Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton merupakan bahan yang terdiri dari bermacam-macam bahan, seperti:
semen, pasir, krikil/batu pecah dan air, yang menjadi satu kesatuan konstruksi yang
sangat berguna bagi manusia. Ditinjau dari segi manfaatnya, beton lebih bermanfaat
dibanding material lain untuk bahan konstruksi. Untuk konstruksi gedung bertingkat,
untuk menara air, untuk tiang listrik, bahan beton lebih tahan terhadap bahaya
kebakaran, tidak memerlukan perawatan yang banyak atau mahal serta bahan beton
kuat untuk menahan suatu konstruksi.
Bahan material beton seperti: pasir, kerikil, semen dan air merupakan bahan
yang banyak terdapat di alam Indonesia. Sehingga bahan itu mudah didapat.
Dipasaran dan harganya terjangkau, sehingga untuk di Indonesia beton merupakan
bahan konstruksi yang serbaguna. Bahan beton dan tulangan baja merupakan bahan
yang dapat menyatu dengan kuat dan dapat menahan beban tarik maupun tekan
secara bersama, beton lebih kuat untuk menahan gaya tarik. Untuk mengetahui
seberapa besar gaya yang dapat ditahan oleh beton untuk menahan gaya tekan, maka
dalam proses pembuatan beton dibagi dalam kelas mutu beton, seperti beton kelas I
untuk pekerjaan non strukturil, tidak perlu keahlian khusus dan beton kelas ini
dinyatakan dengan mutu BO. Untuk beton kelas II dibagi dengan standart BI, K125,
K225. Pengawasan terhadap mutu beton ini terdiri dari pengawasan ketat dari bahan
dan hasil beton dengan kekuatan tekan karakteristik lebih tinggi dari 225 kg/cm2.
Pelaksanaan memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan dibawah
pimpinan tenaga ahli. Disyaratkan adanya laboratorium beton dengan peralatan yang
lengkap yang dilayani oleh tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya laboratorium yang
melakukan pengawasan terhadap mutu beton kelas III, dinyatakan dengan kuruf K
dengan angka dibelakangnya yang menyatakan kekuatan karakteristik beton yang
bersangkutan. Untuk menghasilkan mutu beton sesuai dengan kekuatan rencana
misalnya K125, K175, K225 atau mutu lebih tinggi dari K225 perlu adanya
perjanjian atau cara pembuatan atau prosedur mengenai concrete mixe design agar
bisa membantu bagaimana untuk mencapai mutu yang diinginkan. Untuk mencapai
itulah seorang sarjana teknik sipil yang terjun dalam bidang tersebut sangat perlu
untuk mengerti dan dapat mendesign mutu beton yang di kehendaki untuk
pelaksanaan dilapangan, sehingga praktikum laboratorium konstruksi beton ini sangat
diperlukan sekali untuk menunjang pengetahuan dari mata kuliah konstruksi beton.

1.2 Pemeriksaan bahan-bahan.


Pengawasan bangunan dapat memerintahkan agar diadakan pemeriksaan bahan-
bahan atau pada campuran bahan yang dipakai dalam pelaksanaan konstruksi beton
bertulang, untuk menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi. Pemeriksan bahan-
bahan dan beton harus dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan dalam peraturan
ini. Hasil-hasil pemeriksaan demikian harus dipelihara baik dan disimpan oleh
pengawas ahli dan apabila diminta harus dapat ditunjukkan kepada pengawas.

1.2.1 Semen
Untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya dapat dipakai jenis-
jenis semen yang memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang
ditentukannuntukn mutu BO, selain jenis-jenis semen yang disebutkan di muka
pendahuluan, dapat juga dipakai semen tras kapur, untuk beton mutu K175 dan
mutu lebih tinggi, jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran harus
dientukan dengan ukuran berat. Untuk beton mutu B1 dan K125, jumlah semen
yang dipakai dalam setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran isi
pengukur semen, tidak boleh mempunyai kesalahan dlbih dari 2,5%

1.2.2 Agregat Halus (Pasir)


Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh alat-alat pemecah batu. Sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu
agregat sebagai mutu beton. Agregat halus terdiri dari butiran pasir yang tajam
dan keras. Agregat halus tidak boleh mengandung bagaian yang lolos lebih dari
45% pada suatu ukuran ayakan dan bertahan pada ayakan berikutnya, modulus
kehalusannya tidak kurang dari 2,3mm dan tidak boleh lebih dari 2,1mm.

1.2.3 Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)


Agregat kasar untuk beton dapat berupa batu kali sebagai hasil
desintegasialami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
pemecahan batu pada umumnya, yang dimaksud agregat kasar adalah agegat
dengan besar butira lebih dari 5mm. sisa diatas ayakan 40 harus 0% berat. Sisa
diatas 4mm (4,75 ; 9,5 ; 19 ;dan no.25) harus berkisaran 90% dan 98%. Selisih
antara sisa komulatif diatas dua ayakan yang berurutan adalah maksimum 60%
dan minimum 10% berat.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton,
seperti zat reaktif Alkali, contoh obat-obatan tanaman, besar butiran agregat
maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak terkecil antara bidang-
bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga perempat dari
jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas tulangan agar
menjamin tidak terjadinya sarang-sarang terkecil.

1.2.4 Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, alkali, garam, bahan-bahan organis lain atau zat kimia lain yang dapat
merusak beton dan bajatulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih atau
yang dapat diminum. Apabila terdapat keraguan mengenai air, dianjurkan untuk
mengirim contoh air tersebut ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui
untuk diselidiki sampai seberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat
merusak beton atau tulangan. Jumlah air yang dipakai dalam membuat adukan
beton dapat ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan
setepat-tepatnya.

Anda mungkin juga menyukai