Yogyakarta Profil Kota PDF
Yogyakarta Profil Kota PDF
KOTA YOGYAKARTA
DI YOGYAKARTA
KOTA YOGYAKARTA
ADMINISTRASI
Profil Wilayah
Selain pesona budaya, khasanah arsitektur kuno juga memiliki daya magis tersendiri
bagi para wisatawan. Sebutlah Istana Air Tamansari, Keraton Yogyakarta, Keraton
Pakualaman, Candi Prambanan, dan berbagai museum. Karena dinilai sarat akan
kebudayaan, maka Yogyakarta menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) utama di
Indonesia (meski masih dibawah Pulau Bali).
Salah satu kekayaan lain dari Yogyakarta adalah sekolah. Sejak bedirinya UGM tahun
1949, kota Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar. Termasuk UGM, masih ada 47
perguruan tinggi lain, mulai dari tingkat akademi, institut, politeknik, sekolah tinggi,
maupun universitas dengan jumlah mahasiwa mencapai 86.000 orang. Subsektor
pendidikan ini merupakan salah satu penyumbang dari sektor jasa-jasa yang pada tahun
2000 lalu bernilai Rp 703 milyar. Keberadaan PT dan mahasiswa memberikan
keuntungan tersendiri bagi masyarakat. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai
usaha yang berkaitan dengan kehidupan mahasiswa, seperti pemondokan, kedai
makan, fotokopi, hingga usaha hiburan seperti rental VCD, games, persewaan komik,
boutique, sampai salon-salon kecantikan.
Orientasi Wilayah
Secara geografis, Kota Yogyakarta terletak antara 110º24’19” - 110º28’53” Bujur Timur
dan 07º15’24” - 07º49’26” Lintang Selatan. Wilayah kota Yogyakarta dibatasi oleh
daerah-daerah seperti:
• Batas wilayah utara : Kab.Sleman
• Batas wilayah selatan : Kab.Bantul
• Batas wilayah barat : Kab.Bantul dan kab.Sleman
• Batas wilayah timur : Kab.Bantul dan kab.Sleman
Kota Yogyakarta memiliki kemiringan lahan yang relatif datar antara 0%-3% ke arah
selatan serta mengalir 3 buah sungai besar : Sungai Winongo di bagian barat, Sungai
Code dibagian tengah dan Sungai Gajahwong dibagian timur.
Wilayah Kota Yogayakarta terbagi dalam lima bagian kota dengan pembagian sebagai
berikut:
Wilayah I : Ketinggian daerah ini ± 91 m - ± 117 m diatas permukaan laut rata-rata.
Yang termasuk dalam wilayah ini adalah :
• Sebagian Kecamatan Jetis
• Kecamatan Gedongtengen
• Kecamatan Ngampilan
• Kecamatan Keraton
• Kecamatan Gondomanan
Wilayah II : Ketinggian daerah ini ± 97 m - ± 114 m diatas permukaan laut rata-rata.
Yang termasuk ke dalam wilayah ini adalah:
• Kecamatan Tegalrejo
• Sebagian Kecamatan Wirobrajan
Wilayah III : Ketinggian daerah ini ± 102 m - ± 130 m diatas permukaan laut rata-
rata. Yang termasuk ke dalam wilayah ini adalah:
• Kecamatan Gondokusuman
• Kecamatan Danurejan
• Kecamatan Pakualaman
• Sebagian kecil Kecamatan Umbulharjo
Wilayah IV : Ketinggian daerah ini ± 75 m - ± 102 m diatas permukaan laut rata-rata.
Yang termasuk ke dalam wilayah ini adalah:
• Sebagian Kecamatan Mergangsan
• Kecamatan Umbulharjo
• Kecamatan Kotagedhe
• Kecamatan Mergangsan
Wilayah V : Ketinggian daerah ini ± 83 m - ± 102 m diatas permukaan laut rata-rata.
Yang termasuk ke dalam wilayah ini adalah;
• Kecamatan Wirobrajan
• Kecamatan Mantrijeron
• Sebagian Kecamatan Gondomanan
• Sebagian Kecamatan Mergangsang
Tabel 1. LUAS WILAYAH KECAMATAN DAN JUMLAH PENDUDUK
No KECAMATAN LUAS (km²)
Wilayah Kota Yogyakarta terdiri dari 14
kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW, dan
1 Mantrijeron 2,61
2 Kraton 1,40 2532 RT dengan wilayah seluas 32,5 km²
3 Mergangsan 2,31 atau kurang lebih 1,02% dari luas Wilayah
4 Umbulharjo 8,12 Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
5 Kotagedhe 3,07
6 Gondokusuman 3,99 Kota Yogyakarta termasuk cekungan bagian
7 Danurejan 1,10 bawah dari lereng Gunung Merapi, sebagian
8 Pakualaman 0,63 besar tanahnya berupa tanah regosol atau
9 Gondomanan 1,12 vulkanis muda. Sedangkan di Kecamatan
10 Ngampilan 0,82 Umbulharjo dan sekitarnya jenis tanahnya
11 Wirobrajan 1,76 adalah lempung kepasiran (sandy clay )
12 Gedongtengen 0,96 dengan formasi geologi batuan sedimen
13 Jetis 1,70 andesit tua (old andesit)/kepasiran.
14 Tegalrejo 2,91
Total 32,5
Sumber: Litbang Kompas diolah dari bahan BPS Kota Yogyakarta, 2001
Karakteristik jenis tanah regosol pada umumnya profil tanah belum berkembang, tekstur
tanah kepasiran, geluh, struktur tanah remah gumpal lemah, infiltrasi sedang sampai
tinggi dengan solum tebal. Jenis tanah ini mudah meresapkan air permukaan, sehingga
dalam kondisi tertentu mampu berfungsi sebagai media perkolasi yang baik bagi
imbuhan air tanah.
PENDUDUK
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk di Kota Yogyakarta dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan
dari faktor kelahiran, datang, kamatian dan pergi. Berdasarkan data registrasi penduduk
kota Yogyakarta selama 4 tahun terakhir tersebut adalah:
EKONOMI
Kondisi Perekonomian Daerah
Pariwisata bagi Kota Yogyakarta sudah merupakn sebuah industri. Sebagi sebuah
industri, sektor ini banyak melibatkan sektor ekonomi lainnya, seperti sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,
sewa dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Kontribusi sektor-sektor itu dalam
PDRB mencapai 78,6% dari seluruh kegiatan perekonomian masyarakat Yogyakarta.
DISTRIBUSI PERSENTASE KEGIATAN EKONOMI YOGYAKARTA 2000
Pengangkutan dan
Komunikasi; 16,07
Jasa-jasa; 22,05
Keuangan; 15,58
Industri Pengolahan;
Perdagangan, Hotel, 12,23
dan Restoran; 24,96
Bangunan; 6,52
Pertambangan dan
Listrik, Gas dan Air
Penggalian; 0,02
Bersih; 1,46
Pertanian; 1,11
Yogyakarta adalah merupakan kota yang unik. Dilihat secara keseluruhan Propinsi DIY,
biasanya transformasi struktural selalu menunjukkan mekanisme dari agrikultur ke
manufaktur, baru ke sektor jasa. Sedangkn yang terjadi di Kota Yogyakarta adalah
loncatan dari agrikultur ke jasa, dimana jasa menjadi leading sector yang dominan
(hotel, bisnis rumah kos, restoran)
Keuangan Daerah
Dari sisi penerimaan APBD kota Yogyakarta pada tahun 2001, penerimaan daerah yang
diterima dari sektor dana perimbangan merupakan yang terbesar yaitu sekitar 74% atau
sekitar 153 milyar dari sekitar 205,4 milyar, sedangkan penerimaan yang berasal dari
Pendapatan Asli Daerah menyumbang sekitar 16% atau sekitar 33,1 milyar. Sedangkan
penerimaan Iain yaitu sebesar 19,1 milyar yang berasal dari sisa anggaran tahun lalu.
Dari sisi pengeluaran, anggaran terbesar, diperuntukan bagi belanja rutin yaitu hampir
sekitar 90% atau sekitar 186,3 milyar, sedangkan untuk belanja pembangunan, hanya
sebesar 19,1 milyar atau sekitar 10%. Dengan alokasi dana pembangunan yang cukup
kecil dibandingkan dengan alokasi untuk belanja rutin, salah satu perimbangan yang
dipakai dalam menentukan kebijakan pengelolaan anggaran seperti sebagai berikut :
Fasilitas Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Kota Yogyakarta berdasarkan sumber data dari Dinas
Kesehatan Kota Yogyakarta pada tahun 2000 terdapat :
RSU 5 buah
RS Khusus 9 buah
RS Bersalin 9 buah
Puskesmas Rawat Inap 2 buah
Puskesmas Pembantu 12 buah
Poliklinik Swasta 224 buah
Praktek Dokter 221 buah
Laboratorium Klinik 5 buah
Apotek 61 buah
Toko Obat 40 buah
Optik 7 buah
BKIA 4 buah
Praktek Bidan 21 buah
Tenaga Dokter 379 orang
Dokter Gigi 58 orang
Tangkapan hujan (recharge area ) berada di lereng Gunung Merapi. Kondisi air tanah
yang ada bersifat tertekan dan tidak tertekan. Pada saat ini penduduk memanfaatkan air
tanah yan tertekan dengan cara pembuatan sumur dangkal. Dengan melihat kondisi air
tanah yang ada, maka sumber daya air cukup potensial, sehingga masyarakat cukup
mudah memperoleh air non-perpipaan.
Prasarana air bersih cukup banyak mengalami masalah-masalah kualitas air yang
disebabkan oleh prasarana kota lainnya. Dalam hal ini sumber-sumber air bersih baik
sumur gali maupun perpipaan tercemar kualitasnya akibat manusia, baik dari
perkembangan industrinya maupun oleh kotoran manusia (air buangan). Kualitas air
non-perpipaan (sumur dangkal) tidak memenuhi persyaratan sebagai air minum, karena
kandungan bakteri coli mencapai 240 MPN/ml, meskipun secara fisik dan kimia
memenuhi persyaratan.
Kualitas air baku sumber Umbul Wadon dari segi fisik dan kimiawi telah memenuhi
persyaratan sebagai air bersih, sebelum dialirkan ke pelanggan dibubuhi kaporit sebagai
disenfektan, sedangkan air baku dari Kali Kuning sebelum dialirkan kepelanggan
dilakukan penjernihan melalui saringan pasir, bak sedimentasi, saringan pasir cepat dan
disenfeksi. Pengolahan air bawah tanah dari sumur dalam dilakukan dengan aerasi
bawah tanah, pelaksanaan aerasi diterapkan pada sumur produksi Bedog, Ngaglik,
Karanggayam, sedangkan pengolahan di Kotagede dilakukan dengan kegiatan aerasi,
kougulasi, flokulasi, filtrasi dan pembubuhan kaporit sebagai disenfektan. Untuk air baku
dari sumur dangkal dilakukan penjernihan dengan menggunakan saringan pasir cepat
dan pemberian disenfektan berupa kaporit.
Tabel 6. LUAS DAERAH, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN SUMBER
AIR MINUM / MASAK / CUCI DI KOTA YOGYAKARTA 2000
Juml. Sumber Air Mandi/Cuci
Rumah
No Kecamatan Sumur Sumur Sungai/
Tangga Leding
pompa /mata air Lainnya*
(RT)
1 Mantrijeron 10.488 1.340 45 9.086 17
2 Kraton 8.574 1.452 30 7.044 48
3 Mergangsan 10.796 1.468 70 9.202 56
4 Umbulharjo 16.357 1.380 605 14.226 146
5 Kotagedhe 7.004 578 588 5.816 22
6 Gondokusuman 19.416 2.888 88 16.296 144
7 Danurejan 8.163 1.911 431 5.748 73
8 Pakualaman 3.981 706 75 3.177 23
9 Gondomanan 5.726 878 27 4.769 52
10 Ngampilan 6.186 1.566 97 4.502 21
11 Wirobrajan 7.862 1.352 70 6.425 15
12 Gedongtengen 7.175 3.172 65 3.908 30
13 Jetis 10.196 5.104 506 4.447 139
14 Tegalrejo 9.916 1.767 56 8.093 30
Total 131.840 25.562 2.723 102.739 816
Keterangan: *)Menggunakan bak penampung air hujan (PAH)
Sumber: Team Penyusun NKLD Prop.DIY (diolah dari data Sub Din PKL Dinkes Prop.DIY
Pipa transmisi
Guna mengalirkan air baku ke Unit instalasi Pengolah air bersih, air bersih ke reservoir,
dan pipa inflitrasi dari system aerasi bawah tanah, antara lain adalah pipa transmisi dari
air baku dari tempat pengambilan Padasan dan sumur dangkal Bedoyo sampai instalasi
pengolah air di Padasan dan pipa sumur Kotagede dan instalasi pengolah air Kotagede.
Airbaku dari sumur dangkal, kualitas air baku yang cukup baik tidak diperlukan
pengolahan hanya dibutuhkan disenfektan,sedangkan air baku dari
Karanggayam,Ngaglik dan Bedog digunakan system aerasi bawah tanah. Seluruh pipa
transmisi dialirkan ke pipa transmisi air bersih.
Ukuran pipa dan jenis pipa transmisi pada umumnya berukuran 100 mm- 500 mm, jenis
pia terdiri dari pipa besi cor atau Ductile Cast Iron Pipe (DCIP), pipa asbes atau
asebestos Cement pipe (ACP) dan pipa plastik atau Polyvinyl Cloride Pipe, dan pipa
baja atau Steel pipe.
Pipa distribusi
Jaringan pipa distribusi telah mencakup kurang lebih 90 % dari wilayah Kota Yogyakarta
dan beberapa di wilayah Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman. Daerah pelayanan
terbagi menjadi 3 wilayah pelayanan. Sebagian dengan system gravitasi dan sebagian
lain dengan pompa khususnya pada wilayah pelayanan Kota gede. Cakupan pelayanan
meliputi seluruh Kota Yogyakarta, sebagian wilayah Kabupaten Sleman, dan sebagian
wilayah Kabupaten Bantul.
Tabel 9. DATA PENGELOLAAN AIR BERSIH DI KOTA YOGYAKARTA
NO. URAIAN SATUAN BESARAN
I. Pelayanan Penduduk
1. Jumlah penduduk Jiwa 510.914
2. Jumlah pelanggan Jiwa 247.793
3. Penduduk terlayani % 48,50
II. Data Sumber
1. Nama pengelola : PDAM Tirta Marta Kota Yogyakarta
2. Sistem : interkoneksi
3. Sistem sumber : sumber dalam
4. Kapasitas sumber Lt/dt 628
III. Data Produksi
1. Kapasitas produksi Lt/dt 586,98
2. Kapasitas desain Lt/dt 733,725
3. Kapasitas pasang Lt/dt 850,00
4. Produksi aktual m3/th 16.890.876
IV. Data Distribusi
1. Sistem distribusi : -
2. Kapasitas distribusi Lt/dt 577,63
3. Asumsi kebutuhan air Lt/hr 51.091.400
Lt/dt 591,34
4. Ratio kebutuhan % 0,46
5. Air terjual m3/th 11.672.804
6. Air terdistribusi m3/th 15.373.029,55
7. Total penjualan air Rp 23.187.581.050
8. Cakupan pelayanan air % 48,50
9. Cakupan penduduk Jiwa 247.793
10. Jumlah mobil tangki Unit 1
V. Data Kebocoran
1. Kebocoran administrasi % 4,58
2. Kebocoran teknis % 35,92
Sumber : data PDAM Tirta Marta Kota Yogyakarta
Dengan asumsi kebocoran yang diperbolehkan untuk Kota Sedang sebesar 15%, dan
kebutuhan ideal adalah 100 liter/orang/hari, maka kebutuhan air bersih untuk Kota
Yogyakarta disajikan dalam tabel berikut ini :
Dari tabel tersebut diatas, maka Kota Yogyakarta dengan jumlah penduduk 510.914
jiwa, membutuhkan air bersih sebesar 51.019.400 liter/hari. Jumlah ini didapatkan dari
jumlah penduduk dikalikan dengan jumlah/kebutuhan dasar penduduk untuk klasifikasi
kota sedang (100 liter/orang/hari). Namun PDAM Tirta Marta Kota Yogyakarta baru
dapat memproduksi sebanyak 50.715.072 liter/hari. Sehingga masih dibutuhkan
peningkatan kapasitas produksi sebanyak 304.328 liter/hari, atau 3,52 liter/detik.
Jumlah keseluruhan pelanggan PDAM Tirta Marta sebanyak 40.000 SR
Disamping melayani wilayah Kota Yogyakarta, melayani pula wilayah Kabupaten
Sleman dan Bantul . Cakupan wilayah pelayanan PDAM Tirta Marta meliputi wilayah :
Kebutuhan air bersih masyarakat Kota Yogyakarta tahun 2000, dari sistem perpipaan
(palayanan PDAM Tirta Marta) sebesar 48% dari jumlah penduduk atau sebanyak
239.752 jiwa.
Pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan oleh PDAM Tirta Marta untuk masyarakat
Yogyakarta 4 tahun terakhir mulai tahun 1998-2001 adalah sebagai berikut :
Tabel 12. PELAYANAN KEBUTUHAN AIR MINUM SISTEM PERPIPAAN TAHUN 1998-2001
No. Tahun Juml.Pddk Kapasitas Penduduk Terlayani Jumlah Kran Kebocoran
(jiwa) Prod.Air (jiwa) Pelanggan Umum %
Jumlah %
1 1998 483.760 581,37 230.896 47,7 31.616 412 39,10
2 1999 490.433 574,22 234.754 47,8 32.509 397 37,91
3 2000 497.699 549,82 239.752 48 33.292 400 33,07
4 2001 503.954 586,98 244.652 48,5 33.942 410 35,92
Sumber Data: PDAM Kota Yogyakarta
Tabel 13. DATA PELAYANAN AIR BERSIH DI KOTA YOGYAKARTA
NO. URAIAN SATUAN BESARAN
I. Pelayanan Penduduk
1. Jumlah penduduk Jiwa 510.914
2. Jumlah pelanggan Jiwa 247.793
3. Penduduk terlayani % 48,50
II. Data Tarif
1. Rumah tangga Rp 550
2. Niaga Rp 1.450
3. Industri Rp 2.100
4. Instansi Rp 700
5. Sosial Rp 450
Tarif Rp 1.305
III. Data Konsumen
1. Jumlah sambungan rumah Unit 34.536
2. Jumlah sambungan rumah tangga Unit 31.120
3. Jumlah sambungan niaga Unit 1.570
4. Jumlah sambungan industri Unit 11
5. Jumlah sambungan sosial Unit 730
6. Jumlah sambungan instansi Unit 109
7. Terminal air Unit 55
8. Hidran umum Unit 182
9. Kran umum Unit 410
10. Konsumsi rumah tangga m3/th -
11. Konsumsi non rumah tangga m3/th -
12. Jumlah jiwa/sambungan rumah Jiwa/SR -
13. Jumlah jiwa/hidran umum Jiwa/unit 100
14. Tingkat pelayanan umum % 40
IV. Data Administrasi
1. Keuangan : laba bersih Rp -
2. Efisiensi penagihan % 89
3. Jumlah pegawai Orang 401
4. SLA Rp -
5. RPD Rp -
6. Jangka waktu pinjaman SLA Tahun -
7. Jangka waktu pinjaman RPD Tahun -
Sumber : data PDAM Tirta Marta Kota Yogyakarta
Komponen Persampahan
Aspek persampahan ini akan sangat berpengaruh terlebih lagi terhadap kualitas
lingkungan, apabila dalam pengolahan dan penanganan sampah tidak tepat, proses
penguraian sampah akan mencemari kualitas udara, tanah dan air tanah. Yang perlu
dikuatirkan adalah kesalahan prediksi bahwa menurunnya kualitas lingkungan yang
diakibatkan dari sektor persampahan diduga dari sektor sanitasi atau jaringan riol.
Secara langsung pengaruh dari sampah terhadap jaringan riol apabila ada sampah yang
masuk dalam jaringan riol maka akan menyebabkan terganggunya aliran air limbah.
Tingkat pelayanan pengelolaan sampah sistem terpusat sebanyak 83%. Jumlah sampah
pada tahun 2000 kurang lebih 1.567 m³/hari. Dengan sarana prasarana persampahan
yang ada, maka jumlah sampah yang dapat dibuang ke TPA kurang lebih 87,75% dari
volume sampah atau sebesar 1.375 m³/hari.
Dengan sempitnya wilayah Kota Yogyakarta, Pemerintah Daerah tidak memiliki TPA
dan harus dibuang ke daerah Bantul (Piyungan), bekerjasama dengan ketiga daerah
(Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman).
Unit Pewadahan
Hampir di setiap rumah di Kota Yogyakarta memiliki unit pewadahan sendiri yang
berupa, ember, cor beton, tong plastik, bekas drum dan di pusat keramaian terdapat
tong sampah umum.
Tabel 16. RANGKUMAN BEBAN LIMBAH PADAT/SAMPAH KOTA DAN TEMPAT PEMBUANGAN KOTA
YOGYAKARTA 2000
Tempat pembuangan sampah rumah tangga
Juml. Rata-rata Ditimbun/dibakar Dibuang
Kota Sampah sampah per Juml.RT Diangkut Dibuang ke sembara Juml.
(ton/th) RT (kg/th) Sendiri Bersama
petugas kali (ton/th) ngan (ton/th)
(ton/th) (ton/th)
(ton/th) (ton/th)
Yogyakarta 43.507 330.0 134.840 1662.80 1841.62 1880.29 191.34 159.93 5735.99
Sumber: Dari beberapa instansi terkait
Sumber pembiayaan pengelolaan sampah dari Pemda (APBD), dan penerimaan
retribusi sampah pada tahun 2001 mencapai Rp 372.107.425,- baru mampu memenuhi
kurang lebih 20% dari kebutuhan.
Dengan asumsi timbulan sampah untuk kota sedang sebesar 3 liter/orang/hari, maka
kebutuhan komponen persampahan Kota Yogyakarta disajikan dalam tabel berikut.
Sesuai dengan standar kota sedang, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3
liter/orang/hari, Kota Yogyakarta dengan jumlah penduduk 510.914 jiwa, menghasilkan
1.532,74 m3/hr timbulan sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk dikalikan
3/1000 (m3/hr). Namun Kota Yogyakarta baru dapat mengelola sebanyak 1.517 m3/hr.
Sehingga banyaknya sampah yang belum terlayani adalah 15,17 m3/hr.
Tabel 19. DATA PENGANGKUTAN DAN PEMBIAYAAN SAMPAH
DI KOTA YOGYAKARTA
NO. URAIAN SATUAN BESARAN
I. Data Transportasi Persampahan
1. Jumlah pelayanan terangkut m3/hr 1.650
2. Jumlah kendaraan
Truk Unit 34
Arm roll Unit 11
Compactor Unit -
Pick up Unit 2
3. Jumlah peralatan
Gerobak Unit 472
Container Unit 45
4. Transfer depo Unit 8
5. Jumlah TPS Unit 187
II. Data Pembiayaan
1. Retribusi Rp 1.278
2. Biaya pembuangan Rp 1.200.000.000
3. Biaya pengangkutan Rp 555.000.000
4. Biaya pengumpulan Rp 2.200.000.000
5. Biaya satuan Rp 1.600.000
6. Biaya operasional dan pemeliharaan Rp -
Sumber : kompilasi data
Tabel 21. JUMLAH RUMAH TANGGA DAN TEMPAT BUANG AIR BESAR
DI KOTA YOGYAKARTA 2000
Juml. Tempat Buang Air Besar
No Kecamatan Rumah Kakus Kakus Kakus
Tangga (RT) Sendiri Bersama Umum
1 Mantrijeron 10.488 10.324 9 0
2 Kraton 8.574 8.190 0 0
3 Mergangsan 10.796 10.348 0 0
4 Umbulharjo 16.357 16.284 15 0
5 Kotagedhe 7.004 6.741 0 0
6 Gondokusuman 19.416 18.815 61 0
7 Danurejan 8.163 7.356 0 0
8 Pakualaman 3.981 3.766 17 0
9 Gondomanan 5.726 5.368 0 0
10 Ngampilan 6.186 5.458 0 0
11 Wirobrajan 7.862 7.755 0 0
12 Gedongtengen 7.175 4.809 0 0
13 Jetis 10.196 9.571 0 0
14 Tegalrejo 9.916 9.209 0 0
Total 131.840 123.994 102 0
Sumber: Team Penyusun NKLD Prop.DIY (diolah kembali dari data Dinas Kesehatan)
Untuk produksi limbah, setiap manusia diasumsikan memproduksi limbah cair sejumlah
0,2 lt/org/hr. Angka ini merupakan kebutuhan ideal dari setiap penduduk pada kelas kota
sedang. Sehingga didapatkan asumsi produksi limbah di Kota Yogyakarta ini sejumlah
102.813 lt/hr dari hasil perhitungan kebutuhan ideal produksi limbah setiap manusia
dikalikan dengan jumlah penduduk Kota Yogyakarta
Komponen Drainase
Jaringan drainase di Kota Yogyakarta merupakan satu kesatuan sistem jaringan
drainase perkotaan Yogyakarta, karena dinamika perubahan penggunaan lahan yang
terjadi maka dimensi dan sistem drainase yang ada saat ini juga perlu penyesuaian
lewat penyempurnaan sistem jaringan drainase perkotaan Yogyakarta yang mencakup
batas administrasi Kota Yogyakarta, sebagian wilayah Sleman dan Bantul.
Sarana drainase atau pematusan pada tahun 2000 meliputi drainase utama berupa
Sungai Winongo, Code, dan Gajahwong. Saluran drainase sekunder (pembawa)
tertutup sepanjang 38 km dengan kondisi baik 58,19%, sedang 41,63% dan rusak
5,32%. Kemudian, saluran tertier (pengumpul) tertutup sepanjang 10,8 km, dengan
kondisi baik 32,34% , sedang 52,24% dan rusak 15,53%. Sedangkan saluran tertier
(pengumpul) terbuka sepanjang 30,110 km, dengan kondisi baik 50,89%, sedang
42,06% dan rusak 7,05% .(Sumber: Dinas Prasarana Kota)
Kapasitas jalan atau kemampuan jalan dalam menampung jumlah lalulintas di beberapa
ruas jalan sudah melebihi kapasitas, hal ini nampak terjadinya panjang antrian, kondisi
ini masih diperberat dengan adanya parkir pada badan jalan, serta sulitnya memperlebar
jalan karena keterbatasan lahan.