Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

Seorang Anak 5 Tahun dengan Keluhan Ngilu pada Gigi


Geraham Kiri Bawah

Oleh:
Felicia Linardi, S.Ked 04054821719043

Dyah Rahayu Utami, S.Ked 04054821719044

Pembimbing:

drg. Billy Sujatmiko, Sp.KG

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Judul

Seorang Anak 5 Tahun dengan Keluhan Ngilu pada Gigi


Geraham Kiri Bawah

Oleh:

Felicia Linardi, S.Ked 04054821719043

Dyah Rahayu Utami, S.Ked 04054821719044

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Univesitas Sriwijaya /
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 15 Januari – 31 Januari 2018.

Palembang, Januari 2018

drg. Billy Sujatmiko, Sp.KG


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Seorang Anak 5 Tahun
dengan Keluhan Ngilu pada Gigi Geraham Kiri Bawah” sebagai salah satu syarat
mengikuti Kepaniteraan Klinik di bagian Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran
Univesitas Sriwijaya.

Di kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada drg. Billy Sujatmiko, Sp.KG., selaku pembimbing yang telah
membantu penyelesaian laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam


penyusunan laporan kasus ini mengingat keterbatasan kemampuan penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap laporan kasus ini
dapat memberikan manfaat kepada pembacanya.

Demikianlah penulisan laporan kasus ini, semoga bermanfaat untuk penulis


dan orang lain.

Palembang, Januari 2018

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di
masyarakat luas. Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2007,
menunjukkan prevalensi nasional penyakit gigi dan mulut adalah 23,4%. Infeksi
merupakan salah satu penyebab utama berbagai penyakit gigi mulai dari lapisan
email, dentin, hingga pulpa maupun jaringan pendukung gigi lainnya. Pulpitis adalah
peradangan atau inflamasi dari pulpa dental sebagai akibat dari karies yang sudah
masuk ke dalam pulpa gigi, maupun trauma ditandai dengan gejala utama berupa rasa
sakit pada gigi.
Periodontitis merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang
melibatkan gingiva, ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar karena suatu
proses inflamasi. Inflamasi berasal dari gingiva (gingivitis) yang tidak dirawat, dan
bila proses berlanjut maka akan menginvasi struktur di bawahnya sehingga akan
terbentuk poket yang menyebabkan peradangan berlanjut dan merusak tulang serta
jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus dicabut.
Tidak hanya gigi, berbagai penyakit juga dapat terjadi pada seluruh bagian
mulut. Stomatitis atau lebih dikenali oleh masyarakat awam dengan “sariawan”
merupakan salah satu penyakit yang ulang kambuh pada mukosa mulut yang paling
sering terjadi. Stomatitis merupakan salah satu kasus yang sering dijumpai oleh dokter
gigi diseluruh dunia sehingga dihasilkan beberapa penelitian-penelitian yang
berhubungan dengan stomatitis. Adapun chelitis yaitu peradangan pada bibir dapat
disebabkan oleh berbagai factor, bisa alergi atau peradangan. Bibir bawah adalah
daerah yang paling umum terkena Cheilitis. Lesi dari penyakit ini mungkin
terlokalisasi di bibir atau dapat meluas ke mukokutan yang berdekatan atau bahkan
sampai di kulit wajah.
Laporan kasus pasien dengan pulpitis, periodontitis, dan stomatitis dianggap
penting untuk dibahas guna menambah ilmu pengetahuan baik bagi dokter maupun
masyarakat luas.
BAB II
STATUS PASIEN

1.1 Identifikasi Pasien


Nama : Rendi Kurniawan
Umur : 5 Tahun (11 Juli 2012)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir :-
Alamat : Desa Sidomulyo, Sungai Menang, Kab. Ogan
Komering Ilir
Kebangsaan : Indonesia
Pekerjaan : TOT
MRS : 12 Januari 2018
No Medrec : 1036021

1.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama:
Pasien dikonsulkan dari bagian anak RSMH dengan ALL SR + AIHA

+   Demam   neutropenia   +   Susp.   Hernia   scrotalis   dekstra   untuk   dilakukan

pemeriksaan gigi dan mulut untuk mengevaluasi dan tatalaksana ngilu pada

gigi geraham kiri bawah.

b. Keluhan Tambahan:
Bibir terasa pecah-pecah dan sakit perih

c. Riwayat Perjalanan Penyakit:


Pasien dirawat di bagian anak RSMH dengan diagnosis ALL SR +

AIHA   +   Demam   neutropenia   +   Susp.   Hernia   scrotalis   dekstra. Pasien


kemudian dikonsultasikan ke bagian gigi dan mulut untuk mengevaluasi dan
tatalaksana gigi yang ngilu pada geraham kiri bawah. Pasien mengeluh gigi
bagian kiri bawah sakit sejak seminggu yang lalu. Gigi tersebut akan
bertambah sakit apabila digunakan untuk mengunyah makanan. Pasien
mengeluh gusi mudah berdarah. Pasien suka mengkonsumsi permen dan
coklat. Pasien mengaku menyikat gigi 1-2 kali sehari saat mandi pagi, jarang
menggosok gigi sebelum tidur. Pasien juga mengeluh bibirnya terasa pecah-
pecah dan sakit perih sejak 5 hari yang lalu. Pasien mengaku tidak
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan secara teratur. Kondisi tersebut
belum pernah dialami pasien sebelumnya. Pasien juga mempunyai kebiasaan
buruk yaitu menjilat-jilat bibirnya menggunakan lidah. Pasien telah
terdiagnosa ALL SR sejak 22 Desember 2017, pasien direncanakan
kemoterapi dan kemudian pasien datang ke poli anak RSMH.

d. Riwayat Penyakit atau Kelainan Sistemik


Penyakit atau Kelainan Sistemik Ada Disangkal
Alergi : debu, dingin √
Penyakit Jantung √
Penyakit Tekanan Darah Tinggi √
Penyakit Diabetes Melitus √
Penyakit Kelainan Darah √
Penyakit Hepatitis A/B/C/D/E/F/G/H √
Kelainan Hati Lainnya √
HIV/ AIDS √
Penyakit Pernafasan/paru √
Kelainan Pencernaan √
Penyakit Ginjal √
Penyakit / Kelainan Kelenjar ludah √
Epilepsi √

e. Riwayat Penyakit Gigi dan Mulut Sebelumnya:


 Riwayat cabut gigi (-)
 Riwayat tambal gigi (-)
 Riwayat trauma (-)
 Riwayat membersihkan karang gigi (-)

f.Riwayat Kebiasaan:
 Pasien menggosok gigi 1-2x sehari saat mandi pagi, jarang menggosok
gigi sebelum tidur.
 Kebiasaan mengonsumsi permen atau coklat (+).
 Pasien mengaku tidak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan secara
teratur.
 Kebiasaan menjilat-jilat bibirnya menggunakan lidah (+).

g. Riwayat Keluarga: (-)


1.3 Pemeriksaan Fisik
a. Status Umum Pasien
1. Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Berat Badan : 19 kg
4. Tinggi Badan : 116 cm
5. IMT :
- BB/TB anak laki-laki : -1 SD
- IMT/U anak laki-laki 5-18 tahun : -1 SD
Kesan : Gizi baik
6. Vital Sign
- Nadi : 90 x/menit, isi dan tegangan cukup
- RR : 24 x/menit
- Temp : 370C
- TD : 110/60 mmHg

b. Pemeriksaan Ekstra Oral


- Wajah : Simetris
- Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
- Hidung : tidak ada kelainan
- Bibir : lesi erosif dengan jumlah multiple, simetris
bilateral, dengan ukuran lesi paling panjang 2 mm, paling pendek 1 mm,
batasnya difuse, dengan dasar lesi warna kemerahan.
- Kulit sekitar mulut : tidak ada kelainan
- KGB submandibula : tidak teraba
- TMJ : tidak ada dislokasi dan clicking

c. Pemeriksaan Intra Oral


- Mukosa bukal : cheek biting (+), enlargement (-), nyeri (+),
stomatitis (+) di regio posterior sinistra
- Mukosa labial : stomatitis (-)
- Mukosa lingual : stomatitis (-), enlargement (-), nyeri (-)
- Mukosa palatina : tidak ada kelainan
- Gingiva : tampak eritema dan oedema pada marginal
gingival
- Palatum : (-)
- Lidah : tidak ada kelainan
- Dasar mulut : tidak ada kelainan
- Hubungan rahang : ortognati
- Kelainan gigi geligi : -
- Debris : di regio A B
- Plak : di semua regio
- Kalkulus : di semua regio

1.4 Status Lokalis

Gigi Lesi Sondase CE Perkusi Palpasi Diagnosis Tindakan


Karies Tidak Pulpitis Pro tumpatan
52 - - -
D5 dilakukan reversible
Karies Tidak Pulpitis Pro tumpatan
51 - - -
D5 dilakukan reversible
Karies Tidak Pulpitis Pro tumpatan
61 + - -
D4 dilakukan reversible
Karies Tidak Pulpitis Pro tumpatan
62 +
D5 dilakukan reversible
Karies Tidak Pulpitis Pro tumpatan
64 - - -
D4 dilakukan reversible
Karies Tidak Pulpitis Pro tumpatan
65 - - -
D4 dilakukan reversible
Pro
Tidak Goyang
36 + + Periodontitis medikamento
dilakukan (+)
sa
Karies Tidak Pulpitis Pro tumpatan
74 - - -
D5 dilakukan reversible
Karies Tidak Pulpitis Pro tumpatan
85 - - -
D4 dilakukan reversible

1.5 Odontogram
Kalkulus
Kalkulus
Keterangan :
O : Caries
1.6 Temuan Masalah 

a. Pulpitis reversible pada gigi 5.2, 5.1, 6.1, 6.2, 6.4, 6.5, 7.4, 8.5

b. Periodontitis akut pada gigi 3.6

c. Stomatitis pada regio bucal posterior sinistra

d. Cheilitis pada bibir 

1.7 Perencanaan Terapi


- Pulpitis reversible : pro tumpatan
- Periodontitis akut  : pro medikamentosa 
  (meropenem 3 x 250 mg IV)
- Stomatitis : pro medikamentosa
  (betadine kumur)
- Cheilitis : pro medikamentosa
  (borax gliserin)

1.8 Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Fungsionam : Dubia ad Bonam

1.9 JAWABAN KONSUL


Telah dilakukan pemeriksaan Rendi/ laki-laki / 5 th. Pada pasien ditemukan:
- Gigi 5.2, 5.1, 6.1, 6.2, 6.4, 6.5, 7.4 dan 8.5. Diagnosa pulpitis
reversible, pro tumpatan.
- Gigi 3.6 dengan periodontitis akut, pro medikamentosa.
- Stomatitis pada mukosa bucal posterior sinistra, pro medikamentosa.
- Cheilitis pada bibir pro medikamentosa
Telah dilakukan oral health care pada pasien.
Lampiran Foto Pasien
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Periodontitis
Definisi
Periodontitis adalah peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi
(jaringan periodontium). Yang termasuk jaringan penyangga gigi adalah
gusi, tulang yang membentuk kantong tempat gigi berada, dan ligamen
periodontal (selapis tipis jaringan ikat yang memegang gigi dalam kantongnya dan
juga berfungsi sebagai media peredam antara gigi dan tulang).
Suatu keadaan dapat disebut periodontitis bila perlekatan antara jaringan
periodontal dengan gigi mengalami kerusakan. Selain itu tulang alveolar (= tulang
yang menyangga gigi) juga mengalami kerusakan.
Periodontitis dapat berkembang dari gingivitis (peradangan atau infeksi pada
gusi) yang tidak dirawat. Infeksi akan meluas dari gusi ke arah tulang di bawah gigi
sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan periodontal.
Etiologi
Periodontitis umumnya disebabkan oleh plak. Plak adalah lapisan tipis biofilm
yang mengandung bakteri, produk bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini melekat
pada permukaan gigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Plak yang
menyebabkan gingivitis dan periodontitis adalah plak yang berada tepat di atas garis
gusi. Bakteri dan produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga terjadi proses
peradangan dan terjadilah periodontitis.
Etiologi Periodontitis Secara Umum
Terutama disebabkan oleh mikroorganisme dan produk-produknya yaitu: plak
supra dan sub gingiva. Faktor predisposisi atau faktor etiologi sekunder dari
periodontitis dapat dihubungkan dengan adanya akumulasi, retensi dan maturasi dari
plak, kalkulus yang terdapat pada gingiva tepi dan yang over kontur, impaksi
makanan yang menyebabkan terjadinya kedalaman poket. Faktor sistemik juga dapat
berpengaruh pada terjadinya periodontitis, meskipun tidak didahului oleh proses
inflamasi. Tekanan oklusal yang berlebihan juga dapat memainkan peranan penting
pada progresivitas penyakit periodontitis dan terjadinya kerusakan tulang (contohnya:
pada pemakaian alat ortodonsi dengan tekanan yang berlebihan).
Karekteristik klinis
Gingiva biasanya mengalami inflamasi kronis. Penampakan luar sangat
bervariasi tergantung dari lamanya waktu terjadinya penyakit dan respons dari
jaringan itu sendiri. Warna gingiva bervariasi dari merah sampai merah kebiruan.
Konsistensinya dari odem sampai fibrotik. Teksturnya tidak stippling, konturnya pada
gingiva tepi membulat dan pada interdental gingiva mendatar. Ukurannya rata-rata
membesar, junctional epithelium berjarak 3-4 mm kearah apikal dari CEJ. Tendensi
perdarahan banyak, pada permukaan gigi biasanya terdapat kalkulus diikuti dengan
adanya eksudat purulen dan terdapat poket periodontal yang lebih dari 2 mm, terjadi
mobilitas gigi.
Mekanisme Kerusakan Jaringan Periodontal
Osteoklas dan fagositosis mononukklear merupakan suatu peningkatan produk
pada jaringan periodontal selama terjadinya inflamasi periodontal. Keduanya dapat
mengakibatkan resopsi tulang dengan cara menghilangkan meneral dan kemudian
memaparkan kolagen. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menunjukan stimulasi
pada peningkatan osteoklas
1. Produksi osteoklas- faktor aktivasi dari leukosit distimulasi oleh antigen dari
plak gigi
2. Peningkatan vaskularitas dihubungkan dengan inflamasi.
3. Endotoksin dari mikroorganisme bacteriodes melaninogeniccus.
Faktor lain yang dihubungkan dengan resorpsi tulang adalah ekstrak glandula
paratiroid, fragmen tumor, heparin, prostaglandin, kolagenase, hyaluronidase dan
tekanan yang berlebihan pada bagian oklusal. Resorpsi tulang pada penyakit
periodontal bukan merupakan proses nekrosis, tetapi merupakan suatu proses yang
dapat merusak sel-sel tulang.
Histopatologi dan Patogenesis
Periodontitis dimulai dengan gingivitis dan bila kemungkinan terjadi proses
inflamasi, maka pada kebanyakan pasien, tetapi tidak semua pasien terjadi proses
inflamasi secara bertahap dan akan memasuki jaringan periodontal yang lebih dalam.
Bersama dengan proses inflamasi akan timbul potensi untuk menstimulasi resorpsi
jaringan periodontal dan pembentukan poket periodontal.
Tipe poket periodontal
Poket periodontal merupakan suatu pendalaman sulkus gingiva dengan migrasi apikal
dari apitelium junction dan rusaknya ligamen periodontal serta tulang alveolar.
Ada dua tipe poket periodontal yang didasarkan pada hubungan antara epitelium
junction dengan tulang alveolar.
1. Poket periodontal suprabony yaitu dasar poket merupakan bagian koronal dari
puncak tulang alveolar.
2. Poket periodontal infrabony yaitu dasar poket merupakan bagian apikal dari
puncak tulang alveolar.
Pembentukan poket periodontal
Poket periodontal adalah sulkus gingiva yang mengalami pendalaman karena
migrasi apikal junctional epithelium dan kerusakan ligamen periodontal serta tulang
alveolar. Pembesaran gingiva juga berperan dalam meningkatkan kedalaman poket .
Sementara mekanisme yang pasti dari pembentukan poket belum diketahui
secara lengkap. Page dan Schoeder, dua orang ahli patologis yang terkemuka,
membuat klasifikasi tahap patogenesis sebagai berikut:
1. Permulaan terjadinya lesi :
Karekteristik dari permulaan lesi adalah vaskulitis pembuluh-pembuluh darah
yang mengarah ke dalam junctional epithelium, meningkatnya aliran cairan
gingiva, gerakan leukosit ke dalam junctional epithelium dan sulkus gingiva,
protein serum ekstraseluler, perubahan aspek koronal dari junctional
epithelium, dan hilangnya serabut-serabut kolagen disekitar pembuluh darah
gingiva.
2. Lesi tingkat awal :
Lesi awal terlihat dimulai dengan karakteristik permulaan lesi dalam jumlah
yang besar, munculnya sel-sel limfoit di bawah junctional epithelium dimana
ada konsentrasi akut, perubahan fibroblas, serabut-serabut kolagen gingiva
mengalami kerusakan yang lebih parah, dan proliferasi awal sel-sel basal pada
junctional epithelium.
3. Lesi yang telah terbentuk :
Dengan adanya lesi yang telah terbentuk manifestasi inflamasi akut akan
bertahan;didominasi oleh sel-sel plasma; akumulasi immunoglobulin di bagian
ekstravaskular;kerusakan serabut-serabut kolagen terus berlanjut; proliferasi,
migrasi apikal dan terlihat perluasan junctional epithelium ke lateral; dan ada
kemungkinan pembentukan poket periodontal awal, tetapi tidak terjadi
kerusakan tulang yang cukup besar.
4. Lesi tingkat lanjut :
Lesi tingkat lanjut adalah tipikal dari periodontitis dan mempunyai
karakteristik sebagai kelanjutan dari gambaran lesi yang telah terbentuk,
penyebaran lesi ke dalam tulang alveolar dan ligamen periodontal yang
mengakibatkan kerusakan tulang, hilangnya serabut-serabut kolagen yang
berdekatan dengan poket epithelium, fibrosis pada daerah yang lebih periferal,
adanya sel-sel plasma yang telah berubah, pembentukan poket periodontal,
periode eksaserbasi dan periode aktifitas patologis yang sangat kecil,
perubahan sumsum tulang menjadi jaringan fibrous, dan secara umum terlihat
adanya reaksi jaringan inflamasi dan immunopatologis.

Gejala
Kadang pasien tidak merasakan rasa sakit ataupun gejala lainnya. Biasanya tanda-
tanda yang dapat diperhatikan adalah :
- Gusi berdarah saat menyikat gigi.
- Gusi berwarna merah, bengkak, dan lunak.
- Terlihat adanya bagian gusi yang turun dan menjauhi gigi.
- Terdapat nanah di antara gigi dan gusi.
- Gigi goyang.

Pemeriksaan
Dokter gigi biasanya akan melakukan pemeriksaan klinis pada jaringan gusi
dan melihat apakah ada gigi-gigi yang mengalami kegoyangan. Hubungan antara gigi-
gigi rahang atas dan bawah saat menggigit juga akan diperiksa.
Kemudian dokter gigi akan melakukan pemeriksaan yang disebut periodontal
probing, yaitu teknik yang digunakan untuk mengukur kedalaman poket (kantong
yang terbentuk di antara gusi dan gigi). Kedalaman poket ini dapat menjadi salah satu
petunjuk seberapa jauh kerusakan yang terjadi. Sebagai tambahan, pemeriksaan
radiografik (x-rays) juga perlu dilakukan untuk melihat tingkat keparahan kerusakan
tulang.
Penatalaksanaan
Perawatan periodontitis dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
Fase I : fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa
faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau
melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa prosedur
yang dilakukan pada fase I :
1. Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak.
2. Scaling dan root planning

3. Perawatan karies dan lesi endodontik


4. Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging
5. Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment)
6. Splinting temporer pada gigi yang goyah
7. Perawatan ortodontik
8. Analisis diet dan evaluasinya
9. Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas
Fase II : fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti
poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang sebagai
suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi
dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun pada
fase ini:
1. Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain:
kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal, rekonturing
tulang (bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue
graft)
2. Penyesuaian oklusi
3. Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilang
Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan
pada penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada
fase ini:
1. Riwayat medis dan riwayat gigi pasien
2. Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor plak, ada
tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi
3. Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan tulang
alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali
4. Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas kontrol
plak pasien dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus
5. Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies
Pencegahan
Pencegahan penyakit periodontal antara lain dengan cara :
1. Menyikat gigi setiap habis makan dengan pasta gigi yang mengandung
fluoride
2. Membersihkan sela-sela antara gigi dengan dental floss, dental floss ini
gunanya untuk mengangkat sisa makanan yang terdapat di leher gigi dan di
bawah gusi
3. Saat ini sudah banyak di produksi "dental water jet" yang terbukti lebih efektif
menghilangkan perdarahan gusi di bandingkan dental floss
4. Makanan bergizi yang seimbang
5. Mengunjungi dokter gigi secara teratur untuk dilakukan pemeriksaan rutin dan
cleaning

B. Pulpitis
Penyakit jaringan pulpa terdiri dari :
1. Pulpitis
a. Pulpitis Reversible
b. Pulpitis Irreversible
c. Pulpitis Hiperplastik Kronis
2. Nekrosis
3. Gangren

a. Pulpitis Reversible
Suatu kondisi inflamasi pulpa ringan-sampai-sedang yang disebabkan oleh stimuli
noksius, tetapi pulpa mampu kembali pada keadaan tidakterinflamasi setelah stimuli
ditiadakan. Rasa sakit yang berlangsung sebentar dapat dihasilkan oleh stimuli termal
pada pulpa yang mengalami inflamasi reversibel, tetapi rasa sakit hilang segera
setelah stimuli dihilangkan.
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi ringan-
sampai-sedang terbatas pada daerah di mana tubuli dentin terlibat,seperti misalnya
karies dentin. Secara mikroskopis, terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan
odontoblas, pembesaran pembuluh darah, ekstravasasi cairan edema, dan adanya sel
inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis
menonjol, dapat dilihat juga sel inflamasi akut.
Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu melukai pulpa,
misal:
- trauma : akibat pukulan atau hubungan oklusal yang terganggu;
- syok termal : pada waktu melakukan preparasi kavitas dengan bur tumpul, atau
membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi, atau karena panas
yang berlebihan pada waktu memoles tumpatan
- dehidrasi kavitas dengan alkohol atau kloroform yang berlebihan, atau rangsangan
pada leher gigi yang dentinnya terbuka
- penempatan tumpatan amalgam yang baru berkontak, atau beroklusi dengan suatu
restorasi emas
- stimulus kimiawi : bahan makanan manis atau masam atau iritasi tumpatan silikat
atau akrilik polimerisasi
- bakteri dari karies. Setelah insersi suatu restorasi, pasien sering mengeluh tentang
sensitivita sringan terhadap perubahan temperatur, terutama dingin.

Gejala-gejala
- Pulpitis reversibel simptomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya sebentar.
- Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman dingin daripada panas dan
oleh udara dingin.
- Tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya telah ditiadakan.
Perbedaannya klinis antara pulpitis reversibel dan irreversibel adalah kuantitatif,
rasa sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah dan berlangsung lebih lama. Pada
pulpitis reversibel, penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu stimulus,
seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan pulpitis irreversibel rasa sakit dapat
datang tanpa stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel asimptomatik dapat disebabkan
karena karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali setelah karies dihilangkan
dan gigi direstorasi dengan baik.

Diagnosis
Diagnosis berdasarkan suatu studi mengenai gejala pasien dan berdasarkan tes
klinis.
- Rasa sakitnya tajam
- Berlangsung beberapa detik, dan umumnya berhenti bila stimulus dihilangkan.
- Dingin, manis, atau masam biasanya menyebabkan rasa sakit.
- Rasa sakit dapat menjadi kronis.
- Pulpa dapat sembuh sama sekali, atau rasa sakit dapat tiap kali dapat berlangsung
lebih lama dan interval keringanan dapat menjadi lebih pendek, sampai akhirnya
pulpa mati.
- Karena pulpa sensitif terhadap perubahan temperatur, terutama dingin, aplikasi
dingin merupakan suatu cara yang bagus untuk menemukan dan mendiagnosis gigi
yang terlibat.
- Sebuah gigi dengan pulpitis reversibel secara normal bereaksi terhadap perkusi,
palpasi, dan mobilitas, dan pada pemeriksaan radiografi jaringan periapikal adalah
normal.
Anamnesa :
· Biasanya nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin
· Nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus menerus
· Rasa nyeri lama hilangnya setelah rangsangan dihilangkan
Pemeriksaan Objektif :
· Ekstra oral : Tidak ada pembengkakan
· Intra oral :
o Perkusi (-)
o Karies mengenai dentin/karies profunda
o Pulpa belum terbuka
o Sondase (+)
o Chlor etil (+)

b. Pulpitis Irreversible
Kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat simptomatik atau asimptomatik
yang disebabkan oleh stimulus noksius. Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa
sakit yang biasanya disebabkan oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit timbul
secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan
tetap ada setelah stimulus termal dihilangkan.
Gangguan ini mempunyai tingkatan inflamasi kronis dan akut di dalam pulpa.
Pulpitis irreversibel dapat disebabkan oleh suatu stimulus berbahaya yang
berlangsung lama seperti misalnya karies. Bila karies menembus dentin dapat
menyebabkan respon inflamasi kronis. Bila karies tidak diambil, perubahan inflamasi
di dalam pulpa akan meningkat keparahannya jika kerusakan mendekati pulpa.
Sebab paling umum pulpitis irreversibel adalah
- Keterlibatan bakteri pulpa melalui karies, meskipun faktor klinis, kimiawi, termal,
atau mekanis yang telah disebut sebagai penyebab penyakit pulpa, mungkin juga
menyebabkan pulpitis.
- Pulpitis reversibel dapat memburuk menjadi pulpitis irreversibel.

Gejala-gejala
Pada tingkat awal pulpitis irreversibel, suatu paroksisme rasa sakit dapat disebabkan
oleh hal-hal berikut :
- perubahan temperatur, terutama dingin
- bahan makanan manis atau masam
- tekanan makanan yang masuk ke dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan
oleh lidah atau pipi
- sikap berbaring yang menyebabkan kongesti pembuluh darah pulpa.
Rasa sakit biasanya tetap berlangsung meski penyebabnya dihilangkan, dan dapat
datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas.Pasien dapat melukiskan
rasa sakit sebagai menusuk, tajam-menusuk, atau menyentak-nyentak, dan umumnya
adalah parah. Rasa sakit dapat sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada
tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya
suatu stimulus eksternal.

Diagnosis
- Pemeriksaan biasanya menemukan suatu kavitas dalam yang meluas ke pulpa
atau karies di bawah tumpatan.
- Pulpa mungkin sudah terbuka.
- Waktu mencapai jalan masuk ke lubang pembukaan akan terlihat suatu lapisan
keabu-abuan yang menyerupai buih meliputi pulpa terbuka dan dentin sekitarnya.
Probing ke dalam daerah ini tidak menyebakan rasa sakit pada pasien hingga
dicapai daerah pulpa yang lebih dalam. Pada tingkat ini dapat terjadi sakit dan
perdarahan.
- Bila pulpa tidak terbuka oleh proses karies, dapat terlihat sedikit nanah jika dicapai
jalan masuk ke kamar pulpa.
Pemeriksaan radiografik mungkin tidak menunjukkan sesuatu yang nyata yang
belum diketahui secara klinis, mungkin memperlihatkan suatu kavitas proksimal yang
secara visual tidak terlihat, atau mungkin memberi kesan keterlibatan suatu tanduk
pulpa. Suatu radiografi dapat juga menunjukkan pembukaan pulpa, karies di bawah
suatu tumpatan, atau suatu kavitas dalam atau tumpatan mengancam integritas pulpa.
Pada tingkat awal pulpitis irreversibel, tes termal dapat mendatangkan rasa sakit yang
bertahan setelah penghilangan stimulus termal. Pada tingkat belakangan, bila pulpa
terbuka, dapat bereaksi secara normal. Hasil pemeriksaan untuk tes mobilitas, perkusi
dan palpasi adalah negatif.
Anamnesa :
· Nyeri tajam spontan yang berlangsung terus-menerus menjalar kebelakang telinga·
· Penderita tidak dapat menunjukkan gigi yang sakit
Pemeriksaan Objektif :
· Ekstra oral : tidak ada kelainan
· Intra oral : Kavitas terlihat dalam dan tertutup sisa makanan
o Pulpa terbuka bisa juga tidak
o Sondase (+)
o Khlor ethil (+)
o Perkusi bisa (+) bisa (-)

C. Stomatitis
Stomatitis merupakan bahasa awam untuk berbagai macam lesi/benjolan yang
timbul di rongga mulut. Namun biasanya jenis sariawan yang sering timbul sehari-
hari pada rongga mulut kita disebut (dalam istilah kedokteran gigi) adalah Stomatitis
Aftosa Rekuren. Sariawan atau stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa
mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak
tunggal maupun berkelompok. Sariawan dapat menyerang selaput lendir pipi bagian
dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut.
Meskipun tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat mengganggu. Ada pula
yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik abnormal pada
rongga mulut.
Etiologi
Sampai saat ini penyebab utama dari Stomatitis belum diketahui. Namun para
ahli telah menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya stomatitis ini,
diantaranya adalah :
Penyebab yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti :
1. Kebersihan mulut yang kurang
2. Letak susunan gigi/ kawat gigi
3. Makanan /minuman yang panas dan pedas
4. Rokok
5. Pasta gigi yang tidak cocok
6. Lipstik
7. Infeksi jamur
8. Overhang tambalan atau karies, protesa (gigi tiruan)
9. Luka pada bibir akibat tergigit/benturan.
Bagian dari penyakit sistemik antara lain :
a. Reaksi alergi : seriawan timbul setelah makan jenis makanan tertentu
b. Jenis makanan ini berbeda untuk tiap-tiap penderita
c. Hormonal imbalance
d. Stres mental
e. Kekurangan vitamin B12 dan mineral
f. Gangguan pencernaan
g. Radiasi
Infeksi virus dan bakteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya sariawan ini. Ada
pula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik abnormal pada
rongga mulut. Dan imunologik sangat erat hubungannya dengan psikologis (stress).
Faktor psikologis (stress) telah diselidiki berhubungan dengan timbulnya stomatitis
(sariawan) di sebagian besar masyarakat. Berikut adalah klasifikasi stomatitis :
a. Stomatitis Primer, meliputi :
1. Recurrent Aphtouch Stomatitis (RAS)
Merupakan ulcer yang terjadi berulang. Bentuknya 2 – 5 mm, awal lesi kecil,
dan berwarna kemerahan. Akan sembuh ± 2 minggu tanpa luka parut.
2. Herpes Simplek Stomatitis
Stomatitis yang disebabkan oleh virus. Bentuknya menyerupai vesikel.
3. Vincent’s Stomatitis
Stomatitis yang terjadi pada jaringan normal ketika daya tahan tubuh menurun.
Etiologinya, bakteri normal yang ada pada mulut, yaitu B. Flora. Bentuk
stomatitis ini erythem, ulcer dan nekrosis pada ginggival.
4. Traumatik Ulcer
Stomatitis yang ditemukan karena trauma. Bentuknya lesi lebih jelas, dan
nyeri tidak hebat.
b. Stomatitis Sekunder, merupakan stomatitis yang secara umum terjadi akibat
infeksi oleh virus atau bakteri ketika host (inang) resisten baik lokal maupun
sistemik.
Patofisiologi
Identifikasi pada pasien dengan resiko tinggi, memungkinkan dokter gigi
untuk memulai evaluasi pra-perawatan dan melakukan tindakan profilaktis yang
terukur untuk meminimalkan insidens dan morbiditas yang berkaitan dengan
toksisitas rongga mulut. Faktor resiko paling utama pada perkembangan komplikasi
oral selama dan terhadap perawatan adalah pra-kehadiran penyakit mulut dan gigi,
perhatian yang kurang terhadap rongga mulut selama terapi dan faktor lainnya
berpengaruh pada ketahanan dari rongga mulut. Faktor resiko lainnya adalah : tipe
dari kanker (melibatkan lokasi dan histology), penggunaan antineoplastik, dosis dan
administrasi penjadwalan perawatan, kemudian area radiasi, dosisnya, jadwal
dilakukan radiasi (kekerapan dan durasi dari antisipasi myelosuppresi) serta umur
pasien. Keadaan sebelum hadirnya penyakit seperti adanya kalkulus, gigi yang rusak,
kesalahan restorasi, penyakit periodontal, gingivitis dan penggunaan alat prostodontik,
berkontribusi terhadap berkembangnya infeksi lokal dan sistemik. Kolonisasi bakteri
dan jamur dari kalkulus, plak, pulpa, poket periodontal, kerusakan operculum, gigi
palsu, dan penggunaan alat-alat kedokteran gigi merupakan sebuah lahan yang subur
buat organisme opportunistik dan pathogenistik yang mungkin berkembang pada
infeksi lokal dan sistemik. Tambalan yang berlebih atau peralatan lain yang melekat
pada gigi, membuat lapisan mulut lebih buruk, menebal dan mengalami atropi,
kemudian menghasilkan ulserasi local (stomatitis).
Manifestasi Klinis
a. Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam :
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar
b. Stadium Pre Ulcerasi
Adanya udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula
pavula serta terjadi peninggian 1- 3 hari
c. Stadium Ulcerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas
sisinya merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari. Masa
penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.
1. Gambaran Klinis dari Stomatitis
a) Lesi bersifat ulcerasi
b) Bentuk oval / bulat
c) Sifat tersebar
d) Batasnya jelas
e) Biasa singulas (sendiri-sendiri) dan multiple (kelompok)
f) Tepi merah
g) Lesi dangkal
h) Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut
Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau
kumur sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsi.
Pemeriksaan laboratorium :
a. WBC menurun pada stomatitis sekunder
b. Pemeriksaan kultur virus ; cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis
c. Pemeriksaan cultur bakteri ; eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis
Penatalaksanaan Medis
a) Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai.
b) Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya.
c) Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup,
terutama makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi.
d) Hindari stress
e) Pemberian Atibiotik
Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien
topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor.
Pada kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti
triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah
makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif terhadap
kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila gagal juga
maka di berikan talidomid.
f) Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus
diperlukan antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur
garam (jangan menggunakan antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan
penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan stomatitis aphtosa terutama
penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan jangka panjang yang efektif adalah
menghindari faktor pencetus. Digunakan satu dari dua terapi yang dianjurkan
yaitu:
1) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan
kemudian 1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin
B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral atau anemia
makrocytik, dan pasien berasal dari golongan sosioekonomi bawah.
2) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada perawatan
lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada
waktu follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.

D. Cheilitis
Cheilitis disebabkan oleh berbagai factor, bisa alergi atau peradangan. Bibir
bawah adalah daerah yang paling umum terkena Cheilitis. Lesi dari penyakit ini
mungkin terlokalisasi di bibir atau dapat meluas ke mukokutan yang berdekatan atau
bahkan sampai di kulit wajah.
1.Exfoliative Cheilitis
 Merupakan kelainan inflamasi kronis pada bibir
 Gambaran klinis berupa eritem, krusta, dan scaling pada vermillion border
bibir. Polanya berulang, menghasilkan penebalan hiperkeratotik kekuningan,
krusta, dan fisur.
 Lesi biasanya terjadi pada wanita muda, persisten selama beberapa bulan
bahkan sampai beberapa tahun dan sering menyebabkan masalah kosmetik
 Diagnosis didapat berdasarkan temuan klinis
 DD : Contact Cheilitis, Actinic Cheilitis
 Perawatan : symptomatic. Dapat menggunakan topical moistening agent dan
steroid. Topical ointment tacrolimus 0,1%
2.Contact Cheilitis
 Merupakan kelainan inflamasi akut pada bibir
 Etiologi : Kontak dengan bahan kimia
 Gambaran klinis berupa mild edema dan erythem diikuti thick scaling dan
iritasi pada vermilion border bibir
 Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan klinis dan skin patch test
 DD : Exfoliative cheilitis
 Perawatan : penghentian kontak dengan bahan kimia dan topical steroid
3. Actinic Cheilitis
 Merupakan kelainan degenerative kronis pada bibir
 Etiologi : longterm exposure pada cahaya matahari
 Gambaran klinis : pada tahap awal terlihat mild edema dan erythema serta
bersisik dan kering pada vermillion border bibir bawah. Pada lesi yang telah
berkembang, epitel menjadi tipis dan halus dengan area putih keabu-abuan
diikuti erythema dan scaly formation. Terkadang timbul erosi dan nodul. Lesi
premalignant, dan sering timbul pada pria diatas 50 tahun
 DD : Leukoplakia, lichen planus, lupus erythematosus
 Perawatan : proteksi bibir terhadap cahaya matahari. Vermilionectomy
dilakukan pada kasus yang parah.

4. Cheilitis Glandularis
 Merupakan kondisi inflamasi kronis kelenjar saliva minor
 Gambaran klinis : pembengkakan bibir bawah akibat hyperplasia dan
inflamasi kelenjar. Orifis kelenjar saliva mengalami dilatasi, sehingga
penekanan pada bibir mengeluarkan cairan mucous pada orifis tersebut.
Terkadang disertai krusta dan erosi
 DD : Cheilitis granulomatosa, sarcoidosis, cystic fibrosis
 Perawatan supportive dan vermilionectomy pada kasus parah.

5. Cheilitis Granulomatosa
 Gambaran klinis : pembengkakan diffuse, persisten dan painless pada bibir.
Juga dijumpai vesikel kecil, erosi, dan scaling.
 DD : Cheilitis glandularis, sarcoidosis, cystic fibrosis
 Perawatan : steroid sistemik/topical, tetracycline, plastic surgery.
6. Angular Cheilitis
 Merupakan kelainan pada sudut mulut
 Etiologi : penurunan dimensi vertical, trauma mekanis, iron deficiency,
riboflavin deficiency, Candida albicans, staphylococci, streptococci.
 Gambaran klinis : eritem, macerasi, fissuring, erosi, dan krusta pada
commisure. Pasien kadang mengeluh sensasi terbakar dan kering
 Perawatan : koreksi dimensi vertical, topical steroid, dan antifungal ointments
BAB IV
ANALISIS KASUS

Seorang laki-laki, 5 tahun, yang dirawat di bagian anak RSMH dengan ALL
SR + AIHA + Demam neutropenia + Susp. Hernia scrotalis dextra dikonsultasikan ke
bagian gigi dan mulut untuk mengevaluasi dan tatalaksana gigi yang ngilu pada
geraham kiri bawah. Pasien mengeluh gigi bagian kiri bawah sakit sejak seminggu
yang lalu. Gigi tersebut akan bertambah sakit apabila digunakan untuk mengunyah
makanan. Pasien mengeluh gusi mudah berdarah. Pasien suka mengkonsumsi permen
dan coklat. Pasien mengaku menyikat gigi 1-2 kali sehari saat mandi pagi, jarang
menggosok gigi sebelum tidur. Pasien juga mengeluh bibirnya terasa pecah-pecah dan
sakit perih sejak 5 hari yang lalu. Pasien mengaku tidak mengkonsumsi sayuran dan
buah-buahan secara teratur. Kondisi tersebut belum pernah dialami pasien
sebelumnya. Pasien juga mempunyai kebiasaan buruk yaitu menjilat-jilat bibirnya
menggunakan lidah. Pasien telah terdiagnosa ALL SR sejak 22 Desember 2017.
Saat dikonsulkan ke Poli Gigi dan Mulut, keadaan umum pasien tampak
kompos mentis, nadi 90 x/menit, pernafasan 204 x/menit, suhu 37 oC dan tekanan
darah 110/60 mmHg. Pada pemeriksaan ekstra oral pada bibir didapatkan lesi erosif
dengan jumlah multiple, simetris bilateral, dengan ukuran lesi paling panjang 2 mm,
paling pendek 1 mm, batasnya difuse, dengan dasar lesi warna kemerahan. Pada
pemeriksaan intra oral bagian mukosa bukal posterior sinistra terdapat stomatitis,
terdapat nyeri. Serta pada gingiva tampak eritema dan oedema pada marginal
gingival. Pada pasien didapatkan kalkulus (+), yang berarti adanya lapisan lunak dan
keras yang menempel pada gigi. Pada status lokalis didapatkan adanya pulpitis
reversible pada gigi 5.2, 5.1, 6.1, 6.2, 6.4, 6.5, 7.4 dan 8.5, serta terdapat periodontitis
akut pada gigi 3.6. Didapatkan juga stomatitis pada mukosa bukal posterior sinistra
dan cheilitis pada bibir.
Dari anamnesis dan pemeriksaan ekstra oral dan intra oral didapatkan tanda-
tanda fokal infeksi berupa kalkulus, pulpitis reversible pada gigi 5.2, 5.1, 6.1, 6.2,
6.4, 6.5, 7.4 dan 8.5., periodontitis pada gigi 3.6. Keluhan ngilu, serta tanda-tanda
fokal infeksi yang ada pada pasien ini berhubungan dengan penyakit yang di derita
pasien yaitu leukemia limfoblastik akut (ALL) karena sel leukosit yang diproduksi
sumsum tulang bukanlah leukosit yang normal sehingga tidak dapat befungsi dengan
baik. Hal ini menyebabkan pasien mundah terinfeksi. Selain itu, kebiasaan sikat gigi
pasien ini yang kurang teratur, dimana pasien sikat gigi 1-2x sehari saat mandi pagi,
jarang menggosok gigi sebelum tidur serta teknik yang digunakan kurang tepat. Hal
ini menimbulkan kondisi oral hygine yang buruk dan menimbulkan timbunan debris
dan plak yang berujung pada kalkulus dan karies pada gigi pasien. Pada karies yang
tidak dirawat dapat menyebabkan pulpitis.
Cheilitis dan stomatitis pada pasien dapat terjadi karena penyakit sistemik
pada pasien, yaitu ALL SR + AIHA yang akan menyebabkan sistem imun menurun.
Kebiasaan pasien kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan secara teratur dan
kebiasaan menjilat-jilat bibirnya menggunakan lidah juga dapat menyebabkan
cheilitis pada bibir pasien.
Rencana terapi yang diberikan pada pasien ini adalah pro tumpatan pada
pulpitis reversible di gigi 5.2, 5.1, 6.1, 6.2, 6.4, 6.5, 7.4 dan 8.5. Kemudian juga
dilakukan pro medikamentosa untuk tatalaksana periodontitis dengan pemberian
antibiotik, serta untuk tatalaksana cheilitis dan stomatitis dapat diberikan borax
gliserin dan betadine kumur. Selain dilakukan beberapa rencana tindakan juga
dilakukan perawatan dengan menjaga oral hygiene pasien. Mengedukasikan kepada
pasien mengenai oral hygiene untuk mengatasi adanya komplikasi yang lebih lanjut.
Edukasi juga dilakukan pada pasien untuk memperbaiki nutrisi dengan pola makan
yang sehat bernutrisi, dengan asupn nutrisi yang cukup akan membuat penyembuhan
luka cepat. Serta diberikan edukasi untuk menghindari kebiasaan menjilat bibir.
pasien juga diajarkan cara menyikat gigi yang benar dan teratur serta pentingnya
memberitahu kepada pasien mengenai kunjungan ke dokter gigi setiap 6 bulan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Stomatitis Aphtous Reccurent/SAR (Sariawan).


http://www.klikdokter.com
Bakar, A., 2013, Kedokteran Gigi Klinis, edisi 2, Quantum, Yogyakarta.
BEM FK UNDIP, 2007, Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, FK Undip, Semarang.
Daliemunthe SH. 2008. Etiologi penyakit gingiva dan periodontal. Medan: Bagian
Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara: 138-9.
Dumitrescu AL, Kawamura M. Etiology of Periodontal Disease: Dental Plaque and
Calculus. American Academy of Periodontology.
Irene 2009, Tips perawatan gigi, available at http://www.
ppgdionline.com/v2/index.php
Pedersen, Anne M.L. 2016. Oral Infections and General Health. Denmark: Springer.
Regezi JA dan Sciubba JJ (1989). Oral Pathology: Clinical Pathologic Corelations.
Philadelpia, London, Toronto, Montreal, Tokyo: W.B Saunders Company., 1989;
46-53.
Roeslan BO (2002). Imunologi Oral: Kelainan di dalam Rongga Mulut. Jakarta: Balai
penerbit FKUI.
Soetomo Nawawi, 1992. Kedokteran Gigi Pencegahan bidang Studi Periodontologi.
FKG UGM Yogyakarta.
Tarigan, R., 2002, Perawatan Pulpa Gigi (endodontic), EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai