A. Definisi
Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
B. Etiologi
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk
pengaman
(set-belt) (FKUI, 1995).
D. Patofisiologi
Tusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk
pengaman (set-belt)-Trauma abdomen- :
1. Trauma tumpul abdomen
Kehilangan darah.
Memar/jejas pada dinding perut.
Kerusakan organ-organ.
Nyeri
Iritasi cairan usus
2. Trauma tembus abdomen
Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
Respon stres simpatis
Perdarahan dan pembekuan darah
Kontaminasi bakteri
Kematian sel
(FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta)
E. Pathway
Trauma abdomen
Trauma tembus
Trauma tumpul
Memar/jejas pada
Respon stres dinding perut.
simpatis
Iritasi cairan
Kontaminasi
usus
bakteri Kerusakan
integritas kulit
Kematian sel
F. Data fokus
1. Primary survey
a. Airway
Kontrol Tulang BelakangMembuka jalan napas menggunakan teknik ‘head tilt
chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah
benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing
Ventilasi Yang AdekuatMemeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat-
dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas
atau tidak, Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan,
ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulating
Kontrol Perdarahan Hebat Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak
adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda
sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan
bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan
napas)
2. Secondary survey
a. Keluhan utama
1. Keluhan yang dirasakan sakit.
2. Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.
b. Riwayat penyakit sekarang
1. Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.
2. Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya
saat jatuh.
3. Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
4. Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada
quadran mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.
c. Riwayat penyakit dahulu
1. Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.
2. Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan
gangguan faal hemostasis.
G. Pemeriksaan fisik
1. Sistim Pernapasan
Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada
dada serta jalan napasnya.
Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan
tertinggal.
Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.
Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.
2. Sistim cardivaskuler (B2 = blead)
inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah
abdominal dan adakah anemis.
palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana
suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung
paradoks.
3. Sistim Neurologis (B3 = Brain)
Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di
kepala.
Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak
Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan
Glasgow Coma Scale (GCS)
4. Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel)
Pada inspeksi :Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya
perdarahan dalam cavum abdomen.
Pada palpasi :Adakah spasme / defance mascular dan abdomen,Adakah
nyeri tekan dan pada quadran berapa, Kalau ada vulnus sebatas mana
kedalamannya.
Pada perkusi :
o Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.
o Kemungkinan – kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam
cavum abdomen.
Pada Auskultasi :
o Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus
atau menghilang.
o Pada rectal toucher :
Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.
Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.
5. Sistim Urologi ( B5 = bladder)
Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah
distensi pada daerah vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan
warnanya.
Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya
distensi.
Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.
6. Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone )
inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah
pelvis.
palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi :
Foto BOF (Buick Oversic Foto)
Bila perlu thoraks foto.
USG (Ultrasonografi)
2. Laboratorium :
Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi)Disini terpenting Hb
serial ½ jam sekali sebanyak 3 kali.
Urine lengkap (terutama ery dalam urine)
3. Elektro Kardiogram
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.
I. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
DS: trauma abdomen Nyeri akut
- Laporan secara verbal
DO: atau luka penetrasi
- Posisi untuk menahan nyeri
- Tingkah laku berhati-hati abdomen.
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit
atau gerakan kacau, menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi
dengan orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin
dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
DO:
- Gangguan pada bagian tubuh
- Kerusakan lapisa kulit (dermis)
- Gangguan permukaan kulit (epidermis)
J. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma tumpul abdomen
3. Risiko tinggi terhadap infeksi
Daftar Pustaka
1. Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.
2. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.
3. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.