Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Perhatian perusahaan pada saat ini lebih terkonsentrasi kepada kepentingan manajemen dan
pemilik modal. Perusahaan seringkali mengabaikan stakeholders, sehingga menyebabkan banyak
aksi protes yang dilakukan oleh elemen stakeholders kepada manajemen perusahaan yang menuntut
keadilan terhadap kebijakan upah maupun pemberian fasilitas kesejahteraan yang diterapkan
perusahaan. Masyarakat juga banyak yang melakukan protes atas dampak sosial dan lingkungan
yang dihasilkan perusahaan, sehingga menyebabkan hubungan yang tidak harmonis antara
perusahaan dengan lingkungan sosialnya.
Selain menyusun laporan tahunan (annual report), penting bagi perusahaan untuk membuat
laporan keberlanjutan atau yang populer dengan istilah Sustainability Report (SR). Sustainability
Reporting adalah pelaporan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur, mengungkapkan
(disclose), serta upaya perusahaan untuk menjadi perusahaan yang akuntabel bagi seluruh pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk tujuan kinerja perusahaan menuju pembangunan yang
berkelanjutan.
Penyusunan laporan keberlanjutan merupakan sebuah terobosan baru yang dibuat oleh
regulator dalam merespon keinginan publik atau stakeholders terhadap kepedulian korporasi
terhadap keselamatan lingkungan dan alam sekitar atas proses bisnis yang dijalankan. Hal ini cukup
beralasan, karena tidak sedikit perusahaan memiliki bisnis yang menggunakan sumber daya alam
secara langsung maupun secara tidak langsung.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai salah satu regulator telah mengadopsi laporan
keberlanjutan sebagai salah satu kewajiban emiten dalam melaporkan pelaksanaan tanggung jawab
sosial perusahaan. Hal ini diatur dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Nomor: KEP-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten
atau Perusahaan Publik. Dijelaskan, emiten dapat mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility report) dalam laporan tahunan atau laporan tersendiri
yang disampaikan bersamaan dengan laporan tahunan kepada OJK.
Dalam ajang ARA (Annual Reporting Awards), regulator penggagas event secara bertahap
membuat kriteria yang menempatkan laporan keberlanjutan sebagai instrumen informasi yang
memberikan nilai tambah dengan bobot sebesar 5 persen dalam klasifikasi informasi lain-lain.
Menanggapi respon yang positif dengan adanya pelaporan keberlanjutan, maka Indonesia sudah
1
mulai merujuk semua perusahaan untuk menerbitkan pelaporan keberlajutan agar mendapatkan
manfaat untuk menuju pembangunan keberlanjutan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akuntansi Sosial dan Lingkungan


Akuntansi Sosial sering juga disebut Akuntansi Lingkungan ataupun Akuntansi Sosial Ekonomi
didefinisikan sebagai proses seleksi variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan
prosedur pengukuran; yang secara sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk
mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok
sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan (Balkoui, 2006).
Sukoharsono (2010) berpendapat bahwa akuntansi sosial dan lingkungan (yang juga dikenal
sebagai akuntansi sosial, akuntansi lingkungan, corporate social reporting, corporate sosial
responsibility reporting, non-financial reporting, atau sustainability accounting) adalah proses
pengkomunikasian efek sosial dan lingkungan dari tindakan ekonomi organisasi kepada beberapa
kelompok tertentu dalam suatu lingkungan. Akuntansi sosial dan lingkungan biasa digunakan dalam
hubungannya dengan bisnis, walaupun organisasi secara luas, seperti NGO (Non-Governmental
Organization), dan institusi pemerintahan bahkan institusi pendidikan juga menggunakannya.
Akuntansi sosial bertujuan untuk menyediakan informasi biaya lingkungan yang relevan bagi pihak
yang memerlukan. Keberhasilan akuntansi lingkungan tidak hanya tergantung pada ketepatan dalam
penggolongan biaya-biaya, namun juga kemampuan dan keakuratan data akuntansi perusahaan dalam
menekan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan.
Tujuan dikembangkannya akuntansi lingkungan adalah untuk digunakan sebagai alat manajemen
lingkungan dan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat. Praktik akuntansi lingkungan memiliki arti
penting bagi perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal berarti akuntansi
lingkungan digunakan sebagai alat manajemen.
Menurut Hendriksen dalam Luhgiatno (2007), akuntansi sosial secara teoritis mensyaratkan
perusahaan harus melihat lingkungan sosialnya antara lain masyarakat, konsumen, pekerja, pemerintah
dan pihak lain yang dapat menjadi pendukung jalannya operasional karena pergesaran tanggung jawab
perusahaan.
Dari hal ini dapat dijelaskan bahwa untuk mendapatkan gambaran tentang akuntansi sosial
perusahaan, entitas perusahaan harus mampu mengakses lingkungan sosialnya. Setelah itu untuk
menindak lanjuti dan mengukur kepekaan tersebut perusahaan memerlukan informasi secara periodikal,
sehingga informasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi semua pihak
3
(sharehoders, stakeholders, debtholders).
Akuntansi sosial dilaksanakan atas dasar aktivitas sosial yang dijalankan oleh suatu entitas
perusahaan, selanjutnya diproses berdasarkan prinsip, metode dan konsep akuntansi untuk diungkapkan
bagi pihak-pihak yang berkepentingan, kemudian dari informasi yang dihasilkan pengguna informasi
akan dapat menentukan kebijakan selanjutnya untuk aktivitas sosial dan kebijakan untuk lingkungan
sosial entitas perusahaan yang dijalankan.
Situasi dan kondisi tersebut menuntut adanya sebuah laporan (output) yang mendeskripsikan
segala aspek yang dapat mendukung kelangsungan usaha (going concern) sebuah entitas. Disinilah
peran akuntansi diharapkan dapat merespons lingkungan sosialnya sebagai perwujudan kepekaan dan
kepedulian entitas perusahaan terhadap lingkungan sosialnya.

B. Sustainability Reporting
Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stokeholders, yang melebihi
tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004).
Menurut Pearce dan Robinson (2008:72) tanggung jawab sosial terdiri atas:
a) Tanggung jawab ekonomi (economic responsibilities) yang dimana tugas manajer sebagai
agen dari pemilik perusahaan, untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
b) Tanggung jawab hukum (legal responsibilities) mencerminkan kewajiban perusahaan untuk
mematuhi undang-undang yang mengatur aktivitas bisnis.
c) Tanggung jawab etika (ethical responsibilities) mencerminkan gagasan perusahaan
mengenai perilaku bisnis yang benar dan layak.
d) Tanggung jawab diskresi (discretionary responsibilities) merupakan tanggung jawab yang
secara sukarela diambil oleh suatu bisnis yang mencakup hubungan masyarakat, kewargaan
yang baik, dan tanggung jawab sosial perusahaan secara penuh.
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut
Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan yang dilakukan oleh perusahaan
untuk mengukur, mengungkapkan (disclose), serta upaya perusahaan untuk menjadi perusahaan
yang akuntabel bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk tujuan kinerja perusahaan
menuju pembangunan yang berkelanjutan.
Manfaat perusahaan mengimplementasikan Sustainability management, yaitu:
4
1. Perusahaan lebih peduli terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar dalam pembangunan komunitas
(community development) atau Corporate Social Responsibility (CSR). Perusahaan bukan hanya
mengejar keuntungan bagi pemilik semata, namun juga harus menjaga dan memberi nilai tambah
(value added) pada masyarakat dan lingkungannya.
2. Meningkatkan nama baik / reputasi perusahaan, sehingga terjaga citra (image) yang positif.
3. Mengurangi dampak risiko yang merugikan perusahaan.
4. Meningkatkan daya saing perusahaan (competitive advantage).
5. Meningkatkan kepercayaan para pemegang saham dan pemangku kepentingan (stakeholder)
lainnya.
6. Bahan Analisis investasi bagi para investor (Socially Responsible Invesment/SRI).
Perusahaan yang telah go public memiliki kewajiban membuat laporan keberlanjutan
(sustainability report) sesuai dengan amanat Pasal 66 Ayat 2 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Bapepam-LK telah mengeluarkan aturan yang mengharuskan
perusahaan publik untuk mengungkapkan pelaksanaan kegiatan CSR di dalam laporan
tahunannya. Melalui penerapan Sustainability Reporting diharapkan perusahaan dapat
berkembang secara berkelanjutan (sustainable growth) yang didasarkan atas etika bisnis (business
ethics).
Tujuan dari pembuatan laporan keberlanjutan ini adalah untuk mengkomunikasikan
komitmen dan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial perusahaan kepada para pemangku
kepentingan serta masyarakat luas secara transparan. Melalui laporan ini para pemangku
kepentingan bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan terbuka mengenai segala kegiatan
pembangunan berkelanjutan yang telah dilakukan oleh Perusahaan.
Dalam menyusun laporan keberlanjutan ini, acuan yang dipergunakan adalah
Sustainability Reporting Guidelines (SRG), yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative
(GRI) yang disesuaikan dengan karakteristik usaha sebuah perusahaan. Prinsip ketepatan
(Accuracy), menyeluruh (Completeness), serta reliabilitas (Reliability) diperlukan untuk
menampilkan informasi dalam laporan keberlanjutan.
Proses pembuatan laporan keberlanjutan ini dilakukan secara berjenjang mulai dari
penyediaan data, proses penulisan, editing, pengecekan akurasi data audit hingga didapat draft
final untuk kemudian disajikan dalam bentuk laporan akhir. laporan keberlanjutan dapat
diterbitkan sebagai satu kesatuan yang tak terpisah dengan Laporan Tahunan sebuah perusahaan.
Secara umum Sustainability Reporting Guidelines berisikan terdiri dari profil perusahaan, profil
5
pelaporan, cakupan dan batasan pelaporan, tata kelola perusahaan, keterlibatan pemangku
kepentingan, indikator aspek kinerja perekonomian, indikator aspek kinerja lingkungan,
ketenagakerjaan dan sumber daya manusia, aspek perlindungan kepada nasabah dan lain
sebagainya. Jika dilihat sepintas, isi dari Laporan Berkelanjutan hampir sama dengan Laporan
Tahunan. Namun bukan berarti, dalam penyusunan laporan keberlanjutan bisa langsung menyadur
dari isi Laporan Tahunan.
Proses penyajian Sustainability Reporting dilakukan melalui 5 (lima) mekanisme, yaitu:
1) Penyusunan kebijakan perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan membuat kebijakan yang
berkaitan dengan sustainability development, kemudian mempublikasikan kebijakan
tersebut beserta dampaknya.
2) Tekanan pada rantai pemasok (supply chain). Harapan masyarakat pada perusahaan untuk
memberikan produk dan jasa yang ramah lingkungan juga memberikan tekanan pada
perusahaan untuk menetapkan standar kinerja dan sustainability reporting kepada para
pemasok dan mata rantainya.
3) Keterlibatan stakeholders.
4) Voluntary codes. Dalam mekanisme ini, masyarakat meminta perusahaan untuk
mengembangkan aspek-aspek kinerja sustainability dan meminta perusahaan untuk
membuat laporan pelaksanaan sustainability. Apabila perusahaan belum melaksanakan,
maka perusahaan harus memberikan penjelasan.
5) Mekanisme lain adalah rating dan benchmaking, pajak dan subsidi, ijin-ijin yang dapat
diperdagangkan, serta kewajiban dan larangan.

C. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia


Di Indonesia praktik pengungkapan tanggung jawab sosial di atur oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 Paragraf 9, yang menyatakan
bahwa: “Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan
hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor
lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai
kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”
Selain itu, pengungkapan tanggung jawab sosial ini juga terdapat dalam Keputusan Ketua Badan
6
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No. kep-38/PM/1996 peraturan No. VIII.G.2 tentang Laporan
Tahunan. Peraturan ini berisi mengenai kebebasan bagi perusahaan untuk memberikan penjelasan
umum mengenai perusahaan, selama hal tersebut tidak menyesatkan dan bertentangan dengan informasi
yang disajikan dalam bagian lainnya. Penjelasan umum tersebut dapat berisi uraian mengenai
keterlibatan perusahaan dalam kegiatan pelayanan masyarakat, program kemasyarakatan, amal, atau
bakti sosial lainnya, serta uraian mengenai program perusahaan dalam rangka pengembangan SDM
(Murwaningsari, 2009).
Lebih lanjut, pemerintah juga mengeluarkan berbagai undang-undang yang mengatur pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan. Undang-undang yang dimaksud adalah:
i. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-undang ini diantaranya mengatur tentang kewajiban setiap orang yang
melakukan usaha untuk memberi informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan
lingkungan hidup (Pasal 6: 2), kewajiban penanggung jawab usaha untuk mengelola
limbah hasil usaha (Pasal 16: 1) serta dendanya (Pasal 41: 1 dan Pasal 42:1)
ii. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Undang-undang ini
diantaranya mengatur tentang kewajiban penanam modal untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial dan menghormati budaya masyarakat sekitar (Pasal 15), menjaga
kelestarian lingkungan hidup (Pasal 16: 1) serta sanksi yang diberikan kepada penanam
modal yang melanggar (Pasal 34: 1,2,3)
iii.Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-undang ini
diantaranya mengatur tentang kewajiban perusahaan melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan (Pasal 74: 1), kewajiban untuk menganggarkan dan
memperhitungkan sebagai biaya perseroan (Pasal 74: 2), serta sanksi bagi yang tidak
melaksanakan (Pasal 74: 3)
iv. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Undang-undang ini memberikan kesempatan bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah untuk memeroleh pembiayaan dalam bentuk pemberian pinjaman,
penjaminan, hibah, maupun pembiayaan lainnya dari Badan Usaha Milik Negara yang
bersumber dari penyisihan bagian laba tahunan.
Sathyaningsih (2015) mengutip pernyataan Budi Santoso selaku staf ahli Menteri Koordinator
Perekonomian Bidang Pengentasan Kemiskinan:
“Pemerintah Indonesia berharap dengan diimplementasikannya undang-undang tentang
7
tanggung jawab sosial dan lingkungan maka ada empat hal tercapai, yaitu mampu
mendorong ekonomi kerakyatan, memberikan akses kepada masyarakat, memberikan
pelayanan dasar kepada masyarakat miskin dan kelompok khusus, serta mampu
meningkatkan kemampuan dan kualitas masyarakat miskin (www.republika.co.id)”
Dari regulasi-regulasi yang telah disebut, dapat diketahui bahwa pemerintah Indonesia telah
mendorong dunia industri untuk merencanakan dan melaksanakan tanggung jawab sosial berikut sanksi
yang diberikan apabila tidak mematuhi aturan yang ada. Namun memang pihak pemerintah maupun IAI
selaku organisasi yang merumuskan kebijakan akuntansi Indonesia belum menuntut pembuatan laporan
sosial maupun pengungkapannya dalam laporan tahunan. Akan tetapi hal tersebut tidak menghalangi
perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosialnya.

D. Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA)


National Center for Sustainability Reporting (NCSR) setiap tahun menyelenggarakan ajang /
penghargaan Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA). Ajang tahunan ISRA
diselenggarakan atas kerjasama NCSR bersama Indonesia-Netherlands Association (INA) serta
American Chamber of Commerce (AMCHAM) dengan dukungan Kementerian Negara
Lingkungan Hidup, Kedutaan Besar Kerajaan Belanda, Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG), Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI), Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI), dan Asosiasi Emiten Indonesia (AEI). ISRA diharapkan dapat meningkatkan
tanggungjawab perusahaan terhadap pemangku kepentingan utama (key stakeholders) dan
meningkatkan kesadaran perusahaan terhadap aspek transparansi dan akuntabilitas publik. ISRA
diberikan kepada perusahaan yang telah mempublikasikan Sustainability Report, baik yang
diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam laporan tahunan (annual report).
Tahun 2005 menjadi tonggak CSR di Indonesia dimana untuk pertama kalinya National
Center for Sustainability Reporting (NCSR) menyelenggarakan penilaian kepada perusahaan yang
telah mengembangkan laporan keberlanjutan dan CSR. Memasuki tahun ke-9 pada 2013 lalu,
kompetisi ini menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Lebih dari 30 perusahaan
berpartisipasi pada ajang ini. Para peserta sudah bertransformasi bukan saja perusahaan berbasis
energi yang notabene adalah core domain eksplorator lingkungan, tetapi perusahaan dari sektor
consumer goods, infrastruktur, dan perbankan turut ambil bagian.
Menurut Ali Darwin, Ketua NCSR yang dilansir pada website NCSR menungkapkan bahwa
misi kontes ini bertujuan untuk mendorong serta meningkatkan kualitas dan kuantitas
8
sustainability reporting di Indonesia serta memberikan penghargaan bagi perusahaan yang telah
menerbitkan laporan keberlanjutan pada laporan tahunan mereka. Penilaian merujuk pada kaidah
CSR yang diusung Global Reporting Initiative (GRI) berbasis di Belanda. Berbagai kategori yang
dilombakan diantaranya adalah Best Sustainability Report, Best CSR Disclosure in Annual
Report, Best Sustainability/CSR Communication in the Website, dan Commendation for First
Time Sustainability Report (bagi perusahaan yang baru pertama kali membuat laporan).
Meningkatnya animo peserta dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa ajang Indonesia
Sustainability Report Award ditengarai sebagai momentum yang tepat untuk meningkatkan
kesadaran perusahaan mengenai keharusan memasukkan tanggungjawab sosial perushaan sebagai
bagian integral strategi bisnis. Tidak hanya mengejar keuntungan semata tetapi juga
mengedepankan etika, turut memberdayakan dan mensejahterakan ekonomi masyarakat setempat
serta menanamkan keberpihakan pada alam dan lingkungan.
Terdapat 3 (tiga) kriteria yang sering dipakai sebagai penilaian ajang penghargaan ISRA
antara lain :
 Kelengkapan (completeness), meliputi: profil perusahaan, dampak penting, kebijakan
sosial/lingkungan, komitmen manajemen, target dan tujuan kebijakan sosial/lingkungan, layanan
produk dan jasa, kebijakan pengadaan bahan baku dan isu-isu yang terkait dengannya, kebijakan
pelaporan dan pembukuan, dan hubungan antara pelaporan sosial/lingkungan dengan masalah
pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development), sistem manajemen (management
system) serta tata kelola perusahaan (corporate governance).
 Kepercayaan (Credibility), meliputi: pencapaian utama saat ini, penyebutan anggota tim yang
bertanggung jawab untuk isu sosial/ekonomi, sistem manajemen dan integrasinya ke kegiatan
usaha, perencanaan ketidakpastian dan manajemen risiko, proses audit internal, ketaatan
(compliance) atau ketidaktaatan terhadap peraturan, data-data mengenai dampak sosial/ekonomi,
data-data keuangan konvensional yang berhubungan, laporan keuangan sosial/lingkungan dan full
cost accounting, akreditasi atau sertifikasi ISO, penjabaran mengenai interaksi dengan pihak
terkait atau proses dialog, pemanfaatan masukan dari pihak-pihak yang terkait, serta pernyataan
dari pihak ketiga.
 Komunikasi (Communication), meliputi: tata letak dan penampilan, kemudahan dipahami, dibaca
dan proporsional uraian tiap bagian, mekanisme komunikasi dan umpan balik (feedback),
ringkasan pelaporan (executive summary), tersedia petunjuk kemudahan untuk membaca laporan,
pemanfaatan sarana intranet & internet, acuan bagi website dan pelaporan lain, dan hubungan
9
antar pelaporan, kesesuaian grafik, gambar dan foto dengan narasi, dan integrasi dengan laporan
keuangan (financial statement).

E. Dampak UU Akuntan Publik terhadap Perkembangan Profesi


Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa assuran dan hasil
pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satupertimbangan penting dalam
pengambilan keputusan ekonomis. Dengan demikian, profesiAkuntan Publik memiliki peranan yang
sangat besar dalam mendukung terwujudnyaperekonomian yang sehat, efisien dan transparan. Untuk
melindungi kepentingan masyarakat dan sekaligus melindungi profesi Akuntan Publik, maka
diperlukan suatu undang-undang yang mengatur praktik profesi Akuntan Publik.
Ketentuan tentang Akuntan Publik diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Akuntan Publik. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011, Akuntan Publik adalah seseorang
yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Wilayah kerja Akuntan Publik meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun
jenis jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik adalah:
a. Jasa asuransi, yang meliputi:
a. jasa audit atas informasi keuangan historis;
b. jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan
c. jasa asurans lainnya.
Jasa asuransi sebagaimana disebutkan di atas hanya dapat diberikan oleh Akuntan Publik.
b. Jasa selain jasa asuransi yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Jasa-jasa ini dapat berupa jasa pembukuan, jasa kompilasi
laporan keuangan, jasa manajemen, akuntansi manajemen, konsultasi manajemen, jasa perpajakan,
jasa prosedur yang disepakati atas informasi keuangan, dan jasa sistem teknologi informasi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Praktik
Akuntan Publik, pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis terhadap suatu entitas oleh
seorang Akuntan Publik dibatasi paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut. Adapun entitas
yang dimaksud terdiri atas:
 Industri di sektor Pasar Modal;
 Bank umum;
 Dana pensiun;
 Perusahaan asuransi/reasuransi; atau
10
 Badan Usaha Milik Negara.
Pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis sebagaimana dimaksud di atas
juga berlaku bagi Akuntan Publik yang merupakan Pihak Terasosiasi. Akuntan Publik dapat
memberikan kembali jasa audit atas informasi keuangan historis terhadap entitas setelah 2 (dua) tahun
buku berturut-turut tidak memberikan jasa tersebut.
Dalam memberikan jasa asurans, Akuntan Publik dan KAP wajib menjaga independensi serta
bebas dari benturan kepentingan. Benturan kepentingan yang dimaksud meliputi antara lain, apabila:
a. Akuntan Publik atau Pihak Terasosiasi mempunyai kepentingan keuangan atau memiliki kendali yang
signifikan pada klien atau memperoleh manfaat ekonomis dari klien;
b. Akuntan Publik atau Pihak Terasosiasi memiliki hubungan kekeluargaan dengan pimpinan, direksi,
pengurus, atau orang yang menduduki posisi kunci di bidang keuangan dan/atau akuntansi pada klien;
dan/atau
c. Akuntan Publik memberikan jasa asurans dan jasa lainnya dalam periode yang sama atau untuk tahun
buku yang sama.
Manfaat yang timbul akibat adanya adanya UU No. 5 Tahun 2011 ini, antara lain :
1. Kepastian hukum sekaligus perlindungan terhadap profesi akuntan public di Indonesia sudah
terjamin
2. Baik entitas yang menggunakan jasa akuntan public dan akuntan public itu sendiri akan
mendapatkan penjelasan lebih mengenai apa saja hak dan kewajiban akuntan public
3. Adanya kerjasama yang kooperatif antara akuntan dan entitas pengguna jasa akuntan public yang
akan menghasilkan kerjasama yang saling memuaskan dari kedua pihak karena telah dijelaskan
tentang hak dan kewajiban dari akuntan public namun tetap menjaga independensi dan bebas dari
benturan kepentingan
4. Dengan adanya undang-undang ini diharapkan akan membantu terciptanya perekonomian nasional
yang sehat dan transparan.
Namun ada beberapa pasal yang dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap perkembangan profesi
AkuntanPublik di Indonesia. Hal tersebut adalah :
1. Sanksi pidana bagi Akuntan Publik,
2. Perijinan Akuntan Publik Asing,
3. Persyaratan Akuntan Publik
Pertama, sanksi pidana dikhawatirkan akan semakin mengurangi minat generasi muda untukterjun
menjadi Akuntan publik yang saat ini sudah sangat rendah, sanksi administratif kiranyasudah cukup
11
memadai. Kedua, perijinan Akuntan Publik Asing yang dirasa begitu mudah,akan menggusur keberadaan
Akuntan Publik lokal. Hal ini dimungkinkan karena jumlahAkuntan Publik di beberapa negara ASEAN
sangat banyak, sehingga meraka akanmelakukan ekspansi ke Indonesia, disamping itu adanya potensi
ancaman terhadapkepentingan keamanan negara ketika Akuntan Publik Asing tersebut memeriksa industri
strategis negara. Ketiga, persyaratan untuk menjadi Akuntan Publik begitu mudah, karenatidak
mensyaratkan harus dari jurusan akuntansi, hal ini menjadi preseden buruk bagipengembangan jurusan
akuntansi di Indonesia.
Sanksi pidana terhadap akuntan public
Pada UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, telah diatur Ketentuan Pidana terhadap kegiatan
akuntan public pada pasal 55, 56 dan 57. Namun terdapat hal-hal tertentu yang cenderung menimbulkan
ketidak nyamanan dalam menjalani profesi akuntan public ini. Pada pasal 55 huruf b yang menyatakan
“dengan sengaja melakukan manipulasi, memalsukan,dan/atau menghilangkan data atau catatan pada
kertaskerja atau tidak membuat kertas kerja yang berkaitandengan jasa yang diberikan sebagaimana
dimaksuddalam Pasal 3 ayat (1) sehingga tidak dapat digunakansebagaimana mestinya dalam rangka
pemeriksaan olehpihak yang berwenang….”. Perbuatan-perbuatan terkait hal diatastelah diatur dalam
KUHP, sehingga akan berdampak munculnya duplikasi aturan, tumpang tindih, dan berpotensi
menimbulkan perbedaan interpretasi atas suatu permasalahan sehingga menimbulkan ketidakpastian. Serta
dapat dilihat memberikan celah bagi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk memidanakan akuntan
public karena kata-kata “sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya” begitu bias dan tidak
memiliki ukuran bagaimana suatu kondisi laporan itu dapat/tidak dapat digunakan semestinya oleh pihak
berwenang, karena diketahui bahwa jasa produk dari pekerjaan akuntan publik adalah suatu opini atau
pendapat akuntan publik terhadap suatu laporan keuangan atau informasi keuangan dimana opini tersebut
merupakan suatu bentuk keyakinan memadai (reasonable assurance) dan bukan merupakan suatu pernyataan
kebenaran absolut (mutlak) atas laporan keuangan atau informasi keuangan lainnya. Produk akuntan publik
tersebut bukan akta otentik sebagaimana dikeluarkan oleh pejabat publik. Dan juga terdapat beberapa alasan
lain, yaitu :
1. Bahwa standar profesi akuntan publik adalah suatu acuan yang digunakan dalam menjalankan
profesinya dimana dalam pelaksanaanya banyak menggunakan professionaljugdement dan berbasis
sampling, oleh karena itu pengaturannya berbeda dengan ketentuan hukum yang sifatnya pasti dan
tidak menimbulkan keragu-keraguan
2. Bahwa seorang akuntan publik bukanlah kuasi Negara, kuasi Pemerintah, atau pejabat publik yang
diberikan kewenangan atas nama publik atau Negara sehingga produk akuntan publik bukan
12
merupakan legal binding sehingga tidak sebanding apabila dikenakan sanksi pidana.
3. Bahwa standar profesi dan kode etik yang digunakan oleh akuntan publik adalah bukan merupakan
produk hukum yang termasuk dalam jenis dan hirarki perundang-undangan sebagaimana dimaksud
dalam UU No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Perundang-undangan karena standar profesi dan
kode etik ditetapkan oleh asosiasi profesi.
Selain alasan tersebut, pengenaan sanksi pidana atas pekerjaan akuntan publik juga akan
menimbulkan dampak meningkatnya risiko profesi dan bisnis akuntan publik sehingga akan mengurangi
minat dan tidak mendorong pertumbuhan profesi akuntan publik yang sudah sangat rendah.
Perizinan Akuntan Publik Asing
Izin menjadi Akuntan Publik diberikan oleh Menteri Keuangan. Izin Akuntan berlaku selama 5
(lima) tahun sejak tanggal ditetapkan dan dapat diperpanjang. Apabila masa berlaku izin Akuntan Publik
telah berakhir dan tidak memperoleh perpanjangan izin, yang bersangkutan tidak lagi menjadi Akuntan
Publik dan tidak dapat memberikan jasa asurans. Untuk mendapatkan izin menjadi seseorang harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah;
b. berpengalaman praktik memberikan jasa asurans;
c. berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e. tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin Akuntan Publik;
f. tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
g. menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan (asosiasi
yang ditetapkan adalah Institut Akuntan Publik Indonesia – IAPI); dan
h. tidak berada dalam pengampuan.
Sementara itu, persyaratan yang harus dipenuhi oleh Akuntan Publik Asing untuk mendapatkan izin
Akuntan Publik adalah sebagai berikut:
a. berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin sebagai akuntan publik di negara
asalnya;
d. tidak pernah dipidana;
e. tidak berada dalam pengampuan;
13
f. mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia;
g. mempunyai pengetahuan di bidang perpajakan dan hukum dagang Indonesia;
h. berpengalaman praktik dalam bidang penugasan asurans yang dinyatakan dalam suatu hasil penilaian
oleh asosiasi profesi akuntan publik;
i. sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan oleh dokter di Indonesia; dan
j. ketentuan lain sesuai dengan perjanjian saling pengakuan antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah
negara dari Akuntan Publik Asing.
Akuntan Publik dapat mengajukan permohonan penghentian pemberian jasa asurans dan
permohonan pengunduran diri sebagai Akuntan Publik. Selain karena permohonan pengunduran diri, izin
Akuntan Publik dicabut dalam hal yang bersangkutan:
a. dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin;
b. dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
c. dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap berdasarkan ketentuan Undang-Undang Akuntan
Publik;
d. berada dalam pengampuan; atau
e. menyampaikan dokumen palsu atau yang dipalsukan atau pernyataan yang tidak benar pada saat
pengajuan permohonan izin Akuntan Publik.
Persyaratan Untuk Menjadi Akuntan Publik
Pada pasal 6 huruf a UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, bahwa Proses menjadi Akuntan
Publik disederhanakan dan basis calon Akuntan Publik diperluas, Dengan ketentuan tersebut berarti gelar
CPA (certified public accountant) dapat diberikan kepada siapa saja yang lulus ujian CPA tanpa
memandang dia lulusan jurusan apapun (tidak harus dari jurusan akuntansi). Hal ini memunculkan potensi
menurunnya kualitas dari SDM yang ahli dalam akuntansi. Padahal seseorang yang mengambil S-1 untuk
jurusan akuntansi saja paling tidak membutuhkan 4 tahun untuk mendalami akuntansi tersebut. Sulit
membayangkan seseorang dari jurusan bukan akuntansi dapat menjadi seorang akuntan hanya dengan cara
lulus ujian CPA. Menurut Prof. Dr. Muslich Anshori (Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga),
seharusnya Undang - Undang harus dapat mengakomodir bagaimana profesi akuntansi ini bisa menarik
minat para sarjana akuntansi untuk terjun menekuninya. Walaupun diketahui bahwa jumlah akuntan public
di Indonesia sangat kecil dibandingkan Negara-negara ASEAN.

F. Aplikasi Pelaporan Sustainability Reporting Pada PT. Astra international, Tbk


14
Astra International, Tbk - Toyota Sales Operation merupakan suatu perusahaan yang bergerak
sebagai main dealer atau penyalur tunggal dari kendaraan bermerk Toyota.Perusahaan ini didirikan
oleh William Soerjayadjaja, Drs. Tjia Kian Tie dan Liem Peng.Hong pada tanggal 20 Februari 1957 di
Bandung. Pada tahun 1965 perusahaan pindah ke Jakarta dengan kantor yang di Bandung sebagai
cabang. Pada mulanya perusahaan ini bergerak dibidang usaha ekspor hasil bumi dan kemudian
berkembang dibidang usaha permobilan.
Pada tanggal 1 Juli 1969, PT Astra International Incorporated mendapat pengakuan resmi dari
pemerintah Republik Indonesia sebagai agen tunggal kendaraan bermotor merek Toyota bagi seluruh
wilayah Indonesia. Kemudian pada tahun 1970 PT Astra International Incorporated membentuk divisi
baru dalam perusahaan yang khusus menangani distribusi dan pemasaran kendaraan bermerek Toyota
dengan nama Toyota Division. Melihat perkembangan pemasaran kendaraan merek Toyota maju pesat
di Indonesia, maka Toyota Motor Sales Co Ltd Jepang berminat menangani distribusi dan pemasaran
kendaraan bermerek Toyota guna meningkatkan pelayanan kepada para peminat kendaraan merek
Toyota dengan jalan pembinaan industri Toyota. Maka pada akhir tahun 1971 didirikan perusahaan baru
dengan nama PT Toyota Astra Motor, yang merupakan patungan antara Toyota Motor Sales Co Ltd
Jepang dengan PT Astra International Incorporated dan PT GayaMotor adalah perusahaan yang
bergerak di bidang perakitan (assembling)kendaraan bermotor dari berbagai jenis dan merek. Setelah
PT Toyota Astra Motor berdiri maka status agen tunggal kendaraan merek Toyota untuk
seluruh wilayah Indonesia dialihkan dari PT Astra International Incorporated kepada PT Toyota Astra
Motor.
Bidang usaha PT Astra Toyota Motor mencakup lingkup yang sangat luas, mulai dari mengimpor
kendaraan merek Toyota bersifat completely knocked down dari Jepang, kemudian merakitnya pada PT
Multi Astra yang didirikan pada tanggal 13 Agutus 1973 sebagai salah satu usaha perakitan kendaraan
merek Toyota yang menggantikan komponen dalam negeri. Untuk itu PT Toyota Motor Sales telah
menjalin hubungan dengan beberapa local partsupplies, seperti Toyota Mobilindo.
Pada tahun 1973, PT Astra International Incorporated ditunjuk sebagai agen tunggal dari produk
Daihatsu. Dengan demikian nama Toyota Division tidak sesuai lagi dipakai, karena divisi ini tidak
hanya memasarkan kendaraan merek Toyota, tetapi juga kendaraan merek Daihatsu. Oleh sebab
itu,pada tanggal I September 1973 nama Toyota Division diubah menjadi Motor Vehicle Division.
Sesuai dengan perkembangan pemasaran kendaraan Toyota yang semakin baik, maka pada tanggal 1
Januari 1976 didirikan PT Astra Motor Sales, bertindak sebagai penyalur utama kendaraan merek
Toyota. Dengan demikian, didalam tubuh Motor Vehicle Division PT Astra International Incorporated
15
terjadi perubahan, dimana saat itu yang bertindak sebagai agen tunggal kendaraan merk Toyota adalah
PT Astra Motor Sales.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi sekaligus persiapan go public PT Astra International ke
tengah masyarakat, maka pada tanggal 1 Januari 1989 PT Astra Motor Sales bergabung dengan PT
Astra International Incorporated dan menjadi divisi Toyota dengan nama PT Astra International Toyota
Sales Operation atau yang disebut juga AUTO 2000. Kantor pusat perusahaan berkedudukan di Jakarta,
dan saat ini mempunyai cabang dan dealer yang tersebar di kota - kota besar di Indonesia.
Laporan Keberlanjutan PT. Astra International, Tbk
Melalui Public Contribution Roadmap, Astra berkontribusi dalam pembangunan masyarakat dan
pelestarian lingkungan. Dalam implementasinya keduanya dijabarkan menjadi kebijakan, target yang
terukur, kriteria serta prosedur pelaksanaan yang dirangkum dalam Astra Green Company (AGC)
dan Astra Friendly Company (AFC).
AGC mewujudkan komitmen Astra dalam pengelolaan lingkungan, kesehatan dan keselamatan
kerja. AFC mencantumkan berbagai arahan strategi dan implementasi Astra dalam berinteraksi dengan
para pemangku kepentingan dan masyarakat sekitar yang terwujud dalam 4 Pilar Utama.
a) LINGKUNGAN HIDUP
Dalam menjalankan bisnisnnya, Astra selalu melakukan proses produksi dan operasional yang
ramah lingkungan. Ramah lingkungan dalam hal ini adalah mengendalikan dan meminimalisasi
konsumsi energi, air, serta penggunaan sumber daya alam lain. Oleh karena itu, salah satu aspek
lingkungan yang senantiasa menjadi perhatian Astra adalah konsumsi sumber daya alam. Astra dan
seluruh entitas bisnisnya secara terus-menerus meningkatkan efisiensi dan optimalisasi penggunaan
material, sumber daya alam, energi serta mengelola limbah dengan baik melalui
program-program Cleaner Production yang diimplementasikan di masing-masing anak perusahaan. Hal
tersebut diwujudkan pada beberapa Kebijakan Astra yang ditetapkan pada tahun 2014:
1. Penerapan Astra Green Company minimal BIRU (comply regulation) untuk seluruh anak perusahaan.
2. Efisiensi sumber daya alam minimal sebesar 5% per satuan produk dibandingkan tahun 2013, melalui
penerapan program cleaner production dan menggunakan renewable energy.
3. Melaksanakan efisiensi energi dan menurunkan Gas Rumah Kaca (GRK) 2%.
4. Mengupayakan pemenuhan regulasi PROPER melalui "Road To be Green PROPER".
Selain itu, Astra pun berkomitmen untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan dan
menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan yang memungkinkan staf dan bisnis Grup
Astra menjadi lebih ramah lingkungan. Astra menyadari bahwa tanpa adanya hubungan timbal balik
16
antara perusahaan, masyarakat, dan lingkungan tidak akan terjadi bisnis yang berkelanjutan. Berikut
adalah beberapa program lingkungan yang diinisiasi oleh Astra:
ASTRA Forest
Program ini merupakan program kawasan hutan terpadu Grup Astra seluas 200 hektare yang akan
menjadi tempat pembelajaran tentang kehutanan, keanekaragaman hayati, serta pendidikan lingkungan
tentang hutan tropis Indonesia. Astra Sentul Eco Edu Tourism Forest (ASEETF) digagas sebagai upaya
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang berkolaborasi dengan Kementerian Kehutanan dan
Perhutani di Babakan Madang, Sentul, Jawa Barat. Pada tahun 2014, Astra telah menginvestasikan Rp
1,2 Miliar dalam mengembangkan kawasan hutan ini.
Astra Green Lifestyle (AGL)
Astra bersama anak perusahaan menyelenggarakan program Astra Green Lifestyle (AGL) di
beberapa kota besar seperti Jakarta, Palembang, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, Makassar, dan
Mamuju. AGL memiliki semboyan "Kenali-Lakukan-Ajarkan" untuk mengkampanyekan gaya hidup
ramah lingkungan. AGL diisi banyak kegiatan seperti Jakarta Green Run (JGR), pameran lingkungan
dan pengumpulan 40.000 bibit pohon. Guna mendukung kegiatan ini Astra telah mengeluarkan biaya
sebesar Rp 1,2 Miliar.
b) KETENAGAKERJAAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
KETENAGAKERJAAN
Sebagai salah satu grup perusahaan terkemuka di Indonesia, kehadiran Astra memberikan manfaat
bagi masyarakat dalam menciptakan lapangan kerja. Kesempatan bekerja terbuka bagi siapapun yang
ingin bergabung dengan Astra. Astra juga memiliki kebijakan yang memastikan bahwa setiap pegawai
dan calon pegawai diperlakukan dengan adil dan penuh rasa hormat tanpa melihat perbedaan usia, ras,
agama, keyakinan, jenis kelamin, hingga kondisi fisik. Astra menentang segala bentuk diskriminasi dan
memegang prinsip kemanusiaan serta menghormati hak asasi manusia dalam pengelolaan sumber daya
manusia. Segala bentuk pelanggaran atas kebijakan ini akan ditindak sesuai dengan peraturan
perusahaan.
Astra juga memiliki komitmen kuat untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas sumber daya
manusia melalui pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan yang berkelanjutan. Pada tahun
2017 ini, Astra melanjutkan program pengembangan kompetensi yang dilaksanakan dari tahun-tahun
sebelumnya. Berikut adalah beberapa training yang dilaksanakan pada tahun 2017:

17
Astra juga terus berupaya membina hubungan yang harmonis dengan serikat pekerja sebagai
perwakilan para karyawan yang membela hak mereka. Secara umum, Astra mendorong setiap anak
perusahaan untuk dapat memiliki Lembaga Kerjasama Bipartit (LKS Bipartit) dan Mekanisme
menyampaikan komplain (umpan balik). Selain itu, Astra juga memperhatikan kehidupan hari tua para
karyawan. Astra mengikutsertakan setiap karyawan tetap dalam program yang dikelola oleh Dana
Pensiun Astra (DPA) yang melengkapi program jaminan hari tua pemerintah.
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Astra senantiasa memastikan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) karyawan merupakan
hal yang wajib diperhatikan. Hal tersebut dimaksudkan untuk melindungi karyawan dalam bekerja
sehingga pada akhirnya produktivitas dapat terjaga. Guna mendukung pelaksanaan K3 yang sistematis
dan terarah, Astra telah merumuskan pedoman kerja yang mengatur tentang peningkatan kepedulian
dan kompetensi K3 dari seluruh karyawan dengan pelaksanaan pelatihan dan safety talk rutin. Astra
berkomitmen untuk mewujudkan Zero Workplace Accident melalui penerapan program Contractor
Safety Management System dan Behavior Based Safety dengan menekankan pada pencatatan data,
analisa dan antisipasi serta perubahan perilaku yang secara konsisten diimplementasikan di seluruh lini
bisnis dan anak perusahaan kami.
c) PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
Penyebaran pengembangan sosial di PT. Astra International di bagi menjadi 4 yakni :
 Astra Sehat
 Astra Cerdas
 Astra Hijau
 Astra Kreatif
Berikut Rangkuman program dari 4 diatas :

18
A. Astra sehat
Astra Untuk Indonesia Sehat difokuskan pada bidang kesehatan terutama pada program kesehatan ibu
dan anak serta akses kesehatan bagi lapisan masyarakat prasejahtera. Kepedulian Astra di bidang
kesehatan ini diterapkan melalui pendampingan dan pelatihan kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
untuk meningkatkan pelayanan Posyandu menuju strata Mandiri, kegiatan donor darah, hingga kampanye
aksi hidup sehat dan penyerahan bantuan kesehatan ke berbagai daerah di Indonesia. Mengintegrasikan
kesehatan dan pendidikan, sejak tahun 2014 Astra melakukan social movement melalui berbagai aksi sehat
yang dikampayekan melalui sosial media. Setiap aksi sehat yang dikampanyekan oleh publik akan

19
dikonversikan menjadi penyediaan kacamata bagi anak usia sekolah kurang mampu terutama yang berada
di wilayah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal. Hingga tahun 2017, sebanyak 22.635 kacamata telah
didonasikan ke 16 wilayah di Indonesia, yakni : Sabang-Aceh, Entikong- Kalimantan Barat,
Nunukan-Kalimanatan Utara, Atambua-NTT, Merauke-Papua, Rote Ndao- NTT, Talaud-Sulawesi Utara.

B. Astra Cerdas
Pengembangan program pendidikan dalam Astra Untuk Indonesia Cerdas dilakukan melalui
pendekatan hardware, software dan brainware dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Program CSR di bidang pendidikan ini dilaksanakan oleh Grup Astra bersama sembilan
yayasan mencakup sarana dan prasarana pendidikan, anak didik dan pengajar terutama di sekitar instalasi
Astra.Implementasi Astra Untuk Indonesia Cerdas dilakukan melalui pemberian bantuan infrastruktur dan
pendampingan kepada sekolah, Senyum Sahabat PAUD Astra (Senyum SAPA), program donasi tas dan
sepatu sekolah terutama di wilayah Terluar, Terdepan dan Tertinggal. Pembinaan Sekolah Adiwiyata,
penyerahan beasiswa, dan pengembangan Rumah Pintar. Pengembangan SMK BISA Unggulan dilakukan
sebagai role model program link and match antara SMK dan industri. Program ini telah terintegrasi
meliputi hardware (bantuan alat praktek dan laboratorium), software (kurikulum berbasis industri) dan
brainware (pelatihan guru produktif, praktek kerja industri dan sertifikasi). Selain itu, setiap tahun Astra
menyelenggarakan lomba inovasi SMK BISA dan merekrut lulusan SMK sebagai tenaga kerja industri.
Hingga saat ini, Grup Astra telah membina 2.054 SMK di seluruh Indonesia

C. Astra Hijau
Astra Untuk Indonesia Hijau merupakan kegiatan Grup Astra yang melakukan upaya konservasi
lingkungan hidup, baik dalam arti luas maupun lingkungan di mana masyarakat tinggal. Menciptakan
lingkungan yang sehat Astra Untuk Indonesia hijau dan bersih bisa dicapai bersamaan dengan semangat
konservasi dan perubahan paradigma masyarakat untuk mengurangi pencemaran, sekaligus melibatkan
masyarakat dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

D. Astra Kreatif
Astra Untuk Indonesia Kreatif merupakan program kewirausahaan dilakukan untuk menumbuhkan
usaha-usaha produktif dan kemandirian masyarakat. Program kewirausahaan ini merupakan Creating
Shared Value yang dikembangkan melalui pelatihan, perluasan jaringan pemasaran, dan pengembangan
aktivitas kewirausahaan dengan dua manfaat yaitu kemandirian dan perkuatan value chain usaha Astra.
20
Dimotori oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra dan Astra Mitra Ventura, kegiatan pembinaan dan
pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dilakukan secara terintegrasi, serta didukung
perusahaan-perusahaan Grup Astra dan para mitranya. Program Astra Untuk Indonesia Kreatif meliputi
pembinaan dan apresiasi UMKM melalui Asosiasi Pelaku Usaha Kecil Binaan Astra (AKU BISA),
pengembangan usaha generasi muda melalui Astra Start-Up Challenge dan Astra Disability Connection
Program (ADCP). Sejak 2015, ADCP mendukung pengembangan dan pemberdayaan penyandang
disabilitas. Saat ini ADCP sudah memiliki 512 binaan penyandang disabilitas yang terdiri dari 75 orang
karyawan disabilitas dan 437 orang binaan baik dari komunitas maupun dari beberapa panti hasil kerja
sama dengan Kementerian Sosial Republik Indonesia.

21
BAB III
KESIMPULAN

Pelaporan Keberlanjutan di Indonesia merupakan pelaporan yang masih bersifat sukarela.


Berbeda dengan pelaporan seperti laporan tahunan maupun laporan keuangan yang memang
menjadi kewajiban bagi perusahaan terutama pada perusahaan yang berstatus publik (listing pada
bursa). Namun, jumlah perusahaan yang menerbitkan Laporan Keberlanjutan di Indonesia sudah
semakin meningkat mengingat setiap perusahaan menginginkan citra yang baik dipandangan
masyarakat.
Untuk meningkatkan awareness atau kesadaran akan penerapan Laporan Keberlanjutan,
Indonesia menyelenggarakan ISRA (Indonesia Sustainability Reporting Awards). Tujuannya
adalah untuk menghargai perusahaan-perusahaan yang sudah menerapkan penerbitan
Sustainability Reporting di Indonesia, dan menarik perusahaan-perusahaan lain untuk segera
bergabung menerbitkan laporan ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, A. 2006. Teori Akuntansi, Edisi 5 Buku 1. Salemba Empat: Jakarta.


Rahmawati. 2012. Teori Akuntansi Keuangan. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Undang-Undang Nomor 20 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, 2008.
Undang-Undang Nomor 23 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, 1997.
Undang-Undang Nomor 25 tentang Penanaman Modal, 2007.
Undang-Undang Nomor 40 tentang Perseroan Terbatas, 2007.
http://ekonomi.kompas.com/read/2015/12/18/155455926/Penting.Laporan.Keberlanjutan.Perusa
haan.sebagai.Kewajiban
https://fakhrurrojihasan.wordpress.com/2015/01/08/apa-itu-laporan-keberlanjutan/
http://sra.ncsr-id.org/winner-sra-2016/
http://majalahcsr.id/indonesia-sustainability-report-award/
http://www.mediaindonesia.com/news/read/82857/120-perusahaan-terbitkan-laporan-
berkelanjutan/2016-12-15
https://farizhabib.wordpress.com/2016/10/02/daftar-perusahaan-yang-membuat-laporan-
keberlanjutan/
https://farizhabib.wordpress.com/2017/01/06/catatan-akhir-tahun-2016-perkembangan-
pelaporan-berkelanjutan-di-indonesia/
https://www.astra.co.id/CSR/Sustainability-Report

23

Anda mungkin juga menyukai