Anda di halaman 1dari 13

Pendahuluan

Undang- Undang Dasar 1945 adalah konstitusi negara Republik Indonesia yang
merupakan aturan tertinggi di negara indonesia yang didalamnya mencakup tentang
hukum tata negara indonesia yang menjelaskan sistem penyelenggaraan dan
pembagian kekuasaan negara yang dianut negara indonesia.

Undang-Undang dasar 1945 sebagai konstitusi


negara bukanlah sesuatu yang sakral dan tidak
bisa dirubah. Dalam artian UUD atau konstitusi
tetap harus mengikuti perkembangan zaman,
yang bisa mengadopsi semua tuntutan perubahan
yang ada. Kesalahan terbesar pada saat
pemerintahan orde baru, ketika menempatkan
UUD 1945 pada posisi yang sempurna dan sakral
yang sudah tidak membutuhkan perubahan lagi,
bahkan celakanya bagi golongan yang yang ingin
melakukan perubahan akan harus siap
berhadapan dan tersingkir dari parlemen. namun
pasca tumbangnya pemerintahan orde baru oleh
gerakan pro-demokrasi yang dipelopori oleh
mahasiswa, pemuda, dan masyarakat umum
menutut untuk dilakukan perubahan ditubuh UUD
1945. Gerakan itu menamakan dirinya sebagai
gerakan reformasi, gerakan untuk perubahan
yang sudah tidak tahan lagi menyaksikan
pelanggaran konstitusi yang dilakukan oleh
pemeritahan orde baru. Walhasil dari seluruh
bagian-bagian UUD 1945 yang berhasil ditafsirkan
oleh orde baru demi menyelamatkan dan
mengamankan kepentingan pribadi dan
kelompoknya serta merugikan rakyat berhasil
diamandemen, sehingga dalam kehidupan
ketatanegaraan Indonesia mengalami perubahan
yang cukup derastis terhadap lembaga-lembaga
negara.
Berikut akan dibahas mengenai Lembaga Negara Repulik Indonesia sebelum dan
sesudah amandemen Undang-Undang Dasar 1945:

Pembahasan

A. Lembaga-Lembaga Negara sebelum amandemen:

1. MPR:

MPR merupakan lembaga tertinggi negara yang diberi kekuasaan tak terbatas
(super power) karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya
oleh MPR” dan MPR adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia” yang
berwenang menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden[1].
Dengan kata lain MPR merupakan penjelmaan pendapat dari seluruh warga
Indonesia.

Susunan keanggotaannya terdiri dari anggota DPR dan utusan daerah serta utusan
golongan yang diangkat termasuk didalamnya TNI/Polri.

Wewenang MPR antara lain :

1. Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara


yang lain, termasuk penetapan Garis-Garis Besar Haluan Negara yang
pelaksanaannya ditugaskan kepada Presiden/Mandataris.

2. Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap putusan-putusan


Majelis.

3. Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden Wakil


Presiden.

4. Meminta pertanggungjawaban dari Presiden/ Mandataris mengenai


pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan menilai pertanggungjawaban
tersebut.
5. Mencabut mandat dan memberhentikan Presiden dan memberhentikan
Presiden dalam masa jabatannya apabila Presiden/mandataris sungguh-sungguh
melanggar Haluan Negara dan/atau Undang-Undang Dasar.

6. Mengubah Undang-Undang Dasar 1945.

7. Menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis.

8. Menetapkan Pimpinan Majelis yang dipilih dari dan oleh anggota.

9. Mengambil/memberi keputusan terhadap anggota yang melanggar


sumpah/janji anggota.

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga


negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih
berdasarkan hasil pemilu. Oleh karena itu Presiden tidak dapat membubarkan DPR
yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum secara berkala
lima tahun sekali. Meskipun demikian, Presiden tidak bertanggung jawab kepada
DPR. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di tingkat
provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD
kabupaten/kota.

Wewenang DPR antara lain :

1. Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.

2. Memberikan persetujuan atas PERPU.

3. Memberikan persetujuan atas Anggaran.

4. Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta


pertanggungjawaban presiden.

3. PRESIDEN

Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif.


Maksudnya, presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan.
Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus
sebagai kepala negara. Sebelum adanya amandemen UUD 1945, presiden dan
wakil presiden diangkat dan diberhentikan oleh MPR dan bertanggung jawab kepada
MPR.

Wewenang Presiden antara lain :


1. Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR,

2. Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi

3. Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga


memegang kekuasaan legislative (legislative power) dan kekuasaan yudikatif
(judicative power).

4. Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat sebagai
presiden serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa jabatannya.

5. Mengangkat dan memberhentikan anggota BPK.

6. Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam


kegentingan yang memaksa)

7. Menetapkan Peraturan Pemerintah

8. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri pemilihan.

4. Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan


kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah
Agung adalah pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu diketahui bahwa peradilan di
Indonesia dapat dibedakan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan
peradilan tata usaha negara (PTUN).

Wewenang MA antara lain :

1. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan


perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

2. Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.

3. Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

5. BPK dan DPA

Disamping lembaga-lembaga tinggi Negara diatas terdapat lembaga tinggi Negara


yang lain yang wewenangnya cukup minim, yaitu BPK dan DPA. tanggung jawab
tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang
peraturannya ditetapkan dengan undang-undang.
Adapun wewenang dari Dewan Pertimbangan Agung (DPA), yaitu berkewajiban
memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak memajukan usul kepada
pemerintah.

B. Lembaga-lembaga Negara pasca Amandemen

1. MPR

MPR adalah Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi
negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK. Yang mempunyai fungsi
legeslasi. pasca perubahan UUD 1945 Keberadaan MPR telah sangat jauh berbeda
dibanding sebelumnya. Kini MPR tidak lagi melaksanakan sepenuhnya kedaulatan
rakyat dan tidak lagi berkedudukan sebagai Lembaga Tertinggi Negara dengan
kekuasaan yang sangat besar, termasuk memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Susunan dan keanggotaan MPR[2]

1) MPR terdiri atas Anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui Pemilihan
Umum setiap 5 tahun sekali.

2) Masa jabatan Anggota MPR adalah lima tahun dan berakhir bersamaan pada
saat Anggota MPR yang baru Mengucapkan sumpah/janji.

3) Sembelum memangku jabatannya, Anggota MPR mengucapkan sumpah /janji


bersama-sama yang dipandu oleh ketua Mahkamah Agung dalam Sidang Paripurna
MPR.

Tugas dan wewenang[3]

1) Mengubah dan menetapkan Undang –undang Dasar.

2) Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum,


dalam Sidang Paripurna MPR

3) Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk


memberhentikan Presiden dan / atau wakil presiden.

Sidang dan Putusan[4]

MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di Ibukota Negara. Sidang MPR
sah apabila:

1) Sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah anggota MPR untuk memutus usul Dpr


untuk memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden.
2) Sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR untuk mengubah dan
menetapkan UUD

3) Sekurang-kurangnya 50% ditambah satu dari jumlah anggota MPR untuk selain
siding-sidang sebagai mana dimaksud diatas.

2. PRESIDEN

Berbeda dengan sistem pemilihan Presiden dan Wapres sebelum adanya


amandemen dipilih oleh MPR , sedangkan setelah adanya amandemen UUD 1945
sekarang menentukan bahwa mereka dipilih secara langsung oleh rakyat. Pasangan
calon Presiden dan Wapres diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol peserta
pemilu. Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR melainkan bertanggung
jawab langsung kepada Rakyat Indonesia. Konsekuensinya karena pasangan
Presiden dan Wapres dipilih oleh rakyat, mereka mempunyai legitimasi yang sangat
kuat. Presiden dan Wakil Presiden dapat dipilih kembali dalam masa jabatan yang
sama hanya untuk satu kali masa jabatannya.

Setelah amandemen UUD 1945 beberapa wewenang Presiden sudah banyak


dikurangi, antara lain sebagai berikut :
Hakim agung tidak lagi diangkat oleh Presiden melainkan diajukan oleh komisi
yudisial untuk diminta persetujuan DPR, selanjutkan ditetapkan oleh Presiden (Pasal
24A ayat (3) perubahan ketiga UUD 1945).
Demikian juga anggota Badan Pemeriksa Keuangan tidak lagi diangkat oleh
Presiden, tetapi dipilih oleh DPR dengan memperhatikan DPD dan diresmikan oleh
Presiden (Pasal 23F ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945). Pengangkatan pejabat-
pejabat tersebut mencerminkan suatu mekanisme ketatanegaraan yang mengarah
kepada suatu keseimbangan dan demokratisasi. Namun sangat disayangkan,
pengangkatan seorang jaksa agung masih menjadi kewenangan presiden, tanpa
melibatkan DPR secara nyata.

Wewenang, kewajiban, dan hak Presiden antara lain[5]:

· Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD

· Memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan darat, angkatan laut dan
angkatan udara.

· Mengajukan Rancangan Undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.


Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama
DPR serta mengesahkan RUU menjadi UU.

· Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (dalam


kegentingan yang memaksa)

· Menetapkan Peraturan Pemerintah

· Mengangkat dan memberhentikan Mentri-mentri


· Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain
dengan persetujuan DPR

· Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR

· Menyatakan keadaan bahaya.

· Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden


memperhatikan pertimbangan DPR

· Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan


pertimbangan DPR.

· Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan


Mahkamah Agung

· Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR

· Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan
UU

· Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih oleh DPR dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.

· Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan
disetujui DPR

· Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, DPR, dan
Mahkamah Agung

· Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan


persetujuan DPR.

3. DPR

Melalui perubahan UUD 1945, kekuasaan DPR diperkuat dan dikukuhkan


keberadaannya terutama diberikannya kekuasaan membentuk UU yang memang
merupakan karakteristik sebuah lembaga legislatif. Hal ini membalik rumusan
sebelum perubahan yang menempatan Presiden sebagai pemegang kekuasaan
membentuk UU. Dalam pengaturan ini memperkuat kedudukan DPR terutama ketika
berhubungan dengan Presiden.

Tugas dan wewenang DPR[6]

1) Membentuk undang-undang yang dibahasa dengan presiden ntuk mendapat


persetujuan bersama;
2) Membahas dan memerikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang;

3) Menerima dan membahas usulan rancangan undang-undang yang diajukan DPD


yang berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam
pembahasan;

4) Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan Undang-Undang APBN


dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan Agama;

5) Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan


DPD;

6) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, anggaran


pendapatan dan belanja Negara serta kebijakang pemerintah.

HAK-HAK DPR[7]

Hak interplasi

Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah
mengenai kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Hak angket

Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan
suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal
penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Hak imunitas

Hak imunitas adalah kekebalan hukum dimana setiap anggota DPR tidak dapat
dituntut di hadapan dan diluar pengadilan karena pernyataan, pertanyaan/pendapat
yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPR, sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode etik.

Hak menyatakan pendapat

Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:

· Kebijakan Pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air
atau di dunia internasional

· Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket


· Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum
baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

4. DPD

DPD adalah Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan
kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya
utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR.
Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik
Indonesia.DPD dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.

DPD mempunyai fungsi :

Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang


berkaitan dengan bidang legislasi tertentu[8];

Tugas dan Wewenang DPD[9]

1) DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan Undang-undang yang


berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran, dan penggabungan daerah, pengolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan
daerah.

2) DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang


yang berkaitan dengan pajak.pendidikan dan agama

5. BPK

BPK adalah lembaga tinggi Negara yang memiliki wewenang memeriksa


pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. menurut UUD 1945, BPK
merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Daerah, dan diresmikan oleh Presiden. BPK Berwenang mengawasi dan memeriksa
pengelolaan keuangan negara (APBN) dan daerah (APBD) serta menyampaikan
hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak
hukum. Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen yang
bersangkutan ke dalam BPK.

6. DPA (Dewan Pertimbangan Agung) telah dihapus pasca amandemen keempat


7. MAHKAMAH AGUNG

Mahkamah Agung adalah lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman,


yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan
keadilan. di bawah MA terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan
Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).

Kewajiban dan wewenang[10]

Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MA adalah:

· Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang


undangan di bawah Undang- undang , dan mempunyai wewenang lainnya yang
diberikan oleh Undang-Undang

· Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi

· Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberikan grasi dan


Rehabilitasi

8. MAHKAMAH KONSTITUSI

Mahkamah Konstitusi adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan


Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan Kehakiman bersama-sama
dengan Mahkamah Agung Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian
konstitusi (the guardian of the constitution).

MK Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus sengketa


kewenangan antar lembaga negara, memutus pembubaran partai politik, memutus
sengketa hasil pemilu dan memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai
dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden menurut UUD.

Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh Mahkamah
Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden, sehingga mencerminkan
perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, dan eksekutif.

9. KOMISI YUDISIAL

berdasarkan UU no 22 tahun 2004 Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang


bersifat mandiri dan berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama
calon Hakim Agung.

KEANGGOTAAN[11]
1. Komposisi keanggotaan Komisi Yudisial terdiri atas dua mantan hakim, dua
orang praktisi hukum, dua orang akademisi hukum, dan satu anggota masyarakat.

2. Anggota Komisi Yudisial adalah pejabat negara, terdiri dari 7 orang (termasuk
Ketua dan Wakil Ketua yang merangkap Anggota).

3. Anggota Komisi Yudisial memegang jabatan selama masa 5 (lima) tahun dan
sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

WEWENANG[12]

1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung


kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan;

2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim;

3. Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama-


sama dengan Mahkamah Agung;

4. Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku


Hakim (KEPPH).

TUGAS MENGUSULKAN PENGANGKATAN HAKIM AGUNG DAN HAKIM AD HOC


DI MAHKAMAH AGUNG:

1. Melakukan pendaftaran calon hakim agung;

2. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung;

3. Menetapkan calon hakim agung;

4. Mengajukan calon hakim agung ke DPR.

Anda mungkin juga menyukai