Praktikum Bioki
Praktikum Bioki
PERCOBAAN IV
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
reaksinya.
B. LANDASAN TEORI
Monosakarida merupakan sakarida sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi unit lebih kecil
walaupun dalam suasana yang lunak sekalipun. Monosakarida yang paling sederhana adalah
gliseraldehida, suatu aldosa atau isomernya ialah dihidroksiaseton, suatu ketosa. Kedua senyawa
tersebut merupakan suatu triosa karena mengandung tiga atom C. Jadi suatu monosakarida tidak hanya
dapat dibedakan berdasarkan gugus fungsionalnya, tetapi juga dengan jumlah atom karbonnya (Purwo,
1993 : 32-42).
Molekul gliseraldehida memiliki 1 karbon asimetrik. Konfigurasi karbohidrat ditentukan sesuai dengan
kedudukan atom C kedua dari ujung. Jadi, semua karbohidrat yang diturunkan dari bentuk D-
gliseraldehida dengan penambahan rantai karbon, dinamakan D-sakarida. Sedangkan disakarida terdiri
atas dua lingkar monosakarida. Ikatan yang menghubungkan monosakarida tersebut , disebut ikatan
glikosida dan terbentuk dengan kondensasi gugus hidroksil atom karbon nomor 1 dari suatu
monosakarida dengan gugus hidroksil dari salah satu nomor 2, 4, 6 atau karbon monosakarida lain.
Bentuk dari disakarida yang umum, maltose terdiri atas 2 monosakarida glukosa dengan struktur
Dalam maltosa, jembatan oksigen terbentuk antara atom karbon nomor 1 dari satu unit D-glukosa dan
atom karbon nomor 4 dari yang lainnya. Ikatan yang terbentuk disebut ikatan 1,4-glikosidik fruktosa dan
glukosa yang dapat membentuk suatu disakarida sukrosa. Sedangkan laktosa yang terdapat dalam susu
terbentuk dari β-D-galaktosa dan β-D-glukosa.
Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi, terutama dalam suasana
basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat maupun
analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini dapat disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas
dalam molekul karbohidrat. Pereaksi Mollish terdiri atas larutan α dan naftol dalam alcohol. Apabila
pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa misalnya, kemudian secara hati-hati ditambahkan asam
sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas antara kedua lapisan itu akan terjadi warna
ungu karena reaksi ini tidak spesifik untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi
pendahuluan dalam analisis kuantitatif karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu bukti bahwa tidak
ada karbohidrat (Poedjiadi, 1994: 39-40).
Suatu disakarida adalah suatu karbohidrat yang tersusun dari dua satuan monosakarida yang
dipersatukan oleh suatu hubungan glikosida dari karbon 1 dari satu satuan ke suatu OH satuan lain.
Suatu cara ikatan yang lazim ialah suatu hubungan glikosida α atau β dari satuan pertama ke gugus 4-
hidroksil dari satuan kedua. Dalam larutan air, ikatan glikosida ini tetap tak berubah. Ikatan ini tiada
berada dalam kesetimbangan dengan anomernya. Tetapi satuan kanan dalam tiap struktur mengandung
suatu gugus hemiasetal. Dalam larutan air, gugus khusus ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk
aldehida rantai terbuka dan dengan anomer yang lain. Contohnya, sukrosa adalah suatu disakarida yang
dapat dihidrolisis menjadi satu satuan glukosa dan satu satuan fruktosa yang disatukan oleh suatu ikatan
glikosida (Fessenden, 1986: 318 dan 348).
1. Alat-alat:
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Gelas kimia
- Pemanas air
- Gelas ukur
- Sropwatch
- Buret
- Tiang statip
- Klem
2. Bahan-bahan:
- Larutan glukosa 5%
- Larutan fruktosa 5%
- Larutan arabinosa 5%
- Reagen Mollish
- H2SO4 pekat
- Reagen Selliwanof
- Reagen Benedict
- Larutan Sukrosa
- Larutan Laktosa
- Larutan Maltosa
D. CARA KERJA
1. Monosakarida
a. Reaksi Mollish
- Dimasukkan 2 mL larutan glukosa 5% ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 tetes reagen Mollish.
b. Reaksi Selliwanof
- Pada tabung I diisi 0,5 mL glukosa 5%, tabung II diisi 0,5 mL fruktosa 5%, dan tabung III diisi 0,5 mL
arabinosa 5%.
a. Tes Benedict
- Pada tabung I diisi 8 tetes maltosa, tabung II diisi 8 tetes laktosa, dan tabung III diisi 8 tetes sukrosa.
E. HASIL PENGAMATAN
(Terlampir).
F. ANALISIS DATA
1. Monosakarida
a. Reaksi Mollish
b. Reaksi Selliwanof
2. Disakarida
a. Test Benedict
reagen benedict
reagen benedict
G. PEMBAHASAN
Monosakarida dan disakarida memiliki beberapa sifat kimia spesifik yang berhubungan erat dengan
gugus fungsi pada molekulnya, yaitu –OH, aldehida, dan keton. Baik monosakarida maupun disakarida
sama-sama memiliki sifat mereduksi terutama dalam suasana basa, sebab memiliki gugus aldehida atau
keton bebas. Adanya sifat mereduksi ini, dapat digunakan untuk identifikasi karbohidrat dan analisis
kuantitatif.
Untuk identifikasi karbohidrat seperti yang dilakukan pada percobaan kali ini, digunakan beberapa
pereaksi diantaranya reagen Mollish, Selliwanof, dan Benedict. Penggunaan reagen Mollish bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya karbohidrat dalam suatu bahan, dimana jika suatu bahan yang
mengandung karbohidrat ditambahkan reagen Mollish dan asam sulfat pekat maka akan terbentuk
larutan berwarna ungu. Pada percobaan, glukosa yang ditambahkan reagen Mollish dan asam sulfat
pekat ternyata membentuk larutan berwarna ungu. Timbulnya warna ungu ini disebabkan oleh reaksi
kondensasi antara hidroksimetil furfural, yang merupakan hasil reaksi glukosa dengan asam sulfat pekat,
dengan α-naftol, yang merupakan kandungan dari reagen Mollish. Reaksi ini bersifat tidak cukup spesifik,
namun dapat digunakan untukmengetahui keberadaan karbohidrat.
Selanjutnya digunakan reagen Selliwanof untuk membedakan antara glukosa, fruktosa, dan arabinosa.
Ketika tiga jenis larutan tersebut ditambahkan reagen Selliwanof, tidak terjadi perubahan warna
sehingga warnanya tetap bening. Setelah dipanaskan, maka untuk glukosa dan arabinosa warnanya tetap
bening sedangkan untuk fruktosa warnanya berubah menjadi merah muda. Hal ini terjadi karena reagen
Selliwanof, yang merupakan larutan resorsinol (1,3-dihidroksibenzena) dalam asam HCl, mampu
mengubah fruktosa menjadi hidroksimetilfurfural yang kemudian akan bereaksi dengan resorsinol
membentuk senyawa berwarna merah. Adanya sifat yang khas dari Selliwanof untuk menunjukkan
keberadaan gugus keton, menyebabkan reagen ini bereaksi positif hanya terhadap fruktosa bukan
dengan yang lainnya (glukosa dan arabinosa).
Ada tidaknya sifat mereduksi pada disakarida, dalam hal ini adalah maltosa, laktosa, dan sukrosa, dapat
diketahui dengan menggunakan reagen Benedict yaitu suatu larutan yang mengandung kuprisulfat,
natrium karbonat, dan natrium sulfat. Suatu sakarida yang memiliki gugus aldehida atau keton bebas
dapat mereduksi Cu2+ dalam benedict menjadi Cu+ sehingga terjadi perubahan warna larutan dari biru
menjadi merah. Jika dilihat dari ikatan glikosidiknya, maka diketahui bahwa maltosa dan laktosa adalah
gula pereduksi sebab masih memiliki gugus aldehida bebas sedangkan sukrosa bukan gula pereduksi
karena gugus aldehida dan ketonnya digunakan untuk berikatan glikosidik. Namun berdasarkan hasil
percobaan, ternyata sukrosa yang telah ditambahkan benedict dan dipanaskan, berubah warna dari biru
menjadi orange muda mirip dengan maltosa dan laktosa yang warnanya berubah dari biru menjadi
orange tua. Hal ini dimungkinkan karena adanya kesalahan atau kekurangtelitian pada saat praktikum.
1. Simpulan
Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan, dan uraian pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
- Reagen Benedict digunakan untuk mengetahui adanya sifat mereduksi pada disakarida.
- Maltosa dan laktosa merupakan gula pereduksi, sedangkan sukrosa tidak sebab tidak mampu
mereduksi Cu2+ menjadi Cu+.
- Adanya gugus aldehida dan keton bebas yang dimiliki oleh monosakarida dan disakarida, kecuali
sukrosa, menyebabkannya memiliki sifat mereduksi.
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA