
2 5-04-18 12-04-18 17765,832 137,340 7,730 14
3 5-04-18 12-04-18 17907,863 127,530 7,210 14
Rata-rata 17856,567 137,340 7,72 14,333

No. Umur Kuat Kuat Tekan Konversi Standar Kuat Tekan


Tekan Kubus Beton Kuat Deviasi Beton
Silinder (Mpa) (kg/cm2) Tekan (kg/cm2) Karakteristik
Beton Umur 28
(Mpa) Hari
(kg/cm2)
1 7 Hari 9,780 11,783 120,234 184,975 9,997 168,479
2 7 Hari 10,450 12,590 128,469 197,644 1,039 195,929
3 7 Hari 11,353 13,678 139,571 214,724 11,037 196,512
Rata-rata 10,527 12,683 129,424 199,114 7,357 186,973

Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase
kekuatan beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah :

186,973
= 𝑥 100%
175

29
= 106,841%

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Berat Volume 28 Hari


Dimensi Massa Berat
Volume
No Umur Diameter Tinggi Benda Uji Volume
( m³ )
( mm ) ( mm ) (kg) (kg/m3)
1 28 Hari 150,400 304 12,74 0,00540 2359,259
2 28 Hari 150,400 302,800 12,75 0,00538 2369,888
3 28 Hari 151,000 304,100 12,93 0,00544 2371,323
Rata-rata 150,600 303,633 12,806 0,00540 2366,823

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Untuk 28 Hari

No Tanggal Tanggal Luas Gaya Kuat Kuat


Pembuatan Pengujian Bidang Tekan Tekan Tekan
(mm2) (kN) (N/mm2) dari Alat
(T)
1 12-03-18 09-04-18 18265,416 264,870 14,500 27
2 12-03-18 09-04-18 18026,655 284,490 15,780 29
3 12-03-18 09-04-18 17979,091 264,870 14,730 27
Rata-rata 18090,387 271,410 15,003 27,667

No. Umur Kuat Kuat Tekan Konversi Standar Kuat Tekan


Tekan Kubus Beton Kuat Deviasi Beton
Silinder (Mpa) (kg/cm2) Tekan (kg/cm2) Karakteristik
Beton Umur 28
(Mpa) Hari
(kg/cm2)
1 28 14,500 17,469 178,255 178,255 4,376 171,034
Hari
2 28 15,780 19,012 194,000 194,000 6,756 182,852
Hari

30
3 28 14,730 17,746 181,081 181,081 2,378 177,157
Hari
Rata-rata 15,003 18,075 184,445 184,445 4,503 177,014

Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase
kekuatan beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah :

177,014
= 𝑥 100%
175
= 101,150%

4.2 Pembahasan
Kekuatan beton sangat dipengaruhi oleh komposisi campuran
pembentuknya, pelaksanaan pencampuran serta mutu bahan pembentuknya.
Untuk mendapatkan suatu beton dengan mutu yang diinginkan, maka diperlukan
pengawasan yang ketat dan teliti terhadap faktor-faktor tersebut.

Berdasarkan hal di atas, maka perencanaan beton struktural haruslah


dilakukan dengan teliti dan benar-benar memperhatikan mutu bahan
pembentuknya, juga pelaksanaan pencampuran bahan tersebut untuk memperoleh
mutu beton sesuai dengan perencanaan.
Pada praktikum pengujian beton dengan mutu K-175:
1. Agregat yang di uji pada campuran beton sesuai dengan persyaratan yang
telah di tentukan.
2. Dari hasil pengujian berat volume (bulk density), maka didapat berat volume
sesuai persyaratan. Karena hasil pengujian >1,445 kg/l.
3. Hasil pengujian berat jenis (specific gravity), diperoleh nilai sesuai
persyaratan yang telah di tentukan.
4. Dari hasil percobaan didapat mutu beton sebesar 186,973 kg/cm² selama 7
hari dan 177,014 kg/cm² selama 28 hari, dimana mutu tersebut mencapai
mutu rencana sebesar 175 kg/cm².

31
BAB V
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilaksanakan maka diperoleh :

32
Berdasarkan hasil pengujian material :
 Berat volume material > 1,445 kg/L
 Tinggi slump yang diperoleh 8,1 cm, yaitu memenuhi syarat tinggi slump
yang direncanakan (7,5 cm – 10 cm).
 Komposisi campuran beton yaitu dengan faktor air semen (FAS) 0,7269 dan
diameter agregat maksimum yang digunakan 31,5 mm.
 Kuat tekan beton karakteristik (Kcr) berdasarkan umur beton 7 hari sebesar
186,973 kg/cm2 dan untuk umur beton 28 hari sebesar 177,014 kg/cm2
dengan persentase kekuatan beton terhadap mutu beton yang direncanakan
adalah 101,15% dari nilai K-175 Mpa yang direncanakan. Dengan demikian
mutu beton yang dihasilkan sesuai dengan mutu yang direncanakan.

6.2 Saran
 Untuk mempermudah didalam melakukan pratikum di masa yang akan
datang, sangat baik Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Fakultas
Teknik Universitas Syiah Kuala setidaknya menyediakan lebih banyak lagi
alat-alat yang digunakan dalam praktikum. Diharapkan seluruh mahasiswa
dapat menguasai cara menggunakan alat-alat praktikum sebelum masuk ke
dalam laboratorium.
 Mahasiswa harus disiplin waktu sehingga proses praktikum berjalan sesuai
dengan waktu
 Diharapkan kepada seluruh mahasiswa untuk lebih teliti dalam
melaksanakan praktikum ini sehingga terhindar dari kesalahan-kesalahan
yang fatal.
 Diharapkan kepada para mahasiswa dapat secara teratur mengikuti segala
kegiatan yang berlangsung dan memfokuskan diri terhadap apa yang sedang
dikerjakan. Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya mengetahui terlebih
dahulu tugas-tugas yang akan dilakukan dalam pelaksanaan praktikum.
 Mahasiswa yang melaksanakan praktikum harus mengikuti petunjuk para
laboran di Laboratorium.

33
 Setelah selesai melakukan praktikum diharapkan kepada mahasiswa agar
material yang telah diuji dikembalikan pada tempatnya.

DAFTAR PUSTAKA

34
Anonim, 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I.-2, Penerbit
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik : Bandung.

Anonim, 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI – 1982),


Penerbit Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Penyelidikan
Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan Umum : Bandung.

Anonim, 1991. Standard Practice for Selecting Proportion for Normal Heavy
Weight and Mass Concrete, ACI 21.1.-91: Michigan.

Hanafiah, M. A., 1995. Petunjuk Praktikum Merencanakan Komposisi Campuran


Beton Struktural, Laboraturium Konstruksi Dan Bahan Bangunan
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala : Banda aceh.

Praktikum Kelompok C – II, 2007. Perencanaan Campuran Beton (Concrete Mix


Design) Mutu ƒ’c 228,25 kg cm2, Fakultas Teknik Universitas Syiah
Kuala : Nanggroe Aceh Darussalam.

Praktikum Kelompok A – III, 2008. Laporan Praktikum Rencana Campuran


Beton Dengan FAS 0,455, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala :
Banda Aceh.
Ir. Tri Mulyono, M.T. 2004. Teknologi beton. ANDI: Yogyakarta

SNI 1974:2011 Standar yang meliputi penetapan kuat tekan beton benda uji
berbentuk silinder, yang dicetak di Laboratorium Kontruksi dan Bahan
Bangunan Fakultas Teknik Univrsitas Syiah Kuala.

LAMPIRAN

35
1. Lampiran Tabel

BULK DENSITY

Mod.Dft : A 005 Dft.No. :

Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 6 Maret 2018

Sample No. : Pelaksana : Kelompok 1 Tgl.Selesai : 6 Maret 2018

Jenis :

I. COARSE AGGREGATE
WEIGHT
CONTAINER VOLUME OF BULK
No. SAMPLING
CONTAINER + AGGREGATE CONTAINER DENSITY
Urut No.
(Kg) AGGREGATE (Kg) (l) (Kg/l)
(Kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 A 4,710 13,470 8,760 5L 1,752
2 B 4,710 13,280 8.570 5L 1,714
3 C 4,710 13,180 8,470 5L 1,694
1,720

II. COARSE SAND


WEIGHT
CONTAINER VOLUME OF BULK
No. SAMPLING
CONTAINER + AGGREGATE CONTAINER DENSITY
Urut No.
(Kg) AGGREGATE (Kg) (l) (Kg/l)
(Kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 A 4,710 13,590 8,880 5L 1,776
2 B 4,710 13.770 9,060 5L 1,812
3 C 4,710 13,760 9,050 5L 1,810
1,796

III. FINE SAND


No. SAMPLING WEIGHT VOLUME OF BULK
Urut No. CONTAINER CONTAINER AGGREGATE CONTAINER DENSITY

36
(Kg) + (Kg) (l) (Kg/l)
AGGREGATE
(Kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 A 4,710 13,680 8,970 5L 1,794
2 B 4,710 13,690 8,980 5L 1,796
3 C 4,710 13,610 8,900 5L 1,780
1,790

Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

SIEVE ANALYSIS

37
Mod.Dft : A 001-1 Dft.No. :

Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 7 Maret 2018

Sample No. : Pelaksana : Kelompok 1 Tgl.Selesai : 7 Maret 2018

Jenis : FINE SAND

RETAINED ON SIEVE AVERAGE


SIEVE A B C PERCENTAGE
SIZE WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT RETAINED
(mm) (gram) (%) (gram) (%) (gram) (%) ON
1 2 3 4 5 6 7 8

31,5 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000


19,1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
9,52 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
4,76 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
2,38 107,700 21,540 77,400 15,480 97,600 19,520 18,846
1,19 138,800 27,760 104,800 20,960 123,200 24,640 24,453
0,6 123,700 24,740 143,300 28,660 126,500 25,300 26,233
0,3 83,500 16,700 113,200 22,640 101,400 20,280 19,873
0,15 35,800 7,160 50,100 10,020 40,300 8,060 8,413
Sisa 10,500 2,100 11,200 2,240 11,000 2,200 2,180

TOTAL 500,000 100,000 500,000 100,000 500,000 100,000 100,000

Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

SIEVE ANALYSIS

38
Mod.Dft : A 001-2 Dft.No. :

Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 6 Maret 2018

Sample No. : Pelaksana : Kelompok Tgl.Selesai : 6 Maret 2018

Jenis : COARSE SAND

RETAINED ON SIEVE AVERAGE


SIEVE A B C PERCENTAGE
SIZE WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT RETAINED
(mm) (gram) (%) (gram) (%) (gram) (%) ON
1 2 3 4 5 6 7 8

31,5 0.000 0,000 0.000 0,000 0.000 0,000 0,000


19,1 0.000 0,000 0.000 0,000 0.000 0,000 0,000
9,52 0.000 0,000 0.000 0,000 0.000 0.000 0,000
4,76 201,300 20,130 289,100 28,910 254,900 25,490 24,843
2,38 237,600 23,760 258,000 25,800 274,300 27,430 25,663
1,19 234,800 23,480 221,500 22,150 266,600 26,660 24,090
0,6 200,400 20,040 153,300 15,330 154,700 15,470 16,940
0,3 86,300 8,630 56,100 5,610 39,500 3,950 6,060
0,15 31,500 3,150 17,800 1,780 9,000 0,900 1,940
Sisa 8,100 0,810 4,200 0,420 1,000 0,100 0,440

TOTAL 1000,000 100,000 1000,000 100,000 1000,000 100,000 100,000

Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

SIEVE ANALYSIS

39
Mod.Dft : A 001-3 Dft.No. :

Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 6 Maret 2018

Sample No. : Pelaksana : Kelompok 1 Tgl.Selesai : 6 Maret 2018

Jenis : COARSE AGGREGATE

RETAINED ON SIEVE AVERAGE


SIEVE A B C PERCENTAGE
SIZE WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT RETAINED
(mm) (gram) (%) (gram) (%) (gram) (%) ON
1 2 3 4 5 6 7 8

31,5 0 0 0 0 0 0 0
19,1 128,500 6,425 129,300 6,465 123,000 6,150 6,3467
9,52 203,100 10,155 136,200 6,810 121,300 6,065 7,6767
4,76 449,200 22,460 522,600 26,130 476,200 23,810 24,133
2,38 412,400 20,620 423,600 21,160 379,100 18,955 20,245
1,19 454,100 22,705 367,100 18,355 338,900 16,945 19,335
0,6 244,700 12,235 274,400 13,720 283,400 14,170 13,375
0,3 76,800 3,380 106,200 5,310 177,100 8,855 6,002
0,15 24,500 1,225 30,100 1,505 78,000 3,900 2,210
Sisa 6,700 0,335 10,900 0,545 23,000 1,150 0,676

TOTAL 2000,000 100,000 2000,000 100,000 2000,000 100,000 100,000

Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

SPECIFIC GRAVITY

Mod.Dft : A 006-1 Dft.No. :

40
Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 7 Maret 2018

Sample No. : Pelaksana : Kelompok 1 Tgl.Selesai : 8 Maret 2018

Jenis : FINE SAND

SAMPLE
No.
WEIGHT NOTATION A B C
Urut
(gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 6

1. Container Wc 1079,3 1367,8 867,5


2. Container + Aggregate SSD Wcs 1387,5 2261,2 1412
Aggregate Saturated Surface
3. Ws = Wcs – Wc 308,5 893,4
Dry 544,5
4. Container + Aggregate + Water Wcsw’ 1923,3 3409,4 2106,1
5. Container + Water Wcw” 1729,3 2841,1 1761,1
Wv = Ws –
6. Volume of Aggregate, SSD 114,2 325,1
Wcsw’+Wcw” 200,1
7. Specific Gravity, SSD SG, SSD = Ws / Wv 2,698 2,748 2,721
Average Specific Gravity, SSD 2,722
8. Container 0 0 0
9. Container : Aggregate OD W’csw 301 862 530
10. Aggregate Oven Dry Wd = W’csw – W’c 301 862 530
11. Specific Gravity, OD SG, OD = Wd / Wv 2,630 2,650 2,648
Average Specific Gravity, OD 2,640
12. Water Absorption (%) 100 (Ws – Wd) / Wd 2,390 2,480 2,730
Average Water Absorption (%) 2,530

Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

SPECIFIC GRAVITY

Mod.Dft : A 006-2 Dft.No. :

41
Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 7 Maret 2018

Sample No. : Pelaksana : Kelompok 1 Tgl.Selesai : 8 Maret 2018

Jenis : COARSE SAND

SAMPLE
No.
WEIGHT NOTATION A B C
Urut
(gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 6

1. Container Wc 1067,8 1367,8 867,5


2. Container + Aggregate SSD Wcs 1408,1 2053,1 1363,9
Aggregate Saturated Surface
3. Ws = Wcs – Wc
Dry 340,3 685,3 496,4
4. Container + Aggregate + Water Wcsw’ 1922,6 3273,5 2073,7
5. Container + Water Wcw” 1711 2841,1 1761,7
Wv = Ws –
6. Volume of Aggregate, SSD
Wcsw’+Wcw” 128,7 252,9 184,4
7. Specific Gravity, SSD SG, SSD = Ws / Wv 2,644 2,709 2,692
Average Specific Gravity, SSD 2,816
8. Container 0 0 0
9. Container : Aggregate OD W’csw 333 670 482
10. Aggregate Oven Dry Wd = W’csw – W’c 333 670 482
11. Specific Gravity, OD SG, OD = Wd / Wv 2,580 2,650 2,640
Average Specific Gravity, OD 2,620
12. Water Absorption (%) 100 (Ws – Wd) / Wd 3,990 2,280 1,930
Average Water Absorption (%) 2,730

Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

SPECIFIC GRAVITY

42
Mod.Dft : A 007 Dft.No. :

Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 7 Maret 2018

Sample No. : Pelaksana : Kelompok 1 Tgl.Selesai : 8 Maret 2018

Jenis : COARSE AGGREGATE

SAMPLE
No.
WEIGHT NOTATION A B C
Urut
(gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 6

1. Basket Wc 461 461 461


2. Basket Under Water Wcw 419 419 419
3. Basket + Aggregate, SSD Wcs 954 1338 1540
Basket + Aggregate Under
4. Wcsw
Water 716 958 1078,5
Aggregate Saturated Surface
5. Ws = Wcs – Wc
Dry 493 877 1079
6. Aggregate Under Water Ww = Wcsw – Wcw 297 539 629,5
7. Volume of Aggregate, SSD Wv = Ws – Ww 196 338 419,5
8. Specific Gravity, SSD SG, SSD = Ws / Wv 2,515 2,594 2,572
Average Specific Gravity, SSD 2,560
9. Basket Wc’ 461 461 461
10. Basket + Aggregate, OD Wcd 944 1321 1518
11. Aggregate Oven Dry Wd = Wcd – Wc’ 483 860 1052
12. Specific Gravity, OD SG, OD = Wd / Wv 2,464 2,544 2,520
Average Specific Gravity, OD 2,510
13. Water Absorption (%) 100 (Ws – Wd) / Wd 2,070 1,977 2,081
Average Absorption (%) 2,043

Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

FINENESS MODULUS

Mod.Dft : A 009 Dft.No :

43
Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 7 Maret 2018

Sample No. : Pelaksana : Kelompok 1 Tgl.Selesai : 7 Maret 2018

Jenis : Fine Sand / Coarse Sand / Coarse Aggregate

Indivdual/ Commulative
Sieve Size
Retained on Passing of Retained on
(mm)
(%) (%) (%)
(1)
(2) (3) (4)

31,5 0 100 0
19,1 0 100 0
9,52 0 100 0
4,76 0 100 0
2,38 18,847 81,153 18,847
1,19 24,453 56,700 43,300
0,6 26,233 30,467 69,533
0,3 19,873 10,593 84,407
0,15 8,413 2,810 97,820
Sisa 2,180 0 100

Total 100 318,907


F.M. 3,189

Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

FINENESS MODULUS

Mod.Dft : A 009 Dft.No. :

44
Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 6 Maret 2018

Sample No. : Pelaksana : Kelompok 1 Tgl.Selesai : 6 Maret 2018

Jenis : Fine Sand / Coarse Sand / Coarse Aggregate

Indivdual/ Commulative
Sieve Size
Retained on Passing of Retained on
(mm)
(%) (%) (%)
(1)
(2) (3) (4)

31,5 0 100 0
19,1 0 100 0
9,52 0 100 0
4,76 24,845 75,155 24,845
2,38 25,665 49,490 50,510
1,19 24,097 25,393 74,607
0,6 16,940 8,453 91,547
0,3 6,065 2,388 97,612
0,15 1,945 0,443 99,557
Sisa 0,433 0 100

Total 100 438,678


F.M. 4,38678

Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

FINENESS MODULUS

Mod.Dft : A 009 Dft.No :

45
Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 6 Maret 2018

Sample No. : Pelaksana : Kelompok 1 Tgl.Selesai : 6 Maret 2018

Jenis : Fine Sand / Coarse Sand / Coarse Aggregate

Indivdual/ Commulative
Sieve Size
Retained on Passing of Retained on
(mm)
(%) (%) (%)
(1)
(2) (3) (4)

31,5 0 100 0
19,1 6,347 95,653 6,347
9,52 7,677 85,976 14,024
4,76 24,133 61,843 38,157
2,38 20,245 41,598 58,402
1,19 19,355 22,263 77,737
0,6 13,375 8,888 91,112
0,3 6,002 2,886 97,114
0,15 2,210 0,676 99,324
Sisa 0,676 0 100

Total 100 482,217


F.M. 4,82217

Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

2. Lampiran Gambar

2.1 Bulk Density

46
Gambar 2.1 Alat dan benda uji Bulk density (kontainer, tongkat pemadat,
skop/sendok pengisi agregat, benda uji agregat kasar, dan timbangan)

2.2 Sieve Analysis

Gambar 2.2 Saringan yang berukuran 31,5; 19,1; 9,52; 4,76; 2,38; 1,2; 0,6; 0,3;
0,15; serta sisa dan timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat uji

47
2.3 Spesific Gravity

Gambar 2.3 agregat halus yang dimasukkan dalam container serta air dan harus
kedap dengan menutupnya dengan kaca persegi, begitu juga dengan agregat
kasar

2.4 Pelaksanaan dan Pencetakan Campuran Beton

Gambar 2.4 Persiapan bahan sesuai perhitungan untuk di campurkan

48
Gambar 2.5 Memasukkan satu-satu bahan ke dalam alat untuk di campur
adukkan

Gambar 2.6 Proses penuangan, penumbukkan, serta pemerataan campuran


beton pada Abraham.

49
Gambar 2.7 Pelepasan Abraham dan pengukuran tinggi slump

Gambar 2.8 Memasukkan campuran beton pada 6 silinder yang sudah di siapkan

50
Gambar 2.9 Pelepasan cetakan dan merendam ke air

51
Gambar 2.10 Pengujian kuat tekan beton hari ke-7

52
Gambar 2.11 Pengujian kuat tekan beton hari ke-28

53

Anda mungkin juga menyukai