Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum Fisiologi Pada Penglihatan

Disusun oleh:

Kelompok F3

Ketua :

Op :

Anggota :

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

SEMESTER 2 BLOK 6

JAKARTA
Laporan Praktikum Fisiologi – Penglihatan

Tujuan praktikum Fisiologi Mata

Praktikum fisiologi ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami mekanisme kerja
dan luas lapang pandang dari mata, dan kelainan-kelainan yang mungkin terjadi serta cara
mengoreksinya. Selain itu praktikum ini juga bertujuan untuk memahami dalam penerapan
mekanisme fisiologi penglihatan serta asosiasi dari penglihatan.

Alat dan bahan

Alat dan bahan yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan praktikum ini adalah
sebagai berikut:

1. Senter
2. Tulisan “eYe” model
3. Perangkat mata buatan
4. Lensa sferis positif dan negatif
5. Spuit 20 cc + lensa mata buatan

Langkah kerja

Dalam keseluruhan percobaan ini terbagi menjadi tiga percobaan yang berbeda.
Langkah-langkah untuk masing-masing percobaan adalah:

A. Mata sebagai susunan optik:


1. Praktikum Model Mata
a. Mata normal :
1. Pasang lensa mata pada perangkat mata buatan.
2. Susun alat sesuai perintah.
3. Jarak senter ke model mata sejauh 1 meter.
4. Jarak tulisan “eYe” model sejauh ± 30 cm.
5. Nyalakan senter.
6. Atur bayangan hingga jelas terlihat huruf “Y” terbalik pada retina model
mata buatan.
b. Mata miopia :
1. Geser retina lebih ke belakang sehingga bola mata terlihat menjadi lebih
panjang.
2. Amati bayangan yang terjadi pada retina.

2
Laporan Praktikum Fisiologi – Penglihatan

3. Untuk mengkoreksi bayangan tersebut gunakan lensa sferis negatif dan


lihat bayangan yang terjadi.
c. Mata hipermetropia :
1. Geser retina lebih kedepan sehingga bola mata terihat menjadi lebih
pendek.
2. Amati bayangan yang terjadi pada retina.
3. Untuk mengkoreksi bayangan tersebut gunakan lensa sferis positif dan lihat
bayangan yang terjadi.
d. Mata afakia :
1. Lepas lensa mata buatan dari Model Mata buatan.
2. Lihat bayangan yang terjadi.
3. Letakan lagi lensa mata buatan pada tempatnya dan lihat bayangan yang
terjadi.
B. Pemeriksaan buta warna:
1. Memposisikan pasien simulasi duduk dengan pencahayaan yang cukup
menghadap meja.
2. Meletakkan buku ishihara di meja dan meminta pasien simulasi mengenali
angka/simbol dan mengikuti jalur warna satu halaman per satu halaman.
3. Mencatat hasil pemeriksaan.

Hasil percobaan

Setelah melakukan seluruh percobaan-percobaan di atas, demikian adalah hasil yang


kami peroleh dari percobaan kami:

Praktikum Model Mata

a. Mata normal :
Bayangan huruf “Y” terlihat jelas dengan posisi terbalik tanpa
memerlukan bantuan lensa untuk akomodasi.

b. Mata miopia :
Bayangan huruf “Y” terlihat kabur dan cahaya jatuh di depan retina
dikarenakan bola mata terlalu panjang. Diperlukan bantuan lensa sferis negatif

3
Laporan Praktikum Fisiologi – Penglihatan

(cekung) agar bayangan jatuh tepat di retina, dan pada saat akomodasi ditambah
maka pada saat itu huruf “Y” terbalik terlihat lebih jelas.

c. Mata hipermetropia :
Bayangan huruf “Y” terlihat kabur dan jatuh di belakang retina
dikarenakan bola mata terlalu pendek. Diperlukan bantuan lensa sferis positif
(cembung) agar bayangan jatuh tepat di retina. Seperti terlihat “Y” dengan
ukuran lebih besar.

d. Mata afakia :
Bayangan huruf “Y” tanpa pemakaian lensa terlihat kabur yang
menyebabkan cahaya tidak dapat dibiaskan tepat ke retina.

Pembahasan Materi

Mata adalah suatu alat optik pada manusia yang berfungsi untuk menangkap rangsang
dalam bentuk cahaya. Untuk mencapai tujuan tersebut, mata manusia bekerja dengan
membiaskan (merefraksikan) cahaya. Media pembiasan yang ada pada mata adalah kornea dan
lensa yang akan membiaskan cahaya yang datang agar sampai tepat pada suatu titik pada retina,
yang disebut fovea centralis.1

Mata yang normal memiliki dua jenis fotopigmen, satu untuk melihat pada kondisi yang
redup (rodopsin) dan satu lagi untuk melihat pada kondisi yang terang (iodopsin). Rodopsin
hanya dapat menangkap dua jenis warna yaitu hitam dan putih, sedangkan iodopsin dapat
menangkap tiga jenis warna yaitu merah, hijau, dan biru. Seseorang yang normal dapat melihat
ketiga warna ini, dikatakan memiliki penglihatan trikromat. Seseorang yang memiliki
penglihatan dikromat (hanya dapat melihat dua warna) dan monokromat (hanya dapat melihat
satu warna) dikatakan buta warna, baik parsial maupun total. Kebutaan terhadap warna merah
disebut protanopia, terhadap warna hijau disebut deuteroanopia, sedangkan terhadap warna
biru disebut tritanopia.1

Kejelasan penglihatan seseorang ditentukan oleh ketepatan penempatan bayangan pada


retina. Bayangan seharusnya diproyeksikan pada suatu titik yang disebut fovea centralis,
dimana pada titik ini terkumpul sejumlah besar iodopsin untuk menangkap cahaya. Mata yang

4
Laporan Praktikum Fisiologi – Penglihatan

normal mampu membuat cahaya terproyeksikan sedemikian rupa pada fovea centralis, baik
dalam melihat jauh ataupun dekat. Mata seperti demikian disebut emetrop.1

Banyak kelainan-kelainan yang disebabkan oleh kegagalan mata memproyeksikan


bayangan tepat di fovea centralis, diantaranya miopia, hipermetropia, astigmatisma, dan afakia.
Miopia disebabkan oleh bola mata terlalu pendek atau lensa yang terlalu lemah sehingga
bayangan akan jatuh pada fokus di belakang retina. Miopia dapat dikoreksi dengan lensa sferis
negatif. Berlawanan dengan miopia, hipermetropia disebabkan oleh bola mata yang terlalu
panjang atau lensa yang terlalu kuat sehingga bayangan jatuh pada fokusnya di depan retina.
Hipermetropia dapat diperbaiki dengan lensa sferis positif. Astigmatisma disebabkan oleh
permukaan kornea atau lensa yang tidak rata sehingga menyebabkan hasil refraksi
diproyeksikan ke beberapa titik di retina. Astigmatisma dapat dikoreksi menggunakan lensa
silindris. Mata afakia adalah mata tanpa lensa. Maka seperti yang dapat dibayangkan, fokus
akan jatuh jauh di belakang retina.1,2

Hasil pemeriksaan buta warna

Setelah melakukan tes buta warna, pasien simulasi memiliki penglihatan


trikromat yang berarti ia memiliki ketiga jenis iodopsin pada retinanya yang
memampukan ia untuk melihat tiga warna saat cahaya yang ada cukup.

Kesimpulan

Mata merupakan alat optik pada manusia yang berperan sangat penting dalam
melakukan kehidupan sehari-hari dan memiliki mekanisme kerja yang membutuhkan presisi
yang tinggi. Mata manusia memiliki kemampuan untuk melihat bentuk dan mengenali warna
yang ada di dalam lapang pandangnya. Meskipun ada banyak gangguan-gangguan pada media
refraksi mata, sebagian besar sudah dapat diperbaiki dengan menggunakan berbagai jenis lensa
yang sesuai. Mata terhubung dengan sistem saraf, yang secara pasif menjadikannya terhubung
dengan seluruh tubuh kita. Oleh karena itu, untuk melakukan kegiatan sehari-hari kita selalu
tergantung pada mata untuk memberikan reaksi yang tepat.

5
Laporan Praktikum Fisiologi – Penglihatan

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Human physiology. From cells to systems. 8th edition. China:


Brooks/Cole, Cengage Learning; 2013: p.111, 206, 210-5, 220-2.
2. Hartanto YB, Nirmala WK, Ardy, Setiono S, Dharmawan D, Yoavita, et.al.,
penyunting. Kamus saku kedokteran dorland. Edisi ke-28. Jakarta: EGC; 2008: h. 78.
3. Guyton, Hall. Textbook of medical physiology. 12th edition. Philadelphia: Saunders;
2010: p. 1177.
4. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy & physiology. 13th edition. New
Jersey: John Wiley& Sons Incorporated; 2012:p. 470-2.

Anda mungkin juga menyukai