PENDAHULUAN
c. Kendaraan
Kendaraaan dapat menyebabkan kecelakaan apabila tidak dikendarai dengan sebagai
mana mestinya, yaitu sebagai akibat kondisi teknisnya yang tidak layak jalan maupun
penggunanya yang tidak sesuai dengan ketentuan.
* Kondisi teknis yang tidak layak jalan misalnya rem blong, mesin tiba-tiba mati, ban
pecah, kemudi tidak berfungsi dengan baik, as atau kopel lepas, lampu mati
(khususnya dimalam hari) reting mati dan lain sebagainya.
* Penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan.
* Misalnya penggunaan muatan yang tidak sesuai dengan ketentuan.
d. Jalan
Jalan dapat merupakan faktor penyebab kecelakaan antara lain untuk hal-hal sebagai
berikut:
1. Jalan Rusak
Jalan rusak adalah jalan dengan kondisi permukaan jalannya tidak rata, bisa jadi
jalan yang belum diaspal, atau jalan yang sudah mengalami peretakan maupun
berlubang. Jalan yang rusak mempengaruhi keseimbangan sepeda motor. Untuk itu
sebaiknya saat melewati jalan yang tidak rata, hendaknya mengurangi kecepatan
sepeda motor, sebelum terjadi masalah.
2. Jalan Basah/Licin
Disebabkan karena jalan yang basah akibat hujan atau oli yang tumpah; lumpur,
salju dll. Kondisi jalan yang seperti ini dapat menyebabkan kecelakaan lalu-lintas,
karena keseimbangan sepeda motor akan terganggu, sepeda motor dapat tergelincir
dan jatuh hingga menabrak kendaraan lain yang ada di dekatnya. Pengemudi harus
mengurangi kecepatan agar kendaraan tidak meluncur tak terkendali.
3. Jalan Gelap
Jalan yang gelap berisiko tinggi menimbulkan kecelakaan, hal ini karena pengguna
jalan yang tidak dapat melihat secara jelas penggunaa jalan lain maupun kondisi
lingkungan jalan saat berkendaraa, sehingga keberadaan lampu penerangan yang
tersedia sangatlah penting. Jalan tanpa alat penerangan jalan akan sangat
membahayakan dan berpotensi tinggi menimbulkan kecelakaan.
4. Hujan
Hujan mempengaruhi kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh,
jalan menjadi lebih licin, dan jarak pandang menjadi lebih pendek. Selama musim
hujan, potensi kecelakaan lalu-lintas menjadi lebih besar, yang umumnya terjadi
karena gangguan penglihatan saat hujan lebat, atau jalan yang tergenang air sehingga
mengakibatkan efek hydroplaning, yaitu ban tidak langsung menapak kepermukaan
aspal karena dilapisi air ( Beirness,2002 dalam Kartika 2009).
2.1.3. Tipe kecelakaan
Karakteristik kecelakaan menurut jumlah kendaraan yang terlibat tabrakan dapat
digolongkan menjadi :
* Kecelakaan tunggal, yaitu kecelakaan yang hanya melibatkan satu kendaraan bermotor dan
tidak melibatkan pengguna jalan lain. Contohnya menabrak pohon, tergelincir, dan
terguling akibat ban pecah.
* Kecelakaan ganda, yaitu kecelakaan yang melibatkan lebih dari satu kendaraan atau
kendaraan dengan pejalan kaki yang mengalami kecelakaan diwaktu dan tempat yang
bersamaan.
Karakteristik kecelakaan menurut jenis tabrakan yang terjadi dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. Head-on Collision (Tabrak depan-depan)
Head-on Collision adalah jenis tabrakan dimana tabrakan terjadi antara 2 kendaraan dari
arah yang berlawanan. Kecelakaan ini terjadi karena kendaraan yang mau menyalip gagal
kembali ke jalurnya atau karena jarak pandang yang tidak mencukupi di dareah tikungan.
2. Run off Road Collision (Tabrak samping-samping)
3. Run off Road Collision adalah jenis tabrakan dimana tabrakan terjadi hanya pada satu
kendaraan yang keluar dari jalan dan menaberak sesuatu, hal ini dapat terjadi ketika
pengemudi kehilangan kontrol atau salah menilai tikungan, atau mencoba untuk
menghindari tabrakan dengan pengguna lain jalan atau binatang
4. Rear- end Collision (Tabrak depan-belakang)
Rear- end Collision adalah jenis tabrakan dimana tabrakan terjadi dari dua atau lebih
kendaraan dimana kendaraan menabrak kendaraan di depannya, biasanya disebabkan
karena kendaraan di depan berhenti tiba-tiba. Jenis kecelakaan ini juga dapat menyebabkan
kecelakaan beruntun dimana melibatkan lebih dari dua kendaraan.
5. 4. Side Collision (Tabrak depan-Samping)
Side Collision adalah jenis tabrakan dimana terjadi antara dua kendaraan secara
bersampingan dengan arah yang sama. Tabrakan ini sering terjadi di persimpangan Y, di
tempat parkir atau ketika kendaraan menabrak dari dari samping suatu objek tetap.
6. Rollover (Terguling)
Rollover adalah jenis tabrakan dimana kendaraan terjungkir balik, biasanya terjadi pada
kendaraan dengan profil yang lebih tinggi seperti truk. Kecelakaan rollover berhubungan
langsung dengan stabilitas kendaraan. Stabilitas ini dipengaruhi oleh hubungan antara pusat
gravitasi dan lebar trek (jarak antara roda kiri dan kanan). Pusat gravitasi yang tinggi dan
trek yang leber dapat membuat kendaraan tidak stabil di tikungan dengan kecepatan yang
tinggi atau perubahan arah belokan yang tajam dan mendadak. Airbags maupun sabuk
pengaman kurang efektif ( Purnomo dkk, 2011).
2. Badan Jalan
Badan jalan terdiri atas :
a. Jalur lalu lintas
Digunakan untuk lewat kendaraan, bisa terdiri dari beberapa lajur tergantung volume
lalu lintas yang akan ditampung.
b. Bahu jalan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan badan jalan :
1) Permukaan jalan
Diusahakan selalu rata, tidak licin, tidak kasar, tahan terhadap cuaca.
2) Kemiringan melintang
Untuk memberikan kemungkinan drainase permukaan jalan, air yang jatuh diatas
permukaan jalan segera mungkin dialirkan kesaluran samping, kemiringan
diusahakan sekecil mungkin tetapi tujuannya dapat tercapai, berkisar antara 1,5%
- 3%, 5%-6% aspal/semen belum menggunakan bahan pengikat.
3. Jarak Pandang
Keamanan dan kenyamanan pengemudi kendaraan untuk dapat melihat dengan jelas
dan menyadari situasinya pada saat mengemudi sangat tergantung pada jarak yang dapat
dilihat dari tempat kedudukannya. Guna jarak pandangan :
a. Menghindari terjadinya tabrakan yang dapat membahayakan kendaraan dan manusia
akibat adanya benda yang berukuran cukup besar, kendaraan berhenti, pejalan kaki
atau hewan pada lajur lainnya.
b. Memberikan kemungkinan untuk mendahului kendaraan lain yang bergerak dengan
kecepatan lebih rendah dengan menggunakan lajur disebelahnya.
c. Menambah efisien jalan, volume pelayanan dapat maksimal.
d. Sebagai pedoman bagi pengatur lalu lintas dalam menempatkan rambu – rambu lalu
lintas yang diperlukan pada setiap segmen jalan. Dibedakan atas :
1) Jarak pandangan henti : jarak pandangan yang dibutuhkan untuk menghentikan
kendaraannya.
2) Jarak pandangan menyiap : jarak pandangan yang dibutuhkan untuk dapat
menyiap kendaraan lain yang berada pada lajur jalannya dengan menggunakan
lajur arah yang berlawanan, pada saat dua arah tanpa median.
Pemerolehan kriteria jarak pandang perlu diperiksa secara menyeluruh dengan
memperhitungkan efek alinemen horizontal dan vertikal, gangguan kemiringan dan
lansekap
BAB III
PENUTUPAN
3.1. KESIMPULAN
Dari hasil survai dan analisa dapat disimpulkan bahwa Jl. Prapanca 5, Pulo, Kby. Baru, Kota
Jakarta Selatan termasuk jalan yang rawan terhadap kecelakaan, terutama pada persimpangan ini
merupakan black sport. Dikarenakan setiap bulan tidak pernah terlewatkan terjadi kecelakaan. Dari
hasil pengamatan menunjukkan bahwa korban yang terjadi hanyalah luka ringan
Peristiwa kecelakaan yang sering terjadi karena tabrakan dari arah yang berlawanan, tabrakan
dari belakang, dan saat kendaraan membelok. Hal ini di sebabkan karena jalan yang terpisah oleh
kontur tanah yang berbeda dan cenderung berbukit menyebabkan perancangan jalan harus
menyesuaikan dengan kondisi yang ada, sehingga beberapa ruas jalan menjadi menikung tajam dan
langsung bertemu dengan tanjakan curam.
Perlu pemasangan pemasangan lampu jalan pada tempet-tempat tertentu guna menerangi jalan,
rambu-rambu lalulintas dan kaca cembung pada titik persimpangan yang yang cukup tajam sesuai
dengan standart geometri jalan. Penambahan barier pada persimpangan agar tidak terjadi konflik di
persimpangan ujung jalan. Disamping itu pembangunan jaringan jalan harus disesuaikan dengan
pola, tingkah laku dan kebiasaan pemakai jalan. Peningkatan parsarana jalan pada trotoar tidak
diperlukan karena jalan ini jarang dilalui oleh pejalan kaki. Jika mempunyai dana lebih untuk
mencegah dapat dilakukan penimbuna agar kemiringan sesuai dengan standar. Agar lebih efisien
jalan di alihkan menjadi satu jalur (one way). Perlu penegakkan disiplin lalulintas kepada pemakai
jalan yaitu dengan menaati rambu-rambu yang telah dipasang, pembatasan kecepatan dan lain
sebagainya.
3.2. DAFTAR PUSTAKA
1. HOBBS, F. D, 1979, Perencanaan dan Teknik Lalulintas, edisi ke-2, Gajahmada University
Press, Yogyakarta.
2. Menuju Lalulintas dan Angkutan Jalan yang tertib, Direktorat Jendral Perhubungan Darat.
3. Oglesby, Clakson H Hick, R Gary, 1998, Teknik Jalan Raya, Jilid I, edisi ke-empat, penerbit
Erlangga.
5. Soetanto, Teknik Lalulintas I, Fakultas teknik sipil dan perencanaan ITS, Surabaya.
6. Santoso, Teguh Iman. 2007. Analisis Daerah Rawan Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Kasus
Jalan Tol Jatingaleh-Srondol Semarang). Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
7. Warpani. 1999. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung: ITB
LAMPIRAN GAMBAR
Dokumentasi survey
AUDIT KESELAMATAN JALAN
Jl. Prapanca 5, Pulo, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan
Anggota Kelompok 4 :