Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Argentometri
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari
garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Istilah Argentometri diturunkan dari
bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk
menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada
pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah
dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan
mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat
diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. Titrasi argentometri tidak
hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi juga dapat dipakai untuk
menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat
PO43- dan ion arsenat AsO43-.Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian
keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya
interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut
sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya)
dengan menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3.

Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan
tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa
anion divalent seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-.Dasar titrasi argentometri
adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh
yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi
dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.

Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) -> AgCl(s) + NaNO3(aq)

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi
dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO4- dimana dengan
indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir
titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorbsi.
Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat
dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain menggunakan
jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk
menentukan titik ekuivalen.
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi
antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan kurva titrasi
argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan,
akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai
sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam
kuat dengan basa kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat.

B. Metode dalam Titrasi Argentometri


1. Metode Mohr

Metode ini dapat digununakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromide dalam
suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium
kromat sebagai indicator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan
setelah tercapai titik ekuivalen, maka penambahan sedikit peak nitrat akan bereaksi
dengan kromat dan membentuk endapan perak kromat berwarna merah.

Cara mudah untuk membuat larutan netral dari larutan asam adalah dengan
menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara berlebihan. Untuk larutan yang alkalis,
diasamkan dulu dengan asam assetat kemudian ditambahkan sedikit CaCO3 berlebih.

Kerugian metode Mohr adalah :

a) Adanya ion-ion seperti sulfida, fosfat, dan arsenat juga akan mengendap.
b) Titik akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer.
c) Ion - ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil
yang rendah sehingga penggonjongan yang kuat mendekati titik akhir titrasi
diperlukan untuk membebaskan ion yang terjebak tadi.

Titrasi langsung iodide dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan penambahanamilum
dan sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna biru akan hilang pada saattitik akhir da
n warna putih-kuning dari endapan perak iodida (AgI) akan muncul.

Reaksi argentometri adalah :

Ag(NO3) + K2CrO4 -> Ag2CrO4 + 2KNO3

NaCl + AgNO3 -> AgCl + NaNO3

Baku standar pada titrasi argentometri dengan metode mohr adalah AgNO3. Baku
primernya adalah NaCl dan indikator yang digunakan adalah K2CrO4.
2. Metode Volhard

Pada prinsipnya penentan titik akhir ditandai dengan pembentukan senyawa berwarna
yang larut. Perak dapat di teliti dalam suasana asam dengan larutan baku kalium atau
amonium tiosianat yang mempunyai hasil kali kelarutan 7,1x10-3. Kelebihan thiosianat
dapat ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III) ammonium
sulfat digunakan sebagai indikator yang akan membentuk warna merah dari kompleks
besi (III) thiosianat dalam lingkungan asam nitrat 0,5-1,5. Titrasi ini harus dilakukan
dalam suasana asam sebab ion besi (III) akan di endapkan menjadi Fe(OH)3 jika
suasananya basa, sehingga pada titik akhir tidak dapat ditunjukkan pH larutan harus di
bawah pH 3. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna 0,7–1% sebelum titik ekuivalen.
Untuk mendapatkan hasil yang teliti pada waktu akan tercapainya titik akhir, titrasi harus
dikocok kuat-kuat supaya ion perak yang diadsorbsi oleh endapan perak thiosianat dapat
bereaksi dengan thiosianat.
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar unsur klorida, bromida, dan iodide
dalam suasana asam. Caranya dengan menambahkan larutan baku perak nitrat berlebihan,
kemudian kelebihan larutan baku perak nitrat dititrasi kembali dengan larutan baku
thiosianat.

Reaksinya :

NaCl + AgNO3 -> AgCl + NaNO3

Ag(NO3) + K2CrO4 -> Ag2CrO4 + 2KNO3

3. Metode K. Fajans

Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi, senyawa yangbiasa digunakan adalah
Flourensein daneosin. Pafa titik ekuivalen indikator terabsorbsi oleh endapan. Indikator
ini tidak memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan depan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini endapan harus dijaga sedapat mungkin
dalam brntuk koloid. Garam yang dalam jumlah besar dan ion bervalensi banyak harus
dihindarkan karena mempunyai daya koagulasi. Larutan tidak boleh terlalu encer karena
endapan yang akan terbentuk sedikit sekali sehingga terjadinya perubahan warna
indikator tidak jelas. Ion indikator harus bermuatan berlawanan dengan ion pengendap.
Ion indikator tidak boleh terabsorbsi lebih dulu sebelum titik ekuivalen tercapai.

C. Penetapan Titik Akhir Dalam Reaksi Pengendapan


1. Pembentukan suatu endapan berwarna

Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur mohr untuk penetapan klorida dan bromide.
Pada titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak nitrat, sedikit larutan
kalium kromat ditambahkan untuk berfungsi sebagai indikator. Pada titik akhir, ion
kromat ini bergabung dengan ion perak untuk membentuk perak kromat merah yang
sangat sedikit sekali dapat larut. Titrasi ini hendaknya dilakukan dalam suasana netral
atau sangat sedikit sekali basa, yakni dalam jangkauan pH 6,59 (Bassett, 1994).

2. Pembentukan suatu senyawaan berwarna yang dapat larut

Contoh prosedur ini adalah metode volhard untuk titrasi perak dengan adanya asam nitrat
bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat standar. Indikatornya adalah
larutan besi(III) ammonium sulfat. Penambahan larutan tiosianat menghasilkan mula-
mula endapan perak klorida. Kelebihan tiosianat yang paling sedikitpun akan
menghasilkan pewarnaan coklat kemerahan, disebabkan oleh terbentuknya suatu ion
kompleks.

Ag+ + SCN- Û AgSCN

Fe3+ + SCN- Û [FeSCN]2+

Metode ini dapat diterapkan untuk penetapan klorida, bromide dan iodide dalam larutan
asam. Larutan perak nitrat standar berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi balik
dengan larutan tiosianat standar. (Bassett, 1994)

Ag+ + Cl- Û AgCl

Ag+ + SCN- Û AgSCN

3. Penggunaan indikator adsorpsi

Aksi dari indikator-indikator ini disebabkan oleh fakta bahwa pada titik ekuivalen,
indikator itu diadsorpsi oleh endapan dan selama proses adsorpsi terjadi suatu perubahan
dalam indikator yang menimbulkan suatu zat dengan warna berbeda, maka dinamakan
indikator adsorpsi.Zat-zat yang digunakan adalah zat-zat warna asam, seperti warna deret
flouresein misalnya flouresein an eosin yang digunakan sebagai garam natriumnya.

Untuk titrasi klorida, boleh dipakai flouresein. Suatu larutan perak klorida dititrasi
dengan larutan perak nitrat, perak klorida yang mengendap mengadsorpsi ion-ion klorida.
Ion flouresein akan membentuk suatu kompleks dari perak yang merah jambu (Bassett,
1994).
Perbedaan metode pada argentometri

Metode Indikator Suasana Metode Yang di Titik akhir


Reaksi dalam buret titrasi
Mohr K2CrO4 Netral Langsung AgNO3 Endapan mera
bata

Volhard Fe3+ /Fe Asam Tidak KCNS Larutan merah


Allum langsung bata

Fajans Adsorpsi Netral Langsung AgNO3 Larutan pink


(fluorescein)

Metode yang paling stabil dari ketiga metode di atas adalah metode volhard. Namun
metode ini menggunakan asam sianida (HCN) yang bersifat toxik.

Penyebab terdapatnya endapan logam pada saat praktikum adalah karena dipengaruhi oleh
cahaya matahari langsung yang bersifat katalisator yang mengikat O2 sehingga Ag
berbentuk Ag2O. Jadi penyebabnya adalah Ag mengalami oksidasi.

Pada metode mohr suasananya harus asam karena pada suasana

Asam : Ag2Cr2O4

Basa : AgOH

Dan titik akhir yang berwarna merah bata terbentuk oleh AgCr (Ag kromat).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang
tidak mudah larut antara titrant dan analit. Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin
Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan
kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan
dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indicator
dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Beberapa metode dalam titrasi
argentometri yaitu metode Mohr, metode Volhard, metode K. Fajans, dan metode Leibig.

3.2 Saran

Dalam melakukan titrasi argentometri haruslah memperhatikan metode apa yang kita
gunakan dalam titrasi argentometri tersebut dan memperhatikan apa titrasi akhir yang seharusnya
terjadi saat melakukan titrasi argentometri.

Anda mungkin juga menyukai