Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Subjek Pendidikan

Secara etimologi pendidik adalah orang yang memberikan bimbingan.


Penegrtian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan
kegiatan dalam bidang pendidikan. Kata tersebut seperti “teacher” artinya guru
yang mengajar dirumah.

Sementara itu bila kita merujuk kepada hasil konferensi internasional islam I
dimekah 1977, pengertian pendidikan mencakup tiga pengertian sekali gus yakni
tarbiyah, ta’lim, ta’dib. Dapat kita ambil pemahaman, pengertian pendidik dalam
islam adalah Murabbi, Mu’allim dan Mu’addib.
Pengertian mu’allim mengandung arti konsekuensi bahwa pendidik harus
mu’allimun yakni menguasai ilmu, memiliki kreatifitas dan komitmen yang tinggi
dalam mengembangkan ilmu.Sedangkan konsep ta’dib mencakup pengertian
integrasi antara ilmu dengan amal sekali gus, karena apabila dimensi amal hilang
dalam kehidupan seorang pendidik, maka citra dan esensi pendidikan islam itu
akan hilang.
Selanjutnya dalam bahasa Arab dijumpai kata ustaz, Mudarris, Mu’allim, dan
mu’addib. Secara keseluruhan kata-kata tersebut terhimpun dalam satu kata
pendidik karena semua kata tersebut mengacu kepada seorang yang memberikan
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kepada orang lain.
Secara terminologi terdapat beberapa pendapat dari pakar pendidikan tentang
pengertian pendidik, antara lain:
a. Ahmad D. Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul
tanggung jawab untuk mendidik.
b. Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pendidik dalam islam sama dengan teori di
barat yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap peserta didik.
c. Muri yusuf, mengemukakan bahwa pendidik adalah indifidu yang mampu
melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan.

Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung


jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang
disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan.

Subjek pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli pendidikan adalah


orang tua, guru-guru di institusi formal (disekolah) maupun non formal dan
lingkungan masyarakat, sedangkan pendidikan pertama (tarbiyatul awwal) yang
kita pahami selama ini adalah rumah tangga (orang tua).Sebagai seorang muslim
kita harus menyatakan bahwa pendidik pertama manusia adalah Allah dan yang
kedua adalah Rasulullah.

Sebagaimana dapat kita lihat dalam surat al-‘Alaq (96) 4-5

َ َٰ ‫ٱۡلن‬
٥ ‫سنَ َما لَ ۡم يَعۡ لَ ۡم‬ َ ٤ ‫علَّ َم بِ ۡٱلقَلَ ِم‬
ِ ۡ ‫علَّ َم‬ َ ‫ٱلَّذِي‬

٥ ‫سنَ َما لَ ۡم يَعۡ لَ ۡم‬ َ ٤ ‫علَّ َم بِٱ ۡلقَلَ ِم‬


َ َٰ ‫علَّ َم ٱ ۡ ِۡلن‬ َ ‫ٱلَّذِي‬
Artinya: Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. ( QS. al-‘Alaq (96) 4-5).

Dalam surat al-Baqarah (2): 31


َ‫ص ِدقِين‬ ٓ َ ‫علَى ٱ ۡل َم َٰلَٓئِ َك ِة فَقَا َل أ َ ۢنبِونِي ِبأ َ ۡس َما ٓ ِء َٰ َٓهؤ‬
َ َٰ ‫َُل ِء ِإن ُكنت ُ ۡم‬ َ ‫ض ُه ۡم‬ َ ‫علَّ َم َءادَ َم ٱ ۡۡل َ ۡس َما ٓ َء ُكلَّ َها ث ُ َّم‬
َ ‫ع َر‬ َ ‫َو‬
٣١

Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-
orang yang benar!”. (al-Baqarah (2): 31).

Dalam Surat al-Rahman, ayat 1-4


٤ َ‫علَّ َمهُ ٱ ۡلبَيَان‬ َ َٰ ‫ َخلَقَ ٱ ۡ ِۡلن‬٢ َ‫علَّ َم ٱ ۡلقُ ۡر َءان‬
َ ٣ َ‫سن‬ َ ١ ‫لر ۡح َٰ َم ُن‬
َّ ‫ٱ‬
Artinya: (tuhan) yang Maha pemurah, Yang telah mengajarkan Al Quran. Dia
menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (al-Rahman, ayat 1-4).
Untuk mendapatkan keterangan yang jelas tentang subjek pendidikan kita harus
melihatnya dari definisi yang ada.

2.2 Kategori Pendidikan

Kita dapat membedakan pendidik itu menjadi dua kategori yaitu:

1. Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua

Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan utama,
karena secara kodrat anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya) dalam
keadaan tidak berdayam hanya dengan pertolongan dan layanan orang tua
(terutama ibu) bayi (anak manusia) itu dapat hidup dan berkembang semakin
dewasa. Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan edukatif,
mengandung dua unsur dasar, yaitu:

a. Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak.

b. Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik untuk menuntun


perkembangan anak.
2. Pendidik menurut jabatan, yaitu guru.

Guru adalah pendidik kedua setelah orang tua. Mereka tidak bisa disebut secara
wajar dan alamiah menjadi pendidik, karena mereka mendapat tugas dari orang
tua, sebagai pengganti orang tua. Mereka menjadi pendidik karena profesinya
menjadi pendidik, guru di sekolah misalnya.

a) Dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru
adalah pendidk profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik,
pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formanl, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.
b) Guru berfungsi sebagai pendidik di samping sebagai pengajar. Guru
membentuk sikap siswa, bahwa guru menjadi contoh atau teladan bagi siswa-
siswanya. Hal itu tidak mungkin kalau guru hanya bertuigas mengajar saja.

2.3 Syarat Pendidik

Adapun untuk syarat sebagai seorang pendidik adalah sebagai berikut :

a. Syarat fisik

Seorang pendidik harus berbadan sehat, tidak memiliki penyakit yang mungkin
akan mengganggu pekerjaannya. Seperti penyakit menular.

b. Syarat psikis

Seorang pendidik harus sehat jiwanya (rohani)nya, tidak mengalami gangguan


jiwa, stabil emosi, sabar, ramah , penyayang, berani atas kebenaran, mempunyai
jiwa pengabdian, bertanggung jawab dan memiliki sifat-sifat positif yang lainnya.
c. Syarat keagamaan

Seorang pendidik harus seorang yang beragama dan mengamalkan agamanya.


Disamping itu dia menjadi figur dalam segala aspek kepribadiannya. Sebagaimana
firman Allah dalam surah an-Nahal (16): 43-44

Artinya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan[Yakni: orang-orang yang mempunyai pengetahuan
tentang Nabi dan kitab-kitab] jika kamu tidak mengetahui. Keterangan-
keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran,
agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka[Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang
terdapat dalam Al Quran] dan supaya mereka memikirkan.

d. Syarat teknis

Seorang pendidik harus memiliki ijazah sebagai bukti kelayakan pendidik menjadi
seorang guru.

e. Syarat Pedagogis

Seorang pendidik harus menguasai metode pengajaran, menguasai materi yang


akan diajarkan, dan ilmu lain yang mendukung ilmu yang dia ajarkan.

f. Syarat administrative

Syarat pendidik harus diangkat oleh pemerintah, yayasan atau lembaga lain yang
berwenang mengangkat guru. Sehingga ia diberi tugas untuk mendidik dan
mengajar. Dan dia benar-benar mengabdikan dirinya sepenuh hati dalam
provesinya sebagai gurun.

Semua ketentuan tentang pendidik di atas, itu hanya terbatas pada kriteria
pendidik dalam dunia pendidikan, karena itu cakupannya lebih sempit dan
terbatas. Untuk melengkapi kriteria subjek pendidikan dalam arti yang luas,
berikut akan dipaparkan.

2.4 Sifat dan Sikap Pendidik dalam Perspektif Hadis

َ‫اربُون‬ِ َ‫شبَبَةٌ ُمتَق‬


َ ‫سلَّ َم َونَحْ ُن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫ث قَا َل أَت َ ْينَا النَّب‬ ِ ‫سلَ ْي َمانَ َما ِل ِك ب ِْن ْال ُح َوي ِْر‬
ُ ‫ع ْن أ َ ِبي‬ َ
‫ع َّم ْن ت ََر ْكنَا فِي أ َ ْه ِلنَا فَأ َ ْخبَ ْرنَاهُ َو َكانَ َرفِيقًا‬
َ ‫سأ َ َلنَا‬
َ ‫ظ َّن أَنَّا ا ْشت َ ْقنَا أ َ ْه َلنَا َو‬
َ َ‫فَأَقَ ْمنَا ِع ْندَهُ ِع ْش ِرينَ َل ْي َلةً ف‬
ْ ‫ض َر‬
‫ت‬ َ ُ ‫صلُّوا َك َما َرأ َ ْيت ُ ُمونِي أ‬
َ ‫ص ِلِّي َو ِإذَا َح‬ َ ‫ار ِجعُوا ِإلَى أ َ ْه ِلي ُك ْم فَ َع ِلِّ ُمو ُه ْم َو ُم ُرو ُه ْم َو‬ ْ ‫َر ِحي ًما فَقَا َل‬
‫ رواه البخارى‬.‫صالَة ُ فَ ْلي َُؤ ِذِّ ْن لَ ُك ْم أ َ َحدُ ُك ْم ث ُ َّم ِل َيؤُ َّم ُك ْم أ َ ْك َب ُر ُك ْم‬
َّ ‫ال‬

Artinya “Abu Sualiman Malik ibn al-Huwayris berkata: Kami, beberapa orang
pemuda sebaya datang kepada Nabi saw., lalu kami menginap bersama
beliau selama 20 malam. Beliau menduga bahwa kami telah merindukan
keluarga dan menanyakan apa yang kami tinggalkan pada keluarga. Lalu,
kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau adalah seorang yang halus
perasaannya dan penyayang lalu berkata: “Kembalilah kepada keluargamu!
Ajarlah mereka, suruhlah mereka dan salatlah kamu sebagaimana kamu
melihat saya mengerjakan salat. Apabila waktu salat telah masuk, hendaklah
salah seorang kamu mengumandangkan azan dan yang lebih senior
hendaklah menjadi imam.” (HR. Bukhari)

‫يرنَا‬ َ ‫ْس ِمنَّا َم ْن لَ ْم يَ ْر َح ْم‬


َ ‫ص ِغ‬ َ ‫ « لَي‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ ُ ‫َّاس قَا َل قَا َل َر‬
َّ ‫سو ُل‬ ٍ ‫عب‬َ ‫ع ِن اب ِْن‬ َ
‫ رواه الترمذى‬.‫ع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬ ِ ‫يرنَا َويَأ ْ ُم ْر ِب ْال َم ْع ُر‬
َ َ‫وف َويَ ْنه‬ َ ‫َوي َُوقِِّ ْر َك ِب‬
Artinya ”Ibn Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Bukanlah
termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih kecil, tidak
memuliakan yang lebih besar, tidak menyuruh berbuat makruf, dan tidak
mencegah perbuatan munkar.” (HR. Tirmidzi)

Penjelasan:

Kedua hadits diatas menjelaskan bahwa sebagai manusia termasuk pendidik


harus memiliki kasih sayang. Rasulullah Saw memberikan contoh dengan
memperlakukan para sahabat dengan penuh santun dan kasih sayang. Jika
Rasulullah menyampaikan ajaran islam kepada sahabat dan umatnya dengan
bersikap kasar dan tanpa kasih sayang, maka tidak akan ada yang mengikutinya.

Sifat kasih sayang memiliki peran penting dalam pendidikan. Dengan adanya
kasih sayang dapat membangun hubungan dan interaksi yang baik antara pendidik
dan peserta didik. Seorang pendidik dalam memberikan pembelajaran dan
pendidikan harus dilakukan dengan penuh kasih sayang agar peserta didik dapat
menerima apa yang disampaikan dengan hati yang tenang dan nyaman.

‫ض‬
ِ ‫ص َحا ِب ِه فِى َب ْع‬ َ ‫سلَّ ْم اِذَا َب َع‬
ْ َ ‫ث ا َ َحدًا ِم ْن ا‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫سى قَا َل َكانَ َر‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬ َ ‫ع ْن اَبِي ُمو‬
َ
ِّ ِ ‫واوَلَ ت ُ َع‬
‫س ُروا رواه مسلم‬ ِّ ِ َ‫ش ُر َوَلَ تُنَـ ِفِّ ُروا َوي‬
َ ‫س ُر‬ ِّ ِ ‫ا َ ْم ِر ِه قَا َل َب‬

Artinya : “Dari Abu Musa beliau berkata, “ Rasulullah SAW apabila mengutus
salah satu orang sahabatnya untuk mengerjakan sebagian perintahnya selalu
berpesan “ Sampaikan berita gembira oleh kalian dan janganlah kalian
menimbulkan rasa antipati, berlaku mudahlah kalian dan janganlah kalian
mempersulit.” (HR. Muslim)

‫ ِإ َّن هللاَ لَ ْم يَ ْبعَثْنِ ْي ُم ْعنِتا ً َوَلَ ُمتَعَنِِّتًا َولَ ِك ْن‬:‫علَ ْي ِه َوسلم‬


َ ُ‫صلَّى هللا‬ ُ ‫شةَ قَا َل قَا َل َر‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬ َ ِ‫عائ‬ َ ‫ع ْن‬ َ
‫ رواه مسلم‬.‫س ًرا‬ ِّ ِ َ‫بَ َعثَنِ ْي ُم َع ِلِّ ًما ُمي‬
Artinya : “Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda kepada
‘Aisyah: “Sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai orang yang
menyusahkan dan merendahkan orang lain. Akan tetapi, Allah mengutusku
sebagai seorang pengajar (guru) dan pemberi kemudahan.” (HR. Muslim)

Penjelasan

Dari kedua hadits diatas sudah jelas bahwa seorang pendidik harus memiliki
prinsip motivasi dan memudahkan serta tidak mempersulit peserta didik dalam
proses pendidikan dan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan
semangat belajar peserta didik. Motivasi dapat dilakukan dengan pemberian nilai,
pemberian pujian, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai