PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
c. Tujuan penulisan
b. Apa strategi yang digunakan PT Indofood tbk sehingga mampu bertahan serta
unggul dalam bersaing hingga saat ini.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH
Usaha Awal
Perkembangan Perusahaan
PT. Indofood Sukses Grup yang bergerak dibidang mie instan merupakan
pelopor dalam industri makanan olahan di Indonesia. Saat ini perusahaan menjadi
2
perusahaan pengolahan mie terdepan dan memegang market leader pada masing-
masing brand yang dimilikinya. Hal ini terbukti dengan adanya penelitian dari
Studi MARS Indonesia yang dilansir pada tahun 2016 tentang Profil Konsumsi
Produk Makanan mengungkapkan bahwa sebanyak 92,4 masyarakat di Indonesia
dari survei yang dilakukan di 7 kota besar di Indonesia merupakan konsumen mie
instan. Mie Instan dapat disebut makanan instan favorit di Indonesia karena
harganya murah, membuatnya mudah dan praktis, awet, atau rasanya pun enak.
Hasilnya, mie instan pun menjadi makanan pengganti nasi yang sangat digemari
baik di rumah tangga, anak kos, bahkan di kalangan pekerja kantor. Hal ini dapat
dilihat dari :
Salah satukota dengan tingkat konsumsi mie instan terbesar, yaitu Kota
Semarang sebesar 97%.
Posisinya diikuti oleh Makassar (95,2%) dan Bandung (94,2%).
Jika dilihat dari usia konsumen, tingkat konsumsi mie instan terbesar
adalah kalangan remaja berusia 15-24 tahun, yaitu sebesar 95,6%.
Di rentang usia 25-34 tahun sebesar 93,9% dan usia 35-55 tahun sebanyak
90,5%.
Visi
Misi
Tujuan
3
Kami menghargai seluruh pemangku kepentingan dan secara bersama –
sama membangun kesatuan untuk mencapai keunggulan dan inovasi
yang berkelanjutan.
C. STRATEGY MANAJEMEN
1. Distribusi
Indofood's Distribusi Group memiliki jaringan distribusi yang paling luas
di Indonesia, menembus hampir ke setiap sudut nusantara. Selain produk-produk
Indofood sendiri, Indofood juga mendistribusikan produk-produk ke pihak ketiga.
Jumlah poin saham telah diperluas secara agresif sejak tahun 2005, memberikan
penetrasi yang lebih luas dan lebih efisien melalui rantai pasokan dan pengiriman.
Stock poin berlokasi di daerah-daerah dengan kepadatan tinggi gerai ritel,
termasuk pasar tradisional, memungkinkan masing-masing titik saham untuk
melayani wilayah geografis dekat ditetapkan dalam waktu sesingkat mungkin.
Pada saat ini Divisi Noodle, PT ISM memiliki lebih dari 1500 karyawan
yaitu sekitar 70% merupakan pegawai pabrik dan 30% adalah staaf manajemen.
4
Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh karyawan bervariasi mulai dari SD sampai
dengan Strata Satu.Dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan komitmen
perusahaan terhadap kepercayaan pelanggan, maka perusahaan berusaha untuk
meningkatkan mutu dan inovasi tenaga kerja melalui pelatihan. Pelatihan yang
dilakukan perusahaan terdiri dari tiga kategori, yaitu pelatihan dasar, pelatihan
teknis fungsional, dan pelatihan manajerial.
Dalam penerimaan pegawai, Divisi Noodle, PT. ISM, Tbk menerapkan dua
sistem. Pertama adalah sistem internal, apabila perusahaan membutuhkan suatu
jabatan tertentu, maka akan ditinjau dulu pegawai yang telah ada dan berpotensi
untuk promosi jabatan. Kedua adalah sistem eksternal, dimana HRD akan
merekrut SDM dari luar yang bermutu dengan spesifikasi pekerjaan yang
dibutuhkan melalui kantor Departemen Tenaga Kerja, iklan, Biro Konsultasi, atau
dengan pemasangan pengumuman di lingkungan perusahaan.
1). PRODUCT
5
Produk
Noodles Indomie, Supermie, Sarimi, Sakura, Pop Mie, Pop Bihun,
Mie Telur Cap 3 Ayam
Dairy (Susu) Indomilk, Cap Enak, Tiga Sapi, Kremer, Milkuat, Orchid
Butter, Indoeskrim
Snack Foods Chitato, Chiki, Qtela, Jetz, Cheetos, Lays, Trenz, Dueto,
Wonderland Biskuit
Food Seasonings (Bumbu-bumbu Indofood Bumbu Racik, Indofood Freiss, Sambal
Makanan) Indofood, Kecap Indofood, Kecap Piring Lombok, Maggi,
Bumbu Spesial Indofood
Nutrition and Special Food Promina, Sun, Govit, Provita
Beverages (Minuman) Ichi Ocha, Cafèla Latte, Club, Tekita, Fruitamin, Pepsi,
Mirinda, 7Up, Tropicana Twister
2). PRICE
Indomie selain dapat dibeli perbungkus, dapat juga dibeli dengan paket 5 bungkus
atau paket 1 kardus berisi 30 atau 40 indomie. Harga Indomie juga sangat murah
dan terjangkau bagi semua kalangan masyarakat, di Indonesia, perbungkus
indomie dihargai hanya sekitar Rp. 1500 – Rp. 3.500
3). PLACES
6
Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di
Indonesia, menembus sampai hampir ke setiap sudut kepualuan. Jumlah titik stok
(gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005, sehingga mampu
menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai suplai dan penghantaran.
Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak,
termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing
area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin. Di Yogyakarta agen-agen
Indofood juga bekerjasama dalam menyediakan Indomie dengan warung-warung
seperti Burjo (warung yang menyediakan bubur kacang hijau dan mie instan/mie
goreng sebagai menu utama)
4). PROMOTION
Indomie menggelar ajang membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara
tersebut berjudul Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008 dan juga
Pembuatan Shop Sign (Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap
Burjo di Yogyakarta)
D. ANALISIS
1. Analisis Lingkungan
a. Lingkungan Internal (Mikro)
1. Konsumen
Konsumen indomie tidak hanya ada di indonesia saja tetapi
berada di australia. Indomie merupakan makanan kegemaran di
asutralia, hal ini bisa dilihat dari toko-toko yang selalu kehabisan
stok karena permintaan akan indomie di australia cukup banyak.
Hal ini juga di dukung oleh kebiasaan masyarakat australia yang
membutuhkan makanan cepat saji karena kapadatan jam kerja dan
banyaknya netizen. Di Australia, tahun 2009 indomie dijual dengan
harga 25 sen per bungkusnya atau AUD 10 untuk satu kardus berisi
40 bungkus indomie, sedangkan di Amerika Serikat pada tahun
2009, indomie biasa dijual dengan harga 1 dolar per 3 bungkusnya.
7
2. Pesaing
Salah satu kompetitior indomie adalah mie sedap, mie
sedap masuk ke pasar dengan harga yang lebih murah
dibandingkan dengan harga yang ditawarkan indomie. Sehingga
konsumen yang terpengaruh harga akan lebih memilih mie sedap.
Pesaing indomie di australia adalah makanan pasta. Tetapi
tetap saja indomie dapat lebih unggul karena indomie memiliki ke
khasan rasa dan harga yang lebih murah harga 1 dolar per 3
bungkus, dan penyajiannya juga mudah serta cepat.
Metode promosi yang digunakan adalah terutama melalui
iklan di media elektronik dan cetak, mensponsori berbagai acara,
serta instalasi iklan billboard secara luas. Indomie sangat dikenal
dengan taglinenya, "Indomie Seleraku".Pada tahun 2008 Indomie
melakukan inovasi dalam promosinya dengan mengadakan event
Indomie Jingle Dare, sebuah ajang kompetisi bagi pelajar tingkatan
SMA untuk membuat jingle bagi iklan Indomie.
3. Pemasok
Grup Indofood merupakan perusahaan “Total Food
Solutions”, dengan kegiatan usaha yang mencakup seluruh tahapan
proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan
bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di pasar.
Sebagai perusahaan terkemuka dalam industri makanan olahan di
Indonesia, kegiatan operasional. Grup Indofood didukung oleh
sistem distribusi yang ekstensif sehingga produk-produknya sangat
dikenal di seluruh nusantara. Produk-produk Grup Indofood antara
lain mi instan, dairy, bumbu penyedap makanan, makanan ringan,
makanan bayi, tepung terigu, pasta, biskuit, minyak goreng,
margarin dan shortening. Merek-merek produk Grup Indofood
merupakan merek terkemuka di pasar domestik, dikenal konsumen
sebagai produk berkualitas dengan harga terjangkau dan tersedia di
berbagai pelosok Indonesia.
4. Chanel of distribution
Setiap perusahaan barang dan jasa tidak akan lepas dari
masalah penyaluran barang yang dihasilkan atau barang yang akan
dijual ke konsumen. Para produsen berhak menentukan kebijakan
8
distribusi yang akan dipilih dan disesuaikan dengan jenis barang
serta luasnya armada penjualan yang akan digunakan. Jika
perusahaan berada dalam persaingan yang semakin tajam,
perusahaan harus segera mengadakan penelitian terhadap pasarnya.
Penelitian tersebut untuk mengetahui kebutuhan serta selera
konsumen dan jika mungkin menstimulir permintaan serta
menciptakan langganan (Kotler, 2006). Ada beberapa alternatif
yang mungkin dipilih penjual dalam mendistribusikan produknya
kepada konsumen, yaitu :
manufaktur → konsumen,
manufaktur → pedagang eceran → konsumen,
manufaktur → pedagang besar → pedagang eceran
→ konsumen
manufaktur → agen → pedagang besar → pedagang
eceran →konsumen
9
pelatihan akan disajikan dalam setahun, sementara Program
Pengembangan Manajerial akan diperluas ke dalam divisi-divisi
lain dari perusahaan setelah peluncuran yang sukses di Memasak
Minyak & Lemak dan Makanan Bumbu Divisi.
b. Lingkungan Eksternal (Makro)
1. Ekonomi
Menurut catatan Bursa Efek Jakarta tahun 1994, PT. Indofood
berhasil menguasai 90% pasar mie instant di Indonesia. Sedangkan untuk
di Australia, Indofood dengan kategori mie instant berhasil menguasai
hingga 70%. Oleh karena itu, harga Indomie di Australia sendiri senilai 69
sen atau kurang lebih Rp. 5700,-. Selain Indomie, Indofood memproduksi
sejumlah merek mi instan lainnya, seperti Sarimi dan Supermi. Namun,
Indomie menjadi penyumbang terbesar bagi pendapatan dari divisi mi
instan Indofood. Pada 2009 lalu, total nilai penjualan mi instan meningkat
7,2 persen menjadi Rp11,68 triliun dari Rp10,90 triliun di 2008. Kenaikan
ini disebabkan oleh naiknya volume penjualan dan kenaikan harga pada
2008 dan 2009. Peningkatan penjualan dan turunnya biaya produksi
menaikkan marjin laba usaha divisi ini menjadi 11,8 persen pada tahun
2009 dari 4,1 persen pada 2008. Sudah bertahun-tahun PT. Indofood
bertahan di pasar Australia bahkan begitu digemari oleh warga Australia.
Daur hidup produknyapun, tetap berada di puncaknya bahkan
mengalahkan mie instant dari negaranya sendiri maupun negara luar
lainnya. Tetapi dengan harga Indomie yang begitu tinggi dibandingkan di
Indonesia, perusahaan tetap saja harus membayarkan pajak usaha dari
keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hingga kini, permintaan Australia
terhadap produk PT. Indofood tetap meningkat dari tahun ke tahun. Itu
yang membuat perusahaan ini bertahan di pasar Australia hingga sekarang
2. Sosial dan Budaya
Faktor social dan budaya, menitikberatkan kepada tata nilai dan
sikap dari masyarakat. PT. Indofood melihat dan menyesuaikan terlebih
dahulu produknya sebelum akhirnya mampu menguasai pasar baik di
dalam negeri maupun diluar seperti Australia. Tata nilai dan sikap
masyarakat mempengaruhi :
10
“Gaya hidup masyarakat cenderung menyukai sesuatu yang instan
seperti halnya pangsa pasar Indofood di luar negeri seperti Australia,
mayoritas masyarakatnya mayoritas orang-orang yang sibuk sehingga hal
ini menjadi peluang bagi Indofood untuk memasuki pasar yang akan
mempengaruhi pada permintaan produk terhadap perusahaan.”
3. Teknologi
4. Demografi
5. Geografi
11
terlihat Ibu kota negara dan ibukota propinsi di Indonesia; Ibukota
nasional dan ibukota negara bagian di Australia. Dengan letak geografis
negara Australia dengan negara Indonesia yang lebih dari sekedar dekat,
memudahkan pengiriman (proses eksport-import) produk mie instant dari
Indofood menuju ke Australia. Dari segi biaya penyimpanan gudang, biaya
transport, bahkan waktu pengirimanpun akan lebih cepat dibanding
pengiriman produk ke negara lainnya. Ini pulalah yang membuat
permintaan pasar konsumen di Australia semakin meningkat.
12
Net Sales 30.022,5 25.094,7 21.716,9 20.085,9 18.617,3 Penjualan Neto
Gross Profit 8.059,9 6.425,7 5.803,8 5.112,3 5.064,8 Laba Bruto
Income from Operations (EBIT) 3.128,7 2.771,9 2.849,2 2.603,7 2.558,7 Laba Usaha (EBIT)
EBITDA 3.748,1 3.278,9 3.272,7 2.999,0 3.011,0 EBITDA
Income for the Year 2.531,7 2.235,0 2.282,4 2.066,4 1.827,9 Laba Tahun Berjalan
Income for the Year Attributable to Equity 2.604,2 2.225,3 2.179,6 1.975,3 1.704,0 Laba Tahun Berjalan Yang
Holders of the Parent Entity Dapat Diatribusikan
Kepada Pemilik Entitas
Induk
Comprehensive Income for the Year 2.522,3 2.286,6 2.287,2 2.064,0 1.836,9 Laba Komprehensif
Tahun Berjalan
Comprehensive Income for the Year 2.598,8 2.260,9 2.183,2 1.973,7 1.710,2 Laba Komprehensif
Attributable to Equity Holders of the Parent Tahun Berjalan Yang
Entity Dapat Diatribusikan
Kepada Pemilik Entitas
Induk
Shares Outstanding (million) 5.831,0 5.831,0 5.831,0 5.831,0 5.831,0 Jumlah Saham Yang
Ditempatkan dan Disetor
Penuh (juta)
Basic Earnings Per Share Attributable to 447 382 374 339 344 Laba Per Saham Dasar
Equity Holders of the Parent Entity (Rp) Yang Dapat Diatribusikan
Kepada Pemilik Entitas
Induk (Rp)
Current Assets 13.603,5 11.321,7 9.922,7 8.689,1 7.117,4 Aset Lancar
Current Liabilities 6.231,0 4.696,6 3.648,1 3.128,0 2.827,3 Liabilitas Jangka Pendek
Net Working Capital 7.372,5 6.625,1 6.274,6 5.561,1 4.290,1 Modal Kerja Bersih
Total Assets 24.910,2 21.267,5 17.819,9 15.354,9 13.484,3 Total Aset
Capital Expenditures 1.500,3 2.000,9 1.629,7 529,5 361,2 engeluaran Barang Modal
Total Equity 15.039,9 13.265,7 11.984,4 10.700,8 9.358,2 Total Ekuitas
Non-Controlling Interests 962,2 678,9 572,2 492,9 442,6 epentingan
Nonpengendali
Total Liabilities 9.870,3 8.001,7 5.835,5 4.654,1 4.126,1 Total Liabilitas
Funded Debt 3.405,9 2.520,0 1.263,0 780,4 526,3 ang Dikenakan Bunga
Gross Profit Margin 26,8% 25,6% 26,7% 25,5% 27,2% Marjin Laba Bruto
EBIT Margin 10,4% 11,0% 13,1% 13,0% 13,7% Marjin Laba Usaha
(EBIT)
Net Income Margin Attributable to Equity 8,7% 8,9% 10,0% 9,8% 9,2% Marjin Laba Bersih Yang
Holders of the Parent Entity Dapat
Diatribusikan Kepada
Pemilik Entitas Induk
Return on Assets (%) - Net Income 11,0 11,4 13,8 14,3 15,3 Imbal Hasil atas Aset (%)
- Laba Bersih
Return on Assets (%) - EBIT 13,6 14,2 17,2 18,1 21,5 Imbal Hasil atas Aset (%)
- Laba Usaha
Return on Equity (%) 17,9 17,7 20,1 20,6 33,3 Imbal Hasil atas Ekuitas
(%)
Current Ratio (x) 2,18 2,41 2,72 2,78 2,52 Rasio Lancar (x)
Liabilities to Assets Ratio (x) 0,40 0,38 0,33 0,30 0,31 Rasio Liabilitas Terhadap
13
Aset (x)
Liabilities to Equity Ratio (x) 0,66 0,60 0,49 0,43 0,44 Rasio Liabilitas Terhadap
Ekuitas (x)
Gearing Ratio - Gross (x) 0,23 0,19 0,11 0,07 0,06 Gearing Ratio - Gross (x)
Gearing Ratio - Net (x) (0,26) (0,23) (0,35) (0,34) (0,31) Gearing Ratio - Net (x)
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berhasil mencapai hamper seluruh target di
tahun 2014 dimana meraih pertumbuhan penjualan neto sebesar double-
digit menjadi sekitar Rp30,02 triliun dikontribusikan oleh pertumbuhan penjualan
dari berbagai kegiatan usahanya yang sudah ada maupun yang baru. Tanpa
memperhitungkan kegiatan usaha baru, penjualan neto tumbuh 13,0%, dan
kegiatan usaha baru di bidang minuman memberikan kontribusi sekitar 6,4%
terhadap penjualan neto konsolidasi.
Income From Operations/Ebit (Trillion Rupiah)
Laba Usaha (Triliun Rupiah)
14
Pada Laba usaha tumbuh 12,9% menjadi Rp3,13 triliun di tahun 2014, PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk gembira atas kemajuan yang dicapai baik oleh
kegiatan usaha yang sudah ada maupun baru dimana berhasil mempercepat
pertumbuhan penjualan dan meraih kemajuan berarti dalam menyeimbangkan
portofolio usaha. Di sepanjang tahun 2014, kami terus menjalankan strategi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Kami meningkatkan portofolio produk premium di
kategori mi instan, makanan ringan, serta penyedap makanan guna memenuhi
kebutuhan segmen berpenghasilan menengah yang terus berkembang.
Total Aset (Triliun Rupiah)
Total aset pada tanggal 31 Desember 2014 mencapai Rp24,91 triliun, naik 17,1%
dari Rp21,27 triliun pada tanggal 31 Desember 2013. Total aset yang terdiri dari
total asset lancar dan total aset tidak lancar masingmasing meningkat menjadi
Rp13,60 triliun dan Rp11,31 triliun di tahun 2014, dari Rp11,32 triliun dan
Rp9,95 triliun di tahun 2013. Kenaikan total aset lancar terutama disebabkan oleh
meningkatnyakas dan setara kas, dan kenaikan piutang usaha seiring naiknya
penjualan neto.
Total Ekuitas (Triliun Rupiah)
Pada tanggal 31 Desember 2014, total ekuitas mencapai Rp15,04 triliun, naik
dibandingkan Rp13,27 triliun pada tanggal 31 Desember 2013 terutama karena
15
laba bersih yang dihasilkan di sepanjang tahun 2014 dikurangi dengan
pembayaran dividen untuk tahun buku 2013.
d. Posisi dalam Market Share (Life Cycle) dan BCG
1. Posisi dalam Market Share (Life Cycle)
Pada umumnya siklus hidup produk atau product life cycle
memiliki 4 tahapan yaitu: Perkenalan (Introduction), Perkembangan
(Growth), kedewasaan (Maturity), penurunan (Decline).
16
produk dimana produsen memperkenalkan produk barunya
kepada pasar atau masyarakat umum. Tahap ini ditandai
dengan pertumbuhan yang lambat. Pertumbuhan yang
lambat karena di sebabkan oleh:
Kelambatan dalam perluasan kapasitas
produksi
Masalah teknis
Konsumen baru mengenal produk
Perusahaan mulai beradaptasi
Kelambatan dalam penyediaan produk
tersebut untuk konsumen, terutama di bidang
distribusi.
Perkembangan (Growth)
Tahap perkembangan (Growth) adalah tahap di
mana produk yang di perkenalkan tersebut dikenal dan
mulai diterima oleh konsumen. Dalam periode
pertumbuhan ini ditunjukkan dengan penjualan yang mulai
meningkat. Pada tahun 1982 PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk meluncurkan varian rasa baru, yaitu rasa Kari Ayam.
Diikuti pada tahun 1983 varian Mie Goreng di keluarkan.
Tahun berikutnya perusahaan PT. Sanmaru Food
Manufacturing Co. Ltd dibeli oleh PT. Sarimi Asli Jaya
(produsen Sarimi). Tiga tahun kemudian Pop Mie, mie
instan dalam wadah cup, diluncurkan untuk pertama
kalinya dengan rasa ayam dan baso.
Tahap Kedewasaan (Maturity)
Pada tahun 1982 Indomie meluncurkan varian rasa
baru, yaitu rasa Kari Ayam. Diikuti pada tahun 1983 varian
Mie Goreng di keluarkan. Tahun berikutnya perusahaan PT.
Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd dibeli oleh PT.
Sarimi Asli Jaya (produsen Sarimi). Tiga tahun kemudian
Pop Mie, mie instan dalam wadah cup , diluncurkan untuk
pertama kalinya dengan rasa ayam dan baso.Ditinjau dari
aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada pada
posisi mature, sudah stabil, memiliki brand equity yang
17
sangat kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of
Mind merek mie instan.
Peningkatan omset penjualan yang mulai melambat,
bersaing dengan ketat dan berjuang dalam merebut pangsa
pasar dengan para pesaing–pesaingnya. Ditinjau lebih jauh
tahap pendewasaan ini dapat di bagi menjadi 3 tahap, yaitu:
Tahap pendewasaan yang meningkat adalah
penjualan total meningkat dengan lambat yang di
sebabkan karena sebagian permintaan berasal dari
langganan (pembeli lama), sedangkan pembeli baru
yang masuk hanya sedikit.
Tahap kedewasaan yang stabil adalah volume
penjualan tidak meningkat lagi tetapi konstan.ini di
sebabkan karena seluruh permintaanya berasal dari
pembeli lama atau pelanggan, jadi sudah tidak ada
lagi pembeli baru yang masuk.
Tahap kedewasaan menurun adalah penjualan yang
menurun dikarenakan beberapa langganan mulai
meninggalkan produk perusahaan dan membeli
produk lain. Ini di tandai pada tahun 2003, mulai
muncul pesaing produk Indomie yang berasal dari
PT. Wings Food, yaitu Mie Sedap. Mie Sedap juga
tak kalah populer dengan Indomie meskipun masih
produk baru
Sampai sekarang Indomie terus mencoba
mengembangkan varian mie instan tersebut. Diantaranya
Mie Kriuk, Selera Nusantara, Indomie Jumbo, Mie Kriting,
Taste if Asia danKuliner Indonesia. Tidak hanya varian,
Indomie pun mencoba untuk meng-upgrade kemasannya
Tahap Penurunan (Decline)
Pada tahap penurunan, penjualan dan keuntungan
akan semakin menurun dan jika tidak melakukan strategi
yang tepat, produk yang di tawarkan mungkin akan hilang
dari pasar (Market), Hal ini dipengaruhi oleh ancaman
18
factor internal dan eksternal yang dapat terjadi.Tahap
terakhir yang dialami oleh suatu produk dalam siklus
kehidupannya adalah tahap kemunduran panjang atau
lamanya tahap kemunduran ini di tentukan oleh beberapa
factor, yaitu:
Perubahan selera konsumen
Perubahan kegiatan pesaing
Kebijaksanaan meninggalkan produk oleh
perusahaan.
Pada 7 Oktober 2010 Pihak berwenang Taiwan
mengumumkan bahwa Indomie yang dijual di negeri
mereka mengandung dua bahan pengawet yang terlarang,
yaitu natrium benzoat dan metil p-hidroksibenzoat. Dua
unsur itu hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik.
Sehingga dilakukan penarikan semua produk mi instan
“Indomie” dari pasaran Taiwan. Selain di Taiwan, larangan
juga berlaku di Kanada dan Eropa. Hal ini menyebabkan
menurunnya tingkat permintaan Indomie dari mancanegara.
Namun hal ini tidak berlangsung lama dan Indomie kembali
mendapatkan hati masayarakat.
2. BCG (Boston Consulting Group
Pada tahun 1968, menciptakan (BCG) Boston Consulting
Group “Growth Share Matrix” sebuah grafik sederhana untuk membantu
perusahaan besar dalam menentukan bagaimana mengalokasikan kas
antara unit-unit bisnis mereka. Korporasi akan mengkategorikan unit
usaha sebagai “Bintang”, “Kas Sapi”, ”Pertanyaan Marks”, dan
“Anjing” (awalnya “Piaraan”) kemudian mengalokasikan kas yang sesuai,
memindahkan uang dari ”sapi perah” menuju “bintang” dan “tanda tanya”
yang memiliki tingkat pertumbuhan pasar yang lebih tinggi potensial.
Bagan itu popular selama dua dekade dan “digunakan sebagai primer
dalam prinsip-prinsip pengelolaan portofolio”, sebagai kata BCG.
19
a. Question
Divisi dalam kuadran I memiliki posisi pangsa pasar relatif
yang rendah, tetapi mereka bersaing dalam industri yang
bertumbuh pesat. Biasanya kebutuhan kas perusahaan ini tinggi
dan pendapatan kasnya rendah. Bisnis ini disebut tanda tanya
karena organisasi harus memutuskan apakah akan memperkuat
divisi ini dengan menjalankan strategi intensif (penetrasi pasar,
pengembangan pasar, atau pengembangan produk) atau
menjualnya.
Analisis PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Pada
kuardan ini PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk tidak
menunjukkan pangsa pasar yang relative rendah dan di
Indonesia untuk produk mie instan yaitu indomi tidak
bersaing dalam industry yang pertumbuhannya pesat dilihat
bahwa indomi yang dikeluarkan PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk merupakan market reader mie instan di
Indonesia karena memiliki brand yang kuat di benak
konsumen dan merupakan perusahaan mie instan pertama di
Indonesia.
b. Star
Bisnis di kuadran II (disebut juga Bintang) mewakili
peluang jangka panjang terbaik untuk pertumbuhan dan
profitabilitas bagi organisasi. Divisi dengan pangsa pasar relatif
yang tinggi dan tingkat pertumbuhan industri yang tinggi
seharusnya menerima investasi yang besar untuk mempertahankan
dan memperkuat posisi dominan mereka. Kategori ini adalah
20
pemimpin pasar namun bukan berarti akan memberikan arus kas
positif bagi perusahaan, karena harus mengeluarkan banyak uang
untuk memenangkan pasar dan mengantisipasi para pesaingnya.
Integrasi ke depan, ke belakang, dan horizontal, penetrasi pasar,
pengembangan pasar, pengembangan produk, dan joint venture
merupakan strategi yang sesuai untuk dipertimbangkan divisi ini.
Analisis PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, :
Perusahaan memiliki hubungan jangka panjang dilihat dari
peluang yang baik dalam hal pertumbuhan dan laba dimana
mempunyai pangsa pasar yang tinggi dimana produk yang
dikeluarkan PT. Indofood Sukses Makmur di gemari oleh
semua kalangan, sehingga bagi perusahaan memerlukan
investasi.
c. Cash Cow
Divisi yang berposisi di kuadran III memiliki pangsa pasar
relatif yang tinggi tetapi bersaing dalam industri yang
pertumbuhannya lambat. Disebut sapi perah karena menghasilkan
kas lebih dari yang dibutuhkanya, mereka seringkali diperah untuk
membiayai untuk membiayai sektor usaha yang lain. Banyak sapi
perah saat ini adalah bintang di masa lalu, divisi sapi perah harus
dikelola unuk mempertahankan posisi kuatnya selama mungkin.
Pengembangan produk atau diversifikasi konsentrik dapat menjadi
strategi yang menarik untuk sapi perah yang kuat. Tetapi, ketika
divisi sapi perah menjadi lemah, retrenchment atau divestasi lebih
sesuai untuk diterapkan.
Analisis PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Pada
kuardan ini PT. Indofood Sukses Makmur, memiliki pangsa
pasar yang relative tinggi tetapi bersaing dalam pertumbuhan
pasar industri yang lambat sehingga PT. Indofood Sukses
Makmur menghasilkan pendapatan yang dapat diperas seperti
susu sapi hal ini dilihat dari PT. Indofood Sukses Makmur
yang memiliki anak perusahaan dan memproduksi berbagai
macam produk makanan.
d. Dog
21
Divisi kuadran IV dari organisasi memiliki pangsa pasar
relatif yang rendah dan bersaing dalam industri yang
pertumbuhannya rendah atau tidak tumbuh. Mereka adalah anjing
dalam portofolio perusahaan. Karena posisi internal dan
eksternalnya lemah, bisnis ini seringkali dilikuidasi, divestasi atau
dipangkas dengan retrenchment. Ketika sebuah divisi menjadi
anjing, retrenchment dapat menjadi strategi yang terbaik.
Analisis PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Pada
Kuardan ini PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk tidak
menunjukkan pangsa pasar yang realtif rendah namun dilihat
saat ini PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk bersaing pada
industri yang relative pertumbuhannya rendah yaitu Mie
Sedap yang dikeluarkan oleh PT. Wingsfood. . Indofood Sukses
Makmur, Tbk.
e. Kompetitor
Mie instan telah menjadi makanan yang paling digemari khususnya
di Indonesia. Pangsa pasarnya sangatlah besar, mengingat makanan ini
digemari semua kalangan. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, pertama
kali memperkenalkan Indomie sebagai brand dari mie instan. Hingga saat
ini Indomie dari Indofood Sukses Makmur begitu sangat dikenal oleh
masyarakat dan sudah umum dijadikan istilah generik yang merujuk
kepada mie instan. Seiring waktu, sebenarnya ada beberapa merek mie
instan yang mencoba meramaikan pasar, tapi tidak berhasil. Satu per satu
merek mie instan para pesaing itu pun tenggelam. Pada tahun 2003,
setelah sekitar 30 tahun Indomie berjaya, merek Mi Sedaap muncul turut
meramaikan pasar mie instan Tanah Air. Dan merek baru Mi Sedaap
inilah yang dinilai mampu mengikis sedikit demi sedikit market share
Indomie sebagai market leader mie instan di Indonesia. Dua merek yang
bersaing sengit dalam kategori produk mie instan ini adalah Indomie dan
Mi Sedaap.
Mi Sedaap cukup fenomenal dengan rasa kari spesial yang kental
dan katanya “nendang rasanya”. Merek mie instan besutan Wings Food
ini pertama kali hadir dengan hanya tiga varian rasa, yaitu mie goreng
22
dengan “kriuk-kriuk”, rasa soto dengan koya, dan rasa ayam bawang
dengan bawang goreng. Sebagai pendatang baru, Mi Sedaap hadir
dengan strategi promosi agresif untuk segera mendongkrak awareness
merek produk.Mi Sedaap pastinya menyadari sejak awal bahwa merebut
market share Indofood yang image produknya sudah sangat baik
bukanlah perkara mudah. Sebab itu Wings membutuhkan waktu lebih
dari dua tahun untuk melakukan riset hingga menemukan formula rasa
yang pas. Kemudian bisa dimunculkan produk mie instan dengan
penambahan bumbu bawang goreng kriuk pada varian mie gorengnya.
Meski terkesan sepele, ternyata Mi Sedaap varian rasa tersebut cukup
disukai konsumen.
Banyak orang yang mengaku sudah familier dengan rasa dan
tekstur Indomie. Tapi, banyak juga orang yang mengatakan ingin
menjajal rasa dan kualitas dari merek lain. Tentu bila menyangkut
kategori produk mie instan yang harganya terbilang murah dan relatif
mudah ditemukan, keputusan orang untuk memilih pun akan berlangsung
secara cepat dan instan. Dalam hal ini, merek yang pertama kali terlintas
di benak pelangganlah yang akan terpilih.
Jika dilihat dari Top Brand Index (TBI) 2014, kedua merek ini
terpaut cukup jauh, yaitu Indomie meraih indeks 75,9% dan Mie Sedaap
14,4%. Dilihat dari lima tahun ke belakang pun, Indomie terlihat masih
memimpin pasar mie instan di Indonesia dari tahun 2010 sampai 2014
ini. Indeks yang diraih Indomie pun terbilang cukup dominan sekitar
70%.
Dari semua merek pesaing, Mi Sedaap yang paling mungkin
menggoyang posisi market leader Indomie di pasar. Terbukti memang Mi
Sedaap-lah yang diam-diam sedikit menggerogoti pangsa pasar Indomie.
Ini benar terutama pada awal Mi Sedaap muncul di pasaran dan
23
konsumen banyak yang tertarik untuk menjajal mie instan baru ini.
Tetapi, dari data Top Brand Index mulai tahun 2010 sampai sekarang,
terlihat posisi Indomie memang sulit disaingi.
E. Analisis Swot
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen
perusahaan atau di dalam organisasi yang secara sistematis dapat
membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk
mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan
panjang.
1. Strenght (Kekuatan)
Berikut ini adalah kekuatan dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk,
yaitu sebagai berikut:
Keahlian dalam cita rasa Indonesia (rasa yang enak dan
lezat)
Produksi rendah biaya
Jangkauan distribusi luas
Memiliki satu group yang menangani pendistribusian
produk-produknya (PT. Group Distribusi Indofood),
Kecepatan dalam menjangkau konsumen
Memiliki banyak anak perusahaan,
Brand yang sudah terkenal lama oleh masyarakat Indonesia
terutama produk Mie
Memliki Sumber Daya Manusia yang besar sehingga
mampu produksi yang besar Pula
24
Terus melakukan inovasi untuk menghasilkan cita rasa mie
yang sesuai denganmKonsumen.
Telah merambah pasar Luar Negeri
2. Weakness (Kelemahan)
Berikut ini adalah kelemahan dari PT Indofood Sukses Makmur
Tbk, yaitu sebagai berikut:
Terlalu banyak Brand yang dikeluarkan
Terlalu banyak inovasi rasa yang dibuat oleh Indofood
Permintaan pasar yang belum terpenuhi
Produk memakai MSG (Monosodium Glutamate)
Besarnya biaya pemasaran yang digunakan
Ketersediaan bahan baku yang belum mencukupi
khususnya produksi di Luar Negeri
3. Opportunities (Peluang)
Berikut ini adalah peluang dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk,
yaitu sebagai berikut:
Pertumbuhan pasar yang terus meningkat, baik di kalangan
bawah, menengah, maupun atas
Segementasi pasar yang tidak terlalu signifikan karena
produk yang dihasilkan terus menyesuaikan untuk
dikonsumsi pria atau wanita, baik tua maupun muda
Memanfaatkan e-bussines dalam membantu
mengembangkan pangsa pasar dan memperkenalkan prosuk
melalui internet, karena pengguna internet sama dengan
masyarakat konsumen
Melakukan ekspansi ke luar negeri
Melakukan join dengan perusahaan yang memiliki produk
yang sejenis
Melakukan diversifikasi terhadap produk lain
Pasar domestik maupun luar negeri masih terbuka lebar
Naiknya harga makanan pokok
Pola hidup masyarakat akan mie instant yang cukup tinggi
4. Threats (Ancaman)
Berikut ini adalah ancaman dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk,
yaitu sebagai berikut:
Ketatnya persaingan yang dilakukan pesaing dalam hal
iklan maupun inovasi
Tidak fokus terhadap satu jenis produk
Terus dihadapi dengan pesaing-pesaing baru dengan jenis
produk yang sama
25
Adanya kompetitor sejenis yang cukup banyak
Kemungkinan adanya anti MSG dan zat bahaya lainnya
26
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
Melihat dari hasil analisis SWOT dimana yang dominan yaitu kuadran
Expansion (Growth) maka strategi umum yang akan digunakan oleh perusahaan
ini adalah Menjadikan setiap kekuatan untuk menghadapi setiap ancaman dengan
menciptakan diversifikasi untuk menciptakan peluang.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://googleweblight.com/?
lite_url=http://tryakhuntry.blogspot.co.id/2016/06/manajemen-strategi-pada-pt-
indofood.html?m%3D1&ei=WBr1rK-B&lc=id-
ID&s=1&m=153&host=www.google.co.id&ts=1511241895&sig=ANTY_L2BG5
WUL408Ig0zg6pkoIqaEK0yng
http://www.indofood.com/company/vision-mision-values
https://www.academia.edu/19614458/Manajemen_Strategi_Analisis_SWOT_PT.I
ndofood_
28