PENDAHULUAN
1
kedap air secara sempurna, dan bersifat getas. Pada praktikum ini kuat tekan yang
diinginkan adalah K 175.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mencapai 3 hal utama, yaitu :
1. Memperoleh pengetahuan dasar mengenai perencanaan campuran beton
serta keterampilan dalam pelaksanaannya secara praktis kepada mahasiswa.
2. Pengenalan material dan sifat-sifatnya sebagai bahan utama campuran
beton.
3. Memberikan kemampuan kepada mahasiswa dalam merencanakan mutu
beton struktural yang diinginkan. Selain itu praktikum ini juga dilakukan
untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Praktikum Bahan Bangunan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini sebagai berikut :
1. Mampu melakukan pengujian sifat-sifat fisis material dan cara mendapatkan
nilainya.
2. Dapat merencanakan campuran beton sesuai dengan mutu yang diinginkan.
3. Dapat mengetahui kuat tekan dan cara mendapatkan nilainya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas teori mengenai beton, material penyusun beton,
pemeriksaan sifat fisis material penyusun beton dan perencannaan komposisi
beton yang digunakan untuk kegiatan praktikum yang berkenaan dengan
perencanaan campuran beton.
2.1 Beton
Menurut PBBI 1971, beton adalah bahan yang diperoleh dengan
mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air, sedangkan
menurut SNI 03-2834-2000 beton adalah campuran antara semen Portland atau
semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tampa
bahan tambah membentuk massa padat. Secara umum kelebihan dan kekurangan
beton adalah:
Kelebihan
1. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
2. Mampu memikul beban yang berat.
3. Biaya pemeliharaan yang kecil.
4. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
Kekurangan
1. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.
2. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
3. Berat.
4. Daya pantul suara yang besar.
2.2 Material
Beton umumnya tersusun dari tiga bahan penyusun utama yaitu semen,
agregat dan air. Jika diperlukan, bahan tambah (admixture) dapat ditambahkan
untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari beton yang bersangkutan.
3
2.2.1 Agregat (Aggregate)
Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi.
Walaupun fungsinya hanya sebagai bahan pengisi, tetapi komposisinya cukup
besar berkisar 60%-70% dari berat campuran beton. Karena itu perlu dipelajari
karakteristik agregat yang akan menentukan sifat mortar atau beton yang akan
dihasilkan.
Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya yaitu,
agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat halus dengan agregat
kasar yaitu 4,80 mm (British Standard) atau 4,75 mm (ASTM). Agregat kasar
dengan ukuran lebih besar dari 4,80 mm atau 4,75 mm dibagi lagi menjadi dua:
yang berdiameter 4,80 mm/4,75 mm - 40 mm disebut kerikil beton dan yang lebih
dari 40 mm disebut kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih
kecil dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan
untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul
penahan tanah, bronjong, atau bendungan, dan lainnya. Agregat halus biasanya
dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah, kricak,
dan lainnya.
4
lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama
dengan bahan utamanya.
Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk
suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agregat.
Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena
fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting.
Menurut cara pemakainnya semen Portland dapat dibagi 5 tipe :
1. Tipe I : Untuk konstruksi pada umumnya dimana tidak ada persyaratan khusus
seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lainnya.
2. Tipe II : Untuk konstruksi umumnya terutama sekali bila disyaratkan agak
tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang.
3. Tipe III : Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan
awal yang tinggi.
4. Tipe IV : Untnk konstruksi – konstruksi yang menuntut persyaratan panas
hidrasi yang rendah.
5. Tipe V : Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan
terhadap sulfat.
Di dalam mengerjakan praktikum bahan bangunan ini digunakan adalah
Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe I yang merupakan produksi PT. Semen
Andalas Indonesia
5
Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat
dilihat secara visual.
Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
PH air = 7, air tidak boleh mengandung garam yang dapat larut dan dapat
merusak beton lebih dari 5 gram/liter.
Semua air yang mengandung unsur kimia yang meraguka agar dianalisis da
dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya.
Bahan organic dalam air diizinkan lebih dari 2000 ppm.
Dibenarkan mengandung minyak (minyak mineral/minyak tanah) < 2%
berat semen yang dipakai.
Masih dibenarkan air dengan kandungan lempung yang terapung < 20000
ppm.
6
Ayakan/saringan yang digunakan dalam praktikum bahan bangunan adalah
saringan standar ASTM yaitu : 31,5 mm; 19,1 mm; 9,52 mm; 4,76 mm; 2,78 mm;
1,20 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm.
7
oven dan merupakan perhitungan lanjutan dari pemeriksaan berat jenis. Tujuan
dilakukan Absortion adalah menentukan berat air yang terserap
8
Perencanaan komposisi campuran beton pada praktikum ini dilakukan
berdasarkan American Concrete Institute (ACI – 211.1 – 91) yang
dikombinasikan dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI - 1971).
Tabel 2.1 Nilai slump yang direkomendasikan untuk berbagai tipe konstruksi
Jenis Kontruksi Slump (mm)
Maksimum Minimum
Dinding penahan dan pondasi beton 75 25
bertulang
Pondasi sederhana, sumuran dan dinding 75 25
sub struktur
Balok dan dinding betoln bertulang 100 25
Kolom Struktural 100 25
Perkerasan dan slab 75 25
Beton massal 75 25
Sumber : ACI 211.1-91 (Reapproved 2002)
9
Bila kuat tekan beton diinginkan tinggi, hasil terbaik dapat diperoleh dengan
mengurangi ukuran maksimum agregat karena hal ini dapat menghasilkan
kekuatan yang lebih tinggi pada suatu nilai faktor air semen yang sama.
Ukuran maksimum agregat dapat digunakan sebesar 1/3 tebal plat; dan atau
¾ jarak bersih antar baja tulangan , tendon, tulangan yang digabungkan (bundle
bar), atau ducting dan atau 1/5 jarak terkecil bidang bekesting.
2.4.3 Penentuan Air Campuran Dan Kandungan Udara
Jumlah air per satuan volume beton yang dibutuhkan untuk menghasilkan
sautu nilai slump tertentu adalah tergantung pada :
Ukuran maksimum nominal agregat
Bentuk partikel
Gradasi dari agregat
Temperatur beton
Jumlah dari udara yang dimasukkan
Penggunaan bahan tambahan kima
Nilai slump tidak terlalu besar pengaruhnya pada penentuan jumlah semen.
Tabel 2.2. Perkiraan Air Pencampur dan Kandungan Udara yang Dibutuhkan
untuk Slump dan Ukuran Maksimum Nominal Agregat yang Berbeda
Air (kg/m3 beton) untuk Ukuran Maksimum
Slump (mm) Agregat (mm)
9,5 12,5 19 25 37,5 50 70 150
Beton Tanpa Bahan Pemasuk Udara
25 sampai 50 207 199 190 179 165 154 130 113
75 sampai 100 228 216 205 193 181 169 145 124
10
150 sampai 175 243 228 215 202 190 178 160 -
Perkiraan Jumlah Udara
yang Terperangkap di 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,3 0,2
dalam beton (%)
Sumber : ACI 211.1-91
Tabel 2.3. Hubungan antara Faktor Air Semen dengan Kuat Tekan Beton
Faktor Air Semen (FAS)
Kuat Tekan Beton pada
Beton tanpa Bahan Beton dengan Bahan
Umur 28 Hari (Mpa)
Pemasuk Udara Pemasuk Udara
40 0,42 -
35 0,47 0,39
30 0,54 0,45
25 0,61 0,52
20 0,69 0,60
15 0,79 0,70
Sumber : ACI 211.1-91
Adapun kuat tekan yang digunakan adalah kuat tekan rencana yang telah
diperbesar dengan suatu nilai margin tertentu. Sehingga:
f’cr = f’c + z . S
dimana:
f’cr = kuat tekan rata-rata beton sehingga kuat tekan hasil pengujian sampel
nantinya tidak akan yang lebih kecil dari kuat tekan rencana.
f’c = kuat tekan rencana
z = konstanta yang tergantung dari jumlah benda uji dan tingkat kegagalan,
contoh bila dari 20 benda uji diperbolehkan gagal 1 benda uji (5% tingkat
kegagalan) maka z = 1,65
S = simpangan baku (deviasi standar).
11
Nilai simpangan baku dapat ditentukan dari mutu pelaksanaan yang diinginkan
seperti yang disajikan pada table berikut ini.
𝐴𝐼𝑅
𝑆𝐸𝑀𝐸𝑁 =
𝐹𝐴𝑆
12
kehalusan agregat halus. Volume agregat kasar dapat ditentukan berdasarkan tabel
2.5.
Untuk mendapatkan berat agregat kasar yang digunakan volume agregat yang
diperoleh dari Tabel 2.5 dapat dikalikan dengan berat volume kering oven dari
agregat kasar yang bersangkutan.
13
Perkiraan Awal Berat Beton, kg/m3
Ukuran Maksimum
Beton tanpa Bahan
Agregat Beton dengan Pemasok Udara
Pemasok Udara
9,5 2280 2200
12,5 2310 2230
19 2345 2275
25 2380 2290
14
Perawatan benda uji setelah dicetak dilakukan dengan merendam benda uji
di dalam bak perendaman. Setelah dilakukan perawatan selanjutnya akan
dilakukan pembebanan dengan menggunakan mesin pembebanan.
(𝑥1 − 𝑥̅ )2
𝑆𝑑 = √
𝑛−1
Sd = Standard Deviasi (kg/cm2)
X1 = Konversi Kuat Tekan Umur 28 Hari (kg/cm2)
15
Setelah didapat nilai standar deviasi, maka di carilah nilai kuat tekan kubus
(f’c) yang mana nilai rata-ratanya akan di bagi dengan nilai kuat tekan beton yang
sudah di rencanakan yaitu K175 lalu dikalikan 100%. Dengan begitu, akan di
hasilkan persentase kuat tekan beton yang telah kita hasilkan apakah bernilai
buruk atau baik. Dengan ketentuan >100% termasuk kualitas beton baik dan
<100% termasuk kualitas beton buruk.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
16
Bahan
1. Kerikil (Coarse aggregate)
2. Pasir kasar (Coarse sand)
3. Pasir halus (Fine sand)
Langkah pengujian
1. Benda uji yang sudah di oven selama ±24 jam dikeluarkan dari oven dan
didinginkan dengan cara memisah benda uji menjadi tiga bagian sesuai
jenis bahannya.
2. Kemudian benda uji diisi ke dalam lumpang. Benda uji dimasukkan
secara bertahap yaitu 1/3 bagian dari isi lumapang lalu menumbuknya
dengan besi pemadat sebanyak 25x dan tambah isi sebanyak 1/3 bagian
lagi lalu tumbuk lagi dan lakukan ini terus hingga penuh.
3. Setelah lumpang terisi penuh, kemudian ratakan isi lumpang tersebut
dengan besi pemadat, lalu timbang beratnya. Lakukan tahap ini sebanyak
3 sampel.
4. Setelah mendapat berat kontainer dan benda uji, carilah berat benda uji
dengan cara mengurangi berat kontainer dengan berat benda uji bersama
container.
5. Untuk bulk density dapat dicari dengan cara membagi volume kontainer
dengan berat benda uji dalam satuan kg/l.
6. Catat semua hasil ke form yang sudah disiapkan
17
Langkah pengujian
1. Benda uji di masukkan ke dalam saringan dengan ukuran 31,5mm;
19,1mm; 9,52mm; 4,76mm; 2,38mm; 1,19mm; 0,6mm; 0,3mm; 0,15mm;
serta sisa. Untuk berat total Fine Sand, Coarse Sand dan Coarse agregat
secara berturut adalah 500 gr, 1000 gr dan 2000 gr
2. Saringan digoyangkan dengan tangan, pastikan semua agregat tersaring
sesuai dengan ukuran.
3. Benda uji yang tertinggal pada setiap ukuran saringan ditimbang dan
dicatat beratnya.
4. Setelah itu setiap jenis bahan dilakukan hal yang sama sebanyak 3 kali
untuk mencari rata – ratanya.
5. Lalu ubah beratnya kedalam bentuk persen dan cari rata-rata persennya
dari ketiga sampel.
18
3. Lakukan penimbangan berat keranjang tempat agregat dalam keadaan
kosong di udara dan kosong di dalam air.
4. Agregat yang sudah dalam kondisi SSD dimasukkan ke dalam
keranjang lalu ditimbang beratnya di udara.
5. Lalu agregat dalam keranjang ditimbang lagi beratnya di dalam air.
6. Dari angka yang telah didapat, maka dapat dihitung berat jenisnya
dalam keadaan SSD.
7. Kemudian agregat tersebut dioven pada temperatur 105oC selama 24
jam.
8. Setelah 24 jam, agregat ditimbang kembali untuk mencari berat jenis
kerikil dalam keadaan kering oven (oven dry)
19
5. Setelah itu gelas tersebut diisi penuh dengan air dengan cara mengisi
penuhnya dalam air lalu menutupnya dengan plat kaca dalam air juga.
6. Untuk menghilangkan buih udara dalam gelas dapat dilakukan dengan
cara membuka penutup plat kaca dalam air dan menutupnya kembali
lalu dibalikkan. Lakukan hingga buih udara hilang lalu timbang
beratnya.
7. Setelah itu buang air yang ada di dalam gelas kaca dengan hati hati
agar pasir tidak terikut terbuang juga.
8. Lalu benda uji diisi dalam kontainer, dioven dengan suhu maksimal
105º hingga kondisi OD (oven dry) dan kemudian ditimbang sehingga
mendapat berat jenis pasir dalam keadaan OD.
20
modulus 2,965. Coarse sand dengan specific gravity OD 2,547 dengan absorption
1,854 % serta fineness modulus 4,189).
Langkah 1 : Tinggi slump yang diinginkan ialah 7,5 - 10 cm.
Langkah 2 : Diameter maksimum agregat yang digunakan ialah 31,5 mm
Langkah 3 : Jenis beton adalah non air entrained concrete (konstruksi tidak
dipengaruhi oleh perbedaan temperatur akibat membeku dan
mencair es; freezing and thawing). Dari tabel 2.2., jumlah air yang
dibutuhkan untuk mendapatkan slump 7,5 – 10 cm, untuk non air
entrained concrete dengan diameter maksimum agregat 31,5 mm
diperkirakan jumlah air yang diperlukan adalah 186,760 kg/m3.
Note :
Interpolasi jumlah air yang diperlukan:
Note :
Kuat tekan yang digunakan adalah kuat tekan rencana yang telah
diperbesar dengan suatu nilai margin tertentu konstanta yang digunakan adalah
2,2 sehingga:
= 20,409 Mpa
21
Kuat tekan Faktor Air
Beton Semen
20 0,79
20,409 ?
25 0,69
25 − 10 25 − 20,409
=
0,69 − 0,61 𝑦 − 0,61
𝑦 = 0,683 𝑀𝑃𝑎
Langkah 5 : Dari hasil langkah-langkah (3) dan (4) jumlah semen yang
dibutuhkan dapat dihitung:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝐴𝑖𝑟𝑌𝑎𝑛𝑔𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 186,76
= = 256,93 kg/m3
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟𝐴𝑖𝑟𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 0.683
Note :
Interpolasi jumlah coarse aggregate yang dibutuhkan untuk FM(fa) = 3,2
(Tabel : 2.5) :
22
0,04 𝑦 − 0,63
=
12,5 6,5
𝑦 = 0,6508 m3
Langkah 7 : Dengan diketahui jumlah air, semen dan coarse aggregate dalam 1 m3
beton maka sisanya adalah bagian dari fine aggregate dan udara.
Kebutuhan jumlah fine aggregate yang dibutuhkan dapat ditentukan
atas salah satu cara, yaitu : cara berat dan volume absolut seperti
akan dipaparkan dalam langkah 7.1 dan 7.2.
7.1. Dasar Berat
Dari tabel 2.6 berat 1m3 non air entrained concrete dibuat
dengan aggregate dengan diameter maksimum 31,5 mm diperkirakan
adalah 2395,6 kg (untuk percobaan adukan, penyesuaian kembali
dari perbedaan-perbedaan slump, semen, specific gravity dari
aggregate adalah tidak menentukan).
Note :
Interpolasi berat beton perkiraan awal (tabel : 2.6) :
Ukuran Beton Tanpa
Maksimum Bahan Pemasok
Agregat Udara
25 2380
31,5 ?
37,5 2410
23
FM(fs) . X + FM(cs). (1-X) = FM(fa)
Dengan menggunakan nilai FM(fa) = 3,2 maka :
FM(fs). X + FM(cs). (1-X) = FM(fa)
3,189 X + 4,38633 (1-X) = 3,2
3,189 X + 4,38633 – 4,38633 X = 3,2
1,19733 X = 1,18633
X = 0,99
1–X = 0,01
Langkah 8 : Setelah ditentukan proporsi pasir halus dan pasir kasar, maka
perkiraan komposisi untuk 1 m³ campuran beton adalah sebagai
berikut :
Air : 186,760 kg/m³
Semen : 256,930 kg/m³
Coarse aggregate : 1119,376 kg/m³
Fine sand : 824,20866 kg/m³
Coarse sand : 8,32534 kg/m³
Jumlah :2395,6 kg/m³
Langkah 9 : Benda uji yang akan dibuat :
Langkah 10 :
24
Coarse Sand : 0,0382 x 8,32534 = 0,317694 kg
Pengujian benda uji dilakukan pada saat benda uji berumur 7 dan 28 hari.
Sebelum dilakukan pengujian, benda uji dikeluarkan dari bak perendaman baik
yang berumur 7 hari maupun 28 hari dan dikeringkan, setelah itu dibiarkan selama
24 jam. Kemudian benda uji ditimbang dan diukur dimensinya. Terakhir
dilakukan pengujian kuat tekan dengan menggunakan penguji portable
compressor.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
Pada bab ini akan disajikan hasil-hasil praktikum yang diperoleh dari
praktikum serta pembahasan mengenai kesesuaian hasil praktikum dengan teori
yang telah dikemukakan pada tinjauan pustaka.
25
Hasil-hasil yang akan disajikan meliputi : hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis
agregat, hasil slump test, komposisi campuran, perhitungan kuat tekan beton serta
perhitungan kuat tekan beton karakteristik.
26
2,38 1,113 21,117 15,800
1,19 0,037 21,227 21,133
0,6 0,015 19,323 25,533
0,3 0 11,407 22,733
0,15 0 4,737 10,934
Sisa 0,023 1,703 3,867
TOTAL 100 100 100
Pada tabel 4.1 nilai modulus halus butir (fineness modulus) yang di dapat
pada praktikum tidak sesuai dengan standar ASTM, hal ini dikarenakan material
kerikil yang didapat ialah kerikil yang lolos ayakan ukuran 31,5 mm sedangkan
material pasir kasar yang didapat ialah pasir yang lolos ayakan ukuran 9,52 mm
dan untuk material pasir halus yang didapat ialah pasir yang lolos ayakan ukuran
4,76 mm. Pada praktikum kali ini digunakan ayakan seperti yang disebutkan
sebelumnya, yang bertujuan untuk menghemat material yang ada pada
Laboratorium.
27
dengan penjelasan langkah 1 dalam bab III. Slump yang kami peroleh dari hasil
praktikum pengujian slump = 8,1 cm (berada dalam rentang 7,5 – 10).
28
Diameter Tinggi Benda Uji ( m³ ) Volume
( mm ) ( mm ) (kg) (kg/m3)
1 7 Hari 150,950 303,800 12,71 0,00543 2340,699
2 7 Hari 150,400 302,600 12,69 0,00537 2363,128
3 7 Hari 151,000 302,900 12,68 0,00542 2339,483
Rata-rata 150,78 303,100 12,69 0,00540 2347,777
Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase
kekuatan beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah :
186,973
= 𝑥 100%
175
29
= 106,841%
30
3 28 14,730 17,746 181,081 181,081 2,378 177,157
Hari
Rata-rata 15,003 18,075 184,445 184,445 4,503 177,014
Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase
kekuatan beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah :
177,014
= 𝑥 100%
175
= 101,150%
4.2 Pembahasan
Kekuatan beton sangat dipengaruhi oleh komposisi campuran
pembentuknya, pelaksanaan pencampuran serta mutu bahan pembentuknya.
Untuk mendapatkan suatu beton dengan mutu yang diinginkan, maka diperlukan
pengawasan yang ketat dan teliti terhadap faktor-faktor tersebut.
31
BAB V
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilaksanakan maka diperoleh :
32
Berdasarkan hasil pengujian material :
Berat volume material > 1,445 kg/L
Tinggi slump yang diperoleh 8,1 cm, yaitu memenuhi syarat tinggi slump
yang direncanakan (7,5 cm – 10 cm).
Komposisi campuran beton yaitu dengan faktor air semen (FAS) 0,7269 dan
diameter agregat maksimum yang digunakan 31,5 mm.
Kuat tekan beton karakteristik (Kcr) berdasarkan umur beton 7 hari sebesar
186,973 kg/cm2 dan untuk umur beton 28 hari sebesar 177,014 kg/cm2
dengan persentase kekuatan beton terhadap mutu beton yang direncanakan
adalah 101,15% dari nilai K-175 Mpa yang direncanakan. Dengan demikian
mutu beton yang dihasilkan sesuai dengan mutu yang direncanakan.
6.2 Saran
Untuk mempermudah didalam melakukan pratikum di masa yang akan
datang, sangat baik Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Fakultas
Teknik Universitas Syiah Kuala setidaknya menyediakan lebih banyak lagi
alat-alat yang digunakan dalam praktikum. Diharapkan seluruh mahasiswa
dapat menguasai cara menggunakan alat-alat praktikum sebelum masuk ke
dalam laboratorium.
Mahasiswa harus disiplin waktu sehingga proses praktikum berjalan sesuai
dengan waktu
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa untuk lebih teliti dalam
melaksanakan praktikum ini sehingga terhindar dari kesalahan-kesalahan
yang fatal.
Diharapkan kepada para mahasiswa dapat secara teratur mengikuti segala
kegiatan yang berlangsung dan memfokuskan diri terhadap apa yang sedang
dikerjakan. Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya mengetahui terlebih
dahulu tugas-tugas yang akan dilakukan dalam pelaksanaan praktikum.
Mahasiswa yang melaksanakan praktikum harus mengikuti petunjuk para
laboran di Laboratorium.
33
Setelah selesai melakukan praktikum diharapkan kepada mahasiswa agar
material yang telah diuji dikembalikan pada tempatnya.
DAFTAR PUSTAKA
34
Anonim, 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I.-2, Penerbit
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik : Bandung.
Anonim, 1991. Standard Practice for Selecting Proportion for Normal Heavy
Weight and Mass Concrete, ACI 21.1.-91: Michigan.
SNI 1974:2011 Standar yang meliputi penetapan kuat tekan beton benda uji
berbentuk silinder, yang dicetak di Laboratorium Kontruksi dan Bahan
Bangunan Fakultas Teknik Univrsitas Syiah Kuala.
LAMPIRAN
35
1. Lampiran Tabel
BULK DENSITY
Jenis :
I. COARSE AGGREGATE
WEIGHT
CONTAINER VOLUME OF BULK
No. SAMPLING
CONTAINER + AGGREGATE CONTAINER DENSITY
Urut No.
(Kg) AGGREGATE (Kg) (l) (Kg/l)
(Kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 A 4,710 13,470 8,760 5L 1,752
2 B 4,710 13,280 8.570 5L 1,714
3 C 4,710 13,180 8,470 5L 1,694
1,720
36
(Kg) + (Kg) (l) (Kg/l)
AGGREGATE
(Kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 A 4,710 13,680 8,970 5L 1,794
2 B 4,710 13,690 8,980 5L 1,796
3 C 4,710 13,610 8,900 5L 1,780
1,790
SIEVE ANALYSIS
37
Mod.Dft : A 001-1 Dft.No. :
SIEVE ANALYSIS
38
Mod.Dft : A 001-2 Dft.No. :
SIEVE ANALYSIS
39
Mod.Dft : A 001-3 Dft.No. :
31,5 0 0 0 0 0 0 0
19,1 128,500 6,425 129,300 6,465 123,000 6,150 6,3467
9,52 203,100 10,155 136,200 6,810 121,300 6,065 7,6767
4,76 449,200 22,460 522,600 26,130 476,200 23,810 24,133
2,38 412,400 20,620 423,600 21,160 379,100 18,955 20,245
1,19 454,100 22,705 367,100 18,355 338,900 16,945 19,335
0,6 244,700 12,235 274,400 13,720 283,400 14,170 13,375
0,3 76,800 3,380 106,200 5,310 177,100 8,855 6,002
0,15 24,500 1,225 30,100 1,505 78,000 3,900 2,210
Sisa 6,700 0,335 10,900 0,545 23,000 1,150 0,676
SPECIFIC GRAVITY
40
Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 7 Maret 2018
SAMPLE
No.
WEIGHT NOTATION A B C
Urut
(gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 6
SPECIFIC GRAVITY
41
Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 7 Maret 2018
SAMPLE
No.
WEIGHT NOTATION A B C
Urut
(gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 6
SPECIFIC GRAVITY
42
Mod.Dft : A 007 Dft.No. :
SAMPLE
No.
WEIGHT NOTATION A B C
Urut
(gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 6
FINENESS MODULUS
43
Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 7 Maret 2018
Indivdual/ Commulative
Sieve Size
Retained on Passing of Retained on
(mm)
(%) (%) (%)
(1)
(2) (3) (4)
31,5 0 100 0
19,1 0 100 0
9,52 0 100 0
4,76 0 100 0
2,38 18,847 81,153 18,847
1,19 24,453 56,700 43,300
0,6 26,233 30,467 69,533
0,3 19,873 10,593 84,407
0,15 8,413 2,810 97,820
Sisa 2,180 0 100
FINENESS MODULUS
44
Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 6 Maret 2018
Indivdual/ Commulative
Sieve Size
Retained on Passing of Retained on
(mm)
(%) (%) (%)
(1)
(2) (3) (4)
31,5 0 100 0
19,1 0 100 0
9,52 0 100 0
4,76 24,845 75,155 24,845
2,38 25,665 49,490 50,510
1,19 24,097 25,393 74,607
0,6 16,940 8,453 91,547
0,3 6,065 2,388 97,612
0,15 1,945 0,443 99,557
Sisa 0,433 0 100
FINENESS MODULUS
45
Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 6 Maret 2018
Indivdual/ Commulative
Sieve Size
Retained on Passing of Retained on
(mm)
(%) (%) (%)
(1)
(2) (3) (4)
31,5 0 100 0
19,1 6,347 95,653 6,347
9,52 7,677 85,976 14,024
4,76 24,133 61,843 38,157
2,38 20,245 41,598 58,402
1,19 19,355 22,263 77,737
0,6 13,375 8,888 91,112
0,3 6,002 2,886 97,114
0,15 2,210 0,676 99,324
Sisa 0,676 0 100
2. Lampiran Gambar
46
Gambar 2.1 Alat dan benda uji Bulk density (kontainer, tongkat pemadat,
skop/sendok pengisi agregat, benda uji agregat kasar, dan timbangan)
Gambar 2.2 Saringan yang berukuran 31,5; 19,1; 9,52; 4,76; 2,38; 1,2; 0,6; 0,3;
0,15; serta sisa dan timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat uji
47
2.3 Spesific Gravity
Gambar 2.3 agregat halus yang dimasukkan dalam container serta air dan harus
kedap dengan menutupnya dengan kaca persegi, begitu juga dengan agregat
kasar
48
Gambar 2.5 Memasukkan satu-satu bahan ke dalam alat untuk di campur
adukkan
49
Gambar 2.7 Pelepasan Abraham dan pengukuran tinggi slump
Gambar 2.8 Memasukkan campuran beton pada 6 silinder yang sudah di siapkan
50
Gambar 2.9 Pelepasan cetakan dan merendam ke air
51
Gambar 2.10 Pengujian kuat tekan beton hari ke-7
52
Gambar 2.11 Pengujian kuat tekan beton hari ke-28
53