PENDAHULUAN
Mie instan telah menjadi makanan yang sangat digemari di Indonesia. Studi MARS
Indonesia yang dilansir pada tahun 2016 tentang Profil Konsumsi Produk Makanan
mengungkapkan bahwa sebanyak 92,4 masyarakat di Indonesia dari survei yang dilakukan di 7
kota besar di Indonesia merupakan konsumen mie instan. Mie Instan dapat disebut makanan instan
favorit di Indonesia karena harganya murah, membuatnya mudah dan praktis, awet, atau rasanya
pun enak. Hasilnya, mie instan pun menjadi makanan pengganti nasi yang sangat digemari baik di
rumah tangga, anak kos, bahkan di kalangan pekerja kantor. Hal ini dapat dilihat dari :
- Salah satukota dengan tingkat konsumsi mie instan terbesar, yaitu Kota Semarang sebesar 97%.
- Posisinya diikuti oleh Makassar (95,2%) dan Bandung (94,2%).
- Jika dilihat dari usia konsumen, tingkat konsumsi mie instan terbesar adalah kalangan remaja
berusia 15-24 tahun, yaitu sebesar 95,6%.
- Di rentang usia 25-34 tahun sebesar 93,9% dan usia 35-55 tahun sebanyak 90,5%.
Sehingga disimpulkan bahwa Marketing Mix adalah strategi pemasaran yang di laksanakan
secara terpadu atau strategi pemasaran yang di lakukan secara bersamaan dalam menerapkan
elemen strategi yang ada dalam marketing Mix itu sendiri. Marketing Mix terdapat beberapa
elemen marketing dikenal dengan unsur 4P (Produk, Price, Place, Promotion).
a) Product
Brand name yang digunakan adalah Indomie. Satu bungkus Indomie standard memiliki
massa 85 gram, dan terdapat 2 sachet berisi 5 bumbu-bumbuan yang disertakan, yaitu kecap manis,
saus sambal, minyak palm, bubuk perasa dan bawang goreng. Indomie juga tersedia dalam versi
jumbo dengan massa 120 gram.
Indomie memiliki rasa yang sesuai dengan selera orang Indonesia. Indomie pun selalu
berusaha memenuhi keinginan konsumen yang semakin banyak, terbukti dengan semakin
bertambahnya variasi produk Indomie dengan variasi rasa sesuai dengan masakan tradisional
daerah-daerah Indonesia.
Produk
Noodles Indomie, Supermie, Sarimi, Sakura, Pop Mie, Pop
Bihun, Mie Telur Cap 3 Ayam
Dairy (Susu) Indomilk, Cap Enak, Tiga Sapi, Kremer, Milkuat,
Orchid Butter, Indoeskrim
Snack Foods Chitato, Chiki, Qtela, Jetz, Cheetos, Lays, Trenz, Dueto,
Wonderland Biskuit
Food Seasonings (Bumbu- Indofood Bumbu Racik, Indofood Freiss, Sambal
bumbu Makanan) Indofood, Kecap Indofood, Kecap Piring Lombok,
Maggi, Bumbu Spesial Indofood
Nutrition and Special Food Promina, Sun, Govit, Provita
Beverages (Minuman) Ichi Ocha, Cafèla Latte, Club, Tekita, Fruitamin, Pepsi,
Mirinda, 7Up, Tropicana Twister
b) Price
Indomie selain dapat dibeli perbungkus, dapat juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau paket 1
kardus berisi 30 atau 40 indomie. Harga Indomie juga sangat murah dan terjangkau bagi semua
kalangan masyarakat, di Indonesia, perbungkus indomie dihargai hanya sekitar Rp. 1500 – Rp.
3.500
c) Places
Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, menembus sampai
hampir ke setiap sudut kepualuan. Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif
sejak tahun 2005, sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai suplai
dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang
banyak, termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing area
geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin (www.indofood.com). Di Yogyakarta agen-agen
Indofood juga bekerjasama dalam menyediakan Indomie dengan warung-warung seperti Burjo
(warung yang menyediakan bubur kacang hijau dan mie instan/mie goreng sebagai menu utama)
d) Promotion
• Tagline : Indomie Seleraku
• Iklan : Billboard, iklan TV, sponsor acara
Indomie menggelar ajang membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara tersebut
berjudul Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008.
• Pembuatan Shop Sign (Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di
Yogyakarta)
***
BAB II
Analisis
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berhasil mencapai hamper seluruh target di tahun 2014 dimana
meraih pertumbuhan penjualan neto sebesar double-digit menjadi sekitar Rp30,02 triliun
dikontribusikan oleh pertumbuhan penjualan dari berbagai kegiatan usahanya yang sudah ada
maupun yang baru. Tanpa memperhitungkan kegiatan usaha baru, penjualan neto tumbuh 13,0%,
dan kegiatan usaha baru di bidang minuman memberikan kontribusi sekitar 6,4% terhadap
penjualan neto konsolidasi.
Pada Laba usaha tumbuh 12,9% menjadi Rp3,13 triliun di tahun 2014, PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk gembira atas kemajuan yang dicapai baik oleh kegiatan usaha yang sudah ada
maupun baru dimana berhasil mempercepat pertumbuhan penjualan dan meraih kemajuan berarti
dalam menyeimbangkan portofolio usaha. Di sepanjang tahun 2014, kami terus menjalankan
strategi yang telah ditetapkan sebelumnya. Kami meningkatkan portofolio produk premium di
kategori mi instan, makanan ringan, serta penyedap makanan guna memenuhi kebutuhan segmen
berpenghasilan menengah yang terus berkembang.
Total aset pada tanggal 31 Desember 2014 mencapai Rp24,91 triliun, naik 17,1% dari Rp21,27
triliun pada tanggal 31 Desember 2013. Total aset yang terdiri dari total asset lancar dan total aset
tidak lancar masingmasing meningkat menjadi Rp13,60 triliun dan Rp11,31 triliun di tahun 2014,
dari Rp11,32 triliun dan Rp9,95 triliun di tahun 2013. Kenaikan total aset lancar terutama
disebabkan oleh meningkatnyakas dan setara kas, dan kenaikan piutang usaha seiring naiknya
penjualan neto.
Pada tanggal 31 Desember 2014, total ekuitas mencapai Rp15,04 triliun, naik dibandingkan
Rp13,27 triliun pada tanggal 31 Desember 2013 terutama karena laba bersih yang dihasilkan di
sepanjang tahun 2014 dikurangi dengan pembayaran dividen untuk tahun buku 2013.
Indomie adalah merek produk mi instan dari Indonesia. Di Indonesia, Indomie diproduksi
oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Selain dipasarkan di Indonesia, Indomie juga
dipasarkan secara cukup luas di manca negara, antara lain di Amerika Serikat, Australia, berbagai
negara Asia dan Afrika serta negara-negara Eropa; hal ini menjadikan Indomie sebagai salah satu
produk Indonesia yang mampu menembus pasar internasional. Di Indonesia sendiri, sebutan
“Indomie” sudah umum dijadikan istilah generik yang merujuk kepada mi instan.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai ke empat tahapan siklus hidup produk yang
di gunakan produsen PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dalam memasarkan produknya
berdasarkan fase atau tahap siklusnya.
i. Perkenalan (Introduction)
Mie Instan pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1969. Indomie sendiri di produksi
dan dipasarkan ke konsumen sejak tahun 1972. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, pertama kali
memperkenalkan Indomie Mie Noodlez, Indomie Laksa, dll. Tahap perkenalan adalah tahapan
pertama dalam siklus hidup produk dimana produsen memperkenalkan produk barunya kepada
pasar atau masyarakat umum. Tahap ini ditandai dengan pertumbuhan yang lambat. Pertumbuhan
yang lambat karena di sebabkan oleh:
a Kelambatan dalam perluasan kapasitas produksi
b Masalah teknis
c Konsumen baru mengenal produk
d Perusahaan mulai beradaptasi
e Kelambatan dalam penyediaan produk tersebut untuk konsumen, terutama di bidang distribusi.
ii. Perkembangan (Growth)
Tahap perkembangan (Growth) adalah tahap di mana produk yang di perkenalkan tersebut dikenal
dan mulai diterima oleh konsumen. Dalam periode pertumbuhan ini ditunjukkan dengan penjualan
yang mulai meningkat. Pada tahun 1982 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk meluncurkan varian
rasa baru, yaitu rasa Kari Ayam. Diikuti pada tahun 1983 varian Mie Goreng di keluarkan. Tahun
berikutnya perusahaan PT. Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd dibeli oleh PT. Sarimi Asli Jaya
(produsen Sarimi). Tiga tahun kemudian Pop Mie, mie instan dalam wadah cup, diluncurkan untuk
pertama kalinya dengan rasa ayam dan baso.
iii. Tahap Kedewasaan (Maturity)
Pada tahun 1982 Indomie meluncurkan varian rasa baru, yaitu rasa Kari Ayam. Diikuti pada tahun
1983 varian Mie Goreng di keluarkan. Tahun berikutnya perusahaan PT. Sanmaru Food
Manufacturing Co. Ltd dibeli oleh PT. Sarimi Asli Jaya (produsen Sarimi). Tiga tahun kemudian
Pop Mie, mie instan dalam wadah cup , diluncurkan untuk pertama kalinya dengan rasa ayam dan
baso. Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada pada posisi mature, sudah
stabil, memiliki brand equity yang sangat kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of
Mind merek mie instan.
Peningkatan omset penjualan yang mulai melambat, bersaing dengan ketat dan berjuang dalam
merebut pangsa pasar dengan para pesaing–pesaingnya. Ditinjau lebih jauh tahap pendewasaan ini
dapat di bagi menjadi 3 tahap, yaitu:
a. Tahap pendewasaan yang meningkat adalah penjualan total meningkat dengan lambat yang di
sebabkan karena sebagian permintaan berasal dari langganan (pembeli lama), sedangkan pembeli
baru yang masuk hanya sedikit.
b. Tahap kedewasaan yang stabil adalah volume penjualan tidak meningkat lagi tetapi konstan.ini di
sebabkan karena seluruh permintaanya berasal dari pembeli lama atau pelanggan, jadi sudah tidak
ada lagi pembeli baru yang masuk.
c. Tahap kedewasaan menurun adalah penjualan yang menurun dikarenakan beberapa langganan
mulai meninggalkan produk perusahaan dan membeli produk lain. Ini di tandai pada tahun 2003,
mulai muncul pesaing produk Indomie yang berasal dari PT. Wings Food, yaitu Mie Sedap. Mie
Sedap juga tak kalah populer dengan Indomie meskipun masih produk baru.
Sampai sekarang Indomie terus mencoba mengembangkan varian mie instan tersebut.
Diantaranya Mie Kriuk, Selera Nusantara, Indomie Jumbo, Mie Kriting, Taste if Asia dan
Kuliner Indonesia. Tidak hanya varian, Indomie pun mencoba untuk meng-upgrade kemasannya
1) Question
Divisi dalam kuadran I memiliki posisi pangsa pasar relatif yang rendah, tetapi mereka bersaing
dalam industri yang bertumbuh pesat. Biasanya kebutuhan kas perusahaan ini tinggi dan
pendapatan kasnya rendah. Bisnis ini disebut tanda tanya karena organisasi harus memutuskan
apakah akan memperkuat divisi ini dengan menjalankan strategi intensif (penetrasi pasar,
pengembangan pasar, atau pengembangan produk) atau menjualnya.
Analisis PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Pada kuardan ini PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk tidak menunjukkan pangsa pasar yang relative rendah dan di Indonesia
untuk produk mie instan yaitu indomi tidak bersaing dalam industry yang pertumbuhannya
pesat dilihat bahwa indomi yang dikeluarkan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
merupakan market reader mie instan di Indonesia karena memiliki brand yang kuat di
benak konsumen dan merupakan perusahaan mie instan pertama di Indonesia.
2) Star
Bisnis di kuadran II (disebut juga Bintang) mewakili peluang jangka panjang terbaik untuk
pertumbuhan dan profitabilitas bagi organisasi. Divisi dengan pangsa pasar relatif yang tinggi dan
tingkat pertumbuhan industri yang tinggi seharusnya menerima investasi yang besar untuk
mempertahankan dan memperkuat posisi dominan mereka. Kategori ini adalah pemimpin pasar
namun bukan berarti akan memberikan arus kas positif bagi perusahaan, karena harus
mengeluarkan banyak uang untuk memenangkan pasar dan mengantisipasi para pesaingnya.
Integrasi ke depan, ke belakang, dan horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar,
pengembangan produk, dan joint venture merupakan strategi yang sesuai untuk dipertimbangkan
divisi ini.
Analisis PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Perusahaan memiliki hubungan jangka
panjang dilihat dari peluang yang baik dalam hal pertumbuhan dan laba dimana
mempunyai pangsa pasar yang tinggi dimana produk yang dikeluarkan PT. Indofood Sukses
Makmur di gemari oleh semua kalangan, sehingga bagi perusahaan memerlukan investasi.
3) Cash Cow
Divisi yang berposisi di kuadran III memiliki pangsa pasar relatif yang tinggi tetapi bersaing dalam
industri yang pertumbuhannya lambat. Disebut sapi perah karena menghasilkan kas lebih dari yang
dibutuhkanya, mereka seringkali diperah untuk membiayai untuk membiayai sektor usaha yang
lain. Banyak sapi perah saat ini adalah bintang di masa lalu, divisi sapi perah harus dikelola unuk
mempertahankan posisi kuatnya selama mungkin. Pengembangan produk atau diversifikasi
konsentrik dapat menjadi strategi yang menarik untuk sapi perah yang kuat. Tetapi, ketika divisi
sapi perah menjadi lemah, retrenchment atau divestasi lebih sesuai untuk diterapkan.
Analisis PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Pada kuardan ini PT. Indofood Sukses
Makmur, memiliki pangsa pasar yang relative tinggi tetapi bersaing dalam pertumbuhan
pasar industri yang lambat sehingga PT. Indofood Sukses Makmur menghasilkan
pendapatan yang dapat diperas seperti susu sapi hal ini dilihat dari PT. Indofood Sukses
Makmur yang memiliki anak perusahaan dan memproduksi berbagai macam produk
makanan.
4) Dog
Divisi kuadran IV dari organisasi memiliki pangsa pasar relatif yang rendah dan bersaing dalam
industri yang pertumbuhannya rendah atau tidak tumbuh. Mereka adalah anjing dalam portofolio
perusahaan. Karena posisi internal dan eksternalnya lemah, bisnis ini seringkali dilikuidasi,
divestasi atau dipangkas dengan retrenchment. Ketika sebuah divisi menjadi anjing, retrenchment
dapat menjadi strategi yang terbaik.
Analisis PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Pada Kuardan ini PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk tidak menunjukkan pangsa pasar yang realtif rendah namun dilihat saat ini
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk bersaing pada industri yang relative pertumbuhannya
rendah yaitu Mie Sedap yang dikeluarkan oleh PT. Wingsfood. . Indofood Sukses Makmur,
Tbk.
2.4 Kompetitor
Mie instan telah menjadi makanan yang paling digemari khususnya di Indonesia. Pangsa
pasarnya sangatlah besar, mengingat makanan ini digemari semua kalangan. PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk, pertama kali memperkenalkan Indomie sebagai brand dari mie instan. Hingga saat
ini Indomie dari Indofood Sukses Makmur begitu sangat dikenal oleh masyarakat dan sudah
umum dijadikan istilah generik yang merujuk kepada mie instan. Seiring waktu, sebenarnya ada
beberapa merek mie instan yang mencoba meramaikan pasar, tapi tidak berhasil. Satu per satu
merek mie instan para pesaing itu pun tenggelam. Pada tahun 2003, setelah sekitar 30 tahun
Indomie berjaya, merek Mi Sedaap muncul turut meramaikan pasar mie instan Tanah Air. Dan
merek baru Mi Sedaap inilah yang dinilai mampu mengikis sedikit demi sedikit market share
Indomie sebagai market leader mie instan di Indonesia. Dua merek yang bersaing sengit dalam
kategori produk mie instan ini adalah Indomie dan Mi Sedaap.
Mi Sedaap cukup fenomenal dengan rasa kari spesial yang kental dan katanya “nendang
rasanya”. Merek mie instan besutan Wings Food ini pertama kali hadir dengan hanya tiga varian
rasa, yaitu mie goreng dengan “kriuk-kriuk”, rasa soto dengan koya, dan rasa ayam bawang dengan
bawang goreng. Sebagai pendatang baru, Mi Sedaap hadir dengan strategi promosi agresif untuk
segera mendongkrak awareness merek produk. Mi Sedaap pastinya menyadari sejak awal bahwa
merebut market share Indofood yang image produknya sudah sangat baik bukanlah perkara mudah.
Sebab itu Wings membutuhkan waktu lebih dari dua tahun untuk melakukan riset hingga
menemukan formula rasa yang pas. Kemudian bisa dimunculkan produk mie instan dengan
penambahan bumbu bawang goreng kriuk pada varian mie gorengnya. Meski terkesan sepele,
ternyata Mi Sedaap varian rasa tersebut cukup disukai konsumen.
Banyak orang yang mengaku sudah familier dengan rasa dan tekstur Indomie. Tapi, banyak
juga orang yang mengatakan ingin menjajal rasa dan kualitas dari merek lain. Tentu bila
menyangkut kategori produk mie instan yang harganya terbilang murah dan relatif mudah
ditemukan, keputusan orang untuk memilih pun akan berlangsung secara cepat dan instan. Dalam
hal ini, merek yang pertama kali terlintas di benak pelangganlah yang akan terpilih.
Jika dilihat dari Top Brand Index (TBI) 2014, kedua merek ini terpaut cukup jauh, yaitu Indomie
meraih indeks 75,9% dan Mie Sedaap 14,4%. Dilihat dari lima tahun ke belakang pun, Indomie
terlihat masih memimpin pasar mie instan di Indonesia dari tahun 2010 sampai 2014 ini. Indeks
yang diraih Indomie pun terbilang cukup dominan sekitar 70%.
Dari semua merek pesaing, Mi Sedaap yang paling mungkin menggoyang posisi market leader
Indomie di pasar. Terbukti memang Mi Sedaap-lah yang diam-diam sedikit menggerogoti pangsa
pasar Indomie. Ini benar terutama pada awal Mi Sedaap muncul di pasaran dan konsumen
banyak yang tertarik untuk menjajal mie instan baru ini. Tetapi, dari data Top Brand Index mulai
tahun 2010 sampai sekarang, terlihat posisi Indomie memang sulit disaingi.
3.1 Kesimpulan
1. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang
memproduksi Mie Instan yang brand produknya dikenal dengan indomie dan membuatnya
menjadi market leader makanan instan.
2. Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada pada posisi mature, sudah stabil,
memiliki brand equity yang sangat kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of Mind merek mie
instan.
3. Dari analisis BCG, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk berada pada posisi Kuardan III (Cash Cow)
dimana memiliki pangsa pasar yang tinggi dan peluang pertumbuhan laba dalam jangka panjang,
memiliki investor-investor yang berinvestasi pada perusahaan dan juga memiliki anak perusahaan
karena mengeluarkan berbagai macam produk.
4. Analisis SWOT pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk ini digunakan dengan melihat
instrument utama yaitu kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman,
instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk untuk pencapaian dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan.
***
3.2 Saran
1. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk khususnya produk indomie, harus dapat mempertahankan ciri
khas produknya.
2. PT Indofood Sukses Makmur, Tbk harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi mengenali
kebutuhan dan keinginan konsumen yang heterogen mengingat keinginan konsumen yang
berubah-ubah sehingga dapat mengetahui dengan jelas kebutuhan dan keinginan dari konsumen.
Itu dilakukan agar kegiatan produksi sesuai dengan target yang diinginkan.
3. PT Indofood Sukses Makmur, Tbk dapat melakukan pemanfaatan dan pengalokasian modal
dengan tepat yang digunakan untuk pengembangan teknologi seoptimal mungkin.
4. PT Indofood Sukses makmur, Tbk dapat lebih bijak dalam pemilihan bahan baku dan bahan
pembantu agar tetap menjaga kualitas produk, sehingga tidak banyak mengandung bahan kimia
yang dapat merugikan para penikmat produk Indofood.
***
Daftar Pustaka
DISUSUN OLEH :
EKO JULIANTO PERWIRA
D021171521
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020