Laporan Pendahuluan Anemia Aplastik
Laporan Pendahuluan Anemia Aplastik
Oleh
c. Etiologi
1. Primer (kongenital)
Kelompok ini sering dinamakan anemia aplastik konstitusional dan
sebagian dari padanya diturukan menurut hukum mendell, contohnya
anemia Fanconi. Anemia Fanconi merupakan kelainan autosomal
resesif yang ditandai oleh hipoplasia sumsung tulang disertai
pigmentasi coklat dikulit, hipoplasia ibu jari atau radius, mikrosefali,
retardasi mental dan seksual, kelainan ginjal dan limpa.2
Disebabkan karena pansitopenia konstitusional fanconi, defisiensi
pankreas pada anak, gangguan herediter pemasukan asam folat ke
dalam sel.
2. Sekunder
a) Karena bahan kimia dan fisik
1) hidrokarbon siklik :benzena dan trinitrotoluena
2) insektisida : chlordane atau DDT
3) arsen anorganik
4) obat-obat yang Dose dependen
a. obat sitostatika
b. preparat emas
5) obat yang dose independent
a. khloramfenikol : 1/60.000-1/20.000 pemakaian
b. frekuensi relatif obat penyebab anemia aplastik terdiri
dari:
- khloramfenikol : 61%
- fenibutasol: 19%
- antikonvulsan: 4%
- Sulfonamid: 3%
b) Anemia aplastik/hipoplastik karena sebab-sebab lain : infeksi
virus (dengue, hepatitis), infeksi mikobakterial, kehamilan,
penyakit simmond, skerosis tiroid.
c) Idiopatik
Penyebab anemia aplastik sendiri sebagian besar (50-70%) tidak
diketahui atau bersifat idiopatik disebabkan karena proses
penyakit yang berlangsung perlahan-lahan (Bakta, 2006).
d. Patofisiologi
Patofisiologi dari anemia aplastik bisa disebabkan oleh dua hal
yaitu kerusakan pada sel induk pluripoten yaitu sel yang mampu
berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel-sel darah yang terletak di
sumsum tulang dan karena kerusakan pada microenvironment. Gangguan
pada sel induk pluripoten ini menjadi penyebab utama terjadinya anemia
aplastik. Sel induk pluripoten yang mengalami gangguan gagal
membentuk atau berkembang menjadi sel-sel darah yang baru. Umumnya
hal ini dikarenakan kurangnya jumlah sel induk pluripoten ataupun karena
fungsinya yang menurun. Penanganan yang tepat untuk individu anemia
aplastik yang disebabkan oleh gangguan pada sel induk adalah terapi
transplantasi sumsum tulang.
Kerusakan pada microenvironment, ditemukan gangguan pada
mikrovaskuler, faktor humoral (misalkan eritropoetin) maupun bahan
penghambat pertumbuhan sel. Hal ini mengakibatkan gagalnya jaringan
sumsum tulang untuk berkembang. Gangguan pada microenvironment
berupa kerusakan lingkungan sekitar sel induk pluripoten sehingga
menyebabkan kehilangan kemampuan sel tersebut untuk berdiferensiasi
menjadi sel-sel darah. Selain itu pada beberapa penderita anemia aplastik
ditemukan sel inhibitor atau penghambat pertumbuhan sel. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya limfosit T yang menghambat pertumbuhan sel-
sel sumsum tulang (Segel, 2006).
f. Kemungkinan Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi dari anemia aplastik ini
adalah perdarahan dan rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan karena
kurangnya kadar trombosit dan kurangnya kadar leukosit.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi
ke sel.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan
/ absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
(SDM) normal.
3. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;
perubahan proses pencernaan.
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi
tertekan).
c. Perencanaan
Kolaborasi
6. Observasi hasil pemeriksaan 6. Mengidentifikasi
laboratorium darah lengkap. defisiensi dan kebutuhan
pengobatan/respons
terhadap terapi
7. Berikan transfusi darah 7. Meningkatkan jumlah sel
lengkap/packed sesuai indikasi pembawa oksigen,
memperbaiki defisiensi
untuk mengurangi resiko
perdarahan.
8. Berikan oksigen sesuai indikasi 8. Memaksimalkan
transpor oksigen ke
jaringan.
9. Siapkan intervensi pembedahan 9. Transplantasi sumsum
sesuai indikasi. tulang dilakukan pada
kegagalan sumsum
tulang/ anemia aplastik.
2. Perubahan nutrisi Tujuan : setelah dilakukan 1. Observasi dan catat masukan 1. Mengawasi masukan
kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan 3 x makanan. kalori atau kualitas
tubuh berhubungan 24 jam pasien mampu kekurangan konsumsi
dengan kegagalan untuk mempertahankan berat makanan.
mencerna atau ketidak badan yang stabil 2. Berikan makanan sedikit dan 2. Makan sedikit dapat
mampuan mencerna Kriteria hasil : frekuensi sering menurunkan kelemahan
makanan / absorpsi a. Asupan nutrisi adekuat dan meningkatkan
nutrisi yang diperlukan b. Berat badan normal asupan nutrisi.
untuk pembentukan sel c. Nilai laboratorium dalam 3. Observasi mual / muntah, flatus. 3. Gejala GI menunjukkan
darah merah (SDM) batas normal : efek anemia (hipoksia)
normal. Albumin : 4 – 5,8 g/dL pada organ.
Hb : 11 – 16 g/dL 4. Bantu pasien melakukan oral 4. Meningkatkan napsu
Ht : 31 – 43 % hygiene. makan dan pemasukan
Trombosit : 150.000 – oral. Menurunkan
400.000 µL pertumbuhan bakteri,
Eritrosit : 3,8 – 5,5 x meminimalkan
1012 kemungkinan infeksi.
Teknik perawatan mulut
diperlukan bila jaringan
Kolaborasi rapuh/luak/perdarahan.
5. Observasi pemeriksaan 5. Mengetahui efektivitas
laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, program pengobatan,
Trombosit, Albumin. mengetahui sumber diet
nutrisi yang dibutuhkan.
6. Berikan diet halus rendah serat, 6. Bila ada lesi oral, nyeri
hindari makanan pedas atau membatasi tipe makanan
terlalu asam sesuai indikasi. yang dapat ditoleransi
7. Berikan suplemen nutrisi mis : 7. Meningkatkan masukan
ensure, Isocal. protein dan kalori.
3. Konstipasi atau diare Tujuan : setelah dilakukan 1. Observasi warna feces, 1. Membantu
berhubungan dengan tindakan keperawatan 3 x konsistensi, frekuensi dan jumlah. mengidentifikasi
penurunan masukan 24 jam pasien menunjukan penyebab / factor
diet; perubahan proses perubahan pola defekasi pemberat dan intervensi
pencernaan. yang normal. yang tepat.
Kriteria hasil : 2. Auskultasi bunyi usus. 2. Bunyi usus secara umum
a. Frekuensi defekasi 1x meningkat pada diare
setiap hari dan menurun pada
b. Konsistensi feces konstipasi.
lembek, tidak ada lender 3. Hindari makanan yang 3. Menurunkan distensi
/ darah menghasilkan gas. abdomen.
c. Bising usus dalam batas
normal Kolaborasi
4. Berikan diet tinggi serat 4. Serat menahan enzim
pencernaan dan
mengabsorpsi air dalam
alirannya sepanjang
traktus intestinal.
5. Berikan pelembek feces, 5. Mempermudah defekasi
stimulant ringan, laksatif sesuai bila konstipasi terjadi.
indikasi.
6. Berikan obat antidiare mis : 6. Menurunkan motilitas
difenoxilat hidroklorida dengan usus bila diare terjadi.
atropine (lomotil) dan obat
pengabsorpsi air mis Metamucil.
4. Intoleran aktivitas Tujuan : setelah dilakukan 1. Ukur tanda – tanda vital setiap 8 1. Manifestasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan 3 x jam kardiopulmonal dari
ketidakseimbangan 24 jam pasien melaporkan upaya jantung dan paru
antara suplai oksigen peningkatan toleransi untuk membawa jumlah
(pengiriman) dan aktivitas. oksigen adekuat ke
kebutuhan. Kriteria hasil : jaringan.
a. Tanda – tanda vital 2. Observasi adanya tanda – tanda 2. Membantu menetukan
dalam batas normal keletihan ( takikardia, palpitasi, intervensi yang tepat
b. Pasien bermain dan dispnea, pusing, kunang –
istirahat dengan tenang kunang, lemas, postur loyo,
c. Pasien melakukan gerakan lambat dan tegang.
aktivitas sesuai dengan 3. Bantu pasien dalam aktivitas 3. Mencegah kelelahan.
kemampuan diluar batas toleransi pasien.
d. Pasien tidak
menunjukkan tanda – 4. Berikan aktivitas bermain 4. Meningkatkan istirahat,
tanda keletihan pengalihan sesuai toleransi mencegah kebosanan
pasien. dan menarik diri.
5. Resiko infeksi Tujuan: setelah dilakukan 1. Ukur tanda – tanda vital setiap 8 1. Demam
berhubungan dengan tindakan keperawatan 3 x jam. mengindikasikan
penurunan daya tahan 24 jam infeksi tidak terjadi. terjadinya infeksi.
tubuh sekunder Kriteria Hasil : 2. Tempatkan pasien di ruang isolasi 2. Mengurangi resiko
leucopenia, penurunan a. Tanda – tanda vital bila memungkinkan dan beri tahu penularan
granulosit (respons dalam batas normal keluarga supaya menggunakan mikroorganisme kepada
inflamasi tertekan). b. Leukosit dalam batas masker saat berkunjung. pasien.
normal 3. Pertahankan teknik aseptik pada 3. Mencegah infeksi
c. Keluarga menunjukkan setiap prosedur perawatan. nosokomial.
perilaku pencegahan Kolaborasi 4. Lekositosis
infeksi pada pasien 4. Observasi hasil pemeriksaan mengidentifikasikan
d. Mengalami peningkatan leukosit. terjadinya infeksi dan
toleransi aktivitas leukositopenia
e. Infeksi tidak terjadi mengidentifikasikan
penurunan daya tahan
tubuh dan beresiko untuk
terjadi infeksi
DAFTAR PUSTAKA