Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan sejarah Indonesia, khususnya pada era Orde baru terdapat
berbagai permasalahan dalam pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia. Bentuk
permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan
dimana titik berat kekuasaan berada pada tangan penguasa birokrasi pemerintah
yang mengakibatkan rakyat sebagai unsur utama demokrasi tidak mempunyai
peran yang dapat mengontrol birokrasi pemerintah secara maksimal. Kekuasaan
ini disalahgunakan olehpenguasa Orde Baru untuk menguasai struktur birokrasi
pemerintahan dengan konsep monoloyalitas. Semua pejabat termasuk pegawai
dari berbagai lini mempunyai jabatan dan kewajiban rangkap memihak
kepentingan golongan yang berkuasa. Keadaan seperti ini yang membuat sistem
sentralisasi pemerintahan menjadi kuat. Konsep monoloyalitas ini berdampak
terhadap penataan kepegawaian atau sumber daya aparatur pemerintah.Penataan
kepegawaian menjadi semakin jauh kompetensinya dari yang seharusnya dipunyai
oleh aparatur pemerintah yang menjalankan tugas untuk melayani rakyat.1
Hal ini tidak sejalan dengan kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil
sebagai unsur Aparatur Negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang harus
menyelenggarakan fungsi pemerintahan dengan baik melalui penyelenggaraan
pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan
dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara 1945.2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu undang-undang kepegawaian?
2. Apa saja peraturan pemerintahan RI. No 30 Tahun 1980mtentang
peraturan disipli PNS?
3. Apa saja daftar penilian pelaksanaan pekerjaan (PP. No. 10 Tahun 1979)?
4. Apa saja kode etik kepegawaian?

1
Sri Martini, SH.MH, Hj. Setiajeng Kadarsih, SH.MH dan Tedi Sudrajat, SH, 2008, Hukum
Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 1
2
Made Suwandi, 2001, Agenda Kebijakan Reformasi Pemerintahan Daerah, Badan Litbang
Depdagri, Jakarta, hal. 9
5. Apakah sangsi pelanggara kode etik?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini untuk mengetahui:
1. Undang-undang kepegawaian.
2. Peraturan pemerintahan RI. No 30 Tahun 1980mtentang peraturan disipli
PNS.
3. Daftar penilian pelaksanaan pekerjaan (PP. No. 10 Tahun 1979).
4. Kode etik kepegawaian.
5. Sangsi pelanggara kode etik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Undang-Undang Pokok Kepegawaian


a. Materi pokok yang diatur dalam undang-undang pokok
kepegawaian
Dalam usaha meningkatkan pembinaan kepegawaian di negara
Indonesia oleh pemerintah telah ditetapkan Undang-undang No. 8 Tahun
1974. Undang-undang ini untuk menggantikan UU No. 18 Tahun 1961
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok kepegawaian.3
Undang-undang No. 18 Tahun 1974 dikeluarkan oleh pemerintah
dengan suatu harapan agar dapat dijadikan landasan yang kuat bagi
penyempurnaan Pegawai Negeri Sipil, yang dapat digunakan sebagai
dasar untuk antara lain:
 Menyempurnakan dan menyederhanakan peraturan perundang-
undangan di bidang kepegawaian.
 Melaksanakan pembinaan pegawai negeri sipil atas dasar sistem karier
dan sistem prestasi kerja.

3
DRS. Ahmad Rohani HM. & DRS Abu Ahmadi, Administrasi Pendidikan Sekolah, Bumi Aksara,
Jakarta, 1990, hal. 18
 Memungkinkan penentuan kebijaksanaan yang sama bagi segenap
pegawai negei sipil.
 Memungkinkan usaha-usaha untuk pemupukan jika karsa yang bulat
dan pembinaan ketentuan serta kekompakan segenap pegawai negeri
sipil.

Adapun susunan dan materi pokok yang diatur dalam UU No. 8 Tahun
1974 adalah sebagai berikut:

 Undang-undang ini terbagi dalam 6 bab yang terdiri dari 41 pasal.


Ditetapkan pada tanggal 6 november 1974.
 Susunanya adalah:

Bab I, memuat pengertian-pengertian,

Bab II, memuat ketentuan yang meliputi:


 Kedudukan
 Kewajiban
 Hak
 Pejabat negara

Bab III, memuat ketentuan tentang pembinaan pegawai negeri sipil


yang meliputi:

a. Tujuan pembinaan
b. Kebijaksanaan pembinaan
c. Formasi dan pengadaan
d. Kepangkatan, jabatan, kepangkatan, pemindahan dan
pemberhentian.
e. Sumpah, kode etik dan perturan disiplin
f. Pendidikan dan latihan
g. Kesejahteraan
h. Penghargaan
i. Penyelenggaraan pembinaan
j. Peradilan kepegawaian
k. Lain-lain4

Bab IV, memuat ketentuan tentang pembinaan anggota ABRI

Bab V, memuat ketentuan penutup.

b. Pengertian pegawai negeri


Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974, Psal 1 dan 2
antara lain menyatakan:
Pegawai Negeri ialah mereka yang setelah memenuhi syarat yang
ditentukan dalam peraturan peundang-undangan yang berlaku,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam
sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainya yang
ditetapkan berdasrakan sesuatu peraturan perundang-undangan dan
menurut peraturan perundang-undangan ang berlaku
Pegawai Negeri terdiri dari:
1. Pegawai negeri sipil
2. Anggota angkatan bersenjata republik indonesia.

Pegawai negeri sipil terdiri dari:

1. Pegawai negeri sipil pusat.


2. Pegawai negeri sipil daerah.
3. Pegawai negeri sipil yang lain yang ditetapkan dengan
peraturan pemerintah.
Pegwai negeri sipil pusat adalah pegawai negeri sipil yang
gajinya dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara
yang bekerja pada departemen, lembaga emerintah non departemen,
kesekretariatan atau lembaga tertinggi/tinggi negara, instansi vertikal
di daerah, dan kepaniteraan pengadilan.

4
DRS. H. M. Daryanto, Administrasi pendidikan, Reka Cipta, Jakarta, 2014. Hal 129
Pegawai negeri sipil daerah adalah pegawai negeri sipil pada
daerah otonom dilingkungn departemen pendidikan dan kebudayaan,
pegawai negeri sipil pusat yang ada dapat dibedakan dalam beberapa
jenis ialah:
1) Pegawai negeri sipil pusat yang bekerja dilingkungan
departemen pendidikan dan kebudayaan baik ditingkat pusat
maupun daerah (dalam hal ini dikantor pusat jakarta, kantor
wilayah, universitas/institut/sekolah tinggi/akademi. Kopertis,
sekolah-sekolah, maupun di UPT-UPT yang lain).
2) Pegawai negeri sipil pusat yang diperbantukan/ diperkejakan
pada daerah otonom.
Misal: guru/pejaga sekolah dasar.
3) Pegawai negeri pusat yang diperbantukan/ dpekerjakan pada
yayasan persekolahan/ perguruan tingg swasta (PTS).
Misal: guru/pegawai pada sekolah swasta dosen PTS.
4) Pegawai sipil pusat yang diperbantukan/dipekerjakan kepada
instansi lain baik didalam negeri maupun diluar negeri.
Misal: pegawai departemen P dan K yang bekerja
didepartemen keuangan, Bappeda, atau yang bekerja di
malaysi, Unesco, Asean dan lain-lain.
5) Pegawai negeri sipil pusat yang menjabat sebagai pejabat
negara.
Misal: angota DPR/DPRD, bupati,gubernur,menteri,dan
sebagainya.
c. Kedudukan pegawai negeri
Berdasarkan pasal 3 undang-undang nomor 8 tahun 1974,
kedudukan pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, andi negara
dan abdi masyarakat yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada
pancasila, undang-undang dasar 1945, negara dan pemerintah
menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan.
Rumusan kedudukan pegawai negeri tersebut diatas bertolak
dari pokok pikiran, bahwa pemerintah tdak hanya menjalankan fungsi
umum pemerintahan, tetapi juga harus mampu melaksanakan fungsi
pembangunan atau dengan pekataan lain, pemerintah bukan hanya
menyelenggarakan tertib pemerintahaan, tetapi juga harus mampu
menggerakkan dan memperlancar pembangunan untuk kepentingan
rakyat banyak.
Agar pegawai negeri sipil sebagai unsur aparatur negara, dan
abdi masyarakat dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka ia
mempunyai kesetiaan dan ketaatan penuh terhadap pancasila, undang-
undang dasar 1945, negara dan pemerintah, sehingga dengan demikian
dapat memusakan segala perhatian dan pikiran serta menggerakkan
segala daya dan tenaganya untuk menelenggarakan tugas
pemerintahan dan pembangunan serta berdaya guna dan hasil guna.
Kesetiaan dan ketaatan penuh tersebut mengandung pengertian
bahwa pegawai negeri sipil sepenuhnya dibawah pimpinan
pemerintah. Hal ini perlu ditegaskan untuk menjamin kesatuan
pimpinan dan garis pmpinan yang jelas dan tegas.
d. Kewajiban dan hak pegawai negeri sipil
a) Kewajiban pegawai negeri sipil berdasarkan undang-undang
No. 7 tahun 1974 ditentukan sebagai berikut:
1) Menurut pasal 4 dari undang-undang No. 8 tahun 1974,
setiap pegawai negeri wajib setia dan taan sepenuhnya
kepada pancasila, undang-undang dasar 1945, negara dan
pemerintah. Pada umumnya yang dimaksudkan dengan
kesetiaan dan ketaatan adalah tekad dan kesanggupan untuk
melaksanakan dan mengamalkn sesuatu yang disetiai atau
ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
2) Menurut pasal 5 dari undang-undang No. 8 tahun 1974,
setiap pegawai negeri wajib mentaati segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas
kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh
pengabdian kesadaaran dan tanggung jawab.
3) Menurut pasal 6 dari undang-undang no 8 tahun 1974,
setiap pegawai negeri sipil wajib menyimpan rahasia
jabatan
Pada umumnya yang dimaksud dengan “ rahasia” adalah
rencana kegiatan tau tindkan yang akan, sedang atau telah
dilakukan yang dapat mengakibatkan kerugian yang besar
atau dapat menimbulkan bahaya, apabila diberitahkan oleh
orang yang tidak berhak.
b) Hak-hak pegawai negeri sipil
1) Menurut pasal 7 undang-undang no 8 tahun 1974, setiap
pegawai negeri berhak memperoleh gaji yang layak sesuai
dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya.
2) Menurut pasal 8 undang-undang nomor 8 tahun 1974,
setiap pegawai negeri berhak cuti. Yang dimaksud dengan
cuti adalah tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka
waktu tertentu.
3) Menurut paal 9 nomor 8 tahun 1974, setiap pegawai negeri
yang ditimpa oleh sesuatu kecelakaan dalan dan karena
menjalankan tugas kewajibanya, berhak memperoleh
perawatan.
e. Pembinaan pegawai negeri sipil
Dalam UU No. 8 Tahun 1974 pembinaan pegawai negeri sipil
didasarkan atas sistem karier dan sistem prestasi kerja.
 Sistem karier adalah suatu sistem kepegawaian, dimana untuk
pengangkatan pertama didasarkan atas kecakapan yang
bersangkutan sedang dalam pengembanganya lebih lanjut,
masa kerja, pengalaman, kesetiaan, pengabdian, dan syarat-
syarat objektif lainya juga turut menentukan.
 Sistem prestasi keja adalah suatu sistem kepegawaian dimana
untuk angkatan seseorang dalam suau jabatan didasarkan atas
kecakapan dan prestasi yang telah dicapai oleh orang yang
diangkat itu.
f. Sistem formasi dan pengadaan pegawai negeri sipil
a. Formasi
Formasi adalah penentuan jumlah dan susunan pangkat
pegawai negeri sipil yang diperlukan oleh satuan organisasi
negara untuk melaksanakan tugas pokok dalam waktu tertentu
yang ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab dalam
bidang penerbitan dan penyempurnaan aparatur negara.
Dalam peraturan pemerintah No. 5 Tahun 1976 telah
ditentukan pokok-pokok penyusunan formasi pegawai negeri
sipil.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat penyusunan formasi yaitu:
 Dasar penyusunan formasi
Dasar yang biasanya digunakan untuk menetapkan
formasi unit organisasi adalah:
 Jenis pekerjaan
 Sifat pekerjaan
 Perkiraan kapasitas pegawai
 Kebijakan pelaksanaan pekerjaan
 Jenjang dan jumlah jabataban dan pangkat yang
tersedia
 Sistem penyusunan formasi
 Sistem sama adalah sistem yang menentukan
jumlah kualitas yang sama bagi unit organisasi
yang sama, dengan tidak memperhaikan besar
kecilnya beban kerja.
 Sistem ruang lingkup adalah suatu sistem yang
menentukan jumlah dan kualitas pegawai
berdasarkan jenis, sifat, dan beban kerja yang
dipikulkan pada unit organisasi sama, tapi kalau
beban kerjanya berlainan, maka berlainan
pulalah jumlah pegawai yang ditentukan.
 Analisis kebutuhan pegawai
Analisi kebutuhan pegawai adalah suatu proses analisis
secara logis dan teratur untuk dapat mengetahui jumlah
dan kualitas pegawai yang diperlukan oleh unit
organisasi agar mampu melaksanakan tugasnya berdaya
guna, behasil guna dan berkelangsungan.
 Anggaran belanja pegawai
Aggaran belanja pegawai negeri sipil yang dapat
disediakan oleh negara sangat menentukan pelaksanaan
pemenhan formasi.
b. Pengaduan pegawai negeri sipil
 Pengaduan pegawai negeri sipil adalah proses kegiatan
untuk mengisi formasi yang lowong.
 Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai pegawai
negeri sipil.
 Warga negara indonesia
 Berusia serendah-rendahnya 18 tahun dan
setinggi-tinginya 40 tahun.
 Tidak pernah diberhentikan tidak dengan hormat
sebagai pegawai di instansi negeri maupun
swasta
 Tidak pernah terlibat dalam suatu gerakan yang
menetang pancasila, UUD 1945, Negara dan
Pemerintah.
 Mempunyai pendidikan, kecakapan atau
keahlian yang diperlukan.
 Syarat-syarat lain yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan

B. Peraturan pemerintah RI No. 30 Tahun 1980 tentang peraturan disiplin


pegawai negeri sipil.
a. Tujuan peraturan disiplin pegawai negeri sipil
 Tujuan dan pengertian
Untuk membina pegawainnegeri sipil antara lain diperlukan
adanya peraturan displin yang memuat pokok-pokok
kewajiban, larangan dan sanksi apabila kewajiban tidak dittaati,
atau larangan dilanggar. Dalam PP. No. 30 Tahun 1980 telah
diatur dengan jelas kewajiban yang harus ditaati dan larangan
tidak boleh dilanggar oleh setiap PNS yang melakukan
pelanggaran disiplin.
 Beberpa pengertian
 Peraturan disiplin pegawai negeri sipil adalah peraturan
yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi apabila
kewajiban tidak ditaati dan larangan dilanggar.
 Pelanggaran disiplin adalh setiap ucapan, tulisan, atau
perbatan PNS yang melanggar ketentuan peraturan
disilin baik yang dilakukan dalam maupun diluar jam
kerja.
b. Kewajiban pegawai negeri sipil
 Setia dan taat sepenuhnya kkepada pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah.
 Mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan
golongan atau diri sendiri
 Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat negara,
pemerintah, dan pegawai negeri sipil.
 Mengangkat dan mentaati sumpah/janji pegawai negeri sipil
 Menyimpan rahasia negara/jabatan
 Melaksanakan tugas kedinasan sebaik-baiknya.
 Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan semangat
 Segera melaporkan kepada atasan, bila mengetahui ada hal yng
dapat membahayakan atau merugikan negara/pemerintah.dll
c. Larangan bagi pagawi negeri sipil
 Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau
martabat Negar, pemerinth, atau PNS.
 Menyalahgunakan wewenang.
 Menjadi pegawai atau bekerja untuk negara asing tanpa izin
pemerintah
 Memiliki,menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang-barang, dokumen, atau surat-surat
berharga milik negara secara tidka sah.
 Menyalahgunakan uang, barang-barang, atau surat-surat
berharga milik Allah
 Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan
 Membocorkan/memanfaatkan rahasia yang diketahui untuk
kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain dll.
d. Tingkat dan jenis hukuman disiplin
 Tingkat hukuman disiplin
 Hukuman disiplin ringan
1. Teguran lisan
2. Teguran tertulis
3. Pernyataan tidak puas secara tertulis
 Jenis hukuman sedang
1. Penundaan kenaikan gaji secara berkala untuk
paling lama stau tahun.
2. Penurunan gaji sebesar dua kali kenaikan gaji
berkala untuk paling lama satu tahn.
3. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu
tahun.
 Jenis hukuman disiplin berat
1. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah untuk
paling lama satu tahun.
2. Pembebasan dari jabatan.
3. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri.
4. Pemberhentian tidak dengan hormat.
 Pejabat yang diberi wewenang menghukum.
 Presiden
 Menteri
 Pejabat yang berwenang.
 Pemeriksaan, penjatuhan, dan penyampaian keputusan.
 Pemeriksaan
 Penjatuhan hukuman
 Penampaian hukum

C. daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan ( PP No. 10 Tahun 1979 )

a. pengertian dan tujuan daftar penilaian pekerjaan ( DP3 )


1. daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan adalah suatu daftar yang memuat
hasil penialian pelaksanaan pekerjaan seseorang pegawai negeri sipil
dalam jangka waktu 1 tahun yang dibuat oleh pejabat penilai.
2. tujuan daftar penilaian adalah untuk memperoleh bahan-bhan
pertimbangan yang objektif dalam pembinaan pegawai negeri sipil
berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja.
3. daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan, sesuai dengan tujuabya, harus
dibuat seobjektif dan seteliti mungkin berdasarkan data yang tersedia
b. unsur- unsur yang dinilai
 Kesetiaan
 Prestasi kerja
 Tanggung jawab
 Ketaatan, kejujuran, kerjasama, kepemimpinan
 Dan prakasara.
c. Pejabat penilaian
Pejabat penilai terdiri dari beberapa:
1. Pejabat penilaian adalah atasan langsung pegawai negeri sipil ( PNS )
yang dinilai dengan ketentuan serendah-rendahnya kepala urusan,
kecuali ditentukan oleh materi.
2. Pejabat penilai wajib menilai langsung pegawai negeri sipil yang
berada dibawahnya.
3. Pejabat penilai barulah dapat memberikan penilaian ssetelah
membawahi pegawai negeri sipil yang bersangkutan sekurang-
kurangnya 6 bulan.
4. Penilaian dilakukan pada bulan desember tiap tahun.
5. Setiap pejabat penilai wajib mengisi dan memelhara buku catatan
penilaian, dan yang dicatat adalah tingkah laku/perbuatan yang
menonjol baik ataupun yang negativ.
6. Hasil penilaian pejabat dituangkan dalam daftar penilaian pelaksnaan
pekerjaan.
d. Tata cara penilaian
1. Nilai : nilai pelaksanaan pekerjaan dinyatakan dalam angka sebagai
berikut :
 Amat baik = 91-100
 Baik = 76-90
 Cukup = 61-75
 Sedang = 51-60
 Kurang = 50 ke bawah`
2. Pedoman penilaian;
 Dalam pemberian penilaian dalam daftar penialain pelaksanaan
pekerjaan harus berpedoman kepada lampiran PP No. 10 Tahun 1979.
 Setiap unsur penilaian harus ditentukan dulu nilianya dalam angka,
kemudia nilai dalam sebutan.
3. Penyampaian daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan:
 Daftar penilaian pekerjaan yang sudah dibuat dan ditanda tangani
oleh pejabat diserahkan langsung kepada pegawai negeri sipil
yang dinilai.
 Pegawai negeri sipil yang dinilai wajib mencantumkan tanggal
penerimaan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan yang diberikan
 Apabila menyetujui, ia menedatangani daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan terseut dan mengembalikan kepada atasan.
 Daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan yang sudah ditanda
tangani oleh pegawai negeri sipil yang bersangkutan segera
dikirim pada atasan pejabat penilai untuk mendapat pengesahan.
4. Pengeajuan keberatan
 Pegawai negeri sipil yang keberatan atas nilai dalam daftar
penilaian pelaksanaan pekerjaan dapat mengajukan keberatan
secara tertulis disertai alasan-alasan kepada atasan pejabat penilai
melalui hierarki.
 Keberatan harus sudah diajukan dalam jangka waktu 14 hari
terhitung mulai menerima daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan.
 Meskipun ia keberatan dallam nilai daftar penilaian pelaksanaan
pekerjaan ia tetap harus membubuhi tanda tangan.
 Setelah menerima keberatan, pejabat penilai membuat tanggapan
secara tertulis.
5. Atasann pejabat penilai:
Atasan pejabat penilai wajib memeriksa daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan yang diberikan.
Bila ada keberatan dari pegawai negeri sipil yang dinilai, maka
atasan pejabat menilai wajib memeriksa da memperhatikan degan
seksama keberatan yang diajukan dan tanggapan yang diberikan.
Apabila ada alasan yang cukup, atsan pejabat penilai dapat
mengubah nilai yang diberikan pejabat penilai.
Perubahan nilai dicantumkan dalam daftar penilaian pelaksanaan
pekerjaan dengan mencoret nilai yang lama dan mencantumkan
nilai yang baru.
e. Sifat dan penggunaan
1. Sifat
2. Penggunaan
f. Penyimpanan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan
Daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan disiapkan dan dipelihara
dengan baik oleh pejabat-pejabat diserahi urusan kepegawaian.
Daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan disimpan untuk selama lima
tahun.
Daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan yang telah lebih dari lima
tahun tidak digunakan lagi.

D. Kode etik tenaga keguruan

Kode etik secara terminology dalam kamus bahasa Indonesia adalah


norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan
ukuran tingakah laku.
Menurut Undang-Undang pokok kepegawaian No.8 Tahun 1974 dalam
Soecipto (2005) adalah pedoman sikap tingkah laku dan perbuatan didalam
melaksanakan tugas dan didalam kehidupan sehari-hari.5
Menurut Basuni (dalam pidatonya pada pembukaan Kongres PGRI XIII)
menyatakan bahwa kode etik guru diindonesia merupakan landasan moral dan
pedoman tingkah laku warga PGRI dalam melaksanakan pangilan pengabdiannya
bekerja sebagai guru (PGRI, 1973).6
Kode etik tenaga keguruan pada umumnya ialah:

5
Susi herawati, Etika Dan Profesi Keguruan ,(Lima Kaum Batusangkar: STAIN Batusangkar Press,
2009) hal.15
6
Soetjipto, Profesi Keguruan ,(Jakarta PT Rineka Cipta,2007) hal.30
Untuk mencapai tujuan sebagaimana termaktub dalam preambule maka
diperlukan syarat-syarat pokok dari setiap guru, yaitu berkepribadian,
berilmu serta terampil didalam melaksanakan tugasnya
Guru adalah setiap orang yang bertugas dan berwenang dalam dunia
pendidikan dan pengajaran dalam lembaga pendidikan formal.
Prinsip tentang tingkalh laku yang diinginkan dan diharapkan oleh setiap
guru dalam jabatanya terhadap orang lain dalam semua situasi pendidikan
adalah berjiwa pancasila, berilmu pengetahuan serta terampil dalam
menyampaikan, dan dapat dipertanggung jawabkan secara didaktis dan
metodis sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai.
Berdasarkan prinsip-prinsip umum diatas maka petunjuk-petujuk yang
merupakan tata cara akhlak itu wajib diamalkan oleh setiap guru dalam
antar hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan jabatanya.
a. Hubungan guru dengan murid-murid
Mengakui bahwa kesejahteraan anak didik ialah kewajiban guru
Memperlakukan anak didik secara benar dan adil tanpa
memandang sifat-sifat fisik, mental, politik, ekonomi, sosial rasial
atau agama
Bersikap ramah dan sopan terhadap anak
Guru selaku pendidik hendaknya selalu menjadi dirinya suri
tauladan bagi anak didiknya.
Mengakui perbedaan antara murid-murid dan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan individual dll.
b. Hubungan guru dengan teman sekerja
Membantu dalam menentukan dan menjalankan kebijakan-
kebijakan sekolah
Membantu teman-temanya dengan nasihat-nasihat yang kondruktif
dan pikiran- pikiran yang membantu
Menghargai dengan ikhlas bantuan yang diterimaa dan kemajuan-
kemajuan yang dicapai.
Menjauhkan ocehan atau kecaman yang bersifat menentang
tentang guru-guru lain dll.
c. Hubungan guru dengan jabatan
Dalam kategori ini beberapa tanggung jawab yang diharapkan akan
dijalankan oleh anggota-anggita organisasi profesi guru ialah:
Mendukung dan membantu usaha-usaha untuk meninggikan
syarat-syarat maaeamasuki jabatan.
Memperhatikan kebanggaan yang sejati dalam jabatan guru.
Membuat jabatan guru demikian menarik dalam cita-cita dan
praktek-praktek sehingga anak-anak muda yang cakap dan
bersungguh-sungguh akan ingin memasukinya.
Berusaha memperoleh pertumbuhan profesional secara kontinu
dengan kegiatan-kegiatan yang memperluas pandangan pendidikan
dan meninggikan kecakapan untuk mengajar dll.
E. Sanksi Pelangaran Kode Etik

Pada umumnya karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan
pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran
kode etik adalah sanksi moral. Barang siapa yang melanggar kode etik akan
mendapat celaan dari rekan-rekannya, sedangkan sanksi yang dianggap terberat
adalah sipelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi. Adanya kode etik dalam
suatu organisasi profesi tertentu menandakan bahwa organisasi profesi itu telah
mantap.
Sebagai contoh dalam hal ini, jika seseorang anggota profesi bersaing
secara tidak jujur atau curang dengan sesama anggota profesinya dan jika
dianggap kecurangan itu serius maka dapat dituntut dimuka pengadilan sehingga
memang sanksi moral itu berlaku.7

7
Ibid, hal.33

Anda mungkin juga menyukai