DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
M. FADEL SYAHRI (1704101010104)
ARKHA AL-GHIFARY HRP (1704101010126)
CHRESKY N. KARUNDENG (1704101010105)
SUGE ARSAD (1704101010059)
FIRDAUS JURIDA (1704101010047)
T. ARVIN (1704101010101)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah
memberikan nikmat Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada :
Makalah ini disusun untuk materi mata kuliah TechnoPreunership bagi mahasiswa
Program Studi S1 Teknik Sipil, yang bertujuan untuk membekali mahasiswa agar mampu
menganalisis lingkungan bisnis, terutama dalam mengambil keputusan.
Kami sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kelemahan, untuk itu kami akan sangat berterima kasih apabila terdapat kritik dan saran yang
membangun dari anda semua yang budiman, demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini
dan selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki sumber daya hutan bakau yang membentang luas di seluruh kawasan
Nusantara. Salah satu komoditas perikanan yang hidup di perairan pantai khususnya di hutan
bakau (mangrove) adalah kepiting bakau (Scylla serrata). Oleh karena itu Indonesia dikenal
sebagai pengekspor kepiting yang cukup besar dibandingkan dengan negara- negara produsen
kepiting lainnya. perencanaan dan pengembangan budidaya kepiting perlu mendapat perhatian
dari berbagai aspek untuk tujuan kelestarian sumberdaya, peningkatan produksi dan
pemenuhan peluang pasar secara seimbang dan berkelanjutan. diperkirakan perkembangan
usaha perdagangan kepiting dimasa mendatang akan terus meningkat dengan adanya indikasi
antara lain peluang pasar ekspor terbuka luas dengan sedikitnya ada 11 negara konsumen,
potensi lahan bakau yang merupakan habitat hidupnya cukup besar dan belum digali secara
optimal, dan pengetahuan budidaya yang semakin meningkat baik budidaya pembenihan,
pembesaran serta penggemukan. budidaya kepiting merupakan salah satu prospek bisnis yang
sangat menjanjikan, disamping biaya perawatan dan resiko yang sangat kecil. kepiting juga
merupakan komoditi ekspor yang sangat diminati oleh konsumen penggemar sea food.
Sebagai negara kepulauan Indonesia dengan luas panjang pantai ± 81.000 km, maka
konsumsi berbagai jenis makanan yang berasal dari laut bukanlah hal baru bagi bangsa ini.
Demikian halnya dengan kepiting lunak yang merupakan salah satu komoditi perikanan yang
memiliki nilai ekonomis dan bergizi tinggi, di samping udang, lobster dan berbagai jenis biota
laut yang lain. Permintaan masyarakat terhadap komoditi ini dari tahun ke tahun cenderung
meningkat, namun sebagian besar produksi kepiting lunak masih diperoleh dari hasil tangkapan
di alam. Pemenuhan permintaan konsumen dengan cara tersebut tidak dapat dibenarkan, karena
dapat mengganggu kelestarian populasinya dan kerusakan habitatnya. Tingginya pemanfaatan
sumber daya alam, akan lebih bijaksana jika diimbangi dengan usaha budidaya. Benih-benih
tangkapan dari alam dapat dibesarkan melalui budidaya, sehingga memberi kesempatan bagi
induk untuk mempertahankan keturunannya. Di beberapa daerah di Indonesia usaha budidaya
kepiting sudah mulai dirintis oleh sebagian nelayan dan petani diantaranya usaha
penggemukan, pembesaran kepiting, kepiting bertelur, dan kepiting soka (lunak). Kepiting
soka atau kepiting bercangkang lunak merupakan salah satu produk derivasi (turunan) dari
tambak budidaya kepiting. Tujuan usaha pembudidayaan ini untuk menghasilkan kepiting yang
sedang molting atau ganti kulit, karena kepiting lunak mempunyai nilai ekonomi yang lebih
tinggi dibanding hasil budidaya kepiting yang lain.
Kepiting lunak merupakan kepiting yang dapat ditemukan dalam perairan dangkal pada
sekitar hutan bakau (mangrove dan estuaria).Kepiting adalah binatang crustacea berkaki
sepuluh, yang biasanya mempunyai "ekor" yang sangat pendek (bahasa Yunani: brachy =
pendek, ura = ekor), atau yang perutnya sama sekali tersembunyi di bawah thorax. Hewan ini
dikelompokkan ke dalam Phylum Athropoda, Sub Phylum Crustacea, Kelas Malacostraca,
Ordo Decapoda, Suborder Pleocyemata dan Infraorder Brachyura. Tubuh kepiting umumnya
ditutupi dengan exoskeleton (kerangka luar) yang sangat keras, dan dipersenjatai dengan
sepasang capit. Walaupun kepiting mempunyai morfologi (bentuk dan ukuran) yang beragam
tetapi seluruhnya mempunyai beberapa kesamaan pada bentuk tubuh. Berbagai jenis pakan
yang biasa diberikan pembudidaya kepiting seperti : ikan rucah, usus ayam, kulit sapi, kulit
kambing, bekicot, keong sawah, dll..
b. Bentuk Usaha
Adapun bentuk usaha yang saya teliti kali ini yaitu usaha perseorangan.
c. Jenis Produk
Jenis produk yang diusahakan oleh perusahaan ialah produk perikanan dalam kondisi
mentah/segar.
d. Alamat
Alamat usaha ini berada di Desa Cot Lamkuweueh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda
Aceh.
e. Tujuan
Adapun tujuan utama dari perusahaan yaitu mendapatkan keuntungan dari usaha budidaya
serta dapat memanfaatkan sumber daya berupa kolam tambak yang tersedia.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Usaha budidaya kepiting lunak milik pak Zulkifli telah berdiri sejak tahun 2008 dan sempat
mengalami krisis akibat regulasi pemerintah di tahun 2015. Dalam menjalankan kegiatan
budidaya, pak Zulkifli dibantu oleh satu anggota karyawannya. Hal ini dinilai cukup oleh pak
Zulkifli dikarenakan untuk mengelola tambak kepiting lunak tidak memerlukan keahlian
khusus dan termasuk kategori mudah.
Hasil usaha budidaya kepiting lunak pak Zulkifli akan dipasarkan di pasar Banda Aceh dan
Medan. Pak Zulkifli telah membangun relasi berupa kontrak kepada restoran-restoran sea food
di Banda Aceh dan Medan dengan harga Rp 85.000 s/d Rp 100.000 per kilogram.
Dalam satu bulan, pak Zulkifli melakukan penebaran bibit sebanyak dua kali. Hal ini
disebabkan karena kepiting dapat dipanen setelah berumur 15 hari, tepatnya pada saat kepiting
melakukan proses pergantian kulit (molting). Untuk merangsang pergantian kulit pada kepiting
maka dilakukan proses ablasi yaitu pemotongan pemotongan atau penghilangan salah satu
bagian tubuh kepiting dengan tujuan merangsang aktifitas reproduksi dan perkembangan
gonadanya.
Pada satu unit usaha dapat menampung 67.200 kepiting dengan persentase kepiting yang
hidup berkisar 90%. Beberapa faktor yang menyebabkan faktor kematian kepiting yaitu
turunya kadar salinitas pada air, cuaca buruk dan lain sebagainya. Kepiting yang dihasilkan
dalam 1 tahun adalah 60.480 ekor. Panen dilakukan setiap 20 hari sekali dengan rata-rata berat
kepiting yang didapat berkisar 120 gr per ekor. Harga kepiting yang dipasarkan yaitu Rp.
80.000 per kg. Hasil penerimaan yang didapatkan selama 1 tahun pada 4 petak keramba yaitu:
60.480 ekor x 0,12 kg x Rp. 80.000 = Rp. 580.608.000,-.
Berikut adalah pengeluaran biaya yang dikeluarkan dalam budidaya kepiting lunak pada
keramba jaring apung selama 1 tahun.
Tabel 1. Biaya pengeluaran usaha budidaya kepiting lunak pak Zulkifli per satu tahun
Komponen
Harga Satuan Jumlah Nilai
Kegiatan Uraian
Kepiting lunak sangat digemari oleh pecinta makanan sea food, hal ini disebabkan karena
kulit kepiting yang tidak perlu disisihkan saat memakannya, nilai nutrisinya juga lebih tinggi,
terutama kandungan chitosan dan karotenoid yang berfungsi menyerap lemak dan kolestrol.
Daging kepiting rendah lemak, tinggi protein serta sumber vitamin dan mineral.