MODUL
versityPENT PEMAHAMAN
IRIGASI 1
1.1 Pendahuluan
Air adalah sumber daya alami
terbesar yang dianugerahkan Tuhan
pada umat manusia. Manusia sangat
membutuhkan air untuk
mempertahankan hidupnya. Tercatat
dalam sejarah bahwa permulaan
peradaban di muka bumi ini lahir
pada daerah yang dilalui aliran sungai
seperti Sungai Nil di Mesir, Sungai
Indus di India dan Sungai Hwang-Ho
di Cina.
Dalam penggunaannya dalam kebutuhan manusia sehari-hari, sebanyak
kurang lebih 80 % air di bumi ini digunakan untuk lahan bercocok tanam.
Terdapat dua sumber air yang dapat kita kenal, sumber air yang berasal
dari permukaan (surface water) seperti danau, aliran sungai dll dan
sumber mata air yang berasal dari dalam tanah (ground water) seperti
mata air.
Dalam ringkasan ini, kita akan mempelajari bagaimana memanfaatkan
sumber-sumber air tersebut untuk disalurkan dalam penggunaannya
mengairi lahan-lahan bercocok tanam, atau biasa diistilahkan dengan kata
Irigasi. Irigasi memainkan peranan penting dalam usaha meningkatkan
hasil pangan. Dewasa ini hanya sekitar 15% tanah yang memadai untuk
lahan pertanian menerima irigasi yang terjamin Masih banyak lahan
pertanian yang belum tersentuh irigasi.
1
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
2
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
3
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
MODUL
versityPENT HUBUNGAN TANAH, AIR,
DAN TANAMAN
2
2.1 Sifat-sifat Fisik Tanah
Tanah mendukung pertumbuhan
tanaman dengan menyediakan air
dan oksigen yang sangat berguna
bagi tanaman Ahli tanaman
mengatakan bahwa sebagian
besar lapisan atas bumi kita yang
mengandung air, sangat cocok
dan baik untuk pertumbuhan
tanaman. Lapisan ini disebut
dengan sabuk air tanah (the belt
of soil water). Ketebalan lapisan
ini tergantung pada tipe tanah dan
vegetasi yang tumbuh
Kedalamannya berkisar antara
satu meter hingga beberapa puluh
meter di bawah permukaan tanah.
Didalam tanah selain terdapat air
tanah juga terdapat udara,
mineral dan karbonat bebas yang
tersimpan pada lapisan teratas Gambar 2.1. Horizon Tanah
bumi kita. Juga terdapat sisa-sisa
tanaman dan hewan (fosil) dengan beberapa macam tingkatan
dekomposisi (pembusukan). Selain itu ada berbagai macam dan jenis
tanaman, binatang, akarakaran, bakteri, jamur, protozoa, actinomycetes
nematoda, kutu dan serangga lain.
Tanah merupakan proses penguraian batuan yang terdiri dari proses
makanik disintegrasi dan proses kimia dekomposisi. Ada beberapa jenis
tanah yang mempunyai komposisi mineral yang sama dengan batu
asalnya atau beberapa mineral baru karena dimungkinkan bersenyawa
dengan air, karbondioksida dan mineral organik lainnya.
Sifat fisik tanah mempengaruhi kesuburan tanah dan daya tumbuh
tanaman sebagaimana diterangkan diatas. Sifat fisik tanah terpenting
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah tekstur tanah dan
struktur tanah. Menurut ukurannya butiran tanah dibedakan atas : pasir,
lumpur dan tanah liat.
Nama jenis tanah bergantung pada partikel yang menyusunnya. Juga
tergantung pula komposisi mineralogikal dan kandungan elektrikal pada
partikel tanah. Tiap jenis tanah saling berpengaruh satu sama lainnya.
4
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
5
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
6
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
7
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
8
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Conduktivits
Kelas Kelayakan untuk irigasi
(micromhos/cm)
9
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
MODUL
versityPENT PERENCANAAN
PETAK TERSIER
3
3.1. Pendahuluan
Petak tersier adalah petak dasar di suatu jaringan irigasi dan
merupakan bagian dari daerah irigasi yang mendapat air irigasi dari
satu bangunan sadap tersier dan dilayani oleh satu jaringan tersier.
Beberapa aspek dalam menentukan layout untuk suatu petak tersier
adalah sebagai berikut
a. luas petak tersier
b. Batas- batas petak tersier
c. bentuk yang optimal
d. kondisi medan
e. jaringan irigasi yang ada
f. operasi jaringan
10
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
11
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
12
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Gambar 3.2. Skema Layout Petak Tersier pada Medan Terjal (1)
13
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Gambar 3.3. Skema Layout Petak Tersier pada Medan Terjal (2)
14
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Gambar 3.4. Skema Layout Petak tersier pada medan agak Terjal
15
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
16
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
17
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
MODUL
versityPENT KEBUTUHAN AIR
IRIGASI 4
4.1. Kebutuhan air irigasi di pintu pengambilan (intake)
Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang
diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan
air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh
tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara
normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi
evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian
secara khusus seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta
kehilangan selama pemakaian.
Kebutuhan air irigasi di pintu pengambilan (intake) adalah besarnya
kebutuhan air (m3/det) di intake yang didasarkan dari kebutuhan air di
sawah dibagi efisiensi (%) saluran.
NFR
IR DR
efisiensi sal
18
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Contoh Perhitungan
1 mm/hari I/det/ha
01.1 dm x 1.000.000 dm3
1 mm/hari =
(24 x 60 x 60) dt x 1 Ha
10.000
=
86.400 dt x 1 Ha
= 0.116 I/det/ha
19
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
20
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
f) Jenis tanaman
Cu = ETo x Kc
Dimana :
Cu = Cunsumtive Use (mm) EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL
ETo = Evaporasi Potensial
Kc = Koefisien Tanaman
a) Evaporasi Potensial
Merupakan suatu proses penguapan air bebas. Beberapa metode yang
digunakan untuk memperkirakan besarnya evaporasi potensial ,
diantaranya :
1. Thorn Waite
a 1514
10t t
Ep 1.6 , J
J 5
Ep : Evaporasi mm/hari
T : Suhu udara (°C)
a : Konstanta
: Metode ini hanya memerlukan data suhu udara
2. Blaney Criddle
tp
U k. f , k
100
U : Penggunaan air konsumtive bulanan
: Evapotranspirasi Potensial
K : Koefisien tanaman
F : factor yang tergantung letak lintang
P : prosentase bulanan jam jaman hari terang dalam 1 tahun
: diperlukan data temperatur udara, letak lintang
21
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
3. Penmann
Diperlukan data suhu udara, radiasi matahari, kecepatan angin,
kelembaban, temperatur.
4. Penmann Modifikasi
b) Koefisien Tanaman
Besarnya koefisien tanaman sangat erat berhubungan dengan:
a) Jenis tanaman (padi , jagung, tebu)
b) Varitas tanaman (padi PB 5, padi IR 12)
c) Umur pertumbuhan tanaman
22
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
MODUL
versityPENT PERENCANAAN
SALURAN TAHAN EROSI 5
5.1. Pendahuluan
Fungsi saluran pada areal irigasi adalah untuk membawa dan membuang
air irigasi agar tanaman dapat tumbuh baik.
a. Saluran Pembawa
Membawa air dari sumbernya (sungai, waduk, mata air) sampai air
tersebut dapat dimanfaatkan untuk tanaman.
b. Saluran Pembuangan
Membuang kelebihan air agar tanaman di sawah tidak terganggu
pertumbuhannya.
Jenis saluran menurut fungsi dan tata letaknya, terdiri dari :
a. Saluran primer
b. Saluran skunder
c. Saluran tersier
d. Saluran kwarter
Kriteria pemilihan bentuk saluran harus mempertimbangkan hal berikut :
a. Mampu membawa air dengan debit maksimum (Q) dan penampang
basah (p) minimum guna memperkecil kehilangan air disaluran
(prinsip penampang efisien).
b. Kemudahan pelaksanaan di lapangan
c. Biaya murah
d. Mudah pemeliharaan
e. Kuat dan berumur panjang
Beberapa bentuk saluran yang umumnya digunakan di Indonesia,
diantaranya :
a. Lingkaran
b. ½ lingkaran
c. segi empat
d. Segi tiga
e. Trapezium
23
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
f. Elips
24
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
25
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Keterangan
V = kecepatan m/det
R = radius hidroulis
I=S = kemiringan dasar saluran
C = koefisien yang tergantung :
- V rata-rata
- Radius Hidroulis (R)
- Angka Kekasaran
- Viscositas
Harga C dapat ditentukan berdasarkan rumus :
I 0,00155
23
a. C n I METRIC UNIT
0,00155
I 23
1
n / R 2
I
0,00281 1,811
41,65
C S n
0,00281
1 41,65 n R
s
Ruus Gangguilet-Kutter
1,57.6
b. C ENGLISH UNIT
m
1
R
87
c. C METRIC UNIT
m
1
R
26
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
27
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Dj = CY
Dimana :
Dj = jagaan (m)
Y = Tinggi air
C=koefisien antara 0,46 untuk Q=0,60 m3/dt
0,76 untuk Q = 0,85 m/dt
Antara 5% - 30% dari dalam air
Tabel 5.1. Tinggi jagaan minimum untuk saluran tanah
Sumber : KP 03
28
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
29
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
30
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Penyelesaian
31
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
= 2,2 m3 /det
1,6 x700
Q5 = =1,24 m3/det
0,9
Q6 = Q4 + Q5 = 2,2 + 1,24 = 1,48 m3/det
32
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
b
11 / 2
h
V = 0,35 - 0,40
Talud = 1:1
K = 45
S dilapangan = 0,0016
2/3
V = 27.7328 h . (0,0016) ½
V = 1.1093 h2/3
Q7 = A x V
Qp = X x V7
= 2 ½ h2 x 1.1093 h2/3
8/3
= 2.77 h
0.4=n 2,77 h8/3 h = 0,48 m, b= 1 ½ h = 0,72 m
2/3
kontrol V = 1.1093 h
2/3
= 1,1093 (0,48) = 0,68 m/det < v ijin
sehingga : didapat dimensi saluran
h = 0,48m
b = 0,72 m
V = 0,68 m/det
= 0,5 x 0,48
= 0,48m
33
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Kesimpulan
Cara II :
V = ditentukan , S= dihitung
Vrec = 0,40m/det (sesuai Tabel De Vos)
2/3
V = 1/n . R .S½
2/3
0,40 = 1/0,025 . (0,5772 h) .S½
Q7 = A x V7
Penyelesaian :
dengan menggunakan Tabel De Vos
saluran I
Q = 6 m3/dt b/y = 2.5
34
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
8/3
6 = 5.546603y y = 0.158228m b = 2.5y = 0.3955693 m
2/3
Kontrol V = 1.584744 y
35
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
V = ditentukan S= dihitung
Vrencana = 0.4 m/dt
2/3
V = 1/n x R xS½
2/3
0.4= 1/0.020 x (0.705332y) xS½
2/3 2/3
S = 0.4/(50 x 0.705332y ) = 0.010096/y
Q =AxV
= 3.5y2 x 0.4 = 1,4 y2
6 = 14y2 y = 2.070197m b = 2.5y = 5.1754917 m
2/3
S = 0.4/(50x (0.705332 x 2.0710197) ) = 0.006216
Sehingga didapatkan dimensi saluran setelah sloope dilandaikan :
V = 0.4 m/dt
b = 5.175492 m
y = 2.070197 m
tinggi jagaan = F (C x y)0.5 = (0.5 x 2.070107)0.5 = 0.83666 m
36
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
= 2.078352
0.5
R0.5 = (0.705332 x 2.070197) = 1.208378
I x R0.5 = 2.070197 x 1.208378 = 2.511434 hulu
Saluran II (hilir)
I = y + (Vren2/2g) = 2.324953 + (0.32/(2x9.81))
= 2.32954
R0.5 = (0.72549 x 2.324953) 0.5
0.5
IxR = 2.0121623 x 1.208615 = 3.025471 Hilir
0.5
I x R0.5 (hulu) < I x R (Hilir) maka saluran bisa dikatakan stabil
37
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
MODUL
versityPENT PERENCANAAN
SALURAN TAK TAHAN EROSI 6
6.1. Pendahuluan
Pada saluran tak tahan erosi (erodible channel) aliran air yang ada di
dalamnya dipengaruhi oleh banyak factor fisik serta kondisi-kondisi
lapangan yang begitu kompleks dan tidak menentu sehingga sukar untuk
mengadakan perencanaan saluran yang tepat. Rumus-rumus aliran
uniform tidak memberikan kondisi kestabilan yang cukup untuk
merencanakan saluran tidak tahan erosi.
Stabilitas saluran tidak tahan erosi ini tergantung pada material
pembentuk tubuh saluran dan bukan dari segi hidrologinya. Setelah
kondisi penampang yang stabil diperoleh, maka rumus-rumus aliran
seragam bias digunakan untuk menghitung kecepatan serta debit. Saluran
yang dimaksud dapat diklasifkasikan menjadi sebagai berikut :
a). Saluran dimana penggerusan mungkin terjadi dan sedimentasi tidak
dapat terjadi sama sekali
b). Saluran dimana sedimentasi mungkin terjadi sedangkan penggerusan
tidak dapat terjadi sama sekali
c). Saluran dimana baik sedimentasi maupun erosi dapat terjadi
38
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
39
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Note :
v = maximum permisible velocity
n = koefisien kekasaran Manning
1 ft = 0,305 m
1 ft = 12 inch
1 lbs/ft2 = 4,4 kg/m2
40
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Contoh Perhitungan
Tentukan dimensi saluran dengan penampang trapesium bila diketahui S
= 0,0016, Q = 11,32 m3/det saluran tersebut digali pada tanah yang
mengadung kerikil kasar dan non koloidal.
Penyelesaian :
1) Dengan material yang diketahui didapatkan
n = 0,025
z=2
kecepatan maksimum yang diijinkan = 1,22 m/det = 4,0 fps
2) Jari-jari hidrolis
41
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
1
1,22 .R 2/3 .(0,0016) 1/2
0,025
R = 0,666 m
3) Luas penampang basah
Q 11,32
A 2,82 m2
v 1,22
4) Keliling basah
A 9,28
P 13,93 m
R 0,666
5) A = (B + zy)y = (B + 2y)y = 9,28 m2
P = B + 2y 1 z 2 y = B + 2 5y = 13,93 m c
x
Dari dua persamaan ini didapatkan : B
B = 9,84 m y = 0,81 m
ALW
42
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
ALwS
Unit tractive force 0 = R w S
PL
Bila saluran lebar sekali maka R = Y
Unit tractive force 0 = Y w S
43
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Bila gaya resultante ini cukup besar, maka butir tanah-tanah akan
bergerak. Pada saat butir tanah tersebut akan bergerak, maka gaya
resultante tersebut akan sama dengan gaya yang menahannya yang
besarnya = w.S.cos dikalikan dengan koefisien geseran yang
besarnya sama dengan tan , dimana adalah sudut geser dalam.
Persamaan kesetimbangan :
Gaya yang bergerak = gaya yang menahan .
τs tan2
K= cos 1
τ
l
tan2
Disederhanakan menjadi :
sin2
K= 1
sin2
d. Permissible Tractive Force
Gaya seret yang diijinkan (permissible tractive force), adalah gaya
seret satuan maksimum yang tidak menyebabkan erosi dari tanah
bahan dasar saluran. Gaya seret ini ditentukan di laboratorium dan
harga-harga yang diperoleh disebut Critical Tractive Force (gaya seret
kritis).
Pengalaman menunjukkan, bahwa yang tanahnya terdiri dari bahan
yang non cohesive dapat menahan gaya seret yang lebih besar dari
pada gaya seret kritis.
44
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Grafik a Grafik b
45
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
46
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Note :
12 inch = 1 ft
1 ft = 0,305 m
1 lb/ft2 = 4,22 kg/cm2
Gambar 6.8. Hubungan antara Void Ratio dan Unit Tractive Force
47
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Contoh perhitungan
Rencanakan saluran dengan penampang trapesium yang mengalirkan
debit sebesar 11,32 m3/det, kemiringan dasar saluran S = 0,0016.
Saluran tersebut digali pada tanah yang mengandung kerikil kasar
1
nonkoloidal dimana 25% dari tanah tersebut mempunyai diameter 1
4
inch (2,95 cm). Koefisien kekasaran Manning = 0,025
Penyelesaian :
Untuk saluran dengan penampang trapesium, gaya seret satuan
maksimum yang bekerja pada tebing saluran biasanya lebih kecil daripada
gaya yang bekerja pada dasar saluran.
Oleh karena itu gaya yang bekerja pada tebing merupakan faktor
pengontrol.
Diambil : miring talud z = 2
b = 5y
Maximum tractive force pada tebing 0,775 wyS :
= 0,775 x 62,4 x 0,0016y
= (0,078y) lb/ft2 = 1,204y kg/m2
Bila dianggap bahwa butir-butir material sangat bulat dengan diameter
1,25 inch didapatkan 33,5
Dengan 33,5 dan z = 2 atau 26,5 didapatkan :
K = 0,587
Untuk diameter butir 1,25 inch maka gaya seret yang diijinkan adalah :
= 0,4 x 1,25
= 0,5 lb/ft2 = 2,4414 kg/m2 ( s)
Gaya seret yang diijinkan pada tebing saluran :
= 0,587 x 0,5
= 0,294 lb/ft2 = 1,436 kg/m2
Untuk kestabilan persamaan (1) = (2), didapatkan :
1,240 y = 1,436
y = 1,15
B = 5y = 5 x 1,15 = 5,75 m
Dengan B dan y diketahui maka bisa dicari :
A = 9,243 m2
R = 0,85 m
n = 0,025
S = 0,0016
Dapat dicari Q berdasarkan rumus Manning :
48
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
49
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
MODUL
versityPENT BANGUNAN PENGUKUR DAN
PENGATUR
7
7.1. Bangunan Bagi
Bangunan bagi adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu-pintu yang
mengatur dan mengukur air yang mengalir ke berbagai saluran. Terdapat dua
fungsi dari bangunan bagi yaitu sebagai bangunan pengatur dan bangunan
sadap. Air yang mengalir ke berbagai saluran disadap dengan bangunan sadap
berpintu. Bangunan pengatur diperlukan untuk menjaga adanya perubahan-
perubahan muka air di saluran. Sehingga adanya bangunan pengatur diharapkan
dapat dijaga fungsi muka air atau pun debit yang diinginkan yang dapat
dialirkan ke bangunan-bangunan sadap.
Aspek penting dalam perencanaan bangunan bagi adalah kepekaan
terhadap variasi muka air. Guna memenuhi kehilangan energy dan sekaligus
mencegah penggerusan, disarankan untuk membatasi kecepatan di bangunan
sampai ±1,5 m/dt.
50
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
51
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
satu saluran yang tidak dilengkapi dengan bangunan ukur. Selebihnya dipasang
bangunan ukur pada saluran sekunder.
7.3.1 Alat Ukur Ambang Lebar (Board Crested Weir)
Alat ukur ambang lebar ini merupakan alat ukur yang strukturnya berupa
ambang lebar dengan aliran atas (overflow), dan berfungsi sebagai pengukur
debit tetapi tidak dapat berfungsi sebagai pengatur debit. Besarnya debit yang
lewat diukur berdasar tinggi muka air diatas ambang. Agar pengukuran dapat
dilakukan dengan baik, maka aliran nya harus bersifat aliran yang melimpah
sempurna, dimana muka air hilir cukup rendah sehingga kenaikan muka air hilir
tidak mempengaruhi muka air di hulu. Bang
Penggunaan alat ukur ambang lebar dapat ditempatkan di awal saluran
primer, pada titik cabang saluran, dan tepat di pintu sorong pada titik masuk
petak tersier. Rumus debit bangunan ukur ambang lebar adalah sebagai berikut.
Q = 1,76.b.h3/2
Dimana :
Q = debit (m3/dt)
h = tinggi energy di hulu (m)
b = lebar ambang (m)
Kondisi aliran bangunan ambang lebar diharapkan tidak dalam keadan
tenggelam, yaitu dengan syarat Hhilir<Hhulu. Persamaan debit untuk alat ukur
ambang lebar dengan bagian pengontrol segiempat sangat tergantung besarnya
kecepatan debit Cd.
3/2
Q = Cd.Cv.2/3.
Dimana :
Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisien debit
Cd = 0,93 + 0,10 H1/L untuk 0,1 < H1/L < 1,0
H1 = tinggi energy di hulu (m)
L = panjang mercu (m)
Cv = koefisien kecepatan dating
g = percepatan gravitasi (m2/dt)
bc = lebar mercu (m)
h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang ukur (m)
52
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
53
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
54
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
55
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
56
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
57
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
MODUL
versityPENT BANGUNAN PEMBAWA
8
8.1. Bangunan Pembawa untuk Aliran Subkritis
Bangunan pembawa adalah merupakan bagian dari saluran terbuka yang
digunakan untuk membawa air dari bagian hulu ke bagian hilir yang
melintasi bangunan lainnya, misalnya sungai, jalan, dll.
Aliran sub kritis :
Va
Fr = 1,0
g. A / B
Dengan :
Va= kecepatan aliran dalam bangunan
A = luas aliran
B = lebar permukaan air terbuka
Ada beberapa macam bangunan pembawa sesuai fungsi dan tujuan,
diantaranya yaitu:
a) Gorong-gorong
b) Talang
c) Sifon
d) Flume
V 2 .L 2 g.L V 2
H f 2 2
C .R C .R 2 g
Dimana :
Hf = kehilangan akibat gesekan, m
v = kecepatan dalam bangunan, m/dt
L = panjang bangunan, m
R = jari – jari hidrolis,m (A/P)
A = luas basah, m²
P = keliling basah, m
58
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
POTONGAN SUDUT δ
5° 10° 15° 22.5° 30° 45° 60° 75° 90°
Bulat 0,02 0,03 0,04 0,05 0,11 0,24 0,47 0,80 1,1
Segiempat 0,02 0,04 0,05 0,06 0,14 0,3 0,6 1,0 1,4
Di bagian tikungan
0.5 1.2
b
koefisien kehilangan di tikungan K
1.0
0.4
b
R 0.8
D
0.3
0.6
faktor koreksi
0.2
0.4
0.1
0.2
0.07
0 0
0 2 4 6 8 10 0 20 40 60 80 100 120
Perbandingan Rb/D sudut tikungan dalam derajat
Gambar 8.1. Harga-harga Kb untuk tikungan 90o pada
saluran tertutup (USBR)
59
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
0.5 1.2
b
koefisien kehilangan di tikungan K
1.0
0.4
b
R 0.8
D
0.3
0.6
faktor koreksi
0.2
0.4
0.1
0.2
0.07
0 0
0 2 4 6 8 10 0 20 40 60
Perbandingan Rb/D sudut tikungan da
Q . A. 2 gz
Dimana:
= koefisien debit
z = kehilangan tinggi energi pada gorong-gorong
Tabel 7.2. Harga – harga dalam gorong – gorong pendek
Tinggi dasar di Tinggi dasar di bangunan lebih
bangunan sama tinggi
dengan di saluran daripada di saluran
Sisi Ambang Sisi
Segi empat 0,80 Segi empat segi empat 0,72
b. L>20 m
Jika gorong-gorong mempunyai panjang > 20 m, maka prinsip
kehilangan energy diperhitungkan
60
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
V 2 .L 2 g.L V 2
H f 2 2
C .R C .R 2 g
Dengan :
L = panjang bangunan
C = Kosfisien Chezy = K.R1/6
K = Koef kekasaran strikler lihat table 5.1. ( KP -04)
Contoh untk baja beton = 76 , baja = 80 , pasangan batu 60
Kehilangan energi di bagian peralihan
1. Di bagian masuk
(Va V1 )
H m m
2g
2. Di bagian keluar
Sama dengan rumus 1 hanya m diganti dengan k
61
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
8.4. Talang
Talang digunakan kalau saluran irigasi harus
melintasi sungai, saluran pembuang alami,
lembah atau cekungan. Bagian atas talang
seringkali juga dimanfaatkan untuk lalu
lintas, sehingga talang sering terkesan
sebagai jembatan. Talang harus dilengkapi
dengan pintu penguras samping untuk
mengalirkan air pada waktu talang diperbaiki.
Kondisi aliran ada talang subkritis dengan
nilai Fr<0,7. Gambar 7.1. Talang
Kehilangan energy yang diperhitungkan untuk desain talang, yaitu :
Kehilangan energi akibat gesekan
V 2 .L 2 g.L V 2
H f
C 2 .R C 2 .R 2 g
Dengan :
L = panjang bangunan
C = Kosfisien Chezy= K.R1/6
Dengan :
K = Koef kekasaran strikler
Contoh untuk beton = 76 , baja = 80
Kehilangan energi di bagian peralihan
1. Di bagian masuk
(Va V1 )
H m m
2g
2. Di bagian keluar
Sama dengan rumus 1 hanya m diganti dengan k
Total kehilangan tinggi muka air di talang (Δh) dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Δh = h1 + h2 + h3
dimana :
h1 = kehilangan tinggi muka air di bagian masuk (m)
h2 = kehilangan tinggi muka air di sepanjang talang (m)
= L2 x S2
h3 = kehilangan tinggi muka air di bagian keluar (m)
Pada talang harus diperhitungkan panjang talang itu sendiri dan panjang
bagian peralihan.
62
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Panjang Talang
Panjang talang atau panjang box talang satu ruas untuk membuat
standarisasi penulangan beton maka dibuat konstruksi maksimum
10 m dan minimum 3 m dan disesuaikan dengan lebar sungai yang
dilintasinya.
Panjang Peralihan (L1)
Panjang peralihan adalah panjang transisi antara saluran dengan
box talang. Panjang saluran transisi ditentukan oleh sudut antara
12o30’ – 25o garis as.
B b
63
lindungan talut lindungan dasar
jalan inspeksi
dari pasangan dari pasangan
batu batu kosong
Perencanaan Jaringan Irigasi
bagian penerus
64
denah
peralihan masuk 5 bentang dalam beton bertulang yang dicor ditempat peralihan keluar
kisi - kisi
penyaring
tumpuan dan pilar
dari pasangan batu
Brawijaya University
potongan memanjang
2014
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
8.5. Sipon
Sipon digunakan kalau saluran irigasi harus melintasi sungai, saluran
pembuang alami, lembah, jalan atau cekungan dimana aliran dialirkan
lewat bawah sungai, saluran pembuang alami, lembah, jalan atau
cekungan. Dengan demikian sipon merupakan saluran tertutup dan
berlaku ketentuan aliran melalui pipa. Dengan demikian pembangunan
sipon harus dikerjakan dengan baik, karena adanya tinggi tekan dibagian
bawah dan kemungkinan terjadinya kebocoran cukup tinggi. Pencegahan
terjadinya sampah masuk kedalam sipon harus lebih diperhatikan, karena
kalau sampai terjadi penyumbatan, penanganannya lebih sulit.
Kalau sungai yang akan dilintasi oleh sipon cukup dalam, maka tinggi
tekanan pada bagian bawah sipon juga cukup tinggi. Untuk itu pada
bagian tengah sipon tidak dilewatkan dibawah sungai, tapi dibuatkan
bangunan pendukung, sehingga seperti jembatan. Jembatan sipon ini
sering juga diberi nama talang sipon.
V 2 .L 2 g.L V 2
H f
C 2 .R C 2 .R 2 g
Dengan :
L = panjang bangunan
65
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
v2
hf =c
2g
4/3
s
c = sin
b
Keterangan :
V = kecepatan melalui kisi-kisi
C = koefisien berdasarkan :
factor bentuk (2,4 untuk segi empat, dan 1,8 untuk jeruji
bulat)
s = tebal jeruji
b = jarak bersih antar jeruji
sudut kemiringan dari bidang horisontal
66
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
Total kehilangan tinggi muka air di sifon (Δh) dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Δh = h1 + h2 + h3 + h4 + h5
dimana :
h1 = kehilangan tinggi muka air di bagian masuk (m)
h2 = kehilangan tinggi muka air di sepanjang talang (m)
= L2 x S2
h3 = kehilangan tinggi muka air di bagian keluar (m)
h4 = kehilangan tinggi muka air di bagian siku dan tikungan (m)
h5 = kehilangan tinggi muka air pada kisi penyaring (m)
67
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
68
Perencanaan Jaringan Irigasi Brawijaya University 2014
69