Nia Uktriae
102014113
Email : niagssexca@gmail.com
Latar Belakang
Tujuan
Pembahasan
Definisi
Leiomioma (mioma, fibroid, fibromimo) berasal dari otot polos dan merupakan tumor saluran
reproduksi perempuan yang paling sering dijumpai. Penyebabnya tidak diketahui. Factor
keturunan tampaknya tidak berperan walaupun tumor ini ditemukan sampai sepuluh kali
lebih sering pada perempuan berkulit hitam. Terdapat bukti bahwa masing-masing tumor
mungkin memiliki asal uniseluler.
Istilah umum “fibroid” dan “fibromioma” tidak tepat bener karena unsure predominan
leiomioma pada pemeriksaan histology adalah sel otot polos berbentuk gelondongan dengan
nucleus yang memanjang. Berkas-berkas sel ini tampak berjalan ke semua arah, tetapi
terdapat kecenderungan untuk membentuk pola seperti gulungan. Sel-sel ini memiliki bentuk
dan ukuran yang seragam jika diamati dalam bidang yang sama. Biasanya tidak ditemukan
mitosis.
Secara mikroskopis, leiomioma adalah tumor yang padat, putih, dan kenyal dengan
penampakan bergulung-gulung atau bertrabekula yang khas pada potongan melintang. Tumor
ini memiliki pesudokapsul (bukan kapsul sejati). Pseudokapsul yang mengandung jaringan
areolar tipis ini memungkinkan dilakukannya enukleasi tumor dari dinding uterus secara
pembedahan (miomektomi).
Studi otopsi memperlihatkan bahwa sekitar 20% perempuan berusia lebih dari 30
tahun menderita leiomioma uteri dalam berbagai ukuran. Leiomioma uteri biasanya tidak
terdeteksi sebelum pubertas dan tumbuh hanya selama usia subur serta mengalami regresi
setelah menopause. Ukuran tumor bervariasi, mulai dari pertumbuhan mikroskopik (seedling)
sampai tumor yang memiliki berat lebih dari 50 kg. walaupun umumnya muncul secara
tunggal, leiomioma umumnya muncul secara multiple.
Leiomioma uteri dapat menyebabkan mual dan muntah (akibat obstruksi usus), rasa
berat di panggul atau perut, peningkatan pengeluaran duk vagina, dismenorea, perdarah
uterus abnormal, inkontinensia urin, sering berkemih, kesulitan berkemih, konstipasi, fatigue
(akibat anemia), dispareunia, mukore, massa, dan nyeri.1
Leiomyoma paling banyak terdapat di rongga uterus. Sebagian kecil lainnya di serviks,
kanalis vagina, ligamentum latum dan ovarium. Secara anatomis leiomyoma rongga uterus
dapat diklasifikasikan berdasarkan letaknya di:
Etiologi
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita.
Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan belum pernah (dilaporkan) terjadi
sebelum menarche, paling banyak ditemukan pada wanita berumur 35-45 tahun (proporsi
25%). Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri
pada masa reproduksi 20-25%. Penelitian di Jepang (2008) menemukan insidens rate mioma
uteri lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104/1000 wanita subur dan 12/1000 wanita
menopause.
Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam. Karena wanita
berkulit hitam memiliki lebih banyak hormone estrogen disbanding wanita kulit putih. Pernah
ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus pada wanita kulit hitam. Dimana biasanya
hanya 5-20 sarang.
Patofisiologi
Pembahasan pathogenesis pada leiomioma masih banyak menyimpan teka teki dikalangan
para ilmuan. Sampai saat ini masih belum ditetapkan secara pasti penyebab yang
menginisiasi terjadinya leiomioma. Di banyak referensi, hanya disebutkan “The pathogenesis
of leiomyomas is not well understood”. Namun bukan berarti tidak ada pembahasan para
ilmuan tentang leiomioma. Hasil analisis dari data yang ada yang telah disajikan para pakar
dibidang ini, cukup mengantarkan kita pada pemahaman yang cukup jelas akan latar
belakang, etiologi dan pathogenesis terkait dengan fibroid.
Proses pembentukan leiomioma uterus bisa dikategorikan menjadi 4 komponen; (1) Faktor
predisposisi atau resiko, (2) initiators, (3) promotors, dan (4) efektor. Mengetahui
predisposisinya menunjuki kita penyebab tumor dan tindakan pencegahannya. Meskipun
initiators yang pasti belum diketahui dengan jelas, namun beberapa hipothesis hasil analisis
bisa kita gunakan. Promotor sangat berperan dalam tumor ini, yang bukti laboratorium telah
menunjukkan keterlibatannya. Kemudian yang terakhir efektor dari keadaan atau kelainan ini
semua.
Faktor resiko leiomioma antara lain :
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit
multifaktoral. Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri :
a. Estrogen
Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De snoo mengajukan teori cell nest
atau teori genitoblast. Teori ini menyatakan bahwa unuk terjadinya mioma uteri harus
terdapat dua komponen penting yaitu : sel nest (sel muda yang terangsang) dan estrogen
(perangsang sel nest secara terus menerus).
b. Progesterone
Reseptor progesterone terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus menstruasi
dan kehamilan. Progesterone merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesterone
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu : mengaktifkan 17- Beta
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa factor yang diduga kuat sebagai
factor predisposisi terjadina mioma uteri, yaitu:
i. Umur
ii. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau wanita yang relative infertile, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas, atau apakah keadaan ini
saling mempengaruhi.
iii. Factor ras dan genetic
Pada wanita tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma
uteri lebih tinggi. Terlepas dari factor ras, kejadian mioma juga tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
Manifestasi Klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologi
karena tumor ini tidak menggangu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat
sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukosa, subserosa), besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yan terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut.
1. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga
terjadi metoragia. Beberapa factor yang menjadi penyebab ini adalah :
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadi hyperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium.
b. Permukaan endometrium yang luas dari biasa
c. Atrofi endometrium diatas mioma submukosam
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik.
2. Rasa nyeri
Nyeri bukanlah gejala khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma
submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang meyempitkan kanalis
servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
3. Adanya gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat miometri uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine,
pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul
dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
Pemeriksaan Lanjutan
1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun / meningkat,
Eritrosit : turun
5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan
operasi.
6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi.
Penatalaksanaan
Keberadaan satu atau lebih leiomioma tidak selalu memerlukan terapi. Dengan
penemuan teknologi baru, missal USG dan CT, serta pada perempuan yang asimptomatik,
pendekatan bedah agresif mungkin tidak diperlukan lagi. Adanya leiomioma tidak selalu
mempengaruhi histology endometrium. Namun, karena aliran darah ke endometrium
berkurang, endometrium mungkin relative mengalami atrofi dan memperlihatkan gambaran
histologik endometritis kronik disertai limfosit dan sel plasma. Hal ini kemungkinan besar
terjadi karena adanya penurunan aliran darah (iskemia), dan bukan karena infeksi primer.
Keputusan harus disesuaikan kasus demi kasus, bergantung pada sifat dan keparahan gejala,
ukuran dan lokasi leiomioma, usia, paritas, keadaan umum, dan yang terpenting, keinginan
untuk hamil di masa mendatang.
a. Terapi bedah
Jika tumor menyebabkan pembesaran uterus hingga melebihi tinggi umbilicus (lebih
dari usia kehamilan 20 minggu), dan dapat terjadi obstruksi parsial ureter sehingga perlu
dilakukan miomektomi atau, lebih disukai, histerektomi. Tumor submukosum yang kecil
dapat diangkat mengunakan histeroskopi atau dilatasi kuretase. Tumor yang menyebabkan
infertilitas atau tumor besar pada perempuan yang ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya, kadang-kadang dapat diangkat melalui laparatomi atau secara laparoskopi
tanpa perlu masuk ke rongga uterus. Setiap insisi uterus semacam itu beresiko mengalami
pelepasan jahitan selama kehamilan atau persalinan berikutnya.
Jika tumor tidak dapat diangkat secara tersendiri dan jika tumor itu menyebabkan
gejala yang signifikan, mungkin diperlukan histerektomi.
Histerektomi
Histerektomi dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang
memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk
histerektomi adalah sebagai berikut
Hormon androgen yang dianggap sebagai hormon laki-laki diberikan sebagai terapi
pengobatan yang dapat menghikangkan gejala mioma.
Danazol, obat sintetik yang sama dengan testoteron, dapat menyusutkan myoma,
mengurangi ukuran uterus, menghentikan menstruasi dan memperbaiki anemia. Terdapat
efek samping seperti pertambahan berat badan, dysphoria (depresi), jerawat, sakit kepala,
suara yang berat. Efek samping tersebut membuat banyak wanita enggan memakai obat ini.
Pengobatan lain seperti kontrasepsi oral atau progestin dapat membantu mengontrol
perdarahan menstruasi tapi tidak dapat mengurangi ukuran myoma. NSAID, yang bukan
pengobatan hormonal, efektif untuk perdarahan vagina yang berat yang tidak berhubungan
dengan myoma.
c. Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami
menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk
tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontra indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi
hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan uterus.
Komplikasi
1. Pertumbuhan leimiosarkoma.
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong –
konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini
terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan
dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut.
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui
kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi
dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
Pencegahan
a. Pencegahan primordial
Pencegahan dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau sebelum terdapat resiko
mioma uteri. Upaya apa yang dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi
serat seperti sayuran dan buah.
b. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang menderita mioma.
Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan mengenai factor-faktor resiko
mioma teruta pada kelompok yang beresiko yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu
tindakan pengawasan pemberian hormone estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB
kombinasi. Pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah disbanding pil sekuensil.
c. Pencegahan sekunder
Pencegahan ditunjukkan untuk orang yang telah terkena mioma uteri, tindakan ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pencegahan yang dilakukan adalah dengan
melakukan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.
d. Pencegahan tertier
Upaya yang dilakukakan seteleha penderita melakukan pengobatan. Umumnya pada tahap
pencegahan ini adalah berupa rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah
timbulnya komplikasi.
LAPORAN KUNJUNGAN
I. Identitas Pasien :
Nama : Nurmala
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Sameru No.06
Rt/Rw : 05/ 09
Kecamatan : Grogol Petamburan
Kelurahan : Grogol
Kota : Jakarta Barat
Nomor telepon :-
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan terakhir : SMP
II. Anamnesis
1. Riwayat biologis keluarga: Suami pasien meninggal 5 tahun yang lalu akibat gagal
ginjal
2. Keadaan kesehatan sekarang: baik
3. Kebersihan perorangan: baik
4. Penyakit yang sedang diderita (oleh anggota keluarga): -
5. Penyakit keturunan: -
6. Penyakit kronis/menular: -
7. Kecacatan anggota keluarga: -
8. Pola makan: 2x sehari
9. Pola istirahat : sedang
10. Jumlah anggota keluarga: 4 orang
11. Olahraga: senam 1x seminggu
12. Hubungan psikologis dengan keluarga
13. Aktifitas sosial: aktif sebagai kader dan membantu dalam pembuatan BPJS
14. Kegiatan kerohanian: Sholat 5 waktu
15. Pola pengobatan (tradisional, Puskesmas dll) : puskesmas
1. Kebiasaan buruk: Suka mengkonsumsi bakso 3xseminggu, teh manis dan kopi setiap
pagi
2. Pengambilan keputusan: Kaka dari pasien
3. Ketergantungan obat:
4. Tempat mencari pelayanan kesehatan: puskesmas
5. Pola rekreasi: kurang
VI. Adat istiadat/ sosial budaya yang mempengaruhi : pasien berasal dari Jakarta
dengan adat istiadat dan budaya pasien tidak mempengaruhi penyakitnya sekarang.
VII. Keadaan rumah yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga atau dapat
menimbulkan penyakit di kemudian hari :
- Lantai rumah: keramik
- Kebersihan rumah: Cukup
- Keadaan udara/ polusi dalam rumah : Bersih
- Luas rumah/bangunan : 7x4 m2
- Jumlah orang yang tinggal dalam rumah : 4 orang
- Jenis bangunan: permanen
- Ventilasi: sedang
- Keadaan dapur dan kebersihan : Kurang
- Keadaan kamar mandi ( kebersihan, sabun, air, bak,dll) : Kebersihan kamar mandi
kurang karena kotor.
- Tipe kakus dan system pembuangan : .
- Jamban keluarga : ada
- Dapur: ada
- Sumber air sehari hari : air sanyo
- Sumber air minum : air galon
- Sumber pencemaran air: -
- Pemanfaatan pekarangan: ada(tanaman)
- Sumber Pencahayaan dalam rumah (jenis dan keadaan pencahayaan) : lampu terang,
sinar matahari bisa masuk.
- Sistem pembuangan air limbah : ada
- Kebersihan sekitar rumah : bersih
- Tempat pembuangan sampah: ada
- Keadaan udara/ polusi luar rumah : kurang
- Sanitasi lingkungan: kurang
2. Nadi : 68 x/menit
3. Nafas : 20 x/menit
Dari anamnesis, pemeriksan fisik yang telah dilakukan pada saat kunjungan kerumah
pasien, dimana setelah mengkonsumsi obat leiomyoma uteri pasien mengalami sering pusing.
Diusulkan saat kembali ke dokter untuk cek up, beritahukan efek samping dari.
1) Promotif
Meningkatkan kesadaran kepada pasien dan keluarga bahwa dari obesistas dan
juga stres akan mempengaruhi ketidakseimbangan hormon. Dan memungkinkan
seseorang bisa mengalami leiomyoma uteri
2) Preventif
3) Kuratif
Pada tahap kuratif penanganannya seperti upaya pencegahan sekunder dimana
pasien pernah mengalami leiomyoma uteri kemudian diberi pengobatan berupa
bledstop untuk menghentikan perdarahan yang berlebih saat pasien menstruasi.
4) Rehabilitatif
Pada tahap ini pasien bisamengatur pola makan dan istirahat yang teratur.
Daftar Pustaka
1. Robbins, Kumar, Cotran, Robbins. 2007. Buku Ajar Patolog vol.2. Edisi 7. Jakarta:
EGC.
2. Kummar et al. 2010. Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease. 8th edition.
Saunders Elsevier, Philadelphia.
3. Tortora, GJ. , Derrickson B. , 2006. Principles Of Anatomy And Physiology. 11th ed.
USA : John Wiley & Sons, Inc.
4. Gordon P. Flake, Janet Andersen, Darlene Dixon. 2002. Etiology and Pathogenesis of
Uterine Leiomyomas: A Review.
5. http://www.brooksidepress.org/Products/Military_OBGYN/Textbook/Problems/uterin
e_leiomyoma.htm
XIV. Lampiran : foto foto perilaku atau lingkungan yang mempengaruhi timbulnya
penyakit atau yang nantinya akan mempengaruhi keadaan kesehatan keluarga