Anda di halaman 1dari 3

Ergonomi dan Produktivitas Kerja

A. Ergonomi dan Produktivitas

Sumakmur (1989) mengatakan bahwa penerapan ergonomi pada berbagai bidang pekerjaan telah
terbukti menyebabkan kenaikan produktivitas secara jelas. Dalam hasil penelitian pekerja hutan bahwa
dengan mengembangkan metode dan teknik baru terdapat kenaikan prodduktivitas yang mencapai 10%
atau lebih.

Fungsi mesin memberikan pelayanan kebutuhan manusia secara ergonomi sehingga informasi mesin
tersebut dengan cepat diterima pekerja, maka kualitas operator meningkat secara profesional,
memperkecil kebutuhan energi, dan kerja para pekerja hutan dapat optimal.

Dari hasil penelitian pada pekerja kerajinan kayu bagian gosok dengan posisi kerja lesehatan di lantai
diubah menjadi posisi duduk di kursi dan meja ergonomis, ternyata dapat meningkatkan produktivitas
kerja 21,8%, menurunkan kelelahan 8,4%.

B. Produktivitas Kerja

Produktivitas adalah ratio antara keluaran (output) dan masukan (input), ini juga merupakan egesiensi
kerja (umum). Masukan dan keluaran dapat dikonversikan ke dalam bentuk nilai. Produktivitas adalah
rasio jumlah yang dihasilkan per total tenaga kerja yang diperkerjakan, dari pengertian ini maka
keluaran (output) dan masukan (input) harus sudah nampak dalam bentuk nilai.

Pada umumnya keluaran (output) dari suatu industri dikaitkan dengan keluaran secara fisik yakni produk
akhir yang dihasilkan dan dapat berupa satuan jumlah. Total tenaga kerja yang diperkerjakan (input) bisa
berbentuk satuan waktu (man-hours) yakni berupa jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan
pekerjaan.

Sinungan (1997) mengatakan bahwa produktivitas tenaga kerja dapat diukur menurut sistem masukan
fisik perorangan (per orang) atau per jam kerja. Input (measurable) dapat diukur atau dihitung besarnya
dalam arti dapat dinilai secara eksak dalam bentuk nyata dan kuantitatif. Untuk beberapa masukan atau
keluaran tertentu agak sulit jika diukur/dinilai besarnta karena sifatnya abstrak. Input (invisible) yakni
masukan yang tidak bisa atau sulit dinilai dan diukur besarnya, akan tetapi cukup penting dalam
menentukan tingkat produktivitas kerja.

Faktor invisible tersebut yaitu tingkat pengetahuan, kemampuan teknis, metodologi kerja, dan
pengetahuan organisasi serta motivasi kerja. dengan formulasi ini, dapt digunakan untuk menghitung
produktivitas dengan jalan mengukur indeks keluaran dan masukannya. Produktivitas akan bertambah
bila ada penambahan secara proporsional dari nilai keluaran dan masukan.
Apabila masukan dalam keadaan konstan sedangkan keluaran yang dihasilkan terus bertambah bahwa
hal ini menunjukkan bahwa sumber produksi (masukan) telah berhasil dilaksanakan, dioperasionalkan,
dimanfaatkan, dan dikelola secara efektif dan efesien.

Produktivitas tenaga kerja ditunjukkan sebagai rasio dari jumlah keluaran yang dihasilkan per total
tenaga kerja yang dipekerjakan. Masukan (input) bisa diukur dalam satuan jam manusia (man-hours),
yaitu jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. tenaga kerja yang dipekerjakan
dapat terdiri dari tenaga kerja langsung atau tidak langsung.

Kriteria produktivitas adalah:

- Besar/kecil keluaran yang dihasilkan

- Waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut

Seorang tenaga kerja dikatakan produktif jikalau ia telah menunjukkan output kerja yang paling tidak
telah mencapai suatu ketentuan normal.

C. Peningkatan Produktivitas Kerja

Sebagai usaha peningkatan produktivitas kerja atau efesiensi kerja adalah dengan jalan waktu yang
digunakan untuk mengerjakan satu satuan berkurang berdasarkan tingkat konstanta tertentu. Sritomo
(1992) mengatakan ada dua faktor peningkatakan produksi, yaitu:

a. Faktor teknis, merupakan faktor yang berhubungan dengan pemakaian dan penerapan fasilitas
produksi secara lebih baik, penerapan metode kerja yang efektif dan efesien dan atau penggunaan
bahan baku yang lebih ekonomis.

b. Faktor manusia, merupakan faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha yang dilakukan
manusia. Dua hal pokok yang terkait dengan faktor manusia, yaitu:

1. Kemapuan kerja (ability) pekerja

2. Motivasi kerja, merupakan pendorong ke arah kemampuan dan peningkatan prestasi kerja seseorang

Sutalaksana (1979) mengatakan keberhasilan kerja (produktivitas) secara garis besar dipengaruhi oleh
dua kelompok, yaitu:

a. Faktor individual, datangnya dari diri pekerja itu sendiri dan sering kali sudah ada sebelum si pekerja
datang di tempat kerjanya kecuali pendidikan dan pengalaman

b. Faktor situasional, hampir sepenuhnya di luar dari diri pekerja, faktor ini dapat diatur dan diubah baik
dari segi sosial dan keorganisasian serta fisik pekerjaan ybs.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan cara
memperbaiki fasilitas produksi (faktor teknis) mengubah dan mengatur secara fisik (faktor situasional)
sehingga kemampuan pekerja (faktor manusia) dapat meningkat. Apabila kemampuan kerja (ability)
dapat meningkat, maka kelambatan kerja dapat diperkecil atau waktu yang diperlukan mengerjakan
sesuatu dalam satu satuan dapat diperpendek dengan demikian produktivitas dapat meningkat.

D. Kelambatan Kerja

Kelambatan kerja diukur dengan waktu, seperti sebelumnya bahwa produktivitas diukur dalam satuan
hasil produksi per satuan waktu, apabila dengan hasil produksi meningkat tetapi waktu yang digunakan
tetap (tidak terjadi kelambatan kerja), maka produktivitas dikatakan meningkat. Sebaliknya apabila hasil
produksi tetap tetapi waktu yang digunakan menyelesaikan pekerjaan lebih lama (terjadi kelambatan
kerja), maka dapat dikatakan produktivitas menurun.

Sutalaksana (1979) terjadinya kelambatan kerja, ada empat unsur, yaitu:

a. Kelambatan yang tak terhindarkan adalah kelambatan yang diakibatkan oleh beberapa hal yang
terjadi di luar kemampuan pengendalian pekerja, hal ini timbul karena ketentuan cara kerja yang
mengakibatkan menganggurnya pengerjaan, misalnya: listrik padam, rusaknya peralatan yang
mengakibatkan kelambata.

b. Kelambatan yang dapat dihindarkan adalah kelambatan yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja, baik
disengaja maupun tak disengaja. Misalnya, pekerja sakit batuk ia sepanjang waktu kerja batuk-batuk
yang menimbulkan gangguan pada pekerjaannya. Untuk mengurangi kelambatan ini harus diadakan
perbaikan pekerjaan sendiri tanpa harus merubah proses operasinya.

Perencanaan, merupakan proses mental, operator berfikir untuk mengambil tindakan yang akan diambil
selanjutnya. Kelambatan ini terjadi karena tenaga kerja masih perlu proses berfikir lebih lama, ini
biasanya terjadi pada tenaga kerja baru.

Istirahat, untuk menghilangkan rasa lelah, ini terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara
periodik. Waktu untuk memulihkan kembali kondisi badannya dari rasa lelah sebagai akibat dari kerja
yang berbeda-beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya tetapi juga karena tingkat kemampuan daya
tahan individu tenaga kerja.

Kelambatan kerja berkaitan dengan produktivitas ini dapat diperbaiki dengan cara penyesuaian ukuran
tempat kerja dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Tempat kerja yang disesuaikan dengan
manusia termasuk di dalamnya adalah memperbaiki ketepatan menggunakan tubuh, lingkungan kerja
(temperatur, bising, ventilasi, kelembaban, dan paparan lainnya), posisi kerja, dan gizi kerja.

Anda mungkin juga menyukai