Anda di halaman 1dari 19

Laporan Kunjungan Kegiatan Family Folder pada Pasien

Nia Uktriae

102014113

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Email : niagssexca@gmail.com

Latar Belakang

Kesehatan merupakan totalitas dari faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan,


dan faktor keturunan yang saling memengaruhi satu sama lain. Lingkungan merupakan faktor
terbesar, selain langsung mempengaruhi kesehatan dan mempengaruhi perilaku, begitu pula
sebaliknya, perilaku juga mempengaruhi lingkungan dan faktor-faktor yang lain (pelayanan
kesehatan dan keturunan). Status kesehatan akan tercapai secara optimal, jika keempat faktor
secara bersama-sama memiliki kondisi yang optimal pula.

Pada kesempatan kunjungan ke rumah pasien Puskesmas kecamatan Grogol 3 yang


didiagnosis menderita pusing akibat mengkonsumsi obat dari penyakit sebelumnya yaitu
leiomyoma uteri, dilaksanakan kegiatan untuk memberikan penyuluhan kesehatan, menilai
status kesehatan anggota keluarga pasien, kondisi rumah, ekonomi, sosial, budaya, dan lain
sebagainya dari keluarga pasien. Hasilnya menunjukkan family folder berperan dalam
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien dan keluarganya terhadap penyakit
yang diderita oleh pasien.

Tujuan

 Tujuan umum : Mengetahui status kesehatan pasien.


 Tujuan khusus: Untuk mencari tahu faktor-faktor yang mempengaruhi status
kesehatan pasien seperti faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan
keturunan yang ada.
Manfaat

Manfaat yang didapatkan dari kunjungan ke rumah pasien antara lain :


 Meningkatkan pemahaman mengenai penyakit yang diderita oleh pasien
 Mengetahui faktor-faktor yang terlibat dalam penyakit yang diderita oleh pasien
 Menambah wawasan pasien mengenai penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyakitnya melalui penyuluhan yang diberikan pada saat kunjungan.

Pembahasan
Definisi

Leiomioma (mioma, fibroid, fibromimo) berasal dari otot polos dan merupakan tumor saluran
reproduksi perempuan yang paling sering dijumpai. Penyebabnya tidak diketahui. Factor
keturunan tampaknya tidak berperan walaupun tumor ini ditemukan sampai sepuluh kali
lebih sering pada perempuan berkulit hitam. Terdapat bukti bahwa masing-masing tumor
mungkin memiliki asal uniseluler.

Istilah umum “fibroid” dan “fibromioma” tidak tepat bener karena unsure predominan
leiomioma pada pemeriksaan histology adalah sel otot polos berbentuk gelondongan dengan
nucleus yang memanjang. Berkas-berkas sel ini tampak berjalan ke semua arah, tetapi
terdapat kecenderungan untuk membentuk pola seperti gulungan. Sel-sel ini memiliki bentuk
dan ukuran yang seragam jika diamati dalam bidang yang sama. Biasanya tidak ditemukan
mitosis.

Secara mikroskopis, leiomioma adalah tumor yang padat, putih, dan kenyal dengan
penampakan bergulung-gulung atau bertrabekula yang khas pada potongan melintang. Tumor
ini memiliki pesudokapsul (bukan kapsul sejati). Pseudokapsul yang mengandung jaringan
areolar tipis ini memungkinkan dilakukannya enukleasi tumor dari dinding uterus secara
pembedahan (miomektomi).

Studi otopsi memperlihatkan bahwa sekitar 20% perempuan berusia lebih dari 30
tahun menderita leiomioma uteri dalam berbagai ukuran. Leiomioma uteri biasanya tidak
terdeteksi sebelum pubertas dan tumbuh hanya selama usia subur serta mengalami regresi
setelah menopause. Ukuran tumor bervariasi, mulai dari pertumbuhan mikroskopik (seedling)
sampai tumor yang memiliki berat lebih dari 50 kg. walaupun umumnya muncul secara
tunggal, leiomioma umumnya muncul secara multiple.

Dibawah rangsangan hormone kehamilan, leiomioma dapat membesar dan melunak


serta sulit dibedakan dari jaringan uterus normal disekitarnya dengan palpasi. Ukuran tumor
biasanya berkurang setelah kehamilan.

Leiomioma uteri dapat menyebabkan mual dan muntah (akibat obstruksi usus), rasa
berat di panggul atau perut, peningkatan pengeluaran duk vagina, dismenorea, perdarah
uterus abnormal, inkontinensia urin, sering berkemih, kesulitan berkemih, konstipasi, fatigue
(akibat anemia), dispareunia, mukore, massa, dan nyeri.1

Leiomyoma paling banyak terdapat di rongga uterus. Sebagian kecil lainnya di serviks,
kanalis vagina, ligamentum latum dan ovarium. Secara anatomis leiomyoma rongga uterus
dapat diklasifikasikan berdasarkan letaknya di:

 Intramural, yaitu terbenam di dalam miometrium


 Submukosa, yaitu di bawah endometrium
 Suberosa, yaitu di bawah lapisan serosa. Leiomyoma subserosa dapat membentuk
tangkai (peduncle), melekat ke organ sekitar untuk memperoleh vaskularisasi lalu
membebaskan diri membentuk leiomyoma parasitik.

Etiologi

a. Riwayat kista ovarium terdahulu


b. Siklus haid yang tidak teratur
c. Menstruasi di usia dini ( 11 tahun atau lebih muda)
d. Sulit hamil
e. Penderita hipotiroid
f. Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi (tamoxifen)
Epidiomologi

Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita.
Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan belum pernah (dilaporkan) terjadi
sebelum menarche, paling banyak ditemukan pada wanita berumur 35-45 tahun (proporsi
25%). Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri
pada masa reproduksi 20-25%. Penelitian di Jepang (2008) menemukan insidens rate mioma
uteri lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104/1000 wanita subur dan 12/1000 wanita
menopause.

Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam. Karena wanita
berkulit hitam memiliki lebih banyak hormone estrogen disbanding wanita kulit putih. Pernah
ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus pada wanita kulit hitam. Dimana biasanya
hanya 5-20 sarang.

Patofisiologi

Pembahasan pathogenesis pada leiomioma masih banyak menyimpan teka teki dikalangan
para ilmuan. Sampai saat ini masih belum ditetapkan secara pasti penyebab yang
menginisiasi terjadinya leiomioma. Di banyak referensi, hanya disebutkan “The pathogenesis
of leiomyomas is not well understood”. Namun bukan berarti tidak ada pembahasan para
ilmuan tentang leiomioma. Hasil analisis dari data yang ada yang telah disajikan para pakar
dibidang ini, cukup mengantarkan kita pada pemahaman yang cukup jelas akan latar
belakang, etiologi dan pathogenesis terkait dengan fibroid.

Proses pembentukan leiomioma uterus bisa dikategorikan menjadi 4 komponen; (1) Faktor
predisposisi atau resiko, (2) initiators, (3) promotors, dan (4) efektor. Mengetahui
predisposisinya menunjuki kita penyebab tumor dan tindakan pencegahannya. Meskipun
initiators yang pasti belum diketahui dengan jelas, namun beberapa hipothesis hasil analisis
bisa kita gunakan. Promotor sangat berperan dalam tumor ini, yang bukti laboratorium telah
menunjukkan keterlibatannya. Kemudian yang terakhir efektor dari keadaan atau kelainan ini
semua.
Faktor resiko leiomioma antara lain :

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit
multifaktoral. Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri :
a. Estrogen
Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De snoo mengajukan teori cell nest
atau teori genitoblast. Teori ini menyatakan bahwa unuk terjadinya mioma uteri harus
terdapat dua komponen penting yaitu : sel nest (sel muda yang terangsang) dan estrogen
(perangsang sel nest secara terus menerus).
b. Progesterone
Reseptor progesterone terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus menstruasi
dan kehamilan. Progesterone merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesterone
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu : mengaktifkan 17- Beta
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa factor yang diduga kuat sebagai
factor predisposisi terjadina mioma uteri, yaitu:

i. Umur
ii. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau wanita yang relative infertile, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas, atau apakah keadaan ini
saling mempengaruhi.
iii. Factor ras dan genetic
Pada wanita tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma
uteri lebih tinggi. Terlepas dari factor ras, kejadian mioma juga tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.

Manifestasi Klinis

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologi
karena tumor ini tidak menggangu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat
sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukosa, subserosa), besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yan terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut.
1. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga
terjadi metoragia. Beberapa factor yang menjadi penyebab ini adalah :
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadi hyperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium.
b. Permukaan endometrium yang luas dari biasa
c. Atrofi endometrium diatas mioma submukosam
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik.
2. Rasa nyeri
Nyeri bukanlah gejala khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma
submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang meyempitkan kanalis
servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
3. Adanya gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat miometri uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine,
pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul
dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

Pemeriksaan Lanjutan

1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun / meningkat,
Eritrosit : turun

2. USG : terlihat massa pada daerah uterus.

3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan


ukurannya.

4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,

5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan
operasi.
6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi.

Penatalaksanaan

Keberadaan satu atau lebih leiomioma tidak selalu memerlukan terapi. Dengan
penemuan teknologi baru, missal USG dan CT, serta pada perempuan yang asimptomatik,
pendekatan bedah agresif mungkin tidak diperlukan lagi. Adanya leiomioma tidak selalu
mempengaruhi histology endometrium. Namun, karena aliran darah ke endometrium
berkurang, endometrium mungkin relative mengalami atrofi dan memperlihatkan gambaran
histologik endometritis kronik disertai limfosit dan sel plasma. Hal ini kemungkinan besar
terjadi karena adanya penurunan aliran darah (iskemia), dan bukan karena infeksi primer.
Keputusan harus disesuaikan kasus demi kasus, bergantung pada sifat dan keparahan gejala,
ukuran dan lokasi leiomioma, usia, paritas, keadaan umum, dan yang terpenting, keinginan
untuk hamil di masa mendatang.

a. Terapi bedah
Jika tumor menyebabkan pembesaran uterus hingga melebihi tinggi umbilicus (lebih
dari usia kehamilan 20 minggu), dan dapat terjadi obstruksi parsial ureter sehingga perlu
dilakukan miomektomi atau, lebih disukai, histerektomi. Tumor submukosum yang kecil
dapat diangkat mengunakan histeroskopi atau dilatasi kuretase. Tumor yang menyebabkan
infertilitas atau tumor besar pada perempuan yang ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya, kadang-kadang dapat diangkat melalui laparatomi atau secara laparoskopi
tanpa perlu masuk ke rongga uterus. Setiap insisi uterus semacam itu beresiko mengalami
pelepasan jahitan selama kehamilan atau persalinan berikutnya.
Jika tumor tidak dapat diangkat secara tersendiri dan jika tumor itu menyebabkan
gejala yang signifikan, mungkin diperlukan histerektomi.

Berikut beberapa cara penangganan operatif :


Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Tindakan ini dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada miom geburt dengan
cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai karena jelas dan mudah dijepit serta diikat.
Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas, kemungkinan akan terjadi
kehamilan adalah 30 – 50 %. Sejauh ini tindakan ini tampaknya aman, efektif dan masih
menjadi pilihan terbaik. Miomektomi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan
terjadi carcinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa
kehamilan.
Miomektomi dilakukan bila :
 Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12 – 14 minggu.
 Pertumbuhan tumor cepat.
 Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
 Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
 Hipermenorea pada mioma submukosa.
 Penekanan pada organ sekitarnya.

Histerektomi

Perlu disadari bahwa 25 – 35% dari penderita mioma masih memerlukan


histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umunya merupakan tindakan
terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per vaginam. Yang akhir ini
jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan
dengan sekitarnya.Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan.
Histerektomi total umunya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma
sevisis uteri.Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis
dalam mengangkat uterus keseluruhannya.

Histerektomi dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang
memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk
histerektomi adalah sebagai berikut

a) Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang


dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
b) Perdarahan uterus berlebihan :
 Perdarahan yang banyak bergumpal – gumpal atau terjadi
berulang – ulang selama lebih dari 8 hari.
 Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
c) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :
 Nyeri hebat dan akut.
 Rasa tertekan pada punggung bawah atau perut bagian bawah
yang kronis.
 Penekanan buli – buli dan frekuensi urine yang berulang –
ulang dan tidak disebabkan infeksi saluran kemih.

b. Pengobatan medika mentosa


Perempuan simptomatik yang tidak dapat dibedah dapat diobati dengan analog atau
agonis gonadotropin releasing hormone (GnRH). Obat-obatan ini menyebabkan supresi
sekresi hormone ovarium dan regresi ukuran tumor. Pengobatan ini harus diberikan secara
intermiten karena terapi berkepanjangan menyebabkan pengurangan tulang yang bermakna
serta dapat menyebabkan osteoporosis.

Hormon androgen yang dianggap sebagai hormon laki-laki diberikan sebagai terapi
pengobatan yang dapat menghikangkan gejala mioma.

Danazol, obat sintetik yang sama dengan testoteron, dapat menyusutkan myoma,
mengurangi ukuran uterus, menghentikan menstruasi dan memperbaiki anemia. Terdapat
efek samping seperti pertambahan berat badan, dysphoria (depresi), jerawat, sakit kepala,
suara yang berat. Efek samping tersebut membuat banyak wanita enggan memakai obat ini.

Pengobatan lain seperti kontrasepsi oral atau progestin dapat membantu mengontrol
perdarahan menstruasi tapi tidak dapat mengurangi ukuran myoma. NSAID, yang bukan
pengobatan hormonal, efektif untuk perdarahan vagina yang berat yang tidak berhubungan
dengan myoma.

c. Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami
menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk
tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontra indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi
hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan uterus.
Komplikasi

1. Pertumbuhan leimiosarkoma.

Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong –
konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause

2. Torsi (putaran tangkai)

Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini
terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan
dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut.

3. Nekrosis dan Infeksi

Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui
kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi
dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.

Pencegahan

a. Pencegahan primordial
Pencegahan dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau sebelum terdapat resiko
mioma uteri. Upaya apa yang dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi
serat seperti sayuran dan buah.
b. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang menderita mioma.
Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan mengenai factor-faktor resiko
mioma teruta pada kelompok yang beresiko yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu
tindakan pengawasan pemberian hormone estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB
kombinasi. Pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah disbanding pil sekuensil.
c. Pencegahan sekunder
Pencegahan ditunjukkan untuk orang yang telah terkena mioma uteri, tindakan ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pencegahan yang dilakukan adalah dengan
melakukan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.
d. Pencegahan tertier
Upaya yang dilakukakan seteleha penderita melakukan pengobatan. Umumnya pada tahap
pencegahan ini adalah berupa rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah
timbulnya komplikasi.
LAPORAN KUNJUNGAN

Puskesmas : Puskesmas Kelurahan Grogol III

Tanggal kunjungan :Jumat, 20 Juli 2018

I. Identitas Pasien :

 Nama : Nurmala
 Umur : 45 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Jl. Sameru No.06
 Rt/Rw : 05/ 09
 Kecamatan : Grogol Petamburan
 Kelurahan : Grogol
 Kota : Jakarta Barat
 Nomor telepon :-
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Pendidikan terakhir : SMP

II. Anamnesis

1. Keluhan utama pasien :

Pusing dan Berat badan menurun

2. Riwayat penyakit sekarang :

Sakit kepala. Menggunakan obat tablet Bledstop(mengandung 125 mcg


metilergometrin maleat) sebanyak 3x sehari. Berat badan turun dari 48 kg menjadi 42
kg. Menarche= tidak ingat.

3. Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang :


Leiomyoma of uterus
4. Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang : -
5. Riwayat penyakit keluarga yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang :
Ibu pasien memiliki hipertensi.

III. Riwayat Biologik Keluarga

No Nama Umur Pekerjaan Hub Status Domisili Keadaan


keluarga Perkawinan serumah/tidak kesehatan
penyakit
1. Nurmala 45 tahun Ibu rumah Ibu Sudah Serumah -
tangga+ Menikah
kader
2. Hj. Saoni 75 tahun Ibu rumah Nenek Sudah Serumah -
tangga Menikah
3. Supardi 33 tahun Karyawan Saudara Belum Serumah -
menikah
4. Mohamad 16 tahun Siswa Anak Belum Serumah -
Zainur SMP menikah
Septiansyah

 Tingkat ekonomi : Kurang


 Status gizi keluarga : Cukup
 Jaminan pemeliharaan kesehatan : BPJS

IV. Perilaku sosial pasien dan keluarga

1. Riwayat biologis keluarga: Suami pasien meninggal 5 tahun yang lalu akibat gagal
ginjal
2. Keadaan kesehatan sekarang: baik
3. Kebersihan perorangan: baik
4. Penyakit yang sedang diderita (oleh anggota keluarga): -
5. Penyakit keturunan: -
6. Penyakit kronis/menular: -
7. Kecacatan anggota keluarga: -
8. Pola makan: 2x sehari
9. Pola istirahat : sedang
10. Jumlah anggota keluarga: 4 orang
11. Olahraga: senam 1x seminggu
12. Hubungan psikologis dengan keluarga
13. Aktifitas sosial: aktif sebagai kader dan membantu dalam pembuatan BPJS
14. Kegiatan kerohanian: Sholat 5 waktu
15. Pola pengobatan (tradisional, Puskesmas dll) : puskesmas

V. Keadaan psikologis keluarga:

1. Kebiasaan buruk: Suka mengkonsumsi bakso 3xseminggu, teh manis dan kopi setiap
pagi
2. Pengambilan keputusan: Kaka dari pasien
3. Ketergantungan obat:
4. Tempat mencari pelayanan kesehatan: puskesmas
5. Pola rekreasi: kurang

VI. Adat istiadat/ sosial budaya yang mempengaruhi : pasien berasal dari Jakarta
dengan adat istiadat dan budaya pasien tidak mempengaruhi penyakitnya sekarang.
VII. Keadaan rumah yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga atau dapat
menimbulkan penyakit di kemudian hari :
- Lantai rumah: keramik
- Kebersihan rumah: Cukup
- Keadaan udara/ polusi dalam rumah : Bersih
- Luas rumah/bangunan : 7x4 m2
- Jumlah orang yang tinggal dalam rumah : 4 orang
- Jenis bangunan: permanen
- Ventilasi: sedang
- Keadaan dapur dan kebersihan : Kurang
- Keadaan kamar mandi ( kebersihan, sabun, air, bak,dll) : Kebersihan kamar mandi
kurang karena kotor.
- Tipe kakus dan system pembuangan : .
- Jamban keluarga : ada
- Dapur: ada
- Sumber air sehari hari : air sanyo
- Sumber air minum : air galon
- Sumber pencemaran air: -
- Pemanfaatan pekarangan: ada(tanaman)
- Sumber Pencahayaan dalam rumah (jenis dan keadaan pencahayaan) : lampu terang,
sinar matahari bisa masuk.
- Sistem pembuangan air limbah : ada
- Kebersihan sekitar rumah : bersih
- Tempat pembuangan sampah: ada
- Keadaan udara/ polusi luar rumah : kurang
- Sanitasi lingkungan: kurang

VIII. Keeadaan Spiritual Keluarga

- Ketaatan beribadah: cukup


- Keyakinan tentang kesehatan: cukup

IX. Keadaan sosial keluarga

- Tingkat pendidikan: sedang


- Hubungan antar anggota keluarga: baik
- Keadaan organisasi sosial: baik
- Keadaan ekonomi: sedang

X. Pemeriksaan kesehatan pasien

Keadaan umum : Sehat

Tanda vital : 1. Tekanan darah : 110/70

2. Nadi : 68 x/menit

3. Nafas : 20 x/menit

Status gizi : IMT normal 18,6 = (42/1,52)


Pemeriksaan fisik :

Kulit Kulit berwarna sawo matang, tidak


terdapat lesi kulit, ada ditemukan bekas
luka operasi.
Kepala Bentuk normal.
Mata Baik OD maupun OS terlihat normal
Telinga Baik OD maupun OS terlihat normal, tidak
terlihat adanya massa atau lesi.
Hidung Bentuk normal, tidak terlihat adanya
kelainan ataupun massa dan juga lesi
Mulut Bentuk normal, tidak terlihat adanya lesi
ataupun masa.
Leher Normal

Hasil pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan : usg

Diagnosis pasien : pusing akibat mengkonsimsi obat Leiomyoma uteri

XI. Usulan pemeriksaan penunjang untuk pasien dan keluarga

Dari anamnesis, pemeriksan fisik yang telah dilakukan pada saat kunjungan kerumah
pasien, dimana setelah mengkonsumsi obat leiomyoma uteri pasien mengalami sering pusing.
Diusulkan saat kembali ke dokter untuk cek up, beritahukan efek samping dari.

XII. Edukasi pada penyakit pasien dan keluarga

1) Promotif
Meningkatkan kesadaran kepada pasien dan keluarga bahwa dari obesistas dan
juga stres akan mempengaruhi ketidakseimbangan hormon. Dan memungkinkan
seseorang bisa mengalami leiomyoma uteri
2) Preventif

Meminum obat yang telah dianjurkan dokter dengan teratur.

3) Kuratif
Pada tahap kuratif penanganannya seperti upaya pencegahan sekunder dimana
pasien pernah mengalami leiomyoma uteri kemudian diberi pengobatan berupa
bledstop untuk menghentikan perdarahan yang berlebih saat pasien menstruasi.
4) Rehabilitatif
Pada tahap ini pasien bisamengatur pola makan dan istirahat yang teratur.

XIII. Saran pencegahan penyakit pasien dan keluarga

Untuk pencegahan komplikasi ataupun perdarahan yang berkelanjutan, dianjurkan


untuk terus kontrol ke dokter yang menangani pasien. Untuk keluarga untuk
menjaga pola makan yang baik dan benar. Dan tidak jajan sembarangan. Dan saat
anak dari pasien hendak menikah, agar mencari pasangan yang tidak memiliki
resiko terkena leiomyoma uteri ini.

Daftar Pustaka

1. Robbins, Kumar, Cotran, Robbins. 2007. Buku Ajar Patolog vol.2. Edisi 7. Jakarta:
EGC.
2. Kummar et al. 2010. Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease. 8th edition.
Saunders Elsevier, Philadelphia.
3. Tortora, GJ. , Derrickson B. , 2006. Principles Of Anatomy And Physiology. 11th ed.
USA : John Wiley & Sons, Inc.
4. Gordon P. Flake, Janet Andersen, Darlene Dixon. 2002. Etiology and Pathogenesis of
Uterine Leiomyomas: A Review.
5. http://www.brooksidepress.org/Products/Military_OBGYN/Textbook/Problems/uterin
e_leiomyoma.htm

XIV. Lampiran : foto foto perilaku atau lingkungan yang mempengaruhi timbulnya
penyakit atau yang nantinya akan mempengaruhi keadaan kesehatan keluarga

Anda mungkin juga menyukai