Anda di halaman 1dari 3

Psikologi humanistik dan pengajaran

1.pendidikan satra(confluent education)

George brown (1971) mengembangkan pusat pendidikan humanistik di


universitas calivornia, Santa Barbara, dimana guru belajar mengintegrasikan
pengalaman afektif dengan belajar kognitif di kelas.Brown menyebut ini sebagai
proses pendidikan setara (contfluent education). Ini cara yang menarik untuk
melibatkan diri siswa dalam mata pelajaran

Contoh dari cinfluent education adalah pengajaran bahasa inggris pada siswa
umur 12 tahun tentang buku yang berjudul Red Badge of Courage. Guru yang
ingin mengembangkan latihan ini, ingin siswanya tidak hanya mendapatkan
pengertian yang lebih dalam tentang novel itu, tetapi juga memperoleh kesadaran
antar pribadi yang lebih besar dengan mendiskusikan konsep tentang keberanian,
keteguhan hati, dan ketakutan merka sendiri. Beberapa dari latihan dikembangkan
untuk satu unit seperti dibawah ini.

a. Mewawancarai seseorang yang tau tentang peran.


b. Mendengarkan lalgu-lagu perang,menulis secara bebas hubungan fikiran
dan perasaan yang membangkitkan kenangan,dan kemudian
mengungkapkan kepada kelompoknya.
c. Mendiskusikan apakah peran itu tak terelakan.
d. Membandingkan peran sipil dengan perang dunia.

Ketika siswa-siswa berpartisipasi dalam latihan ini dan bagaimana Hanry


Flaming, pahlawan dalam novel ini, bergabung dan meninggalkan beberapa
kelompoknya, mereka juga membuat analogi dengan pengalaman mereka
sendiri dari penerimaan dan penolakan sosial. Novel ini mengambil arti
pribadi ketika siswa mulai berfikir bagaimana mereka harus bereaksi terhadap
suatu situasi yang sama.
2.pendidikan terbuka (open education).

Karena bingung akan apa yang sebenarnya terlibat dengan pendidikan terbuka,
Walberg dan Thomas (1972) meninjau kepustakaan yang relefan pada
pendidikan yang terbuka, memecahnya kedalam 4 komponen, dan kemudian
mencari sumber lain keberbGi penganjur pendidikan terbuka dan terkemuka.
Mereka membuat 8 tema sebagai berikut:

1. Syarat- syarat belajar (Provission for Learning)


Memanipulasi persediaan bahan pelajaran untuk memenuhi
keanekaragaman dan luasnya mata pelajaran. Anak-anak bergerak bebas
dikelas. Mendorong untuk bercakap-cakap. Tidak dipisahkan ke dalam
kelompok dengan menggunakan skor tes.

2. Manusiawi, hormat, terbuka, dan hangat ( Humanness, Respect, Opennes,


and Warmth)
Menggunakan bahan pelajaran yang disebut siswa. Guru berhadapan
dengan tingkah laku siswa yang bermasalah dengan berkomunikasi dengan
anak tanpa melibatkan kelompok.

3. Mendiagnosis kejadian selama pelajaran ( Diagnosis of Learning Events )


Siswa mengoreksi pekerjaan mereka sendiri. Guru mengobseravasi dan
menanyakan pertanyaan-pertanyaan.

4. Pengajaran ( Instruction)
Secara individual. Tidak ada tes atau bukan tes.

5. Penilaian ( Evaluation )
Guru mengambil catatan. Secara individual. Beberapa tes formal.

6. Mencari kesempatan untuk menumbuhkan proffesuionalisme ( Search for


Opportunities for Proffesional Growth )
Guru menggunakan bantuan orang lain. Guru bekerja dengan teman
sejawat.

7. Persepsi guru tentang dirinya ( Self-Perception of Teacher)


Guru mencoba untuk menyimpan semua persepsi tentang anak-anak di
dalam pengamatannya dan memonitor pekerjaan mereka.

8. Mengasumsikan anak-anak dan proses belajar ( Assumption about


Children and the Learning Process)
Suasana kelas hangat dan diterima. Anak-anak terlibat dengan apa yang
sedang mereka kerjakan.

Walberg dan Tombs (1972) menemukan kelas terbuka berbeda


dengan kelas tradisional pada empat dari delapan kriteria : syarat-syarat
belajar, manusiawai, diagnosis, pengajaran, dan penilaian.
Yang menarik, Giaconia dan Hedges (1982) juga menemukan
bahwa ketika kelas terbuka memperbaiki hasil efektif, sering telihat
kemajuan siswa dalam bahasa, matematika, dan membaca. Mereka juga
mencatat perbedaan yang menonjol bahwa program pendidikan terbuka
lebih efektif dari pada kurang afektif. Lebih besar menggunakan penilaian
yang memusatkan pada kekuatan khusus siswa dan kelemahannya, lebih
baik pada pengajaran individual dan penampaian dalam memanipulasi
bahan.
Salvin (1986) menyimpilkan bahwa hasil penilitian kelas terbuka
mengatakan, bahwa pengalaman-pengalaman dari gerakan kelas terbuka
menyarankan bahwa ada keterbatasan terhadap belajar yang diarahkan
pada diri sendiri oleh siswa, terutama ketika mereka belajar keteampilan
dasar dimana begitu banyak kegiatan belajar yang tergantung dari guru.

Anda mungkin juga menyukai