Anda di halaman 1dari 10

KASUS 1 - FINANCING MANAGEMENT

PT MCA adalah PMA, sebuah pabrikan obat-obatan yang terletak di kawasan industri Karawang yang sedang
mengalami pertumbuhan usaha. Omzet tahun 2016 lalu mencapai Rp 180 milliar dan diperkirakan akan naik 10%
setiap tahun kedepannya. Saham perusahaan dimiliki oleh pihak-pihak sbb:

Nama Saham (Rp) %


Two Brothers Ltd (UK) 50,000,000,000 91%
PT Fajar Mentari 4,500,000,000 8%
Tn. Arifin 500,000,000 1%
Jumlah 55,000,000,000 100%
Tahun 2017 ini, perusahaan berencana akan menambah mesin dan peralatan pabrik baru (kelompok II) dengan
estimasi biaya Rp 500 milliar. Beberapa sumber dana berikut ini sudah direncanakan perusahaan. Mereka
adalah:

Alternatif Jenis Pendanaan Penjelasan

1 Bank BNI 46 cabang Ready kapan saja diperlukan. Bunga 12%, asalkan perusahaan dapat
Tangerang mempertahankan ratio-ratio keuangan tertentu.
2 Penerbitan Obligasi oleh Pendirian usaha baru (saham PT MCA 100%) di negara X sebagai
PT MCA, dengan cara intermediary company tanpa memiliki asset, staff, dan active
pendirian usaha baru business namun ada P3B. P3B Indonesia-negara X mengenakan
bernama Three Brothers pajak bunga 10% dan pajaknya menjadi kewajiban PT MCA. Dari
Co. di negara X. Pembeli negara X ke pembeli Obligasi (Germany) asumsinya bebas pajak.
Bond adalah ABG Gmbh SKD WPLN (Form DGT-1) dapat disediakan namun secara substansi
(Germany). Pajak tidak terpenuhi (ada treaty abuse). Pinjaman dalam US$. Bunga
ditanggung PT MCA. pinjaman 12% dan asumsi sudah wajar.
3 Tn. Arifin Pak Arifin (pemegang saham) adalah pengusaha WPOP, mau
memberikan dananya dengan bunga 20%. Bunga pasar 12%.
4 Rich Brother, Inc. Masih affiliasi PT MCA yang berdomisili di BVI. Ia mau memberikan
pinjaman (dalam US$) yang jika dirupiahkan sama dengan Rp 500
milliar, dengan bunga 15% (bunga wajar misalkan 12%) dan pajaknya
menjadi kewajiban PT MCA.
5 Two Brothers Ltd Perusahaan adalah pemegang saham utama. Ia mau memberikan
dana (dalam US$) yang jika dirupiahkan sama dengan Rp 500 milliar
dengan bunga 20% (bunga wajar misalkan 12%) dan pajaknya
menjadi kewajiban PT MCA.

6 PT Kuda Lumping Adalah calon pembeli Piutang usaha (Factoring) PT MCA dengan
discount 15%. Terdapat piutang usaha sejumlah Rp 100 milliar
sedang sisanya memakai pinjaman dari Bank.

PT MCA memiliki saldo Equity rata-rata Rp 25 milliar di tahun 2017. Pajak atas bunga dipotong oleh PT MCA
kecuali alternative 2/4/5 yang menjadi beban PT MCA.

Pertanyaan:
1. Tanpa melihat dan menghitung jumlah nominal cost of fund, jelaskan aspek pajak atas masing-
masing usulan financing diatas dan jelaskan mana usulan yang paling baik bagi PT MCA bila di
hitung sebelum penerapan Debt to Equity Ratio (DER)
Jenis Pendanaan Aspek Perpajakan
No.
1 Bank BNI 46 cabang Tidak dikenakan Pajak. PPh Pasal 23 dikenakan atas pembayaran
Tangerang “Bunga Pinjaman” (selain kepada Bank & Leasing Sewa Guna Usaha).

Biaya bunga pinjaman merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari


penghasilan saat menghitung penghasilan kena pajak PT MCA
2 Penerbitan Obligasi oleh Dikenakan pajak atas pembayaran bunga pinjaman kepada “Three
PT MCA, dengan cara Brothers Co.”. PPh Pasal 26 dikenakan tarif normal sebesar 20% (bukan
pendirian usaha baru 10% berdasarkan P3B) karena syarat Form DGT-1 tidak terpenuhi dan
bernama Three Brothers biaya PPh Pasal 26 yang ditanggung oleh PT MCA tidak dapat
Co. di negara X. Pembeli dibebankan sebagai biaya oleh PT MCA.
Bond adalah ABG Gmbh
(Germany). Pajak Biaya bunga pinjaman (12%) merupakan biaya yang dapat dikurangkan
ditanggung PT MCA. dari penghasilan saat menghitung penghasilan kena pajak PT MCA
3 Tn. Arifin Pembayaran bunga pinjaman (20%) dikenakan (dipotong) PPh Pasal 23
dengan tarif sebesar 15% dari penghasilan bruto.

Karena Pak Arifin merupakan pemegang saham PT MCA, maka biaya


bunga pinjaman yang dapat dibebankan sebagai biaya oleh PT MCA
hanya sebesar 12% (sesuai dengan bunga pasar). Sisanya sebesar 8%
dianggap sebagai Dividen terselubung dan tidak dapat dibebankan
sebagai biaya oleh PT MCA.
4 Rich Brother, Inc. Pembayaran bunga pinjaman (15%) dikenakan (dipotong) PPh Pasal 26
dengan tarif sebesar 20% dari penghasilan bruto atau sesuai tarif P3B
dan biaya PPh Pasal 26 yang ditanggung oleh PT MCA tidak dapat
dibebankan sebagai biaya oleh PT MCA.

Karena Rich Brother, Inc. masih berafiliasi dengan PT MCA, maka biaya
bunga pinjaman yang dapat dibebankan sebagai biaya oleh PT MCA
hanya sebesar 12% (sesuai dengan bunga wajar). Sisanya sebesar 3%
dianggap sebagai Dividen terselubung dan tidak dapat dibebankan
sebagai biaya oleh PT MCA.
5 Two Brothers Ltd Pembayaran bunga pinjaman (20%) dikenakan (dipotong) PPh Pasal 26
dengan tarif sebesar 20% dari penghasilan bruto atau sesuai tarif P3B
dan biaya PPh Pasal 26 yang ditanggung oleh PT MCA tidak dapat
dibebankan sebagai biaya oleh PT MCA.

Karena Two Brothers, Ltd. Merupakan pemegang saham utama PT


MCA, maka biaya bunga pinjaman yang dapat dibebankan sebagai
biaya oleh PT MCA hanya sebesar 12% (sesuai dengan bunga wajar).
Sisanya sebesar 8% dianggap sebagai Dividen terselubung dan tidak
dapat dibebankan sebagai biaya oleh PT MCA.
6 PT Kuda Lumping Penghasilan jasa anjak piutang PT Kuda Lumping sebesar Rp 15 miliar
tidak dikenai PPN dan tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23.

Diskon anjak piutang bagi PT MCA dapat dibebankan sebagai biaya.

Alternatif 1 dan 6 merupakan pilihan yang memungkinkan (keduanya tidak dikenakan Pajak). Namun bila
dibandingkan dengan biaya yang dapat dibebankan terkait pinjaman maka alternatif 6 lebih menguntungkan
bagi PT MCA.

Alternatif 1 : Biaya Bunga (12% x Rp 500 miliar) = Rp 60,0 Miliar

Alternatif 2 : Biaya Diskon Factoring (15% x Rp 100 Miliar) = Rp 15,0 Miliar


Biaya Bunga Bank (12% x Rp 415 Miliar) = Rp 49,8 Miliar
Total Biaya yang dapat dibebankan = Rp 64,8 Miliar

2. Misalkan terpilih untuk kasus pinjaman dari induk perusahaan (Two Brother Ltd) diatas, jelaskan aspek
perpajakannya atas loss/gain on Forex (misalkan ada sejumlah Rp 20 milliar).
Kerugian selisih kurs yang timbul dari mata uang asing yang urusannya berkaitan langsung dengan
penerapan rasio DER=4:1 (sebagaimana diatur dalam PMK-169/PMK.03/2016) maka harus di koreksi fiskal.
Loss/Gain on Forex yang diperkenankan = Rp 20 miliar x 100% x Rp 100 Miliar
Rp 500 Miliar
= Rp 4 Miliar
Catatan : asumsi tidak ada pinjaman berbunga lain selain dari induk perusahaan (Rp 500 Miliar)

3. Apa yang saudara pahami dari istilah Back to Back loan ?


 Pinjaman back to back adalah pinjaman yang menjaminkan aset liquid yang berbunga seperti uang kas,
deposito, obligasi, atau surat berharga lainnya.
 Pinjaman back to back ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan jangka pendek dan dalam jumlah
pembelian yang kecil, meskipun ada juga pinjaman back to back dengan tujuan jangka panjang dan
masa pencairan yang lebih panjang pula. Contohnya berupa pinjaman untuk berbelanja kebutuhan
sehari-hari, pinjaman untuk “kekayaan personal”, dan pinjaman serupa modal usaha.
 Pinjaman untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari
lebih cocok untuk mereka yang telah memasukkan beberapa barang supermarket, toko, hypermarket,
dan sebagainya dalam wishlist mereka dan yakin barang tersebut akan tetap terjual dalam jangka
panjang. Karena pinjaman untuk berbelanja ini membutuhkan waktu pencairan yang sebentar, maka
jaminannya biasanya berupa tabungan atau deposito nominal kecil yang akan ditahan selama beberapa
waktu. Bunga yang dikenakan adalah selisih bunga pinjaman dan bunga ta bungan atau deposito.
 Pinjaman untuk “kekayaan personal”
adalah jenis pinjaman back-to-back yang hampir mirip dengan saham atau reksadana. Bedanya, pihak
pemberi pinjaman yang menaruh uang pada portofolio saham dari sebuah usaha, yang kemudian
disesuaikan dengan tingkat toleransi risiko dan kesanggupan membayar kembali dari nasabahnya.
Dalam hal jaminan, untuk pinjaman jenis ini membutuhkan aset-aset yang telah dimiliki nasabah seperti
obligasi.
 Pinjaman yang serupa dengan modal usaha
adalah jenis pinjaman yang diperuntukkan bagi wirausaha berusia muda. Dibandingkan kredit modal
usaha pada umumnya, pinjaman back to back untuk usaha ini hanya diberikan bagi mereka yang berjiwa
kreatif dalam usahanya. Pinjaman jenis ini biasanya memerlukan jaminan berupa deposito dalam jumlah
tertentu, obligasi, dll.
 Memiliki sejumlah keunggulan kompetitif:
1. Dikenal sebagai “pinjaman berantai”, memiliki tingkat suku bunga yang sangat kecil
umumnya pinjaman back to back memiliki tingkat suku bunga sekitar 1-2% atau kurang dari 4%.
Belum lagi, selisih antar tingkat suku bunga deposito dengan tingkat suku bunga pinjaman biasanya
tipis, sehingga total biaya bunga yang harus dibayar bersama angsuran pinjaman back to back
menjadi lebih hemat
2. Memiliki batas maksimum pinjaman yang tinggi
Batas maksimum pinjaman back to back paling kecil adalah 90% dari nilai jaminan, tergantung dari
kebijakan masing-masing bank. Misalnya, Bank Bukopin menawarkan pinjaman back to back dengan
batas maksimum 95% dari nilai jaminan (berupa deposito), sementara CIMB Niaga menawarkan
pembiayaan 100% dari nilai jaminan.
 Pada dasarnya, pinjaman back to back adalah pinjaman yang secara aktif melibatkan pihak ketiga yang
disebut dengan “angel investor” sebagai penjamin keuangan, karenanya untuk dapat meminjam secara
back to back seseorang juga harus memiliki angel investor yang sanggup membayar kembali pinjaman
yang diberikan pihak bank. Dengan kata lain, gaji atau pendapatan pemohon pinjaman sendiri tidak
cukup untuk menjadi syarat tunggal mengajukan pinjaman back to back.
 Selain itu, syarat lain yang harus diperhatikan oleh pihak pengaju pinjaman back to back adalah memiliki
dana mengendap yang cukup, baik dalam tabungannya sendiri maupun pihak ketiga yang dilibatkan
dalam pinjaman back to back. Di sini, definisi “mengendap” adalah tidak kurang dan tidak sama persis
atau lebih sedikit dari jumlah yang hendak dipinjam. Misalnya, seseorang ingin meminjam dana sebesar
20 juta rupiah, maka dana mengendap sekurang-kurangnya 17 juta rupiah.
 Pinjaman back to back tidak pernah membebankan biaya penghubung dan jaminan uang kas yang benar
adalah pada Bank Indonesia, bukan bank-bank seperti BCA, Mandiri, BNI, dan sebagainya.
KASUS 2 - REVALUASI AKTIVA TETAP
Ada perusahaan A yaitu persewaan apartement yang dikenakan sudah dikenakan PPh final, dan perusahaan B
sebuah pabrikan jaket. Mereka berdua bertanya kepada Anda selaku konsultan pajak beliau tentang manfaat
revaluasi Aktiva Tetap yang didapat bagi perusahaan dan pemegang sahamnya. Mereka mau mendengarkan
pendapat Saudara. Jelaskan untuk kedua perusahaan tersebut.

Jawab :
 Revaluasi aktiva tetap merupakan penyesuaian nilai aktiva tetap karena perkembangan harga sesuai dengan
nilai pada saat dilakukan penilaian kembali;
 Dasar hukum perpajakan
1. Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009;
2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79/PMK.03/2008 tentang Penilaian Kembali
Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan.
 Entitas yang dapat melakukan revaluasi aktiva tetap adalah Wajib Pajak Badan dalam negeri dan Bentuk
Usaha Tetap (BUT), tidak termasuk perusahaan yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan
dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat;
 Revaluasi dilakukan atas seluruh aktiva tetap perusahaan termasuk tanah dengan status hak milik atau hak
guna bangunan;
 Manfaat :
1. Dasar penyusutan fiskal adalah nilai pada saat penilaian kembali;
2. Masa manfaat fiskal aktiva tetap yang telah direvaluasi disesuaikan kembali menjadi masa manfaat
penuh untuk kelompok aktiva tetap yang direvaluasi;
3. Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya revaluasi (penilaian kembali) aktiva tetap;
 Penilaian :
1. Revaluasi dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap yang ditetapkan oleh
perusahaan jasa penilai atau ahli penilai yang memperoleh izin dari pemerintah. Jika hasil revaluasi tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya, DJP dapat menetapkan ulang nilai revaluasi;
2. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku fiskal dianggap sebagai keuntungan dan menjadi objek
pajak penghasilan final pasal 19 dengan tariff sebesar 10%;
3. Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku komersial semula setelah
dikurangi dengan Pajak Penghasilan, dibukukan dalam neraca komersial pada perkiraan Modal dengan
nama “Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva tetap Perusahaan Tanggal……”.

Perusahaan A
Karena perusahan A penghasilannya sudah dikenakan PPh Final, maka efek dari revaluasi aktiva tetap tidak
akan memiliki pengaruh kepada laba/rugi perusahaan. Jika perusahaan pada tahun berjalan mengalami laba/rugi,
maka penghasilannya tetap dikenakan PPh dengan tarif sebesar 10%dari jumlah bruto nilai persewaan bangunan
dan bersifat final.

Perusahaan B
Revaluasi aktiva tetap untuk perusahan B akan memiliki manfaat :
1. Jika nilai revaluasi lebih besar dari nilai buku fiskal, maka akan berpengaruh pada beban penyusutan setelah
revaluasi. Beban penyusutan akan meningkat dan masa manfaat akan disesuaikan kembali menjadi masa
manfaat penuh sehingga akan mempengaruhi jumlah laba perusahaan dan pajak penghasilan yang akan
dibayar perusahaan;
2. Ketika perusahaan melakukan revaluasi aktiva tetap dalam keadaan rugi, misalnya Rp 200 juta dan jumlah
selisih lebih penilaian aktiva tetap sebesar Rp 150 juta maka perusahaan tidak perlu membayar PPh Final
10% atas selilsih lebih penilaian tersebut. Namun apabila nilai selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap
sebesar Rp 250 juta, maka perusahaan akan mengalami keuntungan sebesar Rp 50 juta dan dikenakan PPh
Pasal 29 Badan sebesar Rp 12,5 juta (Rp 50 juta x 25%).
KASUS 3 - MERGER
PT A akan merger dengan PT B. Mereka tidak berencana akan IPO. Saudara ditanya:

a. Sebutkan syarat-syaratnya agar bisa menggunakan metode Pooling of interest dan metode pembelian

1. mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama 6 (enam) bulan setelah tanggal
efektif penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha dilakukan, dengan
melampirkan alasan dan tujuan melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan
usaha;
2. memenuhi persyaratan tujuan bisnis (business purpose test);
3. memperoleh surat keterangan fiskal dari Direktur Jenderal Pajak untuk tiap Wajib Pajak badan dalam
negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang terkait;
4. Harta yang dapat diajukan permohonan untuk menggunakan nilai buku merupakan harta yang telah
dialihkan pada tanggal efektif penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha;

b. Apa maksud dari bonafide business purpose dalam kasus ini dan karakteristiknya.

Bahwa tujuan utama dari penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha yaitu untuk
menciptakan sinergi usaha yang kuat dan memperkuat struktur permodalan serta tidak dilakukan untuk
penghindaran pajak.

Karakteristik :
1. kegiatan usaha Wajib Pajak yang mengalihkan harta masih berlangsung sampai dengan tanggal efektif
dari penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha;
2. kegiatan usaha Wajib Pajak yang mengalihkan harta sebelum penggabungan, peleburan, atau
pengambilalihan usaha terjadi, wajib dilanjutkan oleh Wajib Pajak yang menerima pengalihan harta paling
singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal efektif penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan usaha;
3. kegiatan usaha Wajib Pajak yang menerima harta dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran,
atau pengambilalihan usaha tetap berlangsung paling singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal efektif
penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha;
4. harta berupa aktiva tetap yang dimiliki oleh Wajib Pajak yang menerima harta yang berasal dari
penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha tidak dipindahtangankan oleh Wajib
Pajak yang menerima harta paling singkat 2 (dua) tahun setelah tanggal efektif penggabungan,
peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan kecuali pemindahtanganan tersebut dilakukan untuk tujuan
peningkatan efisiensi perusahaan;
KASUS 4 - WP OP PINJEMIN DUIT
PT AJE GILE kekurangan dana. Pemegang saham, Kang Somad, mau memberikan dananya kepada
perusahaan ini. Perusahaan bertanya kepada Saudara, mana yang paling indah nan permai, apakah dicatat
dalam bentuk pinjaman atau sebagai modal ? Kang Somad ikut dan manut saja atas keputusan Saudara sebagai
konsultan pajak yang bisa “walking on the water”.
Asumsi : PT AJE GILE belum pernah memiliki hutang pinjaman dari pihak lain

Pinjaman (Tanpa Bunga)


PP-94/2010 tentang Pinjaman tanpa bunga dari pemegang saham, menyatakan bahwa pinjaman perusahaan
tanpa bunga dari pemegang sahamnya dapat dianggap wajar apabila memenuhi syarat kumulatif sebagai berikut:
a. Pinjaman tersebut berasal dari dana milik pemegang saham pemberi pinjaman itu sendiri dan bukan berasal
dari pihak lain.
b. Modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman kepada perusahaan penerima
pinjaman telah disetor seluruhnya.
c. Pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan merugi.
d. Perusahaan penerima pinjaman sedang mengalami kesulitan keuangan untuk kelangsungan usahanya.
Apabila salah satu dari ke-empat unsur diatas tidak terpenuhi maka atas pinjaman tersebut dilakukan koreksi
menjadi terutang bunga dengan tingkat bunga wajar dan dikenakan PPh Pasal 23 sebesar 15% dari bunga
pinjaman yang terutang itu.

Pinjaman (Dengan Bunga)


Apabila dalam bentuk pinjaman dengan bunga, maka :
a. Tingkat bunga pinjaman lebih kecil atau sama dengan tingkat bunga wajar, maka atas bunga pinjaman
tersebut :
1) bagi Kang Somad, saat pembayaran bunga pinjaman akan dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dan
saat melaporkan SPT Tahunan OP, penghasilan bunga akan ditambahkan dengan penghasilan yang
lain dan dapat dikenakan tarif 5% s/d 30% (PPh Pasal 23 sebagai kredit pajak);
2) bagi perusahaan, biaya bunga pinjaman seluruhnya dapat dibebankan sebagai biaya sehingga
penghasilan kena pajak akan berkurang karena adanya biaya bunga pinjaman. Terdapat risiko dalam
penghitungan DER 4:1 jika bantuan dalam bentuk pinjaman.
b. Tingkat bunga pinjaman lebih besar dari tingkat bunga wajar, maka atas bunga pinjaman tersebut :
1) bagi Kang Somad, saat pembayaran bunga pinjaman akan dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dan
saat melaporkan SPT Tahunan OP, penghasilan bunga akan ditambahkan dengan penghasilan yang
lain dan dapat dikenakan tarif 5% s/d 30% (PPh Pasal 23 sebagai kredit pajak);
2) sebesar tingkat bunga wajar dapat dibebankan sebagai biaya, sedangkan selisihnya tidak dapat
dibebankan sebagai biaya karena dianggap sebagai dividen terselubung sehingga penghasilan kena
pajak hanya berkurang sebesar biaya bunga dengan tingkat bunga wajar. Terdapat risiko dalam
penghitungan DER 4:1 jika bantuan dalam bentuk pinjaman.

Modal
Jika dalam bentuk modal, maka :
1. bagi Kang Somad akan mendapatkan penghasilan dividen dari PT AJE GILE dengan potongan pajak PPh
Pasal 4 ayat (2) sebesar 10% bersifat Final. Penghasilan dividen tidak diperhitungkan pada saat menghitung
penghasilan terutang di SPT Tahunan PPh OP;
2. bagi PT AJE GILE, PPh Badan terutang tidak akan terpengaruh karena pembayaran dividen bukan sebagai
biaya fiskal bagi PT AJE GILE. Rasio DER 4:1 dapat dijaga perusahaan dengan pengakuan sebagai modal.

Kesimpulan :
Dengan memperhitungkan :
1. Syarat PP-94/2010 tentang Pinjaman Tanpa Bunga;
2. tingkat bunga pinjaman;
3. tingkat bunga wajar;
4. rasio DER perusahaan;
5. Pembebanan biaya bunga pinjaman yang dapat dikurangkan;dan
6. Perhitungan pada SPT Tahunan dan tarif PPh OP untuk Kang Somad,
maka pilihan terbaik dari kondisi tersebut adalah pinjaman dalam bentuk Modal.
KASUS 5 - PERUSAHAAN FINAL (VARIOUS CASES)
PT Kiss Dong Yang, sebuah perusahaan jasa konstruksi yang sudah dikenakan PPh Final:
a. memberikan fasilitas pengobatan gratis, THR dalam bentuk parcel, travel gratis ke LN, dan fasilitas lainnya
kepada karyawan.
b. perusahaan sering mengimport mesin dan material lainnya dari China

Pertanyaan:
1. Dampak perpajakan atas pemberian benefit in kind kepada employees dimana PPh pasal 21
ditanggung perusahaan.
Perlakuan natura dan kenikmatan karyawan dalam bentuk PPh pasal 21 ditanggung oleh perusahaan yang
pengenaan pajaknya berdasarkan PPh Final, yaitu :
1) bagi perusahaan, biaya PPh pasal 21 yang ditanggung perusahaan, tidak ada pengaruhnya terhadap
beban PPh perusahaan. (tidak ada pilihan biaya dapat dibebankan atau tidak)
2) bagi karyawan, PPh pasal 21 yang ditanggung oleh perusahan diperlakukan sebagai tunjangan pajak
(atau tambahan penghasilan) bagi karyawan tersebut dan akan diperhitungkan dalam penghitungan
pajak PPh pasal 21 karyawan tersebut.

2. Atas import peralatan/mesin/alat berat dan material lainnya, ada masalah apakah ? berikan saran
Saudara atas masalah itu.
Permasalahan :
- Atas impor peralatan/mesin/alat berat dan material lainnya dikenakan PPh Pasal 22 impor dan atas
pembayaran PPh pasal 22 impor berlaku sebagai kredit pajak pada dalam SPT Tahunan PPh Badan;
- PT KDY merupakan perusahaan yang penghasilannya sudah dikenakan PPh Final;
- Bagaimana jika perusahaan dikenakan PPh Pasal 22 impor atas impor peralatan/mesin/alat berat dan
material lainnya namun berhubung PT KDY penghasilannya dikenakan PPh Final, maka PPh Pasal 22
impor yang telah dibayar tidak bisa dikreditkan di SPT Tahunan PPh Badan PT KDY.

Solusi :
Karena penghasilannya dikenakan PPh Final, maka PT KDY dapat mengajukan Surat Keterangan Bebas
(SKB) PPh Pasal 22 Impor untuk setiap impor peralatan/mesin/alat berat dan material lainnya.

3. Jika pada tahun 2018 ini PT KDY mendapat proyek konstruksi di Hongkong dan terhutang withholding
tax misalkan 10% di HK sana, apakah terhutang PPh final juga di Indonesia, jelaskan.

Karena penghasilan PT KDY di Indonesia dari jasa konstruksi dikenakan PPh Final, maka atas penghasilan
di Hongkong yang terutang pajak 10% tidak dikenakan PPh Final di Indonesia.

4. Misalkan tahun 2018 ini PT KDY mendapat pinjaman Rp 200 milliar dan bunganya 14% dari bank ABS
Indonesia, sedangkan Equity perusahaan Rp 2 milliar. Jelaskan jumlah bunga pinjaman yang boleh
dibebankan secara fiskal sesuai aturan DER yang terbaru.

Ketentuan Debt to Equity Ratio (DER) 4:1 dikecualikan untuk “Wajib Pajak yang atas seluruh
penghasilannya dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final”. Sehingga tidak ada masalah secara
fiskal jika PT KDY membebankan seluruh biaya bunga pinjamannya meskipun perhitungan DER-nya sebesar
100:1.

5. Apabila perusahaan konstruksi ini misalkan berbentuk BUT, apakah terhutang Branch Profit Tax
(BPT) sedangkan ia sudah kena PPh Final di Indonesia ?

Ya, terutang Branch Profit Tax (BPT). Atas laba setelah PPh Badan terutang PPh Pasal 26 sebesar 20%
yang wajib dibayarkan paling lambat sebelum SPT Tahunan PPh Badan disampaikan ke KPP terdaftar.
KASUS 6 - PERUSAHAAN BARU
Sebuah perusahaan namanya Kolor Ijo Berhad, Malaysia, akan mendirikan usaha di Indonesia (Jababeka-
Karawang sono) di bulan Januari 2019. Bentuk usahanya adalah membuat pabrik sepatu dengan estimasi biaya
Rp 100 milliar dan dananya 100% dari Induk perusahaannya yang di Malaysia itu. Ia mengimpor mesin, beli
tanah di Jababeka real estate, JKP atas jasa konstruksi pembangunan gedung kantor dan pabrik, JKP
notaris/akuntan publik, dan BKP dari ATK dan material produksi (bahan baku). Proyeksi laba bersih adalah 10%
dari sales selama 5 tahun.

Pertanyaan:
1. Mana yang paling baik, apakah bentuk usahanya PT atau BUT ? jelaskan
Lebih baik dalam bentuk PT, karena penghasilan dividen yang akan diperoleh KIB bukan objek pajak
(penyertaan saham 100%).
Jika dalam bentuk BUT, maka atas laba setelah PPh, akan dikenakan Branch Profit Tax (BPT) yang terutang
PPh Pasal 26 sebesar 20%.

2. Jika berbentuk PT, menurut Saudara mana yang paling baik, apakah dana awal pendirian itu
dibukukan sebagai hutang (dengan bunga wajar) atau dicatat sebagai modal saja ? mengapa ?
Jika dibukukan sebagai utang, maka:
- ada kewajiban PT untuk membayar biaya bunga (tingkat bunga wajar) setiap tahunnya;
- biaya bunga dapan dibebankan oleh PT sehingga PPh badan akan berkurang;
- namun dalam hal ada ketentuan DER 4:1 dan Rp 100 miliar ini dianggap sebagai dana awal pendirian
yang diakui sebagai utang, maka nilai DER-nya menjadi tidak terhingga (Rp 100 miliar : Rp 0)

Jika dibukukan sebagai modal, maka :


- akan memenuhi ketentuan DER 4:1
- KIB akan memperoleh penghasilan dividen dari PT dan karena penyertaan 100%, maka penghasilan
dividen yang akan diperoleh KIB bukan objek pajak.

3. Misalkan perusahaan ternyata sudah 4 tahun sejak didirikan (dan langsung dikukuhkan sebagai PKP)
belum ada penjualan sedangkan PPN Masukan sudah dikreditkan terus dan direstitusi/dikompensasi.
Saudara ditanya mengenai perlakuan PPN masukan atas impor mesin, beli tanah di Jababeka real
estate, JKP atas jasa konstruksi pembangunan gedung kantor dan pabrik, JKP notaris/akuntan
publik, dan BKP dari ATK dan material produksi (bahan baku). Jelaskan masing-masing dan jangka
waktunya.

Impor Mesin - Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran Masa Pajak yang sama.
Apabila belum dikreditkan dalam Masa Pajak yang sama, maka dapat dikreditkan pada Masa Pajak
berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum
dibebankan sebagai biaya dan belum diperiksa.

Pembelian Tanah - PPN atas perolehan tanah dikapitalisasi dengan harga perolehan tanah tersebut.

Jasa Konstruksi - PPN Masukan atas jasa konstruksi harus dikapitalisasi dengan nilai bangunan kantor dan
pabrik, kemudian disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya.

Jasa Notaris/Akuntan Publik - Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran Masa Pajak
yang sama. Apabila belum dikreditkan dalam Masa Pajak yang sama, maka dapat dikreditkan pada Masa
Pajak berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang
belum dibebankan sebagai biaya dan belum diperiksa.

ATK dan Material Produksi - Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran Masa Pajak
yang sama. Apabila belum dikreditkan dalam Masa Pajak yang sama, maka dapat dikreditkan pada Masa
Pajak berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang
belum dibebankan sebagai biaya dan belum diperiksa.
KASUS 7 - JASA PERUSAHAAN ASING
PT Indah Semampai akan meng-hire konsultan keuangan dari Hongkong, namanya Financial Consulting co. HK
dengan kontrak selama 80 hari dan Fee sebesar Rp 10 milliar. Dikirimlah staff ahli perusahaan itu, namanya Mr.
Coy dan Miss Young. Mereka berdua bekerja selama 50 hari saja di Indonesia dan sisanya dikerjakan di LN
sono. Abaikan aspek P3B.

Pertanyaan:
1. Apakah JKPLN tersebut sudah menimbulkan BUT ? jelaskan

Tidak. karena belum memenuhi uji waktu (time test) yang dipersyaratkan untuk menjadi BUT di Indonesia
yaitu “pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, sepanjang dilakukan lebih
dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 bulan”. Status staff ahli perusahaan LN masih menjadi
WPLN.

2. Berapa WHT yang harus dipotong oleh PT Indah ?

Karena masih menjadi WPLN, maka pembayaran atas jasa konsultan keuangan tersebut, dikenakan PPh
Pasal 26 dengan tarif sebesar 20% dari jumlah bruto yang dibayarkan dan bersifat Final.

3. Apakah terhutang PPN juga ? jelaskan

Ya. Terutang PPN Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean sebesar 10% dari jumlah bruto yang
dibayarkan. Disetorkan oleh PT Indah Semampai dengan menggunakan SSP dan menjadi kredit pajak PPN
bagi PT Indah Semampai dalam laporan SPT Masa PPN sesuai dengan masa pembayaran PPN tersebut.

4. Misalkan PT Indah Semampai bukan meng-hire jasa konsultan keuangan, tapi jasa pelaksana
konstruksi, namanya Letoy Construction co, HK. Atas pembayaran termin konstruksi kepada WPLN
tersebut, PT Indah memotong Pasal 26 sebesar 20%. Apakah Saudara setuju ? jelaskan dasar
hukumnya ?

Tidak. Jasa konstruksi otomatis menjadi BUT tanpa memerlukan uji waktu (time test), sehingga wajib ber-
NPWP dan PKP seperti WPDN.
- Setiap pembayaran termin sampai selesai pekerjaan, PT Indah Semampai wajib memotong PPh Final
Pasal 4 ayat (2) UU PPh atas jasa konstruksi Letoy Construction Co., bukan PPh Pasal 26;
- BUT Letoy Construction Co. wajib menyampaikan SPT Masa setiap bulannya dan SPT Tahunan Badan
pada saat proyek selesai;
- Laba setelah perhitungan PPh Badan, terutang PPh Pasal 26 yang dikenal sebagai Branch Profit Tax
(BPT) sebesar 20%.
KASUS 8 - PT INDONESIA PUNYA ANAK DI LN
PT Sweet Smile Indonesia, distributor peralatan elektronik, ingin mendirikan Subsidiary di Singapore, sebuah
perusahaan pengelolaan asset keuangan, namanya Financial Asset Management co. dimana FAM co ini tidak
masuk bursa di Singapore. Misalkan di tahun 2018 PT SSI memperoleh laba bersih 10% dan FAM co laba
bersihnya 15%.

Pertanyaan:
1. Apakah FAM co menimbulkan BUT di Singapore ?

Menurut Ahmad Khan, ada tidaknya sebuah Bentuk Usaha Tetap (BUT) di suatu negara harus memenuhi 5
(lima) pengujian (Basic Rule of Permanent Establishment Test), yaitu :
1) adanya tempat usaha (place of business);
2) lokasi yang bersifat tetap (location test);
3) adanya hak penuh untuk menggunakan tempat (lokasi) tetap tersebut (right to use test);
4) adanya durasi periode waktu yang ditetapkan sebagai BUT (permanence test); dan
5) adanya usaha aktif yang diatur dalam UU perpajakan domestiknya (business activity test).
Sehingga apabila FAM Co. memenuhi 5 (lima) pengujian tersebut, maka FAM Co. wajib menjadi BUT di
negara Singapore.

2. Jelaskan kewajiban pajak tahunan untuk tahun fiskal 2018 bagi PT SSI di Indonesia ?

Kewajiban pajak tahun fiskal 2018 PT SSI hanya PPh Pasal 29 Badan dengan tarif 12,5% dan/atau 25% atas
perolehan laba bersih 10% di Indonesia.
Sedangkan, atas penghasilan laba bersih 15% dari FAM Co., berlaku aturan Controlled Foreign Corporation
(CFC Rule). PT SSI wajib mengakui penghasilan dividen dari anak perusahaan (FAM Co.) di Singapore yaitu,
pada bulan ke-4 setelah SPT Tahunan Badan di LN dipenuhi atau bulan ke-7 setelah tahun fiskal bila tidak
ada kewajiban SPT Tahunan Badan, atau dengan kata lain penghasilan dividen diakui pada tahun fiskal
2019. Pajak yang dipotong di Singapore saat dividen dibayarkan akan menjadi kredit pajak PPh Pasal 24 di
Indonesia pada tahun terjadinya pembayaran dividen tersebut.

3. Apabila PT SSI bukan membuat anak usaha tapi membuat cabang usaha di Singapore dan
memperoleh laba bersih 15% disana, jelaskan kewajiban pajak tahunan untuk tahun fiskal 2018 bagi
PT SSI di Indonesia ?

Kewajiban pajak tahun fiskal 2018 PT SSI adalah PPh Pasal 29 Badan dengan tarif 12,5% dan/atau 25%
atas perolehan laba bersih 10% di Indonesia dan digabung dengan laba bersih 15% dari cabang usaha di
Singapore. Atas penghasilan dari cabang di Singapore (via BUT) yang telah dipotong pajak di negara
tersebut, maka pajak yang telah dipotong tersebut akan menjadi kredit pajak PPh Pasal 24 untuk tahun pajak
2018.

Anda mungkin juga menyukai