Anda di halaman 1dari 15

Pertemuan : XIV

Dosen : MKB 502


Waktu : 3 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 1 / 15

Referensi atau Daftar Bacaan


1. Asroni, A, 2010, “Balok dan Pelat Beton Bertulang”, Yogyakarta, Graha
Ilmu.
2. Dipohusodo,I, 1994, “Struktur Beton Bertulang”, Jakarta, PT. Gramedia.
3. Nawy,E.G, 1990, “Beton Bertulang; Suatu Pendekatan Dasar”, Bandung, PT.
Eresco.
4. Standar Nasional Indonesia (SNI) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), 2007, Surabaya, ITP Press.
5. Wahyudi,L dan Rahim,S.A, 1999, “Struktur Beton Bertulang; Standar SNI T-
15-1991-03”, Jakarta, PT. Gramedia.
6. Wang,C.K dan Salmon,C.G, 1985, “Reinforced Concrete Design”, 4th ed,
N.Y, Harper & Row.
7. Winter,G dan Nilson,A.H, 1993, “Perencanaan Beton Bertulang”, Jakarta,
Pradaya Paramitha.
Pertemuan : XIV
Dosen : MKB 502
Waktu : 3 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 2 / 15

BAB V TANGGA BETON BERTULANG

5.1. PENDAHULUAN
Tangga merupakan salah satu sarana penghubung dari dua tempat yang
berbeda level/ketinggiannya. Pada bangunan gedung bertingkat, umumnya tangga
digunakan sebagai sarana penghubung antara lantai tingkat yang lain, khususnya
bagi para pejalan kaki.
Tingkatan lantai bangunan yang perlu dihubungkan antara lain :
a. Dari tanah ke lantai dasar (ground-floor)
b. Dari lantai dasar ke lantai pertama (first-floor) dan dari lantai pertama ke
lantai kedua (second-floor), dari lantai kedua ke lantai ketiga (third-floor)
dan seterusnya keatas.
c. Juga dari tanah/ lantai dasar ke lantai bawah tanah (basement)

Secara umum, tangga dapat dibedakan menjadi 5 jenis berdasarkan bahan


yang digunakan untuk membuatnya, yaitu :
a. Tangga alumunium, umumnya digunakan untuk pekerjaan ringan dan
sederhana, misalnya perbaikan arus listrik di dalam rumah, pemasangan
dekorasi panggung dan sebagainya.
b. Tangga bambu, umumnya untuk pekerjaan ringan (seperti tangga
alumunium).
c. Tangga kayu, digunakan pada bangunan tinggal. Tangga kayu ini dapat dibuat
dengan bentuk arsitektur yang baik bagi rumah mewah.
d. Tangga baja, umumnya untuk bangunan di tempat terbuka, misalnya tangga
pada jembatan penyebrangan jalan raya.
e. Tangga beton bertulang, umumnya untuk bangunan gedung, rumah tinggal,
pasar maupun gedung perkantoran.

Khusus pada BAB ini hanya akan membicarakan/membahas tentang tangga


yang dibuat dari bahan beton bertulang.
Pertemuan : XIV
Dosen : MKB 502
Waktu : 3 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 3 / 15

5.2. Persyaratan Tangga


Pada prinsipnya, suatu tangga harus memenuhi dua persyaratan, yaitu :
a. Mudah dilihat, terutama berhubungan dengan letak tangga di dalam
bangunan agar dengan mudah diketahui oleh orang. Syarat ini penting sekali
terutama untuk bangunan-bangunan yang bersifat umum atau dipakai untuk
melayani kepentingan umum, misalnya bangunan oasar, kantor pemerintah/
swasta, maupun gedung-gedung sekolah. Untuk bangunan perumahan/
gedung rumah tinggal, persyaratan ini tidak begitu perlu karena yang
menggunakan tangga hanyalah orang-orang yang sudah tertentu yaitu dari
kalangan keluarga sendiri.
b. Mudah dipergunakan, terutama berhubungan dengan sudut kemiringan dari
tangga. Agar tidak perlu banyak tenaga untuk melalui tangga tersebut.
Semakin datar suatu tangga, semakin mudah untuk dipergunakan, karena
tenaga yang diperlukan hanya sedikit (tidak melelahkan). Sebaliknya,
semakin curam suatu tangga, semakin sulit untuk dipergunakan, karena
tenaga ynag dperlukan lebih banyak (sehingga mudah lelah).

Menurut Djojowirono (1984), penentuan sudut kemiringan tangga ini


bergantung pada fungsi/ keperluan tangga yang akan dibangun. Sebagai pedoman
dapat diambil ketentuan berikut :
a. Untuk tangga mobil masuk garasi, diambil sudut maksimum 12,5 o atau
dengan kemiringan 1 : 4,5.
b. Untuk tangga di luar bangunan, diambil sudut 20 o atau dengan kemiringan
1 : 2,75.
c. Untuk tangga perumahan dan bangunan gedung pada umunya, diambil
kemiringan sudut 30o sampai dengan 35o atau dengan kemiringan
1 : 7 sampai 1 : 1,4.
d. Untuk tangga dengan sudut kemiringan sama atau lebih besar dari 41 o,
disebut tangga curam. Misalnya tangga untuk basement dapat diambil sudut
45o, sedangkan untuk menara atau tendon air boleh diambil lebih curam lagi
75o sampai dengan 90o.

5.3. Penentuan Lebar Tangga


Ukuran lebar tangga dari suatu bangunan, biasanya bergantung pada jenis
bangunan yang akan didirikan. Tangga untuk bangunan perumahan, diperlukan
ukuran lebar yang berbeda dengan bangunan untuk umum.
Pertemuan : XIV
Dosen : MKB 502
Waktu : 3 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 4 / 15

5.4. Komponen dan Bentuk Tangga


Komponen atau bagian-bagian utama dari tangga beton bertulang beserta
fungsinya, pada garis besarnya meliputi 4 macam, yaitu :
a. Badan/ pelat tangga,digunakan sebagai sarana lalu-lintas naik-turun antar
lantai
b. Bordes,digunakan sebagai tempat berhenti sementara bagi pejalan yang
merasa lelah pada saat melewati tangga
c. Anak tangga,digunakan sebagai tempat kaki berpijak ketika melalui tangga
d. Sandaran,digunakan sebagai pegangan agar lebih aman dapat melewati
tangga

Keterangan :
(1) = badan tangga
(2) = bordes
(3) = anak tangga
(4) = sandaran

Gambar 5.1. Bagian – bagian tangga

Bentuk tangga sebaiknya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia


pada bangunan, misalnya seperti berikut :
a. Jika ruangan luas, maka tangga dapat dibuat dalam bentuk “L”
b. Jika ruangan agak sempit, maka tangga dapat dibuat dalam bentuk “U”
c. Jika ruangan sempit dan panjang, maka tangga dapat dibuat dalam bentuk “I”
d. Jika ruangan sempit dan tidak panjang, maka tangga dapat dibuat tangga
putar
e. Jika ruangan luas dengan pertimbangan arsitektur, maka dapat dibuat tangga
layang
Pertemuan : XIV
Dosen : MKB 502
Waktu : 3 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 5 / 15

Gambar 5.2. Bentuk tangga

5.5. Ukuran Anak Tangga


Agar tangga dapat digunakan/ dilalui dengan mudah, nyaman dan tidak
melelahkan, maka ukuran anak tangga perlu diperhitungkan dengan mengingat
beberapa pertimbangan :
a. Jarak satu langkah orang berjalan, berkisar antara 61 cm sampai dengan 65
cm. Untuk ukuran orang Indonesia dapat diambil 61 cm.
b. Pada saat orang berjalan, tenaga untuk mengangkat kaki diperlukan dua kali
lipat daripada tenaga untuk memajukan kaki
c. Semakin kecil sudut kemiringan tangga, semakin mudah untuk dilalui/ didaki

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka ukuran anak tangga dapat


ditentukan menurut rumus berikut :
2.T + I = (61 – 65) cm .............................................................. (5.1)
Dengan :
T = Tinggi bidang tanjakan (optrede) atau tinggi anak tangga, cm
I = Lebar bidang tanjakan (aantrede) atau lebar anak tangga, cm

Gambar 5.3. Ukuran anak tangga


Pertemuan : XIV
Dosen : MKB 502
Waktu : 3 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 6 / 15

Sebagai contoh, jika tangga untuk perumahan dipakai sudut kemiringan


=35o, maka tan  = 0,7. Jadi tan = T/I = 0,7, atau T = 0,7 I.
Dimasukkan ke dalam persamaan (5.1), diperoleh :

2.T + I = 61 cm
2.(0,7 I) + I = 61 cm
2,4 I = 61 cm
I = 61 / 2,4 = 25,42 cm  dipakai I = 26 cm
T = 0,7 . (25,42) = 17,79 cm  dipakai T = 18 cm

Jadi tinggi bidang tanjakan T = 18 cm dan lebar bidang tanjakan I = 26 cm.


Check :
2.T + I = 2.(18) + 26 = 62 cm
62 cm < 65 cm ........ memenuhi persyaratan

Untuk memudahkan hitungan, berat


anak tangga dihitung sebagai beban
terbagi rata setebal T/2, karena jika
segitiga I dipotong dan diletakkan
pada segitiga II, maka ukurannya
sama dan membentuk garis yang
sejajar garis batas anak tangga . Jadi
berat segitiga I dan II sama.
Pertemuan : XIV
Dosen : MKB 502
Waktu : 3 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 7 / 15

Review Perhitungan Penulangan Pada Struktur Pelat Beton Bertulang

Gambar 5.4. skema hitungan tulangan pelat


Pertemuan : XIV
Dosen : MKB 502
Waktu : 3 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 8 / 15

Tabel 5.1. Faktor momen pikul maksimal (Kmaks) dalam MPa


Pertemuan : XIV
Dosen : MKB 502
Waktu : 3 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 9 / 15

Contoh Soal:

Bagian dari tangga beton bertulang


diperhitungkan terjepit pada kedua
ujungnya,panjang datar 3,0 m dan
tingginya 1,75 m. Tebal pelat tangga
h = 100 mm, mutu beton f c’ = 20 MPa
dan mutu baja fy = 300 MPa. Berat
beton diperhitungkan 25 kN/m3,
beban hidup qL = 3 kN/m2, dan
tersedia tulangan D10 serta D6.

Hitung dan gambarkan penulangan tangga tersebut, jika diperhitungkan besar


momen lapangan = 1/11.q.L2 dan momen tumpuan = 1/16.q.L2.

Penyelesaian :
1. Menentukan ukuran anak tangga
Kemiringan tangga = tan  = T/I = 1,75 /3 = 0,583
Jadi T = 0,583 I

Diambil satu langkah orang Indonesia = 61 cm


2.T + I = 61 cm
2.(0,583 I) + I = 61 cm
2,166 I = 61 cm
I = 61 / 2,166 = 28,16 cm
 dipakai I = 28 cm = 280 mm
T = 0,583 . (28,16) = 16,42 cm
 dipakai T = 17 cm = 170 mm
Pertemuan : XIV
Dosen : MKB 502
Waktu : 3 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 10 / 15

2. Menentukan beban dan momen tangga

Berat pelat tangga tebal 100 mm = (0,10). (25) = 2,5 kN/m2


Berat anak tangga (T/2) = (0,17 / 2).(25) = 2,125 kN/m2
Berat beban mati , qD = 4,625 kN/m2

Beban perlu, qu = 1,2. qD + 1,6. QL


= 1,2.(4,625) + 1,6. (3)
= 10,35 kN/m2

Momen lapangan = Mu (+) = 1/11. (10,35).(3)2 = 8,468 kN.m


Momen tumpuan = Mu (-) = 1/16. (10,35).(3)2 = 5,822 kN.m

3. Perhitungan Penulangan
Tulangan Lapangan

Mu (+) = 8,468 kN.m


ds = 25 mm
d = 100 – 25 = 75 mm

Mu 8,468.106
K 
 .b.d 2  0,8.1000 . 75 2
 1,8818 MPa  K maks
 2.K   2.1,8818 
. 75  8,821 mm
a  1  1  .d  1  1 

 0,85.fc 
' 
 0,85. 20  

Pertemuan : XIV
Dosen : MKB 502
Waktu : 3 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 11 / 15

Tulangan Pokok :
0,85.fc' .a.b 0,85. 20. 8,821.1000
As    499,857 mm 2
fy  300
1,4 1,4
f c'  31,36 MPa, jadi Asu  .b.d  .1000. 75  350 mm2
fy 300

Dipilih nilai yang paling besar, yaitu A su  499,857 mm 2

Jarak tulangan :
1 . .D 2 .S 1 . .10  2 .1000
s 4  4  157,125 mm
A su  499,857
s  3.h = (3).(100) = 300 mm
s  450 mm
Dipilih nilai yang paling kecil, jadi dipakai s = 150 mm.

Maka luas tulangan :


1 . .D 2 .S 1 . .10 2 .1000
As  4  4  523,599 mm2  Asu .......(OK)
s 150

Tulangan Bagi :
Asb = 20 % . Asu = 20%. (499,857) = 99,971 mm2
Asb = 0,002.b.h = 0,002. (1000). (100) = 200 mm2
Dipilih nilai yang paling besar, yaitu A sb,u  200 mm 2

Jarak tulangan :
1 . .D2 .S 1 . . 6 2 .1000
s 4  4  141,37 mm
A su  200
s  5.h = (5).(100) = 500 mm
Dipilih nilai yang paling kecil, jadi dipakai s = 140 mm.

Maka luas tulangan :


1 . .D 2 .S 1 . . 6 2 .1000
A sb  4  4  201,96 mm2  Asb, u .......(OK)
s 140

Pertemuan : XIV
Dosen : MKB 502
Waktu : 3 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 12 / 15

Jadi dipakai :
Tulangan pokok, As = D10 - 150 = 523,599 mm2
Tulangan bagi, Asb = D6 - 140 = 201,960 mm2

Tulangan Tumpuan

Mu (-) = 5,822 kN.m

Mu 5,822.106
K 
 .b.d 2  0,8.1000. 75 2
 1,2938 MPa  K maks

 2.K   2.1,2938 
. 75  5,943 mm
a  1  1  .d  1  1 

 0,85.fc 
' 
 0,85. 20 

Tulangan Pokok :
0,85.f c' .a.b 0,85. 20 . 5,943.1000 
As    336,77 mm 2
fy  300
1,4 1,4
f c'  31,36 MPa, jadi Asu  .b.d  .1000. 75  350 mm2
fy 300
Dipilih nilai yang paling besar, yaitu A su  350 mm 2

Jarak tulangan :
1 . .D 2 .S 1 . .10  2 .1000
s 4  4  224,399 mm
Asu  350
s  3.h = (3).(100) = 300 mm
s  450 mm
Dipilih nilai yang paling kecil, jadi dipakai s = 150 mm (disamakan dengan
tulangan lapangan)

Pertemuan : XIV
Dosen : MKB 502
Waktu : 3 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 13 / 15

Maka luas tulangan :


1 . .D 2 .S 1 . .10 2 .1000
As  4  4  523,599 mm2  Asu .......(OK)
s 150
Tulangan Bagi :
Asb = 20 % . Asu = 20%. (350) = 70 mm2
Asb = 0,002.b.h = 0,002. (1000). (100) = 200 mm2
2
Dipilih nilai yang paling besar, yaitu A sb, u  200 mm

Jarak tulangan :
1 . .D2 .S 1 . . 6 2 .1000
s 4  4  141,37 mm
A su  200
s  5.h = (5).(100) = 500 mm
Dipilih nilai yang paling kecil, jadi dipakai s = 140 mm.

Maka luas tulangan :


1 . .D 2 .S 1 . . 6 2 .1000
A sb  4  4  201,96 mm2  Asb, u .......(OK)
s 140
Jadi dipakai :
Tulangan pokok, As = D10 - 150 = 523,599 mm2
Tulangan bagi, Asb = D6 - 140 = 201,960 mm2

Pertemuan : XIV
Dosen : MKB 502
Waktu : 3 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 14 / 15

Gambar penulangan tangga :

Anda mungkin juga menyukai