Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Analisis laporan keuangan merupakan bagian dari analisi bisnis. Analisis bisnin
merupakan evaluasi atas prospek dan resiko perusahaan untuk tujuan pengambilan keputusan
bisnis. Keputusan bisnis ini meluas sampai ekuitas dan penilaian hutang, penilian resiko kredit,
prediksi laba, pengujian audit, negosiasi kompensasi dan keputusan bisnis lain yang tak
terhitung jumlahnya. Analisi bisnis membantu dalam membuat keputusan berdasarkan
informasi dengan membantu struktur tugas keputusan melalui evaluasi atas lingkungan bisnis
perusahaan, strateginya, serta posisi dan kinerja keuangannya.
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan beserta
unsur-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi kondisi keuangan
perusahaan atau badan usaha dan juga mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan
atau badan usaha pada masa lalu dan sekarang.
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin
mengetahui tingkat keuntungan , tingkat risiko dan tingkat kesehatan suatu perusahaan.
Analisis semacam ini mengharuskan seorang analis untuk melakukan beberapa hal :
1. Menentukan dengan jelas tujuan analisis
2. Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan
keuangan dan rasio-rasio keuangan yang diturunkan dari laporan keuangan
tersebut.
3. Memahami kondisi perekonomian dan kondisi bisnis lain pada umumnya yang
berkaitan dengan perusahaan dan mempengaruhi usaha perusahaan.
Sebelum melakukan analisis seorang analis harus memahami ketiga langkah diatas,baru
kemudian melakukan analisis dengan menggunakan alat-alat analisis seperti rasio-rasio
keuangan atau rasio-rasio lainnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arti penting Laporan Keuangan


Laporan Keuangan dibuat untuk mengetahui gambaran tentang posisi suatu keuangan
pada perusahaan serta hasil-hasil yang diperoleh oleh perusahaan. Laporan Keuangan pada
dasarnya adalah hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi data
keuangan antara pengelola perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-
data tersebut.
2.1.1 Pihak-pihak yang berkepentingan dalam data-data keuangan perusahaan adalah :
Pemilik perusahaan
Manajer Perusahaan
Para Investor dan kreditor
Pemerintah
Buruh
2.1.2 Laporan Keuangan yang dibutuhkan:
Neraca
Laporan Rugi laba, dan
laporan perubahan ekuitas/Modal

Analisis Laporan Keuangan mencakup tiga karakteristik dalam suatu perusahaan yaitu,
aspek likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas dan ada pula rentabilitas.
 Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk
memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya.
Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar.
Perusahaan yang memiliki likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancer sebesar
100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih menggambarkan tingkat likuiditas
perusahaan ditunjukkan dengan rasio kas (kas terhadap kewajiban lancar).Rasio
likuiditas antara lain terdiri dari: Current Ratio : adalah membandingkan antara total
aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Quick Ratio: adalah membandingkan antara
(total aktiva lancar – inventory) dengan kewajiban lancar.

2
 Profitablitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam
persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu
menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka profitabilitas dinyatakan
antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan
per saham, dan laba penjualan. Nilai profitabilitas menjadi norma ukuran bagi
kesehatan perusahaan.
 Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya
Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang
ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya. Hal ini sesungguhnya jarang
terjadi kecuali perusahaan mengalami ke pailitan. Kemampuan operasi perusahaan
dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan.
 Rasio Rentabilitas betujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat
efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya.
2.1.3 Keterbatasan Laporan keuangan
 Laporan keuangan yang dibuat periodik pada dasarnya bersifat intern report, dan
bukan laporan yang bersifat final.
 Laporan keuangan menunjukan angka rupiah yang keliatananya pasti dan tepat tetapi
sebenarnya penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-
ubah.
 Laporan keuangan disusun berdasarcatatan transaksi keuangan dengan nilai rupiah
waktu atau tanggal lalu tanpa memperhatikan daya beli uang yang semakin menurun.
 Laporan keuangan tidak mencerminkan berbagai factor yang tidak dapat dinyatakan
dengan uang tetapi mempengaruhi posisi dan keadaan perusahaan, seperti prestasi dan
reputasi perusahaan.
2.1.4 Perlunya Pemeriksaan oleh Akuntan Publik
Laporan keuangan adalah ringkasan transaksi keuangan sehingga datanya tidak
terperinci bahkan mungkin tidak asli lagi karena sudah diolah dengan sedemikian rupa
sehingga kelihatan baik karena itu perlu pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang akuntan
umum yang independent agar dapat dipercaya keasliannya.
Analisa keuangan digunakan untuk menilai kelangsungan usaha, stabilitas,
profitabilitas dari suatu usaha, sub usaha atapun proyek. Analisa keuangan dilakukan oleh
seorang profesional yang menyajikan laporan dalam bentuk rasio yang menggunakan informasi

3
sebagaimana tersaji dalam laporan keuangan. Laporan ini biasanya disajikan kepada pimpinan
puncak suatu usaha sebagai acuan untuk mengambil suatu kebijakan perusahaan.
Berdasarkan hasil analisa ini maka manajemen dapat memutuskan berbagai keputusan
manajemen misalnya :
 Melanjutkan atau tidak melanjutkan operasional suatu usaha atau bagian dari suatu
usaha.
 Melakukan pembuatan atau pembelian bahan baku dalam proses produksi.
 Melakukan pembelian atau menyewa mesin-mesin produksi.
 Melakukan penerbitan saham atau melakukan negosiasi untuk memperoleh pinjaman
bank guna meningkatkan modal kerja perseroan.
 Berbagai keputusan lainnya yang memungkinkan manajemen melakukan pilihan yang
tepat terhadap berbagai alternatif yang ada dalam mengelola perusahaan.

2.2 Jenis - Jenis Utama Analisis Bisnis


Menurut K.R. Subramanyam dan John J. Wild (2010), jenis-jenis utama analisis bisnis
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :
a. Analisis Kredit
Kreditor meminjamkan dana kepada sebuah perusahaan dan menerima janji pembayaran atas
pokok dan bunganya.
 Kreditor dagang (operating creditor) mengirimkan barang atau jasa kepada perusahaan dan
mengharapkan pembayaran dalam waktu yang masuk akal, yang sering kali didasarkan
pada norma industri.
 Kreditor nondagang (nontrade creditors atau debtholder) menyediakan pendanaan kepada
perusahaan dan menerima janji, biasanya tertulis, atas pembayaran dengan bunga
(eksplisist atau implisist) pada tanggal tertentu di masa depan.
Analisis kredit merupakan evaluasi atas kelayakan perusahaan untuk mendapatkan
kredit. Kelayakan kredit (creditworthiness) adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban kreditnya. Dengan kata lain, merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar
berbagai tagihannya. Sejalan dengan hal tersebut, fokus utama analisis kredit terletak pada
risiko, bukan profitabilitas.
Analisis kredit berfokus pada sisi buruk risiko, buka sisi baik potensi. Hal ini meliputi
analisis likuiditas maupun solvabilitas. Likuiditas (liquidity) merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan kas dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajibannya.

4
Solvabilitas (solvency) merupakan kemungkinan dan kemampuan jangan panjang perusahaan
untuk melunasi kewajiban jangka panjang.
b. Analisis Ekuitas
Investor ekuitas (equity investor) menyediakan dana kepada perusahaan sebagai
balasan atas risiko dan imbalan kepemilikan. Investor ekuitas merupakan penyedia terbesar
pendanaan perusahaan. Pendanaan ekuitas, disebut juga ekuitas atau modal saham,
menawarkan pengamanan atau penjagaan untuk semua bentuk pendanaan yang lebih utama
darinya. Dengan demikian, berbeda dengan analisis kredit, analisis ekuitas bersifat asimetri
yang harus menilai dua sisi risiko dan potensi. Karena investor ekuitas dipengaruhi oleh seluruh
aspek kondisi dan kinerja keuangan perusahaan, kebutuhan analisis mereka paling banyak dan
komprehensif.
Individu yang menerapkan strategi investasi aktif terutama menggunakan analisis
teknis, analisis fundamental, atau kombinasi keduanya. Analisis teknis (technical analysis) atau
charting mencari pola dalam sejarah harga atau volume sebuah saham untuk memprediksi
pergerakan saham di masa depan. Analisis fundamental (fundamental analysis), yang lebih luas
diterima dan diaplikasikan, merupakan proses menentukan nilai perusahaan dengan
menganalisis dan menginterpretasikan faktor-faktor kunci untuk ekonomi, industri, dan
perusahaan. Bagian utama analisis fundamental; adalah evaluasi atas posisi dan kinerja
keuangan perusahaan.
Tujuan utama analisis fundamental adalah menentukan nilai intrinsic yang disebut juga nilai
fundamental (fundamental value). Nilai intrinsik (intrinsic value) adalah nilai sebuah
perusahaan (atau sahamnya) berdasarkan analisis fundamental, tanpa mengacu pada nilai pasar
(atau harga saham). Untuk menentukan nilai intrinsik, seorang analis harus memproyeksikan
pendapatan atau arus kas perusahaan dan menentukan risikonya.
c. Kegunaan Lain dari Analisis Bisnis
Analisis bisnis dan analisis laporan keuangan diperlukan dalam beberapa hal lain sebagai
berikut:
 Manajer.
Analisis laporan keuangan memberikan petunjuk kepada manajer tentang perubahan
strategis dalam kegiatan operasional, investasi, dan pendanaan perusahaan. Manajer juga
menganalisis bisnis dari laporan keuangan perusahaan pesaing untuk mengevaluasi
profitabilitas dan risiko pesaing.

 Merger, akuisisi, dan divestasi.

5
Analisis bisnis dilakukan setiap kali merestrukturisasi operasinya melalui merger,
akuisis, divestasi, maupun spin-off.
 Manajemen keuangan.
Manajer harus mengevaluasi dampak keputusan keuangan dan kebijakan dividen
terhadap nilai perusahaan.
 Direktur.
Sebagai wakil pemegang saham terpilih, direktur bertanggung jawab untuk melindungi
kepentingan pemegang saham dengan mengawasi secara hati-hati aktivitas perusahaan.
 Regulator (pembuat peraturan).
 Internal Revenue Service – IRS menerapkan alat analisis laporan keuangan untuk
mengaudit laporan pajak dan memeriksa kewajaran jumlah yang dilaporkan.
 Serikat kerja.
Teknik analisis laporan keuangan berguna bagi serikat kerja dalam negosiasi tawar-
menawar kolektif.
 Pelanggan.
Teknik analisis digunakan untuk menentukan profitabilitas pemasok bersamaan dengan
estimasi keuntungan pemasok dari transaks yang saling menguntungkan.

2.3 Komponen Analisi Bisnis


Analisis Lingkungan Bisnis Dan Strategi
Analisis lingkungan bisnis dan strategi terdiri atas bagian analisis industri dan analisis
strategi. Analisis industri biasanya merupakan langkah pertama, mengingat prospek dan
struktur industri sangat menentukan profitabilitas perusahaan.
Analisis industri (industry analysis) sering kali dikerjakan dengan menggunakan
kerangka yang diajukan oleh Porter (1980, 1985) atau analisis rantai nilai (value chain analysis).
Analisis strategi (strategy analysis) merupakan evaluasi atas keputusan bisnis perusahaan dan
keberhasilan perusahaan membangun keunggulan kompetitifnya.
Analisis lingkungan bisnis dan strategi memerlukan pengetahuan tentang kekuatan ekonomi
dan industry. Analisis ini juga memerlukan pengetahuan tentang manajemen strategi, kebijakan
bisnis, produksi, manajemen logistic, pemasaran, dan ekonomi manajerial
Analisis Akuntansi
Analisis akuntansi (accounting analysis) merupakan proses evaluasi sejauh mana
akuntansi perusahaan mencerminkan realitas ekonomi. Keterbatasan akuntansi ini

6
mempengaruhi kegunaan laporan keuangan dan menimbulkan setidaknya dua masalah dalam
analisis.
 Pertama, ketidakseragaman akuntansi menyebabkan masalah perbandingan
(comparability problem). Masalah ini muncul jika perusahaan yang berbeda menerapkan
akuntansi yang berbeda untuk transaksi atau peristiwa yang sama. Masalah ini juga muncul
jika perusahaan mengubah akuntansinya, yang berakibat pada timbulnya kesulitan
perbanding sementara.
 Kedua, pilihan dan ketidaktepatan dalam akuntansi dapat mendistrosi informasi laporan
keuangan. Distorsi akuntansi (accounting distortion) merupakan penyimpangan informasi
akuntansi dari ekonomi yang mendasarinya.
Distorsi ini muncul dalam setidaknya tiga bentuk.
1. Estimasi manajemen dapat salah satu tidak lengkap. Kesalahan estimasi ini
merupakan sebab utama distorsi akuntansi.
2. Manajer dapat menggunakan pilihan dalam akuntansi untuk manipulasi atau
mempercantik laporan keuangan (window-dressing). Manajemen laba ini dapat
menyebabkan distorsi akuntansi.
3. Standar akuntansi dapat menyebabkan distorsi akuntansi karena gagal menangkap
realitas ekonomi.
Tiga jenis distorsi akuntansi ini menciptakan risiko akuntansi laporan keuangan.
Risiko akuntansi (accounting risk) merupakan ketidakpastian dalam analisis laporan
keuangan karena distorsi akuntansi. Sasaran utama analisis akuntansi adalah
mengevaluasi dan mengurangi resiko akuntansi serta meningkatkan muatan ekonomis
laporan keuangan. Analisis akuntansi meliputi evaluasi kualitas laba perusahaan atau
secara lebih luas, kualitas akuntansinya. Analisis akuntansi juga mencakup evaluasi
atas daya tahan laba (earning persistence), yang kadang kala disebut sustainable earning
power.

Analisis Keuangan
Analasis keuangan merupakan penggunaan laporan keuanganan untuk menganalisis posisis
dan kinerja keuangan perusahaan dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan.
Analisis keuangan terdiri dari 3 bagian besar,yaitu:
1) Analisis Profitabilitas

7
merupakan evaluasi atastingkat pengemvalian investasi perusahaan. Analisis ini
berfokus pada sumber daya perusahaan dan tingkat profitabilitasnya. Dan melibatkan
identifikasi dan pengukuran dampak berbagai pemicu profitabilitas.
2) Analisis Resiko
merupakan evaluasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya
dengan variasi laba. Analisis resiko penting untuk analisis ekuitas, baik untuk
mengevaluasi keandalan dabn daya tahan kinerja perusahaan untuk mengestimasi biaya
modal perusahaan.
3) Analisis Sumber dan Pengunaan Dana
merupakan evaluasi bagaimana perusahaan memperoleh dan menggunakan
dananya. Analisis ini memberikan pandangan tentang implikasi pendanaan perusahaan
dimasa depan
.
Analisis Prospektif
Merupakan peramalan hasil dimasa depan-biasanyan laba,arus kas, atau keduanya.
Output analisis prospektif adalah hasil yang diharapkan dimasa depan yanngn digunakan untuk
mengestimasi nilai perusahaan.

2.4 Laporan Keuangan - Analisis bisnis


Laporan keuangan perusahaan berikut pengungkapannya menginformasikan empat aktivitas
utama perusahaan:
a. Perencanaan
Rencana bisnis membantu manajer untuk memusatkan usaha mereka dan
mengidentifikasi kesempatan dan rintangan yang diharapkan. Pandangan ke dalamam
rencana bisnis membantu analisis atas prospek perusahaan kini dan nanri, dan merupakan
bagian dari analisis lingkungan bisnis dan strategi.kitamencari informasi tentang tujuan
perusahaan dan taktiknya. Permintaan oasar, kinerja manajemen, analisis kompetitif,
strategi penjualan, kinerja manajeman,dan proyeksi keuangan.
Informasi ini bisa di dapat di laporan keuangan ( Management discussion dan analysis)
dan juga tersedia memalui media yang kurang formal seperti pernyatan pers,publikasi
industri, bulletin analisis, dan berita keuangan .

8
b. Pendanaan
Adalah metode yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan uang untuk
membayara kebutuhan-kebutuhannya. Terdapat dua sumber pendanaan,yaitu:
a. Investor ekuitas( pemegang saham)
Investor memberikan pendanaan dengan harapan mendapatkan pengembalian atas
investasi mereka, setelah mempertimbangkan pengembalian yang di harapkana dan resiko.
Pengembalian adalah bagian investor ekuitas atas laba perusahaan dalam bentuk distribusi
laba (pembayaran diveden kepada pemegang saham langsung, deviden dapat diberikan
dalam bentuk tunai atau deviden saham atau secara tidak langsung melalui pembelian
kembali saham.pembayaran diveden mengacu pada proporsi laba yang di distribusikan
yang sering di nyatakan dalam rasio atau persentase) atau reinvestasi laba ( mengacu padan
penahana laba dalam perusahaan untuk digunakan dalam bisnis perusahaan. Sering diukur
dengan rasio penahanan/rasio laba di tahan= 1- dividen payout rasio)
Pendanaan ekuitas dapat berupa uang tunai,aktiva atau jasa yang di kontribusikan
kepada perusahaan sebagai penukar saham. Penawaran saham privat melibatkan penjualan
ke individu atau organisasi. Untuk Penawaran saham ke public berbiaya besar karena
termasuk pemenuhan oeraturan pemerintah, persyaratan pencatatan di bursa, dan komisi
untuk agen penjual. Tetapi manfaat utama nay adalah potensi untuk mensapatkan dana
dalam jumlah besar untuk aktivitas bisnis.
b. Kreditor (pemberi pinjaman)
Terdapat dua jenis kreditor,yaitu
 kreditor utang, yang secara langsung meminjamkan uang. Biasanya
pendanaannya terjadi melalui pinjaman atau melalui pemberian efek atau obligasi.
Pemberi utang meliputi bank,institusi pemberi pinjaman, institusi keuangan dan
non keuangan,
 kreditor operasi, yang meminjamkan uang kepada perusahaan sebagai bagian dari
operasinya. Kreditor opersi meliputi pemasok,karyawan,pemerintah dan pihak
lainnya yang meminjamkan uang kepada perusahaan pendanaan kreditor berbeda
dengan pendanaan ekuitas dalam hal perjanjian atau kontrak, pada umumnya
mensyatkan pembayaran kembali pinjaman dengan bunga pada tanggal.
Pengembalian kreditor umumnya ditentukan dalam kontak pinjaman. Resiko
kreditor adalah kemungkinan kegagalan perusahaan untuk membayar kembali
pinjaman dan bunga.dalam situasi ini, kreditor mungkin tidak menerima uang

9
mereka yang jatoh tempo, dan menyebabkan kebangkrutan atau penanganan legal
lainnya. Penangana tersebut menimbulakan biaya bagi kreditor.
c. Investasi
Mengacu pada perolehan dan pemeliharaan investasi dengan tujian menjual produk dan
menyediakan jasa dan untuk tujuan menginvestasikan kelebihan kasbiasanya dalam bentuk
aktiva operasi(bangunan, peralatan, hak paten, persediaan, modal manusia(karyawan&
manajer), system informasi) dan aktiva keuangan dalam bentuk efek( saham ekuitas
perusahaan lain, obligasi dan reksa dana)
d. Operasi
Mencerminkan pelaksanaan rencana bisnis yang terdapat dalam aktivitas pendanaan
dan aktivitas investasi. Aktivitas operasi melibatkan 5 komponen,yaitu: penelitian dan
pengembangan, pembelian, produksi, pemasaran penjualan. Manajemen harus menentukan
baurab yang palling efisien dan efektif untuk keunggulan kompetitif perusahaan. Aktifitas
operasi perusahaan merupakan sumber utama laba perusahaan. Analisis atas angka laba dan
bagian komponennya, mencerminkan kesuksesan perusahaan dalam menjalankan aktivitas
bisnisnya secara efisien dan efektif.

2.5 Laporan Keuangan Untuk Bisnis


Karena pengetahuan orang dalam adalah sumber nilai dan distorsi dalam data
akuntansi, sulit bagi pengguna luar laporan keuangan untuk memisahkan informasi yang
sebenarnya dari distorsi dan gangguan. Karena tidak dapat membatalkan distorsi akuntansi,
investor "mendiskon" kinerja akuntansi yang dilaporkan perusahaan. Dengan demikian,
mereka membuat penilaian probabilistik sejauh mana angka-angka yang dilaporkan
perusahaan mencerminkan realitas ekonomi. Akibatnya, investor hanya dapat memiliki
penilaian yang tidak tepat dari kinerja perusahaan individu. Perantara keuangan dan informasi
dapat menambah nilai dengan meningkatkan pemahaman investor tentang kinerja perusahaan
saat ini dan prospek masa depannya.
Analisis laporan keuangan yang efektif berharga karena berusaha mendapatkan
informasi internal manajer dari data laporan keuangan publik. Karena perantara tidak memiliki
akses langsung atau lengkap ke informasi ini, mereka bergantung pada pengetahuan mereka
tentang industri perusahaan dan strategi kompetitifnya untuk menginterpretasikan laporan
keuangan. Perantara yang sukses setidaknya memiliki pemahaman yang baik tentang ekonomi
industri seperti yang dilakukan manajer perusahaan, dan pemahaman yang cukup baik tentang
strategi kompetitif perusahaan.

10
Meskipun analis luar memiliki kelemahan informasi relatif terhadap manajer
perusahaan, mereka lebih objektif dalam mengevaluasi konsekuensi ekonomi dari keputusan
investasi dan operasi perusahaan. Gambar 1-3 memberikan gambaran skematis tentang
bagaimana perantara bisnis menggunakan laporan keuangan untuk menyelesaikan empat
langkah utama: (1) analisis strategi bisnis, (2) analisis akuntansi, (3) analisis keuangan, dan (4)
analisis prospektif.

Analisis Langkah 1: Analisis Strategi Bisnis

11
Tujuan dari analisis strategi bisnis adalah untuk mengidentifikasi pendorong
keuntungan utama dan risiko bisnis, dan untuk menilai potensi keuntungan perusahaan pada
tingkat kualitatif. Analisis strategi bisnis melibatkan analisis industri perusahaan dan
strateginya untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Analisis kualitatif
ini merupakan langkah pertama yang penting karena memungkinkan analis untuk membingkai
analisis akuntansi dan keuangan berikutnya dengan lebih baik. Misalnya, mengidentifikasi
faktor-faktor kunci keberhasilan dan risiko bisnis utama memungkinkan identifikasi kebijakan
akuntansi utama. Penilaian strategi kompetitif perusahaan memfasilitasi evaluasi apakah
profitabilitas saat ini berkelanjutan. Akhirnya, analisis bisnis memungkinkan analis untuk
membuat asumsi yang tepat dalam meramalkan kinerja masa depan perusahaan.

Analisis Langkah 2: Analisis Akuntansi


Tujuan analisis akuntansi adalah untuk mengevaluasi sejauh mana akuntansi
perusahaan menangkap realitas bisnis yang mendasarinya. Dengan mengidentifikasi tempat di
mana ada fleksibilitas akuntansi, dan dengan mengevaluasi kelayakan kebijakan akuntansi dan
estimasi perusahaan, analis dapat menilai tingkat distorsi dalam nomor akuntansi perusahaan.
Langkah penting lainnya dalam analisis akuntansi adalah untuk "membatalkan" distorsi
akuntansi dengan menyusun kembali nomor akuntansi perusahaan untuk membuat data
akuntansi yang tidak bias. Analisis akuntansi suara meningkatkan keandalan kesimpulan dari
analisis keuangan, langkah selanjutnya dalam analisis laporan keuangan.

Analisis Langkah 3: Analisis Keuangan


Tujuan analisis keuangan adalah menggunakan data keuangan untuk mengevaluasi
kinerja perusahaan saat ini dan sebelumnya dan untuk menilai keberlanjutannya. Ada dua
keterampilan penting yang terkait dengan analisis keuangan. Pertama, analisis harus sistematis
dan efisien. Kedua, analisis harus memungkinkan analis untuk menggunakan data keuangan
untuk mengeksplorasi masalah bisnis. Analisis rasio dan analisis arus kas adalah dua alat
keuangan yang paling umum digunakan. Analisis rasio berfokus pada evaluasi kinerja pasar
produk dan kebijakan keuangan perusahaan; analisis arus kas berfokus pada likuiditas dan
fleksibilitas keuangan perusahaan.

Analisis Langkah 4: Analisis Prospektif

12
Analisis prospektif, yang berfokus pada peramalan masa depan perusahaan, adalah
langkah terakhir analisa bisnis. Dua teknik yang umum digunakan dalam analisis prospektif
adalah peramalan dan penilaian laporan keuangan. Kedua alat ini memungkinkan sintesis
wawasan dari analisis bisnis, analisis akuntansi, dan analisis keuangan untuk membuat prediksi
tentang masa depan suatu perusahaan.

Sementara nilai suatu perusahaan adalah fungsi dari kinerja arus kas masa depannya,
itu juga mungkin untuk menilai nilai perusahaan berdasarkan nilai ekuitas buku perusahaan
saat ini, dan laba atas ekuitas (ROE) dan pertumbuhannya di masa mendatang. Analisis strategi,
analisis akuntansi, dan analisis keuangan, tiga langkah pertama dalam kerangka kerja yang
dibahas di sini, memberikan landasan yang sangat baik untuk memperkirakan nilai intrinsik
perusahaan. Analisis strategi, selain memungkinkan akuntansi yang kuat dan analisis
keuangan, juga membantu dalam menilai potensi perubahan dalam keunggulan kompetitif
perusahaan dan implikasinya terhadap ROE dan pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.
Analisis akuntansi memberikan perkiraan yang tidak bias tentang nilai buku saat ini dan ROE.
Analisis keuangan memungkinkan Anda untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang
apa yang mendorong ROE perusahaan saat ini.
Prediksi dari analisis bisnis yang baik berguna untuk berbagai pihak dan dapat
diterapkan dalam berbagai konteks. Sifat analisis yang tepat akan bergantung pada konteksnya.
Konteks yang akan kita periksa termasuk analisis sekuritas, evaluasi kredit, merger dan
akuisisi, evaluasi kebijakan utang dan dividen, dan menilai strategi komunikasi perusahaan.
Empat langkah analitis yang dijelaskan di atas berguna dalam setiap konteks ini. Penggunaan
yang tepat dari alat-alat ini, bagaimanapun, memerlukan keakraban dengan teori ekonomi dan
faktor kelembagaan yang relevan dengan konteksnya.

2.6 Kasus
Pada Juli 1998, Hong In-Kie, Ketua dan CEO Bursa Efek Korea, sedang memikirkan cara
terbaik untuk menarik sejumlah besar modal jangka panjang ke pasar saham Korea. Tuan
Hong, lulusan Harvard Business School AMP 85, pendaki gunung yang rajin, pemimpin gereja,
dan mantan pelatih, menyadari bahwa ada adalah tantangan kaku di depan. Di puncak karier
yang sukses sebagai birokrat dan mantan presiden konglomerat besar di salah satu ekonomi
paling dinamis di dunia, ia memiliki pandangan mata burung yang unik tentang masyarakat
Korea dan ekonomi.

13
Selama 30 tahun terakhir, ekonomi Korea telah tumbuh pada 8,6 persen per tahun. Di akhir
1996, Korea Selatan menjadi ekonomi terbesar kesebelas di dunia dan anggota Organisasi
untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Digunakan untuk hosannas sebagai
pemimpin dunia di berbagai bidang seperti pembuatan kapal, konstruksi, semikonduktor, dan
mobil, Korea menemukan dirinya dalam posisi yang tidak enak karena secara praktis
menghabiskan cadangan devisanya pada November 1997, dan harus mencari bantuan dari
International Dana Moneter (IMF). Sebagai akibat dari krisis ekonomi, Indeks Harga Saham
Gabungan Korea (KOSPI) ditutup pada 376,31 pada akhir 1997, turun 42,2 persen dari indeks
penutupan 651,22 pada tahun 1996 (lihat Exhibit 1 untuk data ekonomi yang dipilih).

Mr. Hong menggambarkan situasi saat ini sebagai berikut: “Ini seperti film yang digelar setiap
hari, dan kami semua menonton dan di panggung pada saat yang sama. Peristiwa terjadi begitu
cepat bahwa berita utama dalam versi malam kertas dan versi pagi dari kertas yang sama sering
sangat berbeda. ”Mr. Hong yakin bahwa menemukan cara untuk memacu perkembangan pasar
saham adalah bagian penting dari perubahan yang diperlukan. untuk menggembalakan Korea
dari kesulitan ekonomi saat ini.

SISTEM EKONOMI KOREA

Sebelum krisis ekonomi 1997, ekonomi Korea dipandang oleh banyak orang, baik di dalam
maupun di luar negeri, sebagai kisah sukses yang dramatis. Meskipun ada banyak segi dalam
strategi ekonomi berorientasi ekspor Korea, dua fitur menonjol: sistem keuangan yang berpusat
pada bank yang membiayai pertumbuhan industri yang cepat, dan sistem chaebol yang
menciptakan perusahaan yang bersaing secara global.

Sistem Keuangan Bank-Centered

Tidak seperti AS dan ekonomi Amerika Serikat yang bergantung pada pasar saham, ekonomi
Korea sangat bergantung pada sistem perbankan untuk menyalurkan tabungan ke investasi
industri. Dalam hal ini, Korea mengikuti contoh Jerman dan Jepang dalam pengembangan
sistem keuangannya. Banyak komentator, baik di Korea maupun di luar negeri, percaya bahwa
sistem keuangan yang berpusat pada bank memfasilitasi investasi jangka panjang, sebagian
besar karena hubungan erat antara perusahaan industri dan pemodal. Karena investor pasar
saham biasanya tidak memiliki hubungan jangka panjang dengan perusahaan tempat mereka
berinvestasi, sistem pasar saham bergaya AS diduga mengarah pada "manajemen rabun."

14
Meskipun bank Korea beroperasi di sektor swasta, pemerintah nasional memiliki pengaruh
signifikan terhadap industri perbankan. Melalui kepemilikan dan penunjukan direktur bank,
pemerintah Korea dapat mempengaruhi keputusan pemberian pinjaman bank untuk
melanjutkan rencana pembangunan ekonominya. Sebagai contoh, pada tahun 1970-an
kebijakan pemerintah lebih memilih pengembangan industri berat, seperti konstruksi,
permesinan, dan pembuatan kapal. Pemerintah mendorong perusahaan untuk memperluas
bisnis di industri-industri ini dan memberikan modal yang menguntungkan terkait dengan
ekspansi tersebut melalui bank.

Grup Bisnis

Ekonomi Korea didominasi oleh organisasi multibisnis yang dikenal sebagai chaebol. Para
chaebol terbesar, seperti Samsung, Daewoo, Hyundai, LG, dan Grup SK, beroperasi di
berbagai industri seperti konstruksi, pembuatan kapal, mobil, elektronik konsumen, komputasi,
telekomunikasi, dan jasa keuangan. 30 chaebol terbesar menyumbang 51,8 persen dari total
output industri Korea pada tahun 1996. Empat besar chaebol, Hyundai, Samsung, LG, dan
Daewoo, menyumbang 31,2 persen dari total output industri Korea pada tahun 1996.

Secara historis, kebijakan pemerintah lebih menyukai pertumbuhan chaebol. Kebijakan-


kebijakan ini
termasuk pemberian izin industri, mendistribusikan pinjaman luar negeri, dan menyediakan
akses yang disukai untuk pembiayaan bank.1 Promosi chaebol dilihat oleh pemerintah Korea
sebagai cara untuk menciptakan industri domestik yang dapat bersaing di pasar global.
Memang, chaebol Korea memainkan peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi
Korea yang dipicu ekspor. Pada tahun 1996, tujuh perusahaan perdagangan besar chaebol
menyumbang 47,7 persen dari total ekspor Korea.2 Struktur organisasi chaebol
menganugerahkan beberapa keuntungan dalam tahap pertumbuhan awal ekonomi Korea
dengan memungkinkan para pengusaha mengatasi masalah produk, tenaga kerja, dan keuangan
yang kurang berkembang pasar. Pada tahap ini, banyak institusi yang mendukung fungsi pasar
maju entah hilang atau kurang berkembang di Korea.

Di pasar maju, lembaga perantara dan struktur hukum menangani potensi


informasi dan masalah insentif. Lembaga-lembaga ini memungkinkan pengusaha perorangan
untuk meningkatkan modal, bakat manajemen akses, dan mendapatkan penerimaan pelanggan,
dan mereka mengharuskan semua pihak untuk bermain dengan aturan yang sama. Pengusaha
dan investor dapat memastikan lingkungan hukum yang stabil di pasar maju untuk melindungi

15
hak milik, memberi pengusaha kepercayaan bahwa mereka akan menuai hasil dari kegiatan
kewirausahaan mereka. Dalam konteks ini ditemukan di pasar maju, kecil kemungkinan bahwa
wirausahawan akan mendapatkan keuntungan secara signifikan dengan dikaitkan dengan
entitas perusahaan besar. Oleh karena itu, biaya diversifikasi bisnis cenderung melebihi
manfaat potensial.

Di pasar yang sedang berkembang seperti Korea, sebaliknya, ada berbagai kegagalan pasar,
disebabkan oleh masalah informasi dan insentif. Sebagai contoh, pasar keuangan ditandai oleh
kurangnya pengungkapan yang memadai dan tata kelola dan kontrol perusahaan yang lemah.
Perantara seperti analis keuangan, reksa dana, bankir investasi, pemodal ventura, dan pers
keuangan tidak ada atau tidak sepenuhnya berevolusi. Akhirnya, peraturan sekuritas umumnya
lemah, dan penegakannya tidak pasti. Masalah serupa banyak terjadi di pasar produk dan pasar
tenaga kerja, sekali lagi karena tidak adanya perantara.

Ketiadaan lembaga perantara menjadikannya mahal bagi pengusaha perorangan


untuk memperoleh masukan yang diperlukan seperti keuangan, teknologi, dan bakat
manajemen. Ketidaksempurnaan pasar dan hukum juga menjadikannya mahal untuk
membangun citra merek berkualitas di pasar produk, dan untuk membangun hubungan kontrak
dengan mitra usaha patungan. Akibatnya, sebuah perusahaan sering dapat lebih
menguntungkan diupayakan sebagai bagian dari kelompok bisnis yang terdiversifikasi besar,
chaebol, yang bertindak sebagai perantara antara pengusaha perorangan dan pasar yang tidak
sempurna.

Afiliasi chaebol juga menikmati akses istimewa ke pembiayaan dari dalam negeri
bank karena koneksi mereka yang kuat dengan para bankir dan pejabat pemerintah. Selain itu,
perusahaan yang didirikan di chaebol sering memberikan jaminan silang pada pinjaman kepada
afiliasi baru, sehingga lebih mudah bagi usaha baru untuk meningkatkan pembiayaan dari
pemberi pinjaman dalam dan luar negeri.

Chaebol Korea seperti Samsung dan Daewoo juga bisa menggunakan ukuran mereka dan
ruang lingkup untuk berinvestasi dalam nama merek kelas dunia. Nama-nama merek ini
memungkinkan perusahaan baru dipromosikan oleh chaebol terkemuka ini, bahkan di bidang
yang tidak terkait, untuk mendapatkan kredibilitas instan di pasar ekspor dan dengan mitra
teknologi.
Chaebols adalah majikan yang disukai untuk mahasiswa yang lulus dari universitas bergengsi
Korea. Karena ukuran dan ruang lingkup mereka, chaebol dapat menawarkan keamanan

16
pekerjaan dalam ekonomi tanpa jaring pengaman. Selanjutnya, chaebol seperti Samsung dan
Grup SK melakukan investasi ekstensif dalam pelatihan dan pengembangan karyawan mereka,
yang pada dasarnya menciptakan "sekolah bisnis" mereka sendiri. Karena ukuran mereka,
mereka dapat mempekerjakan profesor dari sekolah bisnis terkemuka di seluruh dunia untuk
memimpin program pelatihan in-house mereka. Karena Korea tidak memiliki banyak sekolah
bisnis kelas dunia, "sekolah bisnis" chaebol berada di posisi yang unik untuk mengembangkan
bakat manajemen.

Sebagai hasil dari keuntungan di atas, chaebol diposisikan secara unik untuk meluncurkan
usaha baru dalam ekonomi Korea. Chaebols sangat bergantung pada utang dalam dan luar
negeri untuk membiayai pertumbuhan mereka yang cepat. Ketergantungan pada utang
domestik muncul sebagai akibat dari sifat sistem keuangan yang berpusat pada bank. Lebih
lanjut, dengan maksud untuk menjaga kendali bisnis Korea di tangan Korea, kebijakan
pemerintah membatasi investasi asing langsung di chaebol Korea. Sementara investor asing
dapat berinvestasi melalui pasar saham, bank dan lembaga keuangan lainnya adalah saluran
yang lebih signifikan melalui mana uang asing diinvestasikan dalam perusahaan Korea.
Salah satu karakteristik utama dari chaebol adalah kepemilikan keluarga dan persilangan. Di
1995 kepemilikan keluarga rata-rata di 30 chaebol teratas adalah 10,6 persen dan kepemilikan
rata-rata melalui kepemilikan kepemilikan lintas-silang di antara perusahaan anggota adalah
32,8 persen. Kepemilikan silang meningkatkan kendali keluarga pendiri pada kelompok bisnis
besar.4 Secara tradisional, hak suara dari investor institusi, seperti perusahaan sekuritas dan
perusahaan asuransi, dibatasi oleh hukum dan pemegang saham minoritas tidak aktif.5
Akibatnya, pendiri atau keluarga pendiri dapat secara efektif mengendalikan kelompok bisnis
dengan kepemilikan langsung yang relatif kecil, dan anggota keluarga menduduki posisi
manajemen teratas.6
Pada tahun 1996, sebelum krisis ekonomi, rasio utang terhadap ekuitas rata-rata 30 teratas
Chaebol Korea berdiri di 420 persen (lihat Exhibit 2). Sementara setiap perusahaan dalam
sebuah chaebol meminjam uang secara mandiri, para bankir sering menuntut dan menerima
jaminan silang dari perusahaan-perusahaan lain di chaebol. Karena peraturan akuntansi
keuangan Korea tidak mewajibkan pengungkapan jaminan silang ini, sulit bagi pihak luar
untuk menilai komitmen utang sebenarnya dari perusahaan Korea yang diberikan.

"Krisis IMF"

17
Krisis ekonomi Korea pada tahun 1997 adalah bagian dari krisis keuangan Asia yang lebih luas
yang dimulai pertama kali di Thailand, ketika baht melemah karena investor asing kehilangan
kepercayaan pada ekonomi Thailand. Di tengah krisis mata uang Asia, lembaga keuangan
asing, yang khawatir akan potensi tekanan keuangan bagi perusahaan Korea, mulai meminta
pinjaman mereka dengan cepat. Investor portofolio asing juga mulai menjual investasi mereka
dan memulangkan hasil penjualan karena takut depresiasi won Korea.

Aliran dana investasi portofolio asing terus berlanjut selama empat berturut-turut
bulan, dari bulan Agustus hingga November, membawa Korea hampir menghabiskan cadangan
devisanya. Pada 21 November, pemerintah Korea meminta bantuan IMF untuk menghindari
kemungkinan gagal bayar atas kewajibannya. Setelah negosiasi hiruk pikuk, IMF setuju untuk
menyediakan Korea dengan US $ 55 miliar atau lebih dalam paket bailout.
Bagan 3 menunjukkan kronologi kejadian di sekitar krisis; perubahan cepat dalam nilai won
Korea selama 1997 dan 1998 ditunjukkan dalam Exhibit 4.

Pencarian Penyebab

Banyak pengamat, baik di dalam maupun di luar Korea, terpesona oleh perubahan cepat
sentimen investor. Sayang investor dan ekonom asing sampai saat itu, Korea
menemukan dirinya di tengah krisis ekonomi yang mengancam untuk menghapus buahnya
kerja keras seluruh generasi. Sebagai rasa kesuraman menyelimuti negara, perdebatan sengit
terpusat pada pencarian akar penyebab krisis.

Sambungan dari sistem perbankan dan chaebol, yang dulu dipandang sebagai sarana untuk
pertumbuhan ekonomi yang cepat, berada di bawah serangan yang meningkat. Pembuat
kebijakan yang berpengaruh, termasuk yang di IMF, percaya bahwa chaebol, dengan koneksi
dekat mereka dengan politisi dan pejabat pemerintah, bisa mendapatkan pinjaman tanpa
banyak perlawanan dari bank. Akibatnya, model "pembiayaan hubungan" yang dibanggakan,
yang dimaksudkan untuk memfasilitasi investasi jangka panjang, sekarang dipandang lebih
sebagai memfasilitasi "kapitalisme kroni." Sebuah konsensus mulai muncul bahwa, dengan
akses mudah ke pembiayaan, kurangnya pengawasan oleh bank-bank. , dan penekanan
pemerintah pada penciptaan lapangan kerja, chaebol terfokus secara berlebihan pada
pertumbuhan dan ekspansi dan mengabaikan profitabilitas.
Pada 19 Desember 1997, di tengah krisis ekonomi yang serius, Kim Dae-Jung
memenangkan pemilihan sebagai presiden Korea Selatan. Segera setelah memasuki kantor,
Presiden Kim mencatat bahwa kelompok-kelompok bisnis besar, bersama dengan pejabat

18
pemerintah yang berkuasa di masa lalu, harus bertanggung jawab karena telah membawa
ekonomi hampir runtuh. Dia memproklamirkan bahwa itu adalah persekongkolan antara
pemerintah dan bisnis, kontrol keuangan pemerintah, dan korupsi yang meluas yang telah
menghancurkan ekonomi. Kim berkata, "Kecuali chaebol melaksanakan reformasi, mereka
akan menghadapi penarikan hutang yang ada atau penangguhan kredit baru. Hanya perusahaan
yang menguntungkan dan perusahaan pengekspor yang akan dianggap sebagai perusahaan
'patriotik' yang memenuhi syarat untuk dukungan pemerintah. ”

Program IMF

Sebagai syarat untuk pinjaman bailout IMF, negara-negara penerima harus mematuhi program
ekonomi yang ditentukan oleh IMF. Michel Camdessus, direktur pelaksana IMF, menyatakan:
"Program ini terdiri dari kebijakan fiskal dan moneter yang diperkuat, reformasi keuangan
jangka panjang dan liberalisasi perdagangan dan arus modal lebih lanjut, serta perbaikan dalam
struktur dan tata kelola perusahaan Korea." Program IMF karena Korea sangat dipengaruhi
oleh kesimpulan bahwa sudah waktunya bagi Korea untuk merestrukturisasi sektor keuangan
dan industrinya secara signifikan (lihat Bagan 5 untuk perincian program reformasi ekonomi
yang didukung IMF).

Beberapa orang Korea positif tentang program IMF karena mereka merasa itu bisa
berfungsi sebagai peluang untuk mempertajam daya saing internasional Korea, meskipun itu
harus dilakukan oleh kekuatan orang luar. Namun demikian, ada pihak-pihak lain yang
menyatakan keprihatinan bahwa perubahan cepat yang diusulkan di bawah program itu tidak
hanya tidak realistis tetapi dapat menyebabkan PHK signifikan dan ketidakstabilan sosial.
Bahkan, referensi umum untuk krisis ekonomi sebagai "krisis IMF" mencerminkan
ambivalensi dalam reaksi Korea terhadap kedua penyebab dan perbaikan yang diperdebatkan.

RESTRUKTURISASI EKONOMI

Untuk melaksanakan program IMF dan untuk memulihkan kepercayaan internasional di Korea,
the
pemerintahan Presiden Kim Dae-Jung yang baru terpilih mulai mengejar reformasi sektor
keuangan yang agresif dan restrukturisasi total chaebol. Untuk tujuan ini, Komisi Pengawas
Keuangan (FSC) didirikan pada tanggal 1 April 1998, di bawah yurisdiksi Perdana Menteri
untuk mengawasi semua lembaga keuangan termasuk bank, perusahaan sekuritas, dan
perusahaan asuransi. Proses restrukturisasi industri keuangan dan sektor korporasi
diadministrasikan oleh FSC. FSC mengejar strategi restrukturisasi berurutan, dimulai dengan

19
bank dan mempercepat restrukturisasi sektor korporasi
melalui reformasi bank.

Restrukturisasi Bank

FSC meminta dua belas bank yang kurang dari rasio kecukupan modal 8 persen (per Desember
1997) yang ditetapkan oleh Bank for International Settlement (BIS) untuk menyerahkan
rencana rehabilitasi. Komite penilaian bank dan perusahaan akuntansi menilai ukuran kredit
macet melalui tinjauan uji tuntas aset dan membuat provisi dan penghapusan penuh
berdasarkan ukuran sebenarnya dari kredit macet. Berdasarkan ulasan ini, FSC secara
kondisional menyetujui bailout tujuh bank dan memerintahkan penutupan lima bank nonviable.
Bank yang disetujui secara kondisional diminta untuk menyerahkan rencana implementasi
yang termasuk perubahan dalam manajemen, pengurangan biaya, dan rencana rekapitalisasi
seperti merger, usaha patungan, atau masalah hak.
Kelima bank yang diklasifikasikan sebagai nonviable harus diakuisisi oleh sehat
bank. Untuk melindungi bank-bank yang memperoleh pinjaman bermasalah yang dipenuhi
masalah, beberapa tindakan diambil: hanya aset yang baik akan dijual dengan opsi put enam
bulan; pemerintah akan menyuntikkan modal segar untuk meningkatkan kecukupan modal
bank yang mengakuisisi ke tingkat pra-akuisisi; aset buruk bank yang mengakuisisi akan dibeli
oleh Korea Asset Management Corporation, didanai oleh sumber daya publik; dan jaminan
deposito akan dihormati sampai selesainya semua restrukturisasi untuk mencegah bank
berjalan.

Salah satu contoh restrukturisasi bank adalah merger antara Bank Umum Korea dan Bank
Hanil. Pada 31 Juli 1998, mengikuti pedoman FSC, kedua bank mengumumkan merger satu-
ke-satu. Bank yang baru bergabung mengusulkan agar agar berhasil, tindakan berikut akan
diambil: (1) sistem manajemen yang dapat dipertanggungjawabkan melalui peningkatan
manajemen yang drastis; (2) resolusi awal kredit macet melalui injeksi dari sumber daya
publik; dan (3) suntikan modal dari investor internasional.10
Masalah utama dalam normalisasi sektor keuangan Korea adalah mengembangkan rencana
untuk menghapus kredit macet. Pada akhir Maret 1998, pinjaman macet dari PT
lembaga keuangan diperkirakan sekitar 120 triliun won, yaitu sekitar 23,3
persen dari seluruh portofolio kredit lembaga keuangan Korea. Pemerintah Korea
memperkirakan bahwa total nilai pasar dari kredit macet akan sama dengan 50
persen dari nilai buku mereka. Kerugian yang terealisasi yang ditanggung oleh lembaga

20
keuangan adalah
oleh karena itu diperkirakan sekitar 60 triliun won.

Untuk membiayai kerugian ini, pemerintah Korea berencana untuk menaikkan 50 triliun won
melalui obligasi pemerintah. Dari jumlah ini, 41 triliun won akan digunakan untuk membeli
kredit macet dan untuk rekapitalisasi lembaga keuangan yang terkena dampak; sembilan trilyun
won sisanya akan disediakan untuk permintaan baru yang potensial untuk meningkatkan
perlindungan simpanan. Pemerintah mengharapkan lembaga keuangan untuk menerbitkan
ekuitas baru senilai dua puluh triliun won, yang menyumbang sebanyak sepertiga dari total
kapitalisasi saat ini di pasar saham Korea.

Restrukturisasi Perusahaan

Dalam jangka pendek, fokus pemerintah Korea sehubungan dengan restrukturisasi perusahaan
adalah untuk menutup perusahaan yang tidak dapat bertahan hidup, dan untuk memperbaiki
kondisi keuangan yang lain. Dalam jangka panjang, tujuannya adalah untuk meningkatkan
manajemen dan tata kelola sektor korporasi secara umum, dan para chaebol pada khususnya.
Untuk mencapai tujuan ini, FSC menggambarkan lima prinsip restrukturisasi perusahaan: (1)
memperbaiki struktur keuangan, (2) menghilangkan praktik saling jaminan pinjaman di antara
perusahaan afiliasi, (3) berfokus pada sektor bisnis “inti”, (4) ) meningkatkan transparansi, dan
(5) meningkatkan tata kelola perusahaan (misalnya, meningkatkan pemegang saham utama dan
akuntabilitas manajemen).

Untuk mengarahkan proses restrukturisasi, FSC mengklasifikasikan semua perusahaan Korea


menjadi tiga kategori. Perusahaan yang tergolong "layak" akan menerima dukungan penuh dari
lembaga keuangan; mereka yang diklasifikasikan sebagai "subjek untuk keluar" akan dijual
atau
ditutup tepat waktu; dan mereka yang diklasifikasikan sebagai "subjek restrukturisasi" akan
mendapat manfaat dari dukungan proaktif terhadap restrukturisasi dari lembaga keuangan.
Pada Juni 1998, 55 perusahaan, yang mewakili 17 persen dari jumlah perusahaan yang tunduk
pada penilaian, digolongkan sebagai nonviable dan diperintahkan untuk keluar. Dari 55
perusahaan ini, dua puluh adalah perusahaan afiliasi dari lima besar chaebol (Hyundai,
Samsung, LG, Daewoo, dan SK), dan 32 adalah afiliasi dari 6 hingga 64 kelompok bisnis.

Salah satu pejabat senior di FSC menyatakan: "Untuk mengurangi ketergantungan yang
berlebihan pada pembiayaan utang, pemerintah menetapkan target untuk mengurangi rasio
utang terhadap ekuitas (D / E) perusahaan Korea dari tingkat saat ini sekitar 500 persen ke

21
tingkat 200 persen pada akhir tahun 1999. Untuk memenuhi persyaratan ini, perusahaan Korea
harus meningkatkan lebih banyak ekuitas atau menjual sebagian aset mereka. ”

Chaebol Korea diarahkan oleh FSC untuk merumuskan rencana restrukturisasi dengan
pandangan untuk mengidentifikasi bisnis inti di mana mereka akan fokus, dan untuk menutup
atau melepaskan sisanya. Untuk meningkatkan transparansi dan tata kelola perusahaan secara
individu dalam a chaebol, pedoman baru membatasi peran kantor pusat perusahaan, dan
melarang jaminan silang. Lima chaebol teratas dibujuk ke dalam apa yang disebut "Big Deal"
swap unit bisnis untuk meningkatkan daya saing nasional dengan memotong beberapa
kompetisi domestik. Untuk mempercepat laju restrukturisasi perusahaan, pemerintah
menyerahkan artikel legislatif, seperti memungkinkan manfaat pajak untuk restrukturisasi,
menyederhanakan proses merger dan akuisisi, dan memungkinkan spin-off perusahaan /
mengukir, ke sesi mendatang Majelis Nasional

Menarik Modal Asing

Menyadari pentingnya modal asing untuk keberhasilan restrukturisasi bank dan chaebol Korea,
Presiden Kim Dae-Jung menyatakan niatnya untuk membuat Korea Selatan menjadi surga bagi
investor asing. Investor asing sangat penting dalam beberapa cara. Pertama, karena semua
perusahaan besar Korea mencari untuk menjual aset dan meningkatkan modal baru, satu-
satunya pembeli yang layak adalah investor asing. Kedua, investor asing membawa praktik
manajemen dan tata kelola kelas dunia ke Korea.
Untuk menarik modal asing, pemerintah mengajukan beberapa kebijakan baru. Di bawah
kebijakan baru, perusahaan asing diizinkan untuk bebas membentuk reksadana di Korea. Pada
saat yang sama, pembatasan terhadap investor asing juga berkurang. Sebelumnya, investor
asing membutuhkan persetujuan dewan direksi dari sebuah perusahaan untuk membeli lebih
dari sepuluh persen dari sahamnya yang beredar. Pada 25 Mei 1998, di bawah aturan baru,
batas sepuluh persen dihapus sepenuhnya. Pemerintah juga memberikan hak istimewa kepada
perusahaan domestik yang menarik investasi asing atau menjual aset mereka kepada orang
asing.

Sementara langkah-langkah ini agak efektif dalam meningkatkan minat investor asing
di Korea, beberapa rintangan tetap ada. Penawaran untuk investasi langsung asing tidak dapat
disempurnakan karena perselisihan yang meluas dalam perkiraan penilaian penjual Korea dan
pembeli asing. Kesulitan penilaian ini diperparah oleh buruknya kualitas informasi akuntansi.
Lebih lanjut, pembeli asing tidak yakin tentang kemudahan yang mereka dapat mem-PHK

22
karyawan. Meskipun kesepakatan baru antara pemerintah, industri, dan serikat pekerja untuk
bekerja sama dalam proses restrukturisasi, kemungkinan meluasnya pemecatan, terutama oleh
pemilik asing, dapat diterima dengan permusuhan.

Sentimen populer terhadap investasi langsung asing juga ambigu. Di atas


satu sisi, pemerintah Korea melakukan proses mendidik orang Korea yang menarik investor
internasional sangat penting untuk membangun kembali ekonomi. Di sisi lain, ada perasaan
populer terhadap investasi asing, sebagian karena 40 tahun pemerintahan Jepang di negara itu
yang berakhir pada 1945. Akibatnya, sementara banyak waralaba Amerika seperti McDonald's
dan KFC telah makmur di Korea, simbolis sikap menentang investasi asing berlimpah. Ketika
Microsoft mencoba membeli perusahaan perangkat lunak pengolah kata Korea dalam kesulitan
keuangan, ada kampanye penggalangan dana untuk menyelamatkan perusahaan dan
menyimpannya di tangan Korea. Meskipun jumlah investasi asing yang terlibat dalam
kesepakatan ini hanya sekitar AS $ 20 juta, itu adalah simbol.
Investor asing juga waspada terhadap risiko yang terlibat dalam berinvestasi di perusahaan
Korea melalui pasar saham. Bahkan di pasar modal yang maju, investasi dalam saham
melibatkan pengambilan risiko tambahan relatif terhadap investasi dalam obligasi atau
deposito bank. Tidak seperti pemegang utang, pemegang saham tidak dijanjikan imbalan tetap.
Akhirnya, ketika orang dalam memiliki saham pengendali, mereka dapat mengambil tindakan
yang berpotensi membahayakan pemegang saham minoritas. Di pasar maju, potensi risiko yang
dihadapi oleh pemegang saham publik dikurangi melalui berbagai mekanisme seperti
pelaporan keuangan yang kredibel, undang-undang perlindungan pemegang saham minoritas,
ancaman pengambilalihan yang bermusuhan, pengawasan oleh komunitas analis yang agresif,
dan pengawasan manajemen oleh independen jajaran direktur.
Di Korea pada awal 1998, banyak dari mekanisme kelembagaan yang melindungi pemegang
saham dan mengurangi risikonya tidak ada, tidak berkembang, atau tidak ditegakkan dengan
baik. Sehubungan dengan standar internasional, aturan akuntansi dan peraturan pengungkapan
yang longgar; ada keyakinan luas bahwa auditor eksternal tidak mau atau tidak mampu
menjalankan independensi; jarang sekali pemegang saham menuntut manajer atau auditor
perusahaan dengan sukses; papan dilihat sebagai terlalu dekat dengan manajer perusahaan;
tidak ada ancaman efektif dari pengambilalihan yang tidak bersahabat atau pertarungan proksi
untuk menggantikan manajemen perusahaan; dan analis keuangan sendiri sering bekerja untuk
rumah pialang yang dimiliki oleh chaebol besar. Hasil bersih dari kekosongan institusional ini

23
adalah persepsi di kalangan investor, baik domestik maupun asing, bahwa investasi dalam
saham Korea sangat berisiko.

MENGEMBANGKAN PASAR MODAL

Sebagai Ketua dan CEO Bursa Efek Korea, Hong In-Kie berkomitmen untuk
memimpin pengembangan pasar modal Korea ke tingkat kelas dunia yang sesungguhnya. Dia
percaya bahwa kemakmuran jangka panjang Korea tergantung secara kritis pada keberhasilan
inisiatif ini.
Secara tradisional, pasar saham memainkan peran yang relatif kecil dalam keuangan Korea
sistem. Dorongan signifikan pertama ke pasar saham Korea terjadi pada tahun 1976 ketika
Securities and Exchange Law mengalami revisi ekstensif. Tujuan utama dari amandemen ini
adalah untuk memastikan pengawasan yang lebih efektif terhadap industri sekuritas dan untuk
memperkuat perlindungan investor.

Sepanjang paruh kedua tahun 1970-an, pasar sekuritas Korea mengalami


derasnya penawaran umum yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jumlah perusahaan
terdaftar, yang berdiri hanya 66 pada tahun 1972, melonjak menjadi 356 pada akhir tahun 1978.
Pada akhir tahun 1997, jumlah perusahaan yang terdaftar adalah 776. Selama periode 1972-
1997, nilai perdagangan terdaftar saham melonjak lebih dari dua ribu lipat dari 71 miliar won
menjadi 162,3 triliun won dan total kapitalisasi pasar meningkat dari 246 miliar won menjadi
71 triliun won (lihat Exhibit 6 dan Exhibit 7).
Meskipun jumlah absolut dari nilai perdagangan saham dan kapitalisasi pasar telah meningkat
dari waktu ke waktu, relatif besarnya kapitalisasi pasar terhadap PDB menurun dalam beberapa
tahun terakhir. Pada tahun 1994 dan 1995, rasio nilai pasar terhadap PDB lebih besar dari 40
persen, tetapi menurun hingga 30 persen pada tahun 1996 dan menjadi 17 persen pada tahun
1997 (lihat Exhibit 8). Pentingnya ekuitas sebagai sumber pembiayaan juga menurun selama
dekade terakhir: Proporsi pembiayaan dari pasar saham relatif terhadap semua sumber
pembiayaan eksternal menurun dari 23 persen pada tahun 1989 menjadi 7,87 persen pada tahun
1997 (lihat Exhibit 9 dan Exhibit 10) .
Indeks komposit KOSPI (100 pada 4 Januari 1980) naik dari 532 pada 1 Januari,
1988, menjadi 1007 pada tanggal 1 April 1989. Banyak investor kecil menghitung keuntungan
modal lebih dari 100 persen dalam waktu kurang dari setahun. Namun, kenaikan 1988-89 di
Bursa Efek Korea tidak berkelanjutan. Indeks komposit sejak itu menukik dan naik seperti
roller coaster. Pada 21 Agustus 1992, indeks komposit mencapai titik terendah pada 460.

24
Banyak investor kecil menjadi sangat kecewa dengan pasar saham pada tahun 1992,
menyalahkan pemerintah atas kerugian mereka. Memang, untuk alasan politik pemerintah
telah berulang kali campur tangan untuk menopang harga saham dengan menanamkan arus kas
masuk yang besar dari berbagai dana stabilisasi. Hampir tidak ada yang mendekati pasar dari
perspektif jangka panjang berfokus pada kesehatan keuangan fundamental perusahaan,
manajerial
ketajaman, atau kinerja dividen.

Perkembangan Terkini

Setelah Mr. Hong menjadi CEO bursa pada tahun 1993, ia memulai beberapa upaya untuk
memodernkannya. Pada tahun 1996, bursa efek pindah ke gedung pencakar langit baru dengan
lantai perdagangan yang sepenuhnya terkomputerisasi dan sistem pengawasan komputerisasi
yang ketat untuk memantau aktivitas perdagangan. Di bawah kepemimpinan Mr. Hong, Bursa
Efek Korea memperkenalkan produk turunan untuk pertama kalinya — indeks KOSPI 200
kontrak berjangka pada bulan Mei 1996, dan KOSPI 200 kontrak opsi indeks saham pada bulan
Juli 1997. Sementara Mr. Hong bangga dengan inovasi ini, dan investasi dalam meningkatkan
infrastruktur fisik pertukaran, ia menyadari bahwa pertukaran tidak akan menjadi benar-benar
kelas dunia tanpa dukungan yang lebih signifikan dari infrastruktur kelembagaan. Mr Hong
mencatat dengan kepuasan beberapa perkembangan terakhir ke arah ini.

Menyadari fakta bahwa kurangnya transparansi adalah salah satu kelemahan yang
berkontribusi pada krisis saat ini, pemerintah Korea mengusulkan perubahan besar dalam
aturan akuntansi. Peraturan baru mengharuskan 30 konglomerat terbesar untuk bersiap laporan
keuangan bersertifikat yang akan mencakup semua perusahaan terafiliasi secara gabungan
dimulai pada tahun fiskal 1999. Tujuan dari persyaratan ini adalah untuk meningkatkan
transparansi konglomerat besar. Ada juga langkah untuk membuat perubahan mendasar dalam
Prinsip-Prinsip Akuntansi yang Umumnya diterima Korea dengan mengadopsi Standar
Akuntansi Internasional yang lebih ketat.

Ada juga perubahan dalam proses di mana standar akuntansi ditetapkan. Sebelumnya, Korea
Securities and Exchange Commissions (KSEC) digunakan untuk menetapkan standar
akuntansi. Ketika standar akuntansi baru diusulkan, KSEC akan membentuk dewan sementara
untuk meninjau kembali standar itu. Anggota dewan termasuk auditor, profesor akuntansi, dan
pejabat pemerintah. Mulai bulan April 1998, KSEC menjadi bagian dari Dewan Pengawas
Keuangan, dan FSC mengambil alih pengawasan pengaturan standar akuntansi.

25
Untuk meningkatkan hak-hak pemegang saham, pemerintah Korea mengambil sejumlah
langkah. Untuk
Misalnya, pada bulan April 1998, untuk meningkatkan hak pemegang saham minoritas,
persyaratan saat ini dari kepemilikan 1 persen untuk mengajukan tuntutan terhadap manajemen
dikurangi menjadi 0,05 persen; persyaratan kepemilikan 1 persen untuk meminta pemecatan
direktur atau auditor atas tindakan ilegal direlaksasi menjadi 0,5 persen; kepemilikan saham
minimum yang diperlukan untuk memeriksa buku perusahaan berkurang dari 3 persen menjadi
1 persen. Peraturan baru juga berusaha untuk meringankan pembatasan yang sebelumnya telah
membuat pengambil-alihan perusahaan Korea dengan sangat sulit. Sebelumnya, sebuah
perusahaan atau individu tidak dapat memperoleh lebih dari 25 persen dari saham yang beredar
dari perusahaan lain kecuali tawaran tender terbuka untuk membeli lebih dari 50 persen dari
saham yang beredar dibuat. Namun, pada Februari 1998, ketentuan ini dihapus. Juga,
pembatasan hak voting investor institusional dihilangkan.
Pemegang saham publik juga menjadi lebih vokal dalam menuntut akuntabilitas manajemen.
Pada Mei 1998, untuk pertama kalinya, pemegang saham asing mulai memiliki suara dalam
manajemen perusahaan Korea. Manajemen Hedge fund Tiger yang berbasis di New York,
dengan koalisi dana asing lainnya, melakukan pemberontakan yang sukses di SK Telecom,
operator telepon seluler terkemuka di negara itu. Para pemegang saham luar ini memaksa
perusahaan telepon untuk menghentikan subsidi perusahaan-perusahaan kembarnya di Grup
SK. SK Telecom, misalnya, mendukung pinjaman $ 50 juta kepada SK Securities saudaranya,
yang baru-baru ini mengalami kerugian besar dalam perdagangan derivatif. Untuk berjaga-jaga
terhadap manuver seperti itu di masa depan, pemegang saham minoritas menuntut — dan
mendapatkan — tiga direktur luar di dewan SK Telecom dan auditor independen.

Akuntabilitas manajemen juga diperjuangkan oleh organisasi nonpemerintah seperti


Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi Partisipatif (PSPD). Organisasi ini didirikan pada
September 1994, dan dipimpin oleh Profesor Chang Ha-sung di Korea University. Pada bulan
Juli 1998, PSPD berhasil memenangkan penilaian hukum terhadap manajemen Korea First
Bank karena tidak melaksanakan uji tuntas dalam pemberian pinjaman kepada perusahaan yang
gagal, Hanbo Steel. Perintah pengadilan mengharuskan empat mantan manajer utama Korea
First Bank untuk membayar sekitar US $ 30 juta dengan kekayaan pribadi mereka ke bank
(bukan kepada penggugat) untuk menebus kerugian yang disebabkan oleh kelalaian mereka.
Pers Korea memuji itu sebagai kasus pertama di mana penggugat menang dalam gugatan
terhadap manajemen berdasarkan kegagalan untuk melakukan due diligence.

26
Tantangan Masa Depan

Tuan Hong yakin bahwa banyak kemajuan telah dibuat dalam beberapa bulan terakhir. Ada
bukti bahwa investor asing mulai kembali. Korea juga memenangkan pujian dari IMF karena
mengikuti dengan ketat resepnya. Namun, ia juga sadar bahwa masih banyak yang harus
dilakukan.
Meskipun peraturan akuntansi baru bertujuan untuk meningkatkan kualitas informasi yang
tersedia bagi investor untuk memantau manajer perusahaan, ada banyak skeptisisme tentang
aturan yang telah diamanatkan. Editor dari surat kabar utama Korea berkomentar, “Tidak apa-
apa bagi pemerintah dan investor internasional untuk menuntut transparansi. Akan tetapi,
penting untuk disadari bahwa berbagai segi masyarakat Korea saling terkait erat — pemerintah,
bisnis, dan bank. Seluruh sistem harus dibuat transparan, bukan hanya bagian dari itu. ”

Mr Hong juga mencatat bahwa tanpa audit yang efektif, laporan keuangan tidak mungkin
untuk dilihat oleh investor sebagai dapat diandalkan. Salah satu mitra senior di kantor akuntan
Big Five di Amerika Serikat menggemakan sentimen ini: “Investor asing tahu bahwa kualitas
audit di Korea dicurigai; mereka tidak akan puas kecuali laporan keuangan perusahaan Korea
mereka ditandatangani oleh perusahaan akuntan internasional ternama. ”

Kemenangan pemegang saham minoritas baru-baru ini mewakili datangnya perubahan besar
di pasar keuangan Korea. Namun, perkembangan ini dipandang dengan perasaan campur aduk
oleh beberapa pengamat. Mengingat kurangnya kecanggihan warga negara Korea tentang pasar
keuangan, ada kekhawatiran bahwa hak-hak pemegang saham minoritas akan didorong ke
depan tanpa perhatian yang memadai yang dibayarkan kepada tanggung jawab pemegang
saham minoritas.
Akankah prospek tuntutan hukum pemegang saham dan keputusan manajemen tebakan oleh
pengadilan menghambat proses restrukturisasi? Ada juga perdebatan di Korea dan pasar negara
berkembang lainnya tentang kecepatan pembukaan pasar modal bagi investor asing, mengingat
pengalaman beberapa bulan terakhir. Salah satu perhatian utama adalah ketidakstabilan pasar
saham karena uang panas spekulatif. Ada kekhawatiran bahwa arus keluar yang cepat akan
secara signifikan merusak tidak hanya pasar saham tetapi juga nilai tukar mata uang asing.
Untuk mencegah hal ini, banyak negara berkembang memberlakukan peraturan tentang
investasi asing dan campur tangan dalam pasar saham mereka.

Mr Hong percaya bahwa liberalisasi penuh pasar saham adalah solusi mendasar. Dia
menyatakan, “Peraturan pemerintah, seperti dalam kasus Malaysia, atau intervensi pemerintah

27
di pasar saham, seperti dalam kasus Hong Kong, tidak menjamin perkembangan jangka
panjang dari pasar saham. Sementara di seluruh dunia PKO akronim mungkin berdiri untuk
Operasi Penjagaan Perdamaian, istilah yang sama di pasar sekuritas Asia dikenal sebagai
Operasi Penjagaan Harga, istilah yang merendahkan untuk intervensi oleh pemerintah. Karena
filosofi yang mendasari pemerintah didasarkan pada demokrasi dan ekonomi pasar, para pelaku
pasar saham tidak boleh bergantung pada pemerintah untuk menerapkan tindakan-tindakan
penguat pasar buatan. Dalam jangka pendek, pasar saham mungkin mengalami kesulitan dalam
mematahkan keputusasaan, tetapi karena pasar menemukan dirinya bebas dari segala bentuk
intervensi, pasar akan tumbuh menjadi pasar yang lebih mandiri, transparan, dapat diprediksi,
dapat dipertanggungjawabkan, dan mandiri. . Korea mengikuti dengan ketat resep IMF menuju
pasar yang sepenuhnya terbuka. Semakin awal kita bisa sampai ke pasar terbuka, semakin baik.
”Namun, ia bertanya-tanya apakah Korea memiliki infrastruktur kelembagaan yang diperlukan
untuk mendukung buka pasar saham.

Saat dia merenungkan masalah ini, Tuan Hong tahu bahwa taruhannya tinggi. Seorang editor
senior dari salah satu surat kabar terkemuka Korea menyimpulkan situasinya: “Presiden yang
baru terpilih meminta satu tahun untuk menyelesaikan masalah. Sudah enam bulan. Jika
keadaan tidak membaik, orang Korea mungkin tidak akan bersabar lebih lama. ”Karena upaya
yang dilakukan oleh pemerintah dan bisnis, ada tanda peningkatan investasi asing di saham
Korea (lihat Exhibit 11). Namun, level tersebut belum memenuhi harapan Mr. Hong. Mr Hong
bertanya-tanya yang mana dari beberapa kemungkinan arah pasar saham Korea harus mengejar
untuk menarik investasi asing.

PERTANYAAN
1. Apa manfaat dan kerugian suatu saham versus sistem bank pembiayaan?

2. Untuk mencegah masalah kredit macet lainnya di masa depan, perubahan apa yang harus
dilakukan di bank-bank Korea Selatan?

3. Apakah ide yang bagus untuk Korea Selatan lebih mengandalkan pasar saham sebagai
sumber keuangan perusahaan? Apakah itu ide yang bagus dari perspektif chaebol?

4. Menurut Anda, berapa lama waktu yang dibutuhkan Korea Selatan untuk mengembangkan
pasar saham yang dinamis? Apa saja hambatannya? Apakah perubahan dianggap cukup untuk
pengembangan pasar saham yang dinamis? Langkah-langkah lain apa yang akan Anda
rekomendasikan?

28
29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analisis keuangan sangat penting untuk diterapkan dalam sistem suatu perusahaan.
Karena dengan menggunakan analisis keuangan ini perusahaan dapat mengetahui keuntungan
dan kerugian yang dicapai perusahaan dalam suatu periode.
Seorang analis dalam melakukan analisis keuangan harus melakukan beberapa langkah,
yaitu:
1. Menentukan tujuan dari analisis keuangan.
2. Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan keuangan.
3. Memahami kondisi ekonomi dan bisnis yang mempengaruhi usaha perusahaan
tersebut.

3.2 Saran
Saran saya sebuah perusahaan harus menggunakan Analisis Laporan Keuangan dalam
sistem operasional perusahaannya,dan juga perusahaan tersebut harus memilih seorang analis
yang mampu untuk menganalisis data perusahaan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Wild, John J., K. R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey. 2008. Analisis Laporan Keuangan,
Buku Satu, Edisi Kedelapan. Diterjemahkan oleh Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyu
Harahap. Jakarta: Salemba Empat.
Subramanyam, K.R dan Wild, J.J. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Sebelas. Salemba
Empat: Jakarta.

https://www.e-akuntansi.com/2016/01/jenis-jenis-analisis-bisnis.html
http://xerma.blogspot.com/2014/01/jenis-jenis-utama-analisis-bisnis.html
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-analisis-bisnis.html

31

Anda mungkin juga menyukai