Anda di halaman 1dari 81

Halaman 1 dari 81

KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Direktorat Penyehatan Lingkungan Tahun


2016 disusun secara bersama dan terintegrasi oleh masing-masing unit terkait di
lingkungan Direktorat Penyehatan Lingkungan. Laporan ini merupakan bukti tertulis
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi selama satu tahun tentang
pencapaian target indikator Direktorat Penyehatan Lingkungan untuk dilaporkan ke
tingkat administrasi yang lebih tinggi serta merupakan Evaluasi Kinerja Direktorat
Penyehatan Lingkungan Tahun 2016.
Diharapkan Laporan Akuntabilitas Kinerja ini dapat memberikan informasi tentang
penyelenggaraan kegiatan di lingkungan Direktorat Penyehatan Lingkungan secara utuh
serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan rujukan dalam menyusun rencana
kerja tahun berikutnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut terlibat dan
membantu dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas ini. Saran atau kritik yang
membangun dari semua pihak sangat kami perlukan terutama dalam rangka peningkatan
kinerja pada tahun-tahun berikutnya.

Jakarta, 31 Januari 2017

Halaman 2 dari 81
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………………….. 1
B. Maksud dan Tujuan……………………………………………………………………………………... 1
C. Tugas Pokok dan Fungsi………………………………………………………………………………. 1
D. Sistimatika Penulisan…………………………………………………………………………………... 2
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA………………………………………………….. 3
A. Perencanaan Kinerja……………………………………………………………………………………. 3
B. Rencana Kinerja Tahunan……………………………………………………………………………. 5
C. Perjanjian Kinerja………………………………………………………………………………………... 6
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA………………………………………………………………………….. 8
A. Pengukuran Kinerja…………………………………………………………………………………….. 8
B. Analisis Pencapaian Kinerja……………………………………………………………................... 11
C. Realisasi Anggaran………………………………………………………………………………………. 72
BAB IV KESIMPULAN………………………………………………………………………………..................... 77

Halaman 3 dari 81
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang – Undang Kesehatan No 36/2009 telah diamanatkan bahwa


kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat terhadap sarana sanitasi seperti di tempat –tempat umum, dilingkungan
pemukiman, perumahan, hotel, sekolah, fasyankes, tempat pengolahan makanan,
fasilitas umum dan sarana air minum, baik dalam situasi normal maupun dalam situasi
darurat akibat bencana alam.
Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2015 tentang Kesehatan Lingkungan
menjelaskan pengertian kesehatan lingkungan yang adalah upaya pencegahan penyakit
dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.
Sebagai instansi pemerintah Direktorat Penyehatan Lingkungan berkewajiban
untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya untuk
menyiapkan, menyusun dan menyampaikan laporan kinerja secara tertulis. Laporan
kinerja memuat laporan tentang capaian kinerja Direktorat Penyehatan Lingkungan
dalam satu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan
sasaran kegiatan serta menjelaskan keberhasilan dan kegagalan tingkat kinerja yang
dicapainya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan Tahun 2016
disusun berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Th 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan serta mengacu pada PermenPAN dan
RB Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Kinerja dan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang merupakan laporan
pertanggungjawaban kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan Tahun 2016,
sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Direktorat Kesehatan Lingkungan
(TAPJA) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2016.

B. Maksud dan Tujuan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2016 bertujuan untuk memberikan gambaran


terhadap pencapaian target kinerja sebagaimana yang telah ditetapkan didalam kontrak
kerja selama satu tahun anggaran dan sebagai perwujudan pertanggungjawaban atas
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
dokumen perencanaan.

C. Tugas Pokok dan Fungsi

Kelembagaan Direktorat Kesehatan Lingkungan seperti tertuang dalam Peraturan


Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Th 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan, Bab IV, Bagian Kelima, Pasal 181 mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan lingkungan. Dalam Pasal 182
Direktorat Kesehatan Lingkungan menyelenggarakan fungsi :
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar,
penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan kawasan, serta pengamanan
limbah dan radiasi;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar,
penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan kawasan, serta pengamanan
limbah dan radiasi;

Halaman 4 dari 81
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyehatan
air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan
kawasan, serta pengamanan limbah dan radiasi;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyehatan air dan
sanitasi dasar, penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan kawasan, serta
pengamanan limbah dan radiasi;
5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar,
penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan kawasan, serta pengamanan
limbah dan radiasi; dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Dalam Pasal 183 disebutkan bahwa Direktorat Kesehatan Lingkungan terdiri atas :
a. Sub Direktorat Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar;
b. Sub Direktorat Penyehatan Pangan;
c. Sub Direktorat Penyehatan Udara, Tanah dan Kawasan;
d. Sub Direktorat Pengamanan Limbah dan Radiasi;
e. Sub Bagian Tata Usaha;
f. Kelompok Jabatan Fungsional.

D. Sistimatika Penulisan
Sistematika laporan yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
A. Perencanaan Kinerja
B. Rencana Kinerja Tahunan
C. Perjanjian Kinerja
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Pengukuran Kinerja
B. Analisis Pencapaian Kinerja
C. Sumber Daya
Bab VI Kesimpulan

Lampiran:
1. Perjanjian Kinerja
2. Lain – lain yang dianggap perlu

Halaman 5 dari 81
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. Perencanaan Kinerja
Arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan didasarkan pada arah
kebijakan dan strategi nasional sebagaimana tercantum di dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 dan Rencana Strategis
(Renstra) Tahun 2015 - 2019, yang merupakan dokumen perencanaan yang bersifat
indikatif yang memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dalam kurun waktu selama 5 tahun.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan, dan
dengan mengacu pada Renstra dan RPJMN sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 maka Direktorat Kesehatan Lingkungan
melakukan berbagai macam strategi penerapan sesuai visi, misi, tujuan, sasaran,
kebijakan yang sekaligus juga menjadi pedoman dalam penyusunan rencana kinerja
yang akan dicapai dan diimplementasikan dalam bentuk kegiatan, indikator kinerja,
target sasaran program pada tahun berjalan.
Pada tahun 2015 Direktorat Kesehatan Lingkungan telah membuat rencana tahunan
dan target kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2016 dengan 7 indikator, dan
pada awal tahun 2016 menetapkan kinerja dan target yang akan dicapai untuk satu
tahun anggaran yang akan dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan pada akhir
anggaran tahun 2016.

Visi dan Misi

Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 tidak ada visi dan misi,
namun mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong"

Upaya untuk mewujudkan visi tersebut, melalui 7 misi pembangunan :

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,


menopang kemandirian ekonomi, dan mencerminkan kepribadian Indonesia
sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, berkeseimbangan, dan demokratis.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa Indonesia yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Sedangkan 9 program prioritasnya yang dikenal dengan Nawa Cita adalah :

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan


rasa aman pada seluruh warga negara, melalui pelaksanaan politik luar negeri
bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan
negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat
jati diri sebagai negara maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan.

Halaman 6 dari 81
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum
yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan pelatihan dengan program Indonesia Pintar wajib belajar 12 tahun
bebas pungutan.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa, melalui kebijakan penataan kembali
kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan.
9. Memperteguh Kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia, melalui
kebijakan memperkuat pendidikan kebhinekaan dan menciptakan ruang-ruang
dialog antarwarga.

Kementerian Kesehatan mempunyai peran dan berkontribusi dalam tercapainya


seluruh Nawa Cita terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

Dalam RPJMN 2015-2019 sasaran pembangunan kesehatan meliputi :


1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat
2. Meningkatnya pengendalian penyakit menular dan tidak menular
3. Meningkatnya pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan
4. Meningkatnya perlindungan finansial, ketersediaan, penyebaran dan mutu obat
serta sumber daya kesehatan

Strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 meliputi :


1. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja dan lanjut
usia yang berkualitas.
2. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat.
3. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
4. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas.
5. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas.
6. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan dan kualitas farmasi dan
alat kesehatan.
7. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan.
8. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran dan mutu Sumber Daya Manusia
Kesehatan.
9. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
10. Menguatkan manajemen, penelitian pengembangan dan system informasi.
11. Memantapkan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang
Kesehatan.
12. Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan.

Tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019 yaitu :


1. Meningkatnya status kesehatan masyarakat.
2. Meningkatnya daya tanggap dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial
dan finansial bidang kesehatan.

Arah Kebijakan Kementerian Kesehatan mengacu pada 3 hal penting yakni :


1. Penguatan pelayanan kesehatan primer.
2. Penerapan pedekatan keberlanjutan pelayanan.
3. Intervensi berbasis risiko kesehatan.

Halaman 7 dari 81
Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan meliputi :
1. Meningkatnya kesehatan masyarakat.
2. Meningkatkan pengendalian penyakit yang meliputi sasaran penyehatan
lingkungan di dalamnya.
3. Meningkatkan akses dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Meningkatkan akses, kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.
5. Meningkatkan jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan.
6. Meningkatnya sinergitas antar kementerian/ lembaga.
7. Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri.
8. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan-evaluasi.
9. Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan.
10. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih.
11. Meningkatnya kompetensi kinerja aparatur Kementerian Kesehatan.
12. Meningkatnya system informasi kesehatan integrasi.

Sasaran Direktorat Kesehatan Lingkungan yaitu meningkatnya penyehatan dan


pengawasan kualitas lingkungan. Berikut adalah tabel indikator sasaran dan target
kegiatan Direktorat Kesehatan Lingkungan Tahun 2015 – 2019 :

Tabel 1.
B. Indikator
Rencana sasaran
Kinerja dan target kegiatan Direktorat Kesehatan Lingkungan
Tahunan
Tahun 2015 - 2019

Tahun (target)
No Indikator Keterangan
2015 2016 2017 2018 2019
% Kabupaten/Kota yang
RPJMN, Renstra,
1 memenuhi kualitas kesehatan 20 25 30 35 40
RAP, RAK, IKU
lingkungan

Jumlah Desa/Kelurahan yang RPJMN, Renstra,


2 25000 30000 35000 40000 45000
melaksanakan STBM RAP, RAK, IKK

% Sarana air minum yang RPJMN, Renstra,


3 30 35 40 45 50
dilakukan pengawasan RAP, IKK

% Tempat- Tempat Umum


(TTU) yang memenuhi syarat RPJMN, Renstra,
4 50 52 54 56 58
kesehatan RAP, RAK, IKK

% RS yang melakukan
Renstra, RAP,
5 pengelolaan limbah medis 10 15 21 28 36
RAK, IKK
sesuai standar

% Tempat Pengelolaan
Renstra, RAP,
6 Makanan (TPM) yang 8 14 20 26 32
RAK, IKK
memenuhi syarat kesehatan

Jumlah Kabupaten/Kota yang


Renstra, RAP,
7 menyelenggarakan tatanan 346 356 366 376 386
RAK, IKK
kawasan sehat

Halaman 8 dari 81
Rencana kinerja tahunan merupakan penetapan kegiatan tahunan dan indikator
kinerja berdasarkan program, kebijakan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam
Renstra. Berikut adalah tabel Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Penyehatan
Lingkungan Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Kesehatan Lingkungan
Tahun 2016
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET
Meningkatnya 1. % Kabupaten/Kota yang memenuhi
25
Penyehatan dan kualitas kesehatan lingkungan
Pengawasan Kualitas 2. Jumlah Desa/Kelurahan yang
30000
Lingkungan melaksanakan STBM
3.% Sarana air minum yang dilakukan
35
pengawasan
4.% Tempat- Tempat Umum (TTU) yang
memenuhi syarat kesehatan 52

5.% RS yang melakukan pengelolaan limbah


15
medis sesuai standar
6.% Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)
14
yang memenuhi syarat kesehatan
7.Jumlah Kabupaten/Kota yang
356
menyelenggarakan tatanan kawasan sehat

C. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan merupakan dokumen
kesepakatan/perjanjian kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan selaku pelaksana
program di tingkat Eselon II kepada Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat selaku
pelaksana program di tingkat Eselon I untuk mewujudkan target-target kinerja sasaran
Ditjen Kesehatan Masyarakat pada akhir tahun 2016. Perjanjian Kinerja ini disusun
berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019 yang setiap
tahunnya dioperasionalkan ke dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Penetapan
Kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan Tahun 2016 disusun dan ditandatangani oleh
Dirjen Kesehatan Masyarakat pada awal tahun 2016 setelah turunnya DIPA dan RKA-KL
Tahun 2015.
Adapun target-target kinerja sasaran yang akan dicapai Direktorat Kesehatan
Lingkungan sebagiamana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat
Kesehatan Lingkungan tahun 2016 :

Halaman 9 dari 81
Tabel 3.
Perjanjian Kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan Tahun 2016

SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET


Meningkatnya 1. % Kabupaten/Kota yang memenuhi
25
Penyehatan dan kualitas kesehatan lingkungan
Pengawasan Kualitas 2. Jumlah Desa/Kelurahan yang
30000
Lingkungan melaksanakan STBM
3.% Sarana air minum yang dilakukan
35
pengawasan
4.% Tempat- Tempat Umum (TTU) yang
memenuhi syarat kesehatan 52

5.% RS yang melakukan pengelolaan limbah


15
medis sesuai standar
6.% Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)
14
yang memenuhi syarat kesehatan
7.Jumlah Kabupaten/Kota yang
356
menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
Jumlah Anggaran Kegiatan Penyehatan Lingkungan Rp 183.493.176.000,-

Total pagu anggaran Satker Direktorat Kesehatan Lingkungan pada awal tahun 2016
sebesar Rp 183.493.176.000,-. Kemudian pagu anggaran bertambah dengan masuknya
Hibah Terencana Luar Negeri (HLN) PAMSIMAS sebesar Rp 40.782.698.000,- sehingga
pagu anggaran menjadi Rp 224.275.874.000,-. Selanjutnya pagu anggaran mengalami
efisiensi sebesar Rp 48.994.127.000,- sehingga pagu anggaran menjadi Rp
175.281.747.000,-. Kemudian pagu anggaran mengalami refocusing sebesar Rp
30.643.877.000,- sehingga pagu anggaran menjadi Rp 205.925.624.000,-. Selanjutnya pagu
anggaran bertambah dengan masuknya Hibah Langsung Luar Negeri (HLLN) dari Unicef
dan WHO sebesar Rp 494.383.000,- sehingga pagu anggaran di akhir tahun 2016 menjadi
Rp 206.420.007.000,-.

Halaman 10 dari 81
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. Pengukuran Kinerja

Pada Tahun 2016 Direktorat Kesehatan Lingkungan memiliki 7 indikator kinerja


sasaran yang meliputi :
1. Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan
2. Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM
3. Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan
4. Persentase Tempat- Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan
5. Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar
6. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan
7. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat

Pada Tahun 2016, 7 indikator telah mencapai target dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4.
Indikator realisasi kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan Tahun 2016

Halaman 11 dari 81
*) Target tercapai

Capaian Kinerja Organisasi Direktorat Penyehatan Lingkungan Th 2016 disusun


berdasarkan data pengukuran pencapaian sasaran program selama satu tahun
anggaran. Capaian kinerja diperoleh melalui penghitungan persentase angka realisasi
terhadap angka target.

Grafik 1
Capaian Kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan
Th 2016

*) dalam persen 133.85


140
119.84
113.09
120
97.56 98.31 100.00 101.24 101.38
100

80

60 45.77

40

20

0
Indikator Indikator Indikator Target Indikator Rata-rata Indikator Indikator Indikator
3 6 7 4 2 5 1

Indikator 1 : Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan


Indikator 2 : Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM
Indikator 3 : Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan
Indikator 4 : Persentase Tempat- Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan
Indikator 5 : Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar
Indikator 6 : Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan
Indikator 7 : Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat

Pada tahun 2016, terdapat 4 indikator yang capaian kinerjanya sudah di atas 100 %
dan terdapat 3 indikator yang capaian kinerjanya masih di bawah 100 %. Capaian
Halaman 12 dari 81
kinerja paling rendah sebesar 45.77 % yaitu indikator persentase sarana air minum
yang dilakukan pengawasan. Sedangkan capaian kinerja paling tinggi sebesar 133.85 %
yaitu indikator persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesling. Jadi dari 7
indikator yang ada, hanya 4 indikator yang mencapai target sehingga dapat
disimpulkan bahwa capaian kinerja Dit. Kesling Th 2016 berdasarkan jumlah indikator
yang dapat tercapai sebesar 57 % dan belum mencapai target kinerja yang adalah 100
%. Tetapi jika berdasarkan rata-rata capaian kinerja, capaian kinerja Dit. Kesling Th
2016 mencapai 101.38 % sehinga dapat disimpulkan telah mencapai target kinerja
yang adalah 100 %.

Grafik 2
Capaian Kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan
Berdasarkan Jumlah Indikator yang Mencapai Target
Th 2015-2016

120.00
100.00
100.00 100.00

80.00 78.57
TARGET KINERJA
60.00
57.14 RATA-RATA CAPAIAN KINERJA
40.00 CAPAIAN KINERJA

20.00

0.00
2015 2016 2017 2018 2019

Jika berdasarkan jumlah indikator yang mencapai target, pada tahun 2016, capaian
kinerja Direktorat Kesling sebesar 57.14 %. Pada tahun 2015, capaian kinerjanya
sebesar 100 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend capaian kinerjanya mengalami
penurunan, dimana pada tahun 2015 mencapai target kinerja yang adalah 100 %
sedangkan pada tahun 2016 tidak mencapai target. Sedangkan rata-rata capaian
kinerja sendiri dalam 2 tahun sebesar 78.57 % dan juga tidak mencapai target kinerja
yang adalah 100 %.

Grafik 3
Capaian Kinerja Direktorat Penyehatan Lingkungan
Berdasarkan Rata-rata Capaian Kinerja
Th 2015-2016

Halaman 13 dari 81
140.00 129.15

120.00
115.27
100.00 100.00
101.38 TARGET KINERJA
80.00
RATA-RATA CAPAIAN
60.00 KINERJA
CAPAIAN KINERJA
40.00

20.00

0.00
2015 2016 2017 2018 2019

Jika berdasarkan rata-rata capaian kinerja, pada tahun 2016, rata-rata capaian kinerja
Direktorat Kesling sebesar 101.38 %. Pada tahun 2015, rata-rata capaian kinerjanya
sebesar 129.15 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend rata-rata capaian kinerjanya
meskipun mengalami penurunan, tetap mencapai target kinerja yang adalah 100 %.
Sedangkan rata-rata capaian kinerja sendiri dalam 2 tahun sebesar 115.27 % dan juga
sudah mencapai target kinerja yang adalah 100 %.

B. Analisis Pencapaian Kinerja


Pada tahun 2016, Direktorat Kesehatan Lingkungan memiliki 7 indikator dimana
pelaksanaan 6 indikator kinerja kegiatan dalam rangka mewujudkan 1 indikator
kinerja utama yaitu Persentase kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan
lingkungan. Peningkatan kualitas kesling pada kab/kota tercapai dengan kriteria
minimal 4 dari 6 kriteria yang meliputi:

1. Memiliki Desa/kel melaksanakan STBM minimal 20%


2. Menyelenggarakan kab/kota sehat
3. Melakukan pengawasan kualitas air minum minimal 30%
4. TPM memenuhi syarat kesehatan minimal 8 %
5. TTU memenuhi syarat kesehatan minimal 30%
6. RS melaksanakan pengelolaan limbah medis minimal 10%
Bahwa kab/kota terhitung menjadi 1 kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan
lingkungan jika memenuhi minimal 4 kriteria dari 6 kriteria seperti di atas. Dasar
penetapan kriteria sebanyak 4 dari 6 antara lain berdasarkan analisa data realisasi
indikator pada tahun 2013. Didapatkan hasil bahwa jika 5 dan 6 kriteria yang ditetapkan
maka hanya bisa 2 kab/kota yang memenuhi kriteria tersebut. Selanjutnya dilakukan
analisis kembali untuk mendapatkan jumlah kab/kota yang lebih besar yang dapat
memenuhi kriteria yang ditetapkan. Jika ditetapkan 2 kriteria maka 130 kab/kota yang
dapat memenuhi kriteria, jika ditetapkan 3 kriteria maka 119 kab/kota yang dapat
memenuhi kriteria, jika ditetapkan 4 kriteria maka jumlah kab/kota yang dapat memenuhi
kriteria tersebut sebesar 76 kab/kota. Oleh karena itu ditetapkanlah minimal 4 dari 6
kriteria sebagai kriteria indikator kab/kota yang memenuhi kualitas kesling.

Halaman 14 dari 81
Grafik 4
Target dan Realisasi
Indikator Persentase Kabupaten/Kota
yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan
Tahun 2016

33.46

35.00 25.00 Capaian


30.00 Kinerja
133.85
25.00

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR %

Pada Th 2016, target indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas


Kesehatan Lingkungan sebesar 25 % (129 kab/ kota dari 514 kab/ kota). Sedangkan
realisasi indikator tersebut sebesar 33.46 % (172 kab/ kota). Itu berarti realisasi
indikator tersebut sudah mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar
133.85 %.

Grafik 5
Realisasi 2016 dan Target Jangka Menengah
Indikator Persentase Kabupaten/Kota
yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan
Tahun 2016

40
*) dalam persen
40 35
33.46
30
35
25
30
20
25

20

15

10

0
Realisasi Target Target Target Target Target
2016 2015 2016 2017 2018 2019

Jika menyandingkan realisasi 2016 dengan terget jangka menengah 2015-2019 maka
diketahui bahwa realisasi 2016 sudah melewati target 2016 dan 2017 namun masih di
bawah target 2018-2019.

Halaman 15 dari 81
Gambar 1
Peta, Grafik, Tabel
Realisasi Indikator Persentase Kabupaten/Kota
yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan (IKU) Per Propinsi
Tahun 2016

Halaman 16 dari 81
120
100
*) dalam persen 100
100
89
80 82
80 75
67 67
63
58
60 54 56 57
50 50
33.46 43 43
38 40
40 33
29
20 20 20 21
20 16
12 12
6 7 9
0 0 0 0
0

BALI
PAPUA

SULAWESI UTARA

KEPULAUAN RIAU

DKI JAKARTA
SULAWESI TENGGARA

BANTEN
PAPUA BARAT

LAMPUNG

SUMATERA SELATAN

JAWA BARAT
MALUKU

KALIMANTAN TIMUR
MALUKU UTARA

JAMBI
KALIMANTAN BARAT

SULAWESI TENGAH
NUSA TENGGARA TIMUR

TARGET

JAWA TENGAH

SULAWESI SELATAN

SULAWESI BARAT

SUMATERA BARAT
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR

KALIMANTAN UTARA

RIAU

GORONTALO
ACEH

REALISASI NASIONAL

BENGKULU
SUMATERA UTARA

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN TENGAH

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

NUSA TENGGARA BARAT


J U M LA H
KA B / KO T A
YG
NO PR OV IN SI J U M LA H KA B / KO T A %
M E M E N U HI
KU A LI T A S
KE S LI N G

1 A C EH 23 0 0 .0 0
SU M A T ER A U T A R A 33
2 2 6 .0 6
SU M A T ER A B A R A T 19
3 17 8 9 .4 7
R IA U 12
4 9 75. 0 0

5 JA M B I 11 9 8 1. 8 2

6 S U M A T E R A S E LA T A N 17 2 11. 7 6
B E N G KU LU 10
7 5 50 . 0 0
8 LA M P U N G 15 1 6 .6 7

9 KE P U LA U A N B A N G KA B E LI T U N G 7 4 5 7 . 14
KE P U LA U A N R I A U 7
10 3 4 2 .8 6
11 D KI J A KA R T A 6 3 50 . 0 0
12 JA W A B A R A T 27 18 6 6 .6 7

13 JA W A T EN G A H 35 10 2 8 . 57
D I Y O G Y A KA R T A 5
14 5 10 0 . 0 0
JA W A T I M U R 38
15 6 15 . 7 9
B A N T EN 8
16 5 6 2 . 50

17 B A LI 9 5 55. 56
N U SA T EN GGA R A B A R A T 10
18 8 8 0 .0 0
N U SA T EN GGA R A T IM U R 22
19 2 9 .0 9
KA LI M A N T A N B A R A T 14
20 3 2 1. 4 3
KA LI M A N T A N T E N G A H 14
21 6 4 2 .8 6
KA LI M A N T A N S E LA T A N 13
22 5 3 8 .4 6

23 KA LI M A N T A N T I M U R 10 2 2 0 .0 0
KA LI M A N T A N U T A R A 5
24 2 4 0 .0 0

25 S U LA W E S I U T A R A 15 5 3 3 .3 3

26 S U LA W E S I T E N G A H 13 7 53 . 8 5

27 S U LA W E S I S E LA T A N 24 14 58 . 3 3
28 S U LA W E S I T E N G G A R A 17 2 11. 7 6
G O R O N T A LO 6
29 6 10 0 . 0 0
S U LA W E S I B A R A T 6
30 4 6 6 .6 7
M A LU KU 11
31 0 0 .0 0
32 M A LU KU U T A R A 10 2 2 0 .0 0
PA PU A B A R A T 13
33 0 0 .0 0
PA PU A 29
34 0 0 .0 0

J U M LA H 5 14 17 2 3 3 .4 6

Pada tahun 2016, dari 514 kab/kota terdapat 172 kab/kota telah memenuhi kualitas
kesling. Terdapat 5 propinsi (15 %) yang berada di zona hijau (76-100 % kab/kota di
propinsi tersebut memenuhi kualitas kesling) yaitu Gorontalo, DIY, Sumatera Barat, Jambi
dan NTB; 8 propinsi (24 %) berada di zona kuning (51-75 % kab/kota di propinsi tersebut
memenuhi kualitas kesling) yaitu Riau, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, Banten, Bali,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat; 8 propinsi (24 %) berada di zona
Halaman 17 dari 81
oranye (26-50 % kab/kota di propinsi tersebut memenuhi kualitas kesling) yaitu Bengkulu,
Kep. Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Utara, Sulawesi Utara; dan terakhir 13 propinsi (37 %) masih berada di zona merah (0-25
% kab/kota di propinsi tersebut memenuhi kualitas kesling). Sumber data diperoleh dari
berbagai instrument pelaporan indikator baik secara manual maupun elektronik (online).

1. Untuk indikator yang sudah berbasis elektronik antara E-Monev STBM untuk
indikator jumlah desa yang melaksanakan STBM, E-Monev TPM untuk indikator
persentase TPM yang memenuhi syarat, E-Monev Limbah Fasyankes untuk
indikator persentase RS yang melaksanakan pengelolaan limbah medis sesuai
standar.
2. Sementara 3 indikator sisanya masih berbasis manual dan pembangunan sistem
elektroniknya sudah dilaksanakan di akhir tahun 2016.

Gambar 2
Peta, Grafik, Tabel
Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Kesling Per Propinsi
Tahun 2016

Halaman 18 dari 81
DI YOGYAKARTA
NUSA TENGGARA BARAT
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
SUMATERA BARAT
GORONTALO
KALIMANTAN UTARA
BALI
RIAU
SULAWESI SELATAN
BANTEN
JAMBI
BENGKULU
JAWA BARAT
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
SULAWESI BARAT STBM
DKI JAKARTA KKS
SUMATERA SELATAN
TTU Sehat
JAWA TIMUR
TPM Sehat
SULAWESI UTARA
REALISASI NASIONAL Limbah Medis
NUSA TENGGARA TIMUR PKAM
SULAWESI TENGAH
TARGET
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI TENGGARA
JAWA TENGAH
LAMPUNG
KEPULAUAN RIAU
KALIMANTAN BARAT
SUMATERA UTARA
ACEH
MALUKU UTARA
MALUKU
PAPUA
PAPUA BARAT *) dalam persen
0 50 100 150 200 250 300 350 400

Halaman 19 dari 81
Pada tahun 2016, terdapat 4 propinsi (12 %) dengan realisasi paling tinggi dan berada
di zona hijau yaitu Sumatera Barat, Kep. Bangka Belitung, DIY, Gorontalo, dimana
seluruh indikator mencapai target. Terdapat 3 propinsi (9 %) yang berada di zona
kuning yaitu Jambi, NTB, Sulawesi Selatan, dimana hanya 5 dari 6 indikator yang
mencapai target. Terdapat 10 propinsi (29 %) yang berada di zona oranye yaitu Riau,
Bengkulu, Kep. Riau, Jawa Barat, Banten, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, dimana hanya 4 dari 6 indikator yang mencapai
target. Terdapat 10 propinsi (29 %) yang berada di zona ungu yaitu, DKI Jakarta, Jawa
Tengah, Jawa Timur, NTT, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Papua
Barat, dimana hanya 3 dari 6 indikator yang mencapai target. Terdapat 5 propinsi (15
%) yang berada di zona biru yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung,
Sulawesi Utara, dimana hanya 2 dari 6 indikator yang mencapai target. Sedangkan 2
propinsi (6 %) dengan realisasi paling rendah yaitu Maluku dan Papua, dimana hanya
1 dari 6 indikator yang mencapai target.

Grafik 6
Target dan Realisasi
Indikator Persentase Kabupaten/Kota
yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan
Tahun 2015-2016

Halaman 20 dari 81
45.00
40.00
33.46
35.00 40.00
27.63 35.00
30.00
25.00 30.00
TARGET INDIKATOR
20.00 25.00 REALISASI INDIKATOR
15.00 20.00
10.00
5.00
0.00
2015 2016 2017 2018 2019 *) dalam persen

Pada tahun 2016, target indikator Persentase Kab/Kota yang memenuhi kualitas
lingkungan sebesar 25 % dan realisasi indikator tersebut sebesar 33.46 %. Itu berarti pada
tahun 2016, realisasi indikator telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Pada tahun
2015, target indikator tersebut sebesar 20 % dan realisasi indikator tersebut sebesar 27.63
%. Itu berarti pada tahun 2015, realisasi indikator tersebut juga telah mencapai target
indikator yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend realisasi indikator tersebut
senantiasa mencapai target indikator setiap tahunnya.

Grafik 7
Target dan Capaian Kinerja
Indikator Persentase Kabupaten/Kota
yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan
Tahun 2015-2016

160.00
138.13
140.00
133.85
120.00

100.00 100.00

80.00 TARGET KINERJA


CAPAIAN KINERJA
60.00

40.00

20.00

0.00 *) dalam persen


2015 2016 2017 2018 2019

Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Persentase Kabupaten/Kota yang


Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan sebesar 133.85 %. Pada tahun 2015,
capaian kinerja indikator tersebut sebesar 138.13 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa
trend capaian kinerja indikator tersebut di atas 100 % setiap tahunnya. Itu berarti
setiap tahunnya capaian kinerja sudah mencapai target capaian kinerjanya yang adalah
100 %.

Halaman 21 dari 81
Grafik 8
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Persentase Kabupaten/Kota
yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan
Th 2016

133.85

140 93.27
120
100
80
60
40
20
0
CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator Persentase
Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan sebesar Rp
206.420.007.000,- dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut
sebesar 93.27 % atau Rp 192.528.210.128,-. Target indikator yang ditetapkan sebesar
25 % dan realisasi indikator tersebut sebesar 33.46 % sehingga capaian kinerja yang
diperoleh sebesar 133.85 %. Itu berarti terwujud efisiensi anggaran karena capaian
kinerja sebesar 133.85 % dapat terwujud dengan 93.27 % anggaran.

Grafik 9
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Persentase Kabupaten/Kota
yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan
Th 2015-2016

138.13 133.85 *) dalam persen


140
120 93.27
100 81.36

80
60
40
20
0
2015 2016 2017 2018 2019

CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Halaman 22 dari 81
Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator indikator Persentase Kabupaten/Kota yang
Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan sebesar 133.85 % dan realisasi
anggarannya sebesar 93.27 %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut
sebesar 138.13 % dan realisasi anggarannya sebesar 81.36 %. Jika dilihat dari segi ini,
itu berarti setiap tahunnya terwujud keefisiensian anggaran karena besar capaian
kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran.

 Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan


meliputi :
o Pelaksanaan review Peraturan Menteri Kesehatan menyesuaikan dengan kondisi
seperti Permenkes Nomor 736 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan
Kualitas Air Minum, Revisi Kepmen No 519 Th 2014 tentang Penyelenggaraan
Pasar Sehat menjadi Permenkes.
o Penyusunan pedoman seperti Juknis Pelaksanaan RPAM Komunal, Modul Monev
PKAM, Modul Teknis Penyehatan Air, Pedoman Standar Peralatan Kesling di
Puskesmas, Modul Pelatihan Radioland, Juknis PP, Pedoman Pengamanan
Pestisida terhadap Kesehatan, Standar Baku Mutu Biomarker, Pedoman
Pengamanan Dampak Radiasi.
o Peningkatan kapasitas petugas untuk pelaksanaan kegiatan kesling melalui
kegiatan Orientasi Teknis Penyehatan Air, Workshop Healthy and Green Building
Office (Kantor Sehat), Pelatihan Pra Kedaruratan Bidang Kesling/ KLB, Capacity
Building Bidang Radiasi, TOT Inspektur HSP yang Kompenten.
o Pemberian dukungan sarana dan prasarana bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota, Puskesmas dan pokja pasar terpilih berdasarkan usulan dari daerah berupa
sarana kit sanitasi kesling sebanyak 345 paket, uji kualitas air (water test kit)
sebanyak 76 paket, uji keamanan pangan (food contamination kit dan food
security vvip kit) sebanyak 39 paket, sarana supply sanitasi (cetakan jamban)
sebanyak 283 paket, peralatan radioland sebanyak 10 paket, alat pembersih
pasar dan pelindung diri sebanyak 10 paket, alat kedaruratan kesling (alat
penjernih air dan udara) sebanyak 11 paket, bufferstock kedaruratan kesehatan
lingkungan sebanyak 11 paket.
o Pemberian dana dekon dan DAK untuk mendukung pelaksanaan kegiatan kesling.
o Pengembangan jejaring/koordinasi lintas program/lintas sektor dalam bentuk
pertemuan antar stakeholder terkait untuk menyamakan persepsi dalam
mewujudkan dan mendukung pelaksanaan kegiatan kesling.
o Bermitra dengan Pramuka, PKK, TNI dan Majelis Ulama Indonesia dalam
pelaksanaan kegiatan kesling.
o Pengeluaran Surat Edaran Pasar Sehat dimana satu kab/kota diwajibkan
mengadopsi satu Pasar Percontohan Pasar Sehat.
o Pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati pelaksanaan kesling seperti
penilaian kab/kota sehat, lingkungan bersih sehat, kantor sehat, sekolah sehat,
kantin sehat, pelabuhan/bandara sehat, toilet sehat dll.
o Pembangunan sistem monitoring yang berkualitas dan akuntabel melalui sistem
monitoring berbasis Web dan SMS gateway STBM dan emonev HSP yang sudah
berjalan serta emonev pengelolaan limbah fasyankes, emonev KKS, emonev
PKAM yang baru saja dibangun.

 Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan


meliputi :
o Adanya efisiensi anggaran sebesar Rp 87.592.373.000,- atau 43 % dari anggaran.
o Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di
Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait kesling
serta mutasi petugas yang terjadi di daerah.
o Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pembinaan
dan pengawasan terkait kesling.

Halaman 23 dari 81
o Untuk sistem pelaporan kegiatan yang sudah berbasis elektronik (internet) masih
belum optimal terkait dukungan jaringan internet yang belum stabil di seluruh
lokasi.
o Pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan melibatkan multi sektor sehingga
perlu memperkuat jejaring kemitraan, dan kapasitas SDM.
o Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara cepat,
cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan pendampingan
petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam
kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan.
o Masyarakat belum banyak memahami pentingnya kesehatan lingkungan.

 Alternatif solusi yang dilakukan meliputi :


o Memaksimalkan pembinaan penyelenggaraan kesehatan lingkungan secara
terintegrasi dan terfokus pada daerah sasaran yang aktif kepada seluruh
pengelola kesehatan lingkungan di daerah dalam percepatan pencapaian target
indikator kesehatan lingkungan.
o Memasimalkan komunikasi aktif baik melalui media elektronik maupun surat
menyurat kepada seluruh pimpinan daerah dalam rangka implementasi serta
monitoring evaluasi data dan pelaporan tepat waktu.
o Memaksimalkan advokasi kepada pejabat daerah agar diperoleh dukungan
terhadap pelaksanaan kegiatan kesling khususnya dalam hal pendanaan
penyelenggaraan kesehatan lingkungan untuk mencapai universal akses air dan
sanitasi Th 2019.
o Tahun 2017 akan dilaksanakan orientasi kesehatan lingkungan secara
terintegrasi kepada seluruh pengelola kesehatan lingkungan (sanitarian) tingkat
Puskemas dan Kabupaten/Kota untuk penyelenggaraan kesehatan lingkungan
yang terstandar dan pelaporan tepat waktu melalui sistim monitoring elektronik.
o Pemberian sarana dan prasarana pengawasan kesehatan lingkungan sampai
tingkat Puskesmas yang menjadi sasaran prioritas Kementerian Kesehatan
(sasaran lokus Puskesmas untuk program Keluarga Sehat) dan pada puskesmas
yang tersedia tenaga sanitarian aktif.
o Pendampingan dana dekon dan DAK yang optimal untuk percepatan capaian
kesehatan lingkungan secara menyeluruh.
o Sosialisasi 5 pilar STBM kepada masyarakat di seluruh kab/kota.
o Bermitra dengan Pramuka, PKK, TNI dan Majelis Ulama Indonesia dalam
pelaksanaan kegiatan kesling sampai dengan basis keluarga.
o Melanjutkan pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati pelaksanaan
kesling seperti penilaian kab/kota sehat, lingkungan bersih sehat, kantor sehat,
sekolah sehat, kantin sehat, pelabuhan/bandara sehat, toilet sehat dll.

Halaman 24 dari 81
Ket : Dashboard Kesling

Dalam melaksanakan 7 indikator kinerja kegiatan Penyehatan Lingkungan memiliki 4


kegiatan pokok yaitu Penyehatan air minum & sanitasi dasar, Penyehatan Pangan,
Penyehatan udara, tanah dan kawasan, serta Pengamanan limbah dan radiasi.

1. Kegiatan Penyehatan Air & Sanitasi Dasar


Untuk mengatasi masalah sanitasi dan kecukupan kebutuhan air minum, Direktorat
Kesehatan Lingkungan, khususnya Subdit Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar (PASD)
melakukan berbagai kegiatan Pengawasan Kualitas Air Minum dan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM). Hal tersebut tertuang dalam 2 indikator yang menjadi
target pelaksanaan kegiatan Subdit PASD yang meliputi Jumlah desa yang
melaksanakan STBM dan Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan.
a. Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM
Desa yang melaksanakan STBM adalah desa/ kelurahan yang sudah melakukan
pemicuan, mempunyai tim kerja masyarakat/ natural leader, dan telah
mempunyai rencana kerja masyarakat.

Halaman 25 dari 81
Grafik 10
Target dan Realisasi
Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM
Tahun 2016

33927

34000 Capaian
Kinerja
33000 113.09 %
32000
30000
31000

30000

29000

28000
TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR
desa

Pada tahun 2016, target indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM
sebesar 30.000 desa/kelurahan. Sedangkan realisasi indikator tersebut sebesar
33.927 desa/kelurahan. Itu berarti realisasi indikator tersebut sudah mencapai
target indikator dengan capaian kinerja sebesar 113.09 %.

Grafik 11
Realisasi Th 2016 dan Target Jangka Menengah
Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM

45000
40000
45000
35000
33927
40000 30000
35000
25000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
Realisasi Target Target Target Target Target desa
2016 2015 2016 2017 2018 2019

Jika menyandingkan realisasi 2016 dengan terget jangka menengah 2015-2019


maka diketahui bahwa realisasi 2016 sudah melewati target 2016 namun masih
di bawah target 2017-2019.

Halaman 26 dari 81
DKI JAKARTA
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA

desa
MALUKU

26 64 137144
KEPULAUAN RIAU

146
KALIMANTAN TIMUR
MALUKU UTARA

235
PAPUA
PAPUA BARAT
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

207 265 312


GORONTALO

301 329
BALI
DI YOGYAKARTA
SULAWESI BARAT

398 422
SUMATERA BARAT

422 514
BENGKULU

533
KALIMANTAN BARAT

Grafik 13
538

Tahun 2016
JAMBI
Grafik 12

543
SULAWESI TENGGARA
657
s.d. Tahun 2016

SULAWESI TENGAH
Jumlah desa yang melaksanakan STBM s.d. Th 2016 = 33.927 desa

KALIMANTAN TENGAH

Proporsi Realisasi Per Propinsi


BANTEN
685 841
Realisasi Kumulatif Per Propinsi

KALIMANTAN SELATAN
LAMPUNG

Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM


NUSA TENGGARA BARAT
Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM

SUMATERA UTARA
1081 1093

RIAU
738 1045 1081 1113

SUMATERA SELATAN
1366

ACEH
1471

SULAWESI SELATAN
1570

NUSA TENGGARA TIMUR

Halaman 27 dari 81
2230

JAWA BARAT
2401

JAWA TENGAH
5222

JAWA TIMUR
5797
120

100 95 96
82
80
65 68 68
61 61
60 52 52 54 56
45 45 47
40 41 43
40 35 35 35 38
27 29
23
18 20 20 21
20 13 13
7 8 10
0

BALI
PAPUA

BANTEN
SULAWESI UTARA
DKI JAKARTA

PAPUA BARAT

KEPULAUAN RIAU

LAMPUNG
KALIMANTAN TIMUR

SULAWESI TENGGARA

JAWA BARAT
KALIMANTAN UTARA

SULAWESI BARAT
MALUKU

MALUKU UTARA

JAMBI
SULAWESI TENGAH

GORONTALO
SUMATERA BARAT

SULAWESI SELATAN

JAWA TENGAH

NUSA TENGGARA TIMUR


SUMATERA SELATAN

KALIMANTAN SELATAN

JAWA TIMUR

DI YOGYAKARTA
SUMATERA UTARA

ACEH

BENGKULU

RIAU
KALIMANTAN BARAT

NUSA TENGGARA BARAT


KALIMANTAN TENGAH

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG


%

Pada tahun 2016, baik secara kumulatif maupun proporsi, 8 propinsi dengan
realisasi desa/kelurahan yang melaksanakan STBM tertinggi yaitu Propinsi
Jawa Timur, DIY, Kep. Bangka Belitung, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan.

Grafik 14
Target dan Realisasi
Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM
Th 2015-2016

70000
33927
60000

50000 26417

40000
45000 REALISASI
40000
30000 TARGET
35000
30000
20000 25000

10000
desa
0
2015 2016 2017 2018 2019

Halaman 28 dari 81
Pada tahun 2016, target indikator Jumlah Desa yang Melakanakan STBM sebesar
30.000 desa dan realisasi indikator tersebut sebesar 33.927 desa. Itu berarti pada
tahun 2016, realisasi indikator telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Pada
tahun 2015, target indikator tersebut sebesar 25.000 desa dan realisasi indikator
tersebut sebesar 26.417 desa. Itu berarti pada tahun 2015, realisasi indikator tersebut
juga telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
trend realisasi indikator tersebut senantiasa mencapai target indikator setiap
tahunnya.

Grafik 15
Target dan Capaian Kinerja
Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM
Th 2015-2016

115.00
113.09
110.00
105.67
105.00
TARGET KINERJA

100.00 100.00 CAPAIAN KINERJA

95.00

90.00
*) dalam persen
2015 2016 2017 2018 2019

Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM
sebesar 113.09 %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar
105.67 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend capaian kinerja indikator
tersebut di atas 100 % setiap tahunnya. Itu berarti setiap tahunnya capaian
kinerja sudah mencapai target capaian kinerjanya yang adalah 100 %.

Grafik 16
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM
Th 2016

Halaman 29 dari 81
113.09

120 72.49
100
80
60
40
20
0
CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator


Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM sebesar Rp 44,885,537,000 dan realisasi
anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar 72.49 % atau Rp
32,535,652,597. Target indikator yang ditetapkan sebesar 30.000 desa dan
realisasi indikator tersebut sebesar 32.927 desa sehingga capaian kinerja yang
diperoleh sebesar 113.09 %. Itu berarti terwujud efisiensi anggaran karena
capaian kinerja sebesar 113.09 % dapat dicapai dengan 72.49 % anggaran.

Grafik 17
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM
Th 2015-2016

113.09 *) dalam persen


120
105.67

100 81.19
72.49
80

60

40

20

0
2015 2016 2017 2018 2019

CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator indikator Jumlah Desa yang
Melakasanakan STBM sebesar 113.09 % dan realisasi anggarannya sebesar
72.49 %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar 105.67 %
dan realisasi anggarannya sebesar 81.19 %. Jika dilihat dari segi ini, itu berarti
setiap tahunnya terwujud keefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja
lebih besar daripada realisasi anggaran.

Halaman 30 dari 81
 Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan
meliputi :
o Pemberian dukungan sarana dan prasarana bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota, Puskesmas terpilih berdasarkan usulan dari daerah berupa
sarana supply sanitasi (cetakan jamban) sebanyak 283 paket.
o Pengembangan jejaring/koordinasi lintas program/lintas sektor dalam
bentuk pertemuan antar stakeholder terkait untuk menyamakan persepsi
dalam mewujudkan dan mendukung pencapaian universal akses sanitasi dan
air minum yang aman untuk seluruh masyarakat Indonesia.
o Bermitra dengan Majelis Ulama Indonesia terkait pengeluaran Fatwa MUI
Nomor 001/2015 tentang Pendayagunaan Harta Zakat, Infaq, Sedekah dan
Wakaf untuk membangun sarana air bersih dan sanitasi bagi masyarakat.
o Implementasi sistem monitoring yang berkualitas dan akuntabel melalui
sistem monitoring berbasis Web dan SMS gateway STBM.
o Memfasilitasi Kab/Kota melalui Pokja AMPL atau Pokja sejenis dalam rangka
integrasi kegiatan lintas sektor terkait dengan kegiatan pembangunan
sanitasi yang diawali dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui
pendekatan STBM.
o Pemberian dana dekon dan DAK untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
STBM.

 Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan


kegagalan meliputi :
o Desa yang sudah terinvasi oleh program Pamsimas banyak yang belum ODF.
Desa yang sudah ODF belum mencapai desa STBM.
o Sistem pelaporan STBM sudah berbasis elektronik (internet), namun masih
belum optimal terkait dukungan jaringan internet yang belum stabil di
seluruh lokasi.
o Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di
Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait STBM
serta mutasi petugas yang terjadi di daerah.
o Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan terkait STBM.
o Pelaksanaan kegiatan STBM melibatkan multi sektor sehingga perlu
memperkuat jejaring kemitraan, dan kapasitas SDM.
o Adanya efisiensi anggaran sebesar Rp 87.592.373.000,- atau 43 % dari
anggaran.
o Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara cepat,
cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan
pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku yang
lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan.
o Masyarakat belum banyak memahami pentingnya sanitasi.

 Alternatif solusi yang dilakukan meliputi :


o Advokasi dan sosialisasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota dalam rangka internalisasi kegiatan pembangunan sanitasi.
o Sosialisasi dan implementasi sistem monev berbasis Web dan SMS gateway
STBM dengan lebih optimal sekaligus didukung oleh pemda setempat dalam
hal dukungan terhadap jaringan internet yang lebih stabil.
o Peningkatan kapasitas SDM stakeholder dan pelaku pembangunan air minum
dan sanitasi sampai dengan tingkat Puskesmas.
o Pemberian dukungan sarana dan prasarana pada daerah-daerah yang belum
terjangkau.

Halaman 31 dari 81
o Bermitra dengan MUI dalam pembangunan Pendayagunaan Harta Zakat,
Infaq, Sedekah dan Wakaf untuk membangun sarana air bersih dan sanitasi
bagi masyarakat.

b. Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan


Kualitas air minum adalah kualitas air minum yang memenuhi syarat secara
fisik/kimia/mikrobiologi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010. Sedangkan tentang pengawasan kualitas air
minum diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana dan Pengawasan Kualitas
Air Minum, bahwa pengawasan Internal dilakukan oleh penyelenggara air
minum komersial dan pengawasan Eksternal oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

Pengawasan kualitas air minum adalah penyelenggara air minum yang diawasi
kualitas hasil produksinya secara eksternal oleh Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota dan KKP yang dibuktikan dengan jumlah sampel
pengujian kualitas air.

Penyelenggara air minum adalah :

1. PDAM/BPAM/PT yang terdaftar di Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh


Indonesia (Perpamsi)

2. Sarana air minum perpipaan non PDAM

3. Sarana air minum bukan jaringan perpipaan komunal

Cara perhitungan indikator ini adalah jumlah sarana air minum yang diawasi
dibagi dengan jumlah sarana air minum yang ada.

Grafik 18
Target dan Realisasi
Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan
Tahun 2016

35.00

Capaian
35.00 Kinerja
45.77 %
30.00

25.00
16.02

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR %

Pada tahun 2016, target indikator Persentase sarana air minum yang dilakukan
pengawasan sebesar 35 % (81.901 Sarana dari 234.002 sarana). Sedangkan
realisasi indikator tersebut sebesar 16.02 % (5.218 sarana). Itu berarti realisasi
Halaman 32 dari 81
indikator tersebut belum mencapai target indikator dengan capaian kinerja
sebesar 45.77 %.

Grafik 19
Realisasi Th 2016 dan Target Jangka Menengah
Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan

50
45
50
40
45
35
40
30
35
30
25 16.07
20
15
10
5
0
Realisasi Target 2015 Target 2016 Target 2017 Target 2018 Target 2019
2016 %

Jika menyandingkan realisasi 2016 dengan terget jangka menengah 2015-2019


maka diketahui bahwa realisasi 2016 berada di bawah target 2015-2019.

Grafik 20
Realisasi Per Propinsi
Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan
Tahun 2016

Halaman 33 dari 81
45 42
*) dalam persen 41
39
40 35 36
35 33
31 32
30
26
25
25 22
20 21
20 16.02 18 18
17
14 15
15 13 13 13 14
11
10 11
10 8 9
6 6 6 6 7
5 3
0 0
0
BALI
PAPUA

BANTEN

SULAWESI UTARA
DKI JAKARTA

PAPUA BARAT

KEPULAUAN RIAU
MALUKU

LAMPUNG

JAWA BARAT
SULAWESI TENGGARA
KALIMANTAN TIMUR

SULAWESI BARAT
SUMATERA BARAT
SULAWESI SELATAN
NUSA TENGGARA TIMUR

JAWA TENGAH

SULAWESI TENGAH

DI YOGYAKARTA
MALUKU UTARA

GORONTALO
RIAU
JAMBI

KALIMANTAN UTARA
ACEH

SUMATERA SELATAN

JAWA TIMUR

BENGKULU
SUMATERA UTARA

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TENGAH

TARGET
REALISASI NASIONAL

NUSA TENGGARA BARAT

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG


KALIMANTAN SELATAN

Pada tahun 2016, propinsi dengan realisasi paling tinggi (42 %) yaitu
Gorontalo. Terdapat 4 Propinsi (12 %) sudah berada di atas target nasional,
sementara masih terdapat 30 Propinsi (88 %) masih berada di bawah target
nasional.

Grafik 21
Target dan Realisasi
Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan
Th 2015-2016

60.00
50.00
50.00 45.00
43.58
40.00
40.00 35.00
30.00
30.00 TARGET INDIKATOR
REALISASI INDIKATOR
20.00

16.02
10.00

0.00 *) dalam persen


2015 2016 2017 2018 2019

Halaman 34 dari 81
Pada tahun 2016, target indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan
Pengawasan sebesar 35 % dan realisasi indikator tersebut sebesar 16.02 %. Itu berarti
pada tahun 2016, realisasi indikator belum mencapai target indikator yang ditetapkan.
Pada tahun 2015, target indikator tersebut sebesar 30 % dan realisasi indikator
tersebut sebesar 43.58 %. Itu berarti pada tahun 2015, realisasi indikator tersebut
telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend
realisasi indikator tersebut terjadi penurunan, dimana pada tahun 2015 mencapai
target sedangkan pada tahun 2016 tidak mencapai target.

Grafik 22
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan
Th 2015

160.00
145.26
140.00

120.00

100.00 100.00
80.00 TARGET KINERJA
CAPAIAN KINERJA
60.00
45.77
40.00

20.00

0.00
*) dalam persen
2015 2016 2017 2018 2019

Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Persentase Sarana Air Minum yang
Dilakukan Pengawasan sebesar 45.77 %. Pada tahun 2015, capaian kinerja
indikator tersebut sebesar 145.26 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend
capaian kinerja indikator tersebut mengalami penurunan, dimana pada tahun
2015 capaian kinerja sudah mencapai target capaian kinerja yang adalah 100 %,
sementara pada tahun 2016 tidak mencapai target capaian kinerja yang adalah
100 %.

Grafik 23
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan
Th 2016

Halaman 35 dari 81
99.45

100

80 45.77

60

40

20

0
CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator


Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan sebesar Rp
11,225,311,000 dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut
sebesar 99.45 % atau Rp 11,163,586,590. Target indikator yang ditetapkan
sebesar 35 % dan realisasi indikator tersebut sebesar 16.02 % sehingga capaian
kinerja yang diperoleh sebesar 45.77 %. Itu berarti terwujud ketidakefesiensian
anggaran karena capaian kinerja sebesar 45.77 % terwujud dengan 99.45 %
anggaran.

Grafik 24
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan
Th 2015-2016

145.26 *) dalam persen


160
140
99.45
120
81.19
100
80
45.77
60
40
20
0
2015 2016 2017 2018 2019

CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator indikator Persentase Sarana Air Minum
yang Dilakukan Pengawasan sebesar 45.77 % dan realisasi anggarannya
sebesar 99.45 %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar
145.26 % dan realisasi anggarannya sebesar 81.19 %. Jika dilihat dari segi ini,
itu berarti pada tahun 2015 terwujud keefisiensian anggaran karena besar
capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran, sementara pada tahun

Halaman 36 dari 81
2016 terwujud ketidakefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja lebih
kecil daripada realisasi anggaran.

 Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan


meliputi :
o Pelaksanaan review Peraturan Menteri Kesehatan menyesuaikan dengan
kondisi yaitu Permenkes Nomor 736 Tahun 2010 tentang Tata Laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum.
o Penyusunan pedoman Juknis Pelaksanaan RPAM Komunal, Modul Monev
PKAM, Modul Teknis Penyehatan Air.
o Peningkatan kapasitas petugas untuk pelaksanaan kegiatan penyehatan
air melalui kegiatan Orientasi Teknis Penyehatan Air.
o Pemberian dukungan sarana dan prasarana bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota, Puskesmas terpilih berdasarkan usulan dari daerah
berupa uji kualitas air (water test kit) sebanyak 76 paket.
o Inovasi kegiatan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) khususnya
sarana air minum komunal dan di tingkat konsumen untuk
meningkatkan kualitas air minum yang diakses oleh masyarakat
sehingga memenuhi syarat kesehatan.
o Pengembangan jejaring/koordinasi lintas program/lintas sektor dalam
bentuk pertemuan antar stakeholder terkait untuk menyamakan
persepsi dalam mewujudkan dan mendukung pencapaian universal
akses sanitasi dan air minum yang aman untuk seluruh masyarakat
Indonesia.
o Bermitra dengan Majelis Ulama Indonesia terkait pengeluaran Fatwa
MUI Nomor 001/2015 tentang Pendayagunaan Harta Zakat, Infaq,
Sedekah dan Wakaf untuk membangun sarana air bersih dan sanitasi
bagi masyarakat.
o Pemberian dana dekon dan DAK untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
penyehatan air.

 Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan


kegagalan meliputi :
o Kegiatan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) baru dimulai pada
beberapa daerah pilot, sehingga masih perlu pembinaan dan
pengembangan ke daerah yang lain.
o Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di
Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait air
minum serta mutasi petugas yang terjadi di daerah.
o Untuk mendapatkan data sarana air minum dan kondisi kualitas air
minum di Indonesia masih sulit karena belum terbangun sistim
pelaporan yang berbasis elektronik.
o Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan terkait air minum.
o Pelaksanaan kegiatan air minum melibatkan multi sektor sehingga perlu
memperkuat jejaring kemitraan, dan kapasitas SDM.
o Adanya efisiensi anggaran sebesar Rp 87.592.373.000,- atau 43 % dari
anggaran.

 Alternatif solusi yang dilakukan meliputi :


o Menyusun Peraturan Menteri Kesehatan tentang Kualitas Air untuk
Personal Hygiene .
o Peningkatan kapasitas SDM stakeholder dan pelaku pembangunan air
minum dan sanitasi sampai dengan tingkat Puskesmas.
o Membangun sistim pelaporan air minum berbasis elektronik.

Halaman 37 dari 81
o Pemberian dukungan sarana dan prasarana pada daerah-daerah yang
belum terjangkau.
o Bermitra dengan MUI dalam pembangunan Pendayagunaan Harta Zakat,
Infaq, Sedekah dan Wakaf untuk membangun sarana air bersih dan
sanitasi bagi masyarakat.

Halaman 38 dari 81
Halaman 39 dari 81
Halaman 40 dari 81
Ket : E-Monev STBM

Ket : E-Monev PKAM

Halaman 41 dari 81
2. Kegiatan Higiene Sanitasi Pangan
Pelaksanaan kegiatan higiene sanitasi pangan merupakan salah satu aspek dalam
menjaga keamanan pangan yang harus dilaksanakan secara terstruktur dan terukur
dengan kegiatan, sasaran dan ukuran kinerja yang jelas, salah satunya dengan
mewujudkan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat
kesehatan. TPM yang memenuhi syarat kesehatan adalah TPM yang memenuhi
persyaratan hygiene sanitasi yang dibuktikan dengan sertifikat laik hygiene sanitasi.
TPM adalah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) siap saji yang terdiri dari Rumah
Makan/Restoran, Jasa Boga, Depot Air Minum, Sentra Makanan Jajanan, Kantin
Sekolah. Cara perhitungan indikator ini yaitu jumlah TPM yang memenuhi syarat
kesehatan dibagi jumlah TPM yang ada.

Grafik 25
Target dan Realisasi
Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Tahun 2016

14.00

Capaian
14.00 Kinerja
97.56 %
13.90
13.66
13.80

13.70

13.60

13.50

13.40
TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR %

Pada tahun 2016, target indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat
Kesehatan sebesar 14 % (11.607 TPM dari 82.910 TPM ). Sedangkan realisasi
indikator tersebut sebesar 13.66 % (11.324 TPM). Itu berarti realisasi indikator
tersebut belum mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar 97.56
%.

Grafik 26
Realisasi Th 2016 dan Target Jangka Menengah
Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan

Halaman 42 dari 81
*) dalam persen
32
35
26
30

25 20

20 14
13.66
15
8
10

0
Realisasi Target Target Target Target Target
2016 2015 2016 2017 2018 2019

Jika menyandingkan realisasi 2016 dengan terget jangka menengah 2015-2019


maka diketahui bahwa realisasi 2016 sudah melewati target 2015 namun masih
di bawah target 2016-2019.

Grafik 27
Realisasi Per Propinsi
Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Tahun 2016

40
*) dalam persen
35 33 34

30 28
24
25 23 23
86
20 18 19 19 19
13.66 15 15 15 15 16 16 17 17
14
15
12 12
10 11
9
10 8 8 8
5 5 6 6
5 4 4
0
0
BALI
PAPUA

BANTEN
DKI JAKARTA

KEPULAUAN RIAU

PAPUA BARAT

SULAWESI UTARA
MALUKU
LAMPUNG

SULAWESI TENGGARA

KALIMANTAN TIMUR
JAWA TENGAH

JAWA BARAT

DI YOGYAKARTA

GORONTALO

SUMATERA BARAT
SULAWESI SELATAN

SULAWESI TENGAH
RIAU

JAMBI

SULAWESI BARAT

NUSA TENGGARA TIMUR


MALUKU UTARA

KALIMANTAN UTARA
SUMATERA SELATAN

ACEH

KALIMANTAN BARAT

JAWA TIMUR
TARGET

BENGKULU
REALISASI NASIONAL

SUMATERA UTARA

NUSA TENGGARA BARAT


KALIMANTAN SELATAN

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KALIMANTAN TENGAH

Halaman 43 dari 81
Pada tahun 2016, propinsi dengan realisasi paling tinggi (34 %) yaitu
Kalimantan Utara dan propinsi dengan realisasi paling rendah (0 %) yaitu
Papua. Terdapat 19 Propinsi (56 %) sudah berada di atas target nasional dan
terdapat 15 Propinsi (44 %) masih berada di bawah target nasional.

Grafik 28
Target dan Realisasi
Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Tahun 2015-2016

35.00

30.00
32.00
25.00
26.00
20.00
14.00 TARGET INDIKATOR
20.00
15.00 REALISASI INDIKATOR
10.39
10.00 13.66

5.00 8.00
*) dalam persen
0.00
2015 2016 2017 2018 2019

Pada tahun 2016, target indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan
sebesar 14 % dan realisasi indikator tersebut sebesar 13.66 %. Itu berarti pada tahun
2016, realisasi indikator belum mencapai target indikator yang ditetapkan. Pada tahun
2015, target indikator tersebut sebesar 8 % dan realisasi indikator tersebut sebesar
10.39 %. Itu berarti pada tahun 2015, realisasi indikator tersebut telah mencapai target
indikator yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend realisasi indikator
tersebut terjadi penurunan, dimana pada tahun 2015 mencapai target sedangkan pada
tahun 2016 tidak mencapai target.

Grafik 29
Target dan Capaian Kinerja
Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Tahun 2015-2016

Halaman 44 dari 81
140.00
129.87
120.00

100.00 100.00
97.56
80.00
TARGET KINERJA
60.00 CAPAIAN KINERJA

40.00

20.00

0.00
*) dalam persen
2010 2011 2012 2013 2014

Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Persentase Persentase TPM yang
Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar 97.56 %. Pada tahun 2015, capaian kinerja
indikator tersebut sebesar 129.87 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend
capaian kinerja indikator tersebut mengalami penurunan, dimana pada tahun
2015 capaian kinerja sudah mencapai target capaian kinerja yang adalah 100 %,
sementara pada tahun 2016 tidak mencapai target capaian kinerja yang adalah
100 %.

Grafik 30
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Th 2016

97.56

98
97.5
96.18
97
96.5
96
95.5
95
CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator


Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar Rp 8,784,810,000
dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar 96.18 %
atau Rp 8,449,344,874. Target indikator yang ditetapkan sebesar 14 % dan
realisasi indikator tersebut sebesar 13.66 % sehingga capaian kinerja yang
diperoleh sebesar 97.56 %. Itu berarti terwujud efisiensi anggaran karena
capaian kinerja sebesar 97.56 % dapat dicapai dengan 96.18 % anggaran.

Halaman 45 dari 81
Grafik 31
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Th 2015-2016

129.87 *) dalam persen


140.00
120.00 97.56 96.18
100.00 76.95
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
2015 2016 2017 2018 2019

CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator indikator Persentase TPM yang
Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar 97.56 % dan realisasi anggarannya
sebesar 96.18 %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar
129.87 % dan realisasi anggarannya sebesar 76.95 %. Jika dilihat dari segi ini,
itu berarti setiap tahunnya terwujud keefisiensian anggaran karena besar
capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran.

 Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan


meliputi :
o Penyusunan Juknis Penyehatan Pangan.
o Peningkatan kapasitas petugas untuk pelaksanaan kegiatan penyehatan
pangan melalui kegiatan TOT Inspektur HSP yang Kompenten.
o Pemberian dukungan sarana dan prasarana bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota, Puskesmas terpilih berdasarkan usulan dari daerah
berupa uji keamanan pangan (food contamination kit dan food security
vvip kit) sebanyak 39 paket.
o Pemberian dana dekon dan DAK untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
penyehatan pangan.
o Pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati pelaksanaan
kesling seperti penilaian kantin sehat.
o Implementasi sistem monitoring yang berkualitas dan akuntabel melalui
emonev HSP.

 Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan


kegagalan meliputi :
o Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di
Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait
penyehatan pangan serta mutasi petugas yang terjadi di daerah.
o Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan terkait penyehatan pangan.
o Untuk sistem pelaporan emonev HSP yang sudah berbasis elektronik
(internet) masih belum optimal terkait dukungan jaringan internet yang
belum stabil di seluruh lokasi.
o Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara
cepat, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan
Halaman 46 dari 81
pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku
yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan.
o Masyarakat belum banyak memahami pentingnya penyehatan pangan.
o Adanya efisiensi anggaran sebesar Rp 87.592.373.000,- atau 43 % dari
anggaran.

 Alternatif solusi yang dilakukan meliputi :


o Pembinaan/orientasi terpadu terkait kegiatan kesling untuk
mensosialisasikan pedoman pelaksanaan kegiatan kesling dan
meningkatkan kapasitas petugas kesling.
o Pembentukan tenaga inspektur HSP sampai dengan tahun 2019.
o Pemberian dukungan sarana dan prasarana pada daerah-daerah yang
belum terjangkau.
o Sosialisasi dan implementasi sistem emonev HSP dengan lebih optimal
sekaligus didukung oleh pemda setempat dalam hal dukungan terhadap
jaringan internet yang lebih stabil.
o Pemberian dana dekon dan DAK yang lebih lagi untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan penyehatan pangan.

PELATIHAN HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM PEMBINAAN PEDAGANG PANGAN JAJANAN DI
BAGI SANITARIAN PUSKESMAS DAN KABUPATEN DI LINGKUNGAN SEKOLAH KEPULAUAN SERIBU
KAB.TANAH DATAR DIBUKA OLEH WAKIL BUPATI
TANAH DATAR

PEMETAAN TPM BERBASIS E-MONEV HSP PENINGKATAN KAPASITAS PETUGAS AUDITOR


HIGIENE SANITASI PANGAN MELALUI TOT
INSPEKTUR HSP

Halaman 47 dari 81
PENINGKATAN KAPASITAS PETUGAS HSP KAB. DAN PENINGKATAN KAPASITAS PETUGAS HSP KAB. DAN
PUSKESMAS MELALUI PHAST HSP PUSKESMAS MELALUI PHAST HSP &
PERMAINANULAR TANGGA

Halaman 48 dari 81
Ket : E-Monev HSP

3. Kegiatan Penyehatan Udara, Tanah dan Kawasan

a. Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) yang Memenuhi Syarat Kesehatan


TTU yang memenuhi syarat kesehatan adalah tempat dan fasilitas umum minimal
sarana pendidikan dan pasar tradisional yang memenuhi syarat kesehatan
berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan sesuai standar di wilayah
kab/kota dalam kurun waktu 1 tahun.
TTU dinyatakan sehat apabila memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan
dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni, dan masyarakat
sekitarnya serta memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya masalah
kesehatan. Cara perhitungan indikator ini yaitu jumlah TTU yang memenuhi syarat
kesehatan dibagi jumlah TTU yang ada.

Grafik 32
Target dan Realisasi
Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Tahun 2016

Halaman 49 dari 81
52.64
52.80
Capaian
52.60 Kinerja
101.24 %
52.40 52.00
52.20

52.00

51.80

51.60
TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR %

Pada tahun 2016, target indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat
Kesehatan sebesar 52 % (77.267 TTU dari 148.590 TTU). Sedangkan realisasi
indikator tersebut sebesar 52.64 % (78.225 TTU). Itu berarti realisasi indikator
tersebut sudah mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar
101.24 %.

Grafik 33
Realisasi Th 2016 dan Target Jangka Menengah
Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan

58
*) dalam persen
58 56

56 54
52.64
54 52

52 50

50

48

46
Realisasi Target Target Target Target Target
2016 2015 2016 2017 2018 2019

Jika menyandingkan realisasi 2016 dengan terget jangka menengah 2015-2019


maka diketahui bahwa realisasi 2016 sudah melewati target 2016 tetapi masih
di bawah target 2017-2019.

Halaman 50 dari 81
Grafik 34
Realisasi Per Propinsi
Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Tahun 2016

100
89
90 81 83 83 83 84 84 87
*) dalam persen 74 75 76 76 77 80
80 69 70 72
66 67 67 68
70 52.64
59 61 63 64
60 50 52
50 46
42
40 33
30 21
20
8
10 1 3
0

BALI
SULAWESI UTARA

BANTEN
PAPUA BARAT

DKI JAKARTA
KEPULAUAN RIAU

PAPUA
LAMPUNG

MALUKU UTARA

MALUKU
SUMATERA BARAT

KALIMANTAN TIMUR

SULAWESI TENGGARA
JAWA TENGAH

SULAWESI BARAT

JAMBI

GORONTALO

JAWA BARAT
DI YOGYAKARTA
NUSA TENGGARA TIMUR

RIAU

SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGAH
KALIMANTAN SELATAN

SUMATERA SELATAN
JAWA TIMUR

KALIMANTAN BARAT

ACEH

BENGKULU
SUMATERA UTARA
TARGET
REALISASI NASIONAL

KALIMANTAN TENGAH

NUSA TENGGARA BARAT

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG


Pada tahun 2016, propinsi dengan realisasi paling tinggi (89 %) yaitu Kep.
Bangka Belitung dan Propinsi dengan realisasi paling rendah (1 %) yaitu
Lampung. Terdapat 25 Propinsi (74 %) sudah berada di atas target nasional
dan terdapat 9 Propinsi (26 %) masih berada di bawah target nasional.

Grafik 35
Target dan Realisasi
Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Th 2015-2016

Halaman 51 dari 81
70.00

61.44

60.00
58.00
52.64

54.00 56.00
50.00
52.00
50.00

40.00
TARGET INDIKATOR

30.00 REALISASI INDIKATOR

20.00

10.00

0.00
2015 2016 2017 2018 2019 *) dalam persen

Pada tahun 2016, target indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan
sebesar 52 % dan realisasi indikator tersebut sebesar 52.64 %. Itu berarti pada tahun
2016, realisasi indikator telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Pada tahun
2015, target indikator tersebut sebesar 50 % dan realisasi indikator tersebut sebesar
61.44 %. Itu berarti pada tahun 2015, realisasi indikator tersebut juga telah mencapai
target indikator yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend realisasi
indikator tersebut walaupun mengalami penurunan masih mencapai target indikator
setiap tahunnya.

Grafik 36
Target dan Capaian Kinerja
Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Th 2015-2016

Halaman 52 dari 81
140.00
122.88
120.00
101.24
100.00 100.00

80.00
TARGET KINERJA
60.00 CAPAIAN KINERJA

40.00

20.00

0.00
2015 2016 2017 2018 2019 *) dalam persen

Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Persentase TTU yang Memenuhi
Syarat Kesehatan sebesar 101.24 %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator
tersebut sebesar 122.88 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend capaian kinerja
indikator tersebut walaupun mengalami penurunan tetap di atas 100 % setiap
tahunnya. Itu berarti setiap tahunnya capaian kinerja sudah mencapai target
capaian kinerjanya yang adalah 100 %.

Grafik 37
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Th 2016

101.24

102
101 97.74
100
99
98
97
96
95
CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator


Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar Rp 37,129,576,000
dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar 97.94 %
atau Rp 36,291,589,408. Target indikator yang ditetapkan sebesar 52 % dan
realisasi indikator tersebut sebesar 52.64 % sehingga capaian kinerja yang
diperoleh sebesar 101.24 %. Itu berarti terwujud efisiensi anggaran karena
capaian kinerja sebesar 101.24 % dapat dicapai dengan 97.74 % anggaran.

Halaman 53 dari 81
Grafik 38
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Th 2015-2016

*) dalam persen
140.00
122.88

120.00 101.24 97.74


84.22
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
2015 2016 2017 2018 2019

CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator indikator Persentase TTU yang
Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar 101.24 % dan realisasi anggarannya
sebesar 97.74 %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar
122.88 % dan realisasi anggarannya sebesar 84.22 %. Jika dilihat dari segi ini,
itu berarti setiap tahunnya terwujud keefisiensian anggaran karena besar
capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran.

 Alternatif penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan


meliputi :
o Peningkatan kapasitas petugas untuk pelaksanaan kegiatan penyehatan
Tempat-Tempat Umum (TTU) dimana kantor merupakan lokus dari TTU
melalui kegiatan Workshop Healthy and Green Building Office (Kantor
Sehat).
o Pemberian dukungan sarana dan prasarana bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota, Puskesmas terpilih berdasarkan usulan dari daerah
berupa sarana kit sanitasi kesling sebanyak 345 paket
o Pemberian dana dekon dan DAK untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
penyehatan TTU.
o Pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati pelaksanaan kesling
seperti penilaian lingkungan bersih sehat, kantor sehat, sekolah sehat,
pelabuhan/ bandara sehat, toilet sehat dll.

 Alternatif penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan


kegagalan meliputi :
o Belum terbangunnya sistem pelaporan penyehatan TTU berbasis
elektronik.
o Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di
Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait
penyehatan TTU serta mutasi petugas yang terjadi di daerah.
o Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan terkait penyehatan TTU.

Halaman 54 dari 81
o Pelaksanaan kegiatan penyehatan TTU melibatkan multi sektor sehingga
perlu memperkuat jejaring kemitraan, dan kapasitas SDM.
o Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara
cepat, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan
pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku
yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan.
o Masyarakat belum banyak memahami pentingnya penyehatan TTU.
o Adanya efisiensi anggaran sebesar Rp 87.592.373.000,- atau 43 % dari
anggaran.

 Alternatif solusi yang dilakukan meliputi :


o Membangun sistem pelaporan penyehatan TTU berbasis elektronik.
o Pembinaan/orientasi terpadu terkait kegiatan penyehatan TTU untuk
mensosialisasikan pedoman pelaksanaan kegiatan penyehatan TTU dan
meningkatkan kapasitas petugas kesling.
o Pemberian dukungan sarana dan prasarana pada daerah-daerah yang
belum terjangkau.
o Bermitra dengan PKK dalam pelaksanaan kegiatan penyehatan TTU.
o Pemberian dana dekon dan DAK yang lebih lagi untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan penyehatan TTU.

b. Jumlah Kab/ Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat


Lokus tatanan sehat meliputi Kabupaten/Kota Sehat, Pasar Sehat,
Pelabuhan/Bandara Sehat, Sekolah Sehat, Kantor Sehat. Kegiatannya tentu meliputi
pembinaan pada lokus-lokus yang tadi disebutkan, kesiapsiagaan dan
penanggulangan Bencana, serta kegiatan even-even khusus atau kesling tertentu
yang sebagian besar dari keseluruhan kegiatan tersebut berorientasi pada
pemberdayaan masyarakat. Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat sendiri
merupakan kegiatan pemerintah daerah yang ditujukan untuk meningkatkan
kondisi lingkungan di wilayahnya kearah yang lebih baik sehingga masyarakatnya
dapat hidup dengan aman, nyaman, bersih dan sehat. Penyelenggaraan Kab/Kota
Sehat adalah juga merupakan pelaksanaan berbagai kegiatan dalam mewujudkan
kab/kota sehat berbasis masyarakat yang berkesinambungan, melalui forum yang
difasilitasi oleh pemerintah kab/kota. Kab/kota yang menyelenggarakan kawasan
sehat adalah kab/kota yang menyelenggarakan pendekatan Kab/Kota Sehat dengan
membentuk Tim Pembina dan Forum Kab/Kota Sehat yang menerapkan minimal 2
Tatanan dari 9 Tatanan Kawasan Sehat yaitu : (1). Kawasan Permukiman, Sarana,
dan Prasarana Umum (2). Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan
Transportasi (3). Kawasan Pertambangan Sehat (4). Kawasan Hutan Sehat (5).
Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat (6). Kawasan Pariwisata Sehat (7).
Ketahanan Pangan dan Gizi (8). Kehidupan Masyarakat yang Mandiri (9). Kehidupan
Sosial yang Sehat.

Grafik 39
Target dan Realisasi
Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan
Tatanan Kawasan Sehat
Tahun 2016

Halaman 55 dari 81
356

356 Capaian
Kinerja
355 98.31 %
354
353 350
352
351
350
349
348
347
TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR %

Pada tahun 2016, target indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan


Tatanan Kawasan Sehat sebesar 356 kab/ kota. Sedangkan realisasi indikator
tersebut sebesar 350 kab/ kota. Itu berarti realisasi indikator tersebut belum
mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar 98.31 %.

Grafik 40
Realisasi Th 2016 dan Target Jangka Menengah
Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan
Tatanan Kawasan Sehat

*) dalam persen 386


390 376
380 366
370 356
360 350 346
350

340

330

320
Realisasi Target Target Target Target Target
2016 2015 2016 2017 2018 2019

Jika menyandingkan realisasi 2016 dengan terget jangka menengah 2015-2019


maka diketahui bahwa realisasi 2016 sudah mencapai target 2015 namun masih
di bawah target 2016-2019.

Halaman 56 dari 81
Grafik 41
Realisasi Kumulatif Per Propinsi
Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan
Tatanan Kawasan Sehat
s.d. Tahun 2016

40 Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat s.d. Th 2016 = 350 38
kab/kota 35
35

30 27
24
25
19
20 17
14
15 12
kab/kota 10 10 11 11
10 7 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 6
3 4 4 5 5
5 2 2
0 1
0
BALI
DKI JAKARTA
BANTEN

SULAWESI UTARA
PAPUA BARAT
PAPUA

KEPULAUAN RIAU

SULAWESI TENGGARA

JAWA BARAT
MALUKU
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI BARAT

ACEH

SULAWESI TENGAH
GORONTALO

JAWA TENGAH
MALUKU UTARA

DI YOGYAKARTA

NUSA TENGGARA TIMUR

LAMPUNG
BENGKULU

KALIMANTAN TIMUR

KALIMANTAN SELATAN

JAMBI

SUMATERA SELATAN

SUMATERA BARAT
SULAWESI SELATAN
RIAU

JAWA TIMUR
KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN BARAT

NUSA TENGGARA BARAT

SUMATERA UTARA
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Grafik 42
Proporsi Realisasi Per Propinsi
Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan
Tatanan Kawasan Sehat
Tahun 2015

Halaman 57 dari 81
120 100 100 100 100 100
96 100 100 100 100 100 100
100 90 92
80 80 82 87
77
80 71 75
67
57 60
60 52 53
46
40 32
26 27
20
20 14
0 3
0

BALI
PAPUA

SULAWESI UTARA

DKI JAKARTA
BANTEN
PAPUA BARAT

SULAWESI TENGGARA

KEPULAUAN RIAU
MALUKU

LAMPUNG

JAWA TENGAH
MALUKU UTARA

SULAWESI BARAT

DI YOGYAKARTA
NUSA TENGGARA TIMUR
SULAWESI TENGAH

KALIMANTAN UTARA
SUMATERA SELATAN

KALIMANTAN TIMUR

JAWA BARAT
SUMATERA BARAT
JAMBI

GORONTALO
RIAU

JAWA TIMUR

SULAWESI SELATAN
ACEH

BENGKULU
KALIMANTAN TENGAH

SUMATERA UTARA

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN SELATAN

NUSA TENGGARA BARAT


KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
%

Pada tahun 2016, propinsi dengan realisasi paling tinggi (100 %) sebanyak 11
propinsi dan propinsi dengan realisasi paling rendah (0 %) yaitu Papua Barat.

Grafik 43
Target dan Realisasi
Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan
Tatanan Kawasan Sehat
Th 2016

390 386

380 376

370 366

360 356
TARGET INDIKATOR
350 346
REALISASI INDIKATOR
350
340 346

330

320 *) dalam persen


2010 2011 2012 2013 2014

Pada tahun 2016, target indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan
Kawasan Sehat sebesar 356 kab/kota dan realisasi indikator tersebut sebesar 350
kab/kota. Itu berarti pada tahun 2016, realisasi indikator belum mencapai target
indikator yang ditetapkan. Pada tahun 2015, target indikator tersebut sebesar 346
kab/kota dan realisasi indikator tersebut sebesar 346 kab/kota. Itu berarti pada tahun
2015, realisasi indikator tersebut telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa trend realisasi indikator tersebut terjadi penurunan, dimana
pada tahun 2015 mencapai target sedangkan pada tahun 2016 tidak mencapai target.

Halaman 58 dari 81
Grafik 44
Target dan Capaian Kinerja
Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan
Tatanan Kawasan Sehat
Th 2015-2016

100.50
100.00
100.00 100.00

99.50

99.00
TARGET KINERJA
98.50 CAPAIAN KINERJA
98.31
98.00

97.50

97.00
*) dalam persen
2010 2011 2012 2013 2014

Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Jumlah Kab/Kota yang


Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat sebesar 98.31 %. Pada tahun 2015,
capaian kinerja indikator tersebut sebesar 100 %. Jadi dapat disimpulkan
bahwa trend capaian kinerja indikator tersebut mengalami penurunan, dimana
pada tahun 2015 capaian kinerja sudah mencapai target capaian kinerja yang
adalah 100 %, sementara pada tahun 2016 tidak mencapai target capaian
kinerja yang adalah 100 %.

Grafik 45
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan
Tatanan Kawasan Sehat
Th 2016

Halaman 59 dari 81
98.90

99

98.8
98.31
98.6

98.4

98.2

98
CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator


Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat sebesar Rp
7,388,712,000 dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut
sebesar 98.90 % atau Rp 7,307,202,668. Target indikator yang ditetapkan
sebesar 356 kab/ kota dan realisasi indikator tersebut sebesar 350 kab/ kota
sehingga capaian kinerja yang diperoleh sebesar 98.31%. Itu berarti terwujud
ketidakefisiensian anggaran karena capaian kinerja sebesar 98.31 % dicapai
dengan 98.90 % anggaran.

Grafik 46
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan
Tatanan Kawasan Sehat
Th 2015-2016

100.00
98.31 98.90 *) dalam persen
100.00

95.00

90.00
84.48
85.00

80.00

75.00
2015 2016 2017 2018 2019

CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Jumlah Kab/Kota yang


Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat sebesar 98.31 % dan realisasi
anggarannya sebesar 98.90 %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut
sebesar 100 % dan realisasi anggarannya sebesar 84.48 %. Jika dilihat dari segi
ini, itu berarti pada tahun 2015 terwujud keefisiensian anggaran karena besar
Halaman 60 dari 81
capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran, sementara pada tahun
2016 terwujud ketidakefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja lebih
kecil daripada realisasi anggaran.

 Analisi penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan :


o Pelaksanaan review Peraturan Menteri Kesehatan menyesuaikan dengan
kondisi yaitu Revisi Kepmen No 519 Th 2014 tentang Penyelenggaraan
Pasar Sehat menjadi Permenkes.
o Penyusunan pedoman meliputi Modul Pelatihan Radioland.
o Peningkatan kapasitas petugas untuk pelaksanaan kegiatan kesling
melalui kegiatan Pelatihan Pra Kedaruratan Bidang Kesling/ KLB.
o Pemberian dukungan sarana dan prasarana bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota, Puskesmas dan pokja pasar terpilih berdasarkan usulan
dari daerah berupa peralatan radioland sebanyak 10 paket, alat pembersih
pasar dan pelindung diri sebanyak 10 paket, alat kedaruratan kesling (alat
penjernih air dan udara) sebanyak 11 paket, bufferstock kedaruratan
kesehatan lingkungan sebanyak 11 paket.
o Pemberian dana dekon dan DAK untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
penyehatan kawasan.
o Pengembangan jejaring/koordinasi lintas program/lintas sektor dalam
bentuk pertemuan antar stakeholder terkait untuk menyamakan persepsi
dalam mewujudkan dan mendukung pelaksanaan kegiatan penyehatan
kawasan.
o Pengeluaran Surat Edaran Pasar Sehat dimana satu kab/kota diwajibkan
mengadopsi satu Pasar Percontohan Pasar Sehat.
o Pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati pelaksanaan kesling
seperti penilaian kab/kota sehat dll.

 Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan


kegagalan meliputi :
o Belum terbangunnya sistem pelaporan penyehatan kawasan berbasis
elektronik.
o Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di
Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait
penyehatan kawasan serta mutasi petugas yang terjadi di daerah.
o Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan terkait penyehatan kawasan.
o Pelaksanaan kegiatan penyehatan kawasan melibatkan multi sektor
sehingga perlu memperkuat jejaring kemitraan, dan kapasitas SDM.
o Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara
cepat, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan
pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku
yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan.
o Masyarakat belum banyak memahami pentingnya penyehatan kawasan.
o Adanya efisiensi anggaran sebesar Rp 87.592.373.000,- atau 43 % dari
anggaran.

 Alternatif solusi yang dilakukan meliputi :


o Membangun sistem pelaporan penyehatan kawasan berbasis elektronik.
o Pembinaan/orientasi terpadu terkait kegiatan penyehatan kawasan untuk
mensosialisasikan pedoman pelaksanaan kegiatan penyehatan kawasan
dan meningkatkan kapasitas petugas kesling.
o Pemberian dana dekon dan DAK yang lebih lagi untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan penyehatan kawasan.

Halaman 61 dari 81
o Pemberian dukungan sarana dan prasarana pada daerah-daerah yang
belum terjangkau.
o Pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati pelaksanaan kesling
seperti penilaian kab/kota sehat.

Ket : Kegiatan Pelabuhan/ Bandar Udara Sehat

Halaman 62 dari 81
Halaman 63 dari 81
Halaman 64 dari 81
Halaman 65 dari 81
Ket : Portal KKS
Halaman 66 dari 81
4. Pengamanan limbah dan radiasi
Perkembangan teknologi dan pembangunan yang pesat di berbagai sektor seperti
perindustrian, pertanian, transportasi, pertambangan, dan sebagainya
memberikan manfaat untuk kesejahteraan masyarakat, peningkatan devisa dan
membuka peluang kerja, tetapi juga memberikan dampak negatif terhadap
lingkungan, yaitu terjadinya pencemaran lingkungan baik air, udara maupun
tanah, yang pada akhirnya menimbulkan dampak terhadap kesehatan
masyarakat. Pencemaran lingkungan dapat juga diakibatkan oleh manusia dan
pada akhirnya dampaknya juga dirasakan, baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Dampak limbah buangan hasil aktifitas manusia jika tidak
dikelola dengan serius akan menjadi sumber penularan penyakit, juga dapat
menimbulkan permasalahan tersendiri bagi masyarakat. Pencemaran lingkungan
dapat juga diakibatkan oleh manusia dan pada akhirnya dampaknya juga
dirasakan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dampak limbah
buangan hasil aktifitas manusia yang jika tidak dikelola dengan serius akan
menjadi sumber penularan penyakit, juga dapat menimbulkan permasalahan
tersendiri bagi masyarakat. Penyelenggaraan kegiatan pengamanan limbah,
udara, dan radiasi bertujuan untuk mengendalikan risiko terjadinya pencemaran
dan dampaknya terhadap kesehatan lingkungan, yang memfokuskan diantaranya
pada pengelolaan limbah medis fasyankes dan Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan (ADKL). Salah satu program peningkatan kesehatan adalah Jaminan
Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS. JKN meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Jumlah layanan kesehatan yang
bertambah dapat meningkatkan jumlah limbah medis yang harus dikelola.
Karena limbah medis merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun dan
supaya tidak berdampak pada msyarakat maka limbah medis perlu dikelola
dengan aman dan benar sesuai standar. Fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersebar di Indonesia menjadi ancaman kesehatan apabila limbah medis tidak
dikelola dengan benar. Terkait kegiatan ini terdapat indikator yang mendukung
yaitu indikator persentase RS yang melaksanakan pengelolaan limbah medis
sesuai standar. RS yang melakukan pengelolahan limbah medis adalah RS yang
melakukan pemilahan dan pengolahan limbah medis sesuai aturan. Pemilahan
adalah telah memisahkan antara limbah medis dan non medis. Pengolahan adalah
proses pengolahan akhir limbah yang dilakukan sendiri atau melalui pihak ketiga
yg berizin. Cara perhitungannya yaitu jumlah RS yang mengelola limbah medis
sesuai peraturan dibagi jumlah RS yang terdaftar di Kemenkes.

Grafik 47
Target dan Realisasi
Indikator Persentase RS yang Melaksanakan
Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar
Tahun 2016

Halaman 67 dari 81
17.98

18.00 Capaian
17.50 Kinerja
17.00 119.84 %
16.50 15.00
16.00
15.50
15.00
14.50
14.00
13.50
TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR %

Pada tahun 2016, target RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai
Standar adalah 15 %. Sedangkan realisasi indikator tersebut adalah sebesar 17.98
%. Hal ini berarti realisasi indikator tersebut sudah mencapai target indikator
dengan capaian kinerja sebesar 119.84 %.

Grafik 48
Realisasi Th 2016 dan Target Jangka Menengah
Indikator Persentase RS yang Melaksanakan
Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar

*) dalam persen 36
40
35 28
30
21
25 17.98
15
20
10
15
10
5
0
Realisasi Target Target Target Target Target
2016 2015 2016 2017 2018 2019

Jika menyandingkan realisasi 2016 dengan terget jangka menengah 2015-2019


maka diketahui bahwa realisasi 2016 sudah melewati target 2016 namun masih
di bawah target 2017-2019.

Halaman 68 dari 81
Grafik 49
Realisasi Per Propinsi
Indikator Persentase RS yang Melaksanakan
Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar
Tahun 2016

80 75
70 *) dalam persen 63
60 51 57
50
50 46 47

40
28
28
30 17.98
21 24 24
15 19 21
20 13 15 15 16 17
11
10 5 7 7 9
3 3
0 0 0 0 0 0 1 2
0

BALI
PAPUA

SULAWESI UTARA

DKI JAKARTA

BANTEN
PAPUA BARAT

KEPULAUAN RIAU
SULAWESI TENGGARA
MALUKU
NUSA TENGGARA TIMUR
SULAWESI TENGAH
SULAWESI BARAT

SUMATERA SELATAN

MALUKU UTARA

JAWA BARAT

JAMBI

KALIMANTAN TIMUR
GORONTALO

SUMATERA BARAT
JAWA TIMUR

JAWA TENGAH

SULAWESI SELATAN

KALIMANTAN UTARA
DI YOGYAKARTA
LAMPUNG
RIAU
BENGKULU

KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN BARAT

SUMATERA UTARA

ACEH

TARGET

KALIMANTAN TENGAH
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

REALISASI NASIONAL

NUSA TENGGARA BARAT

Pada tahun 2016, propinsi dengan realisasi paling tinggi adalah Lampung dengan
angka mencapai 75 %. Terdapat 18 Propinsi (53 %) sudah berada di atas target
nasional dan terdapat 16 Propinsi (47 %) masih berada di bawah target nasional.

Grafik 50
Target dan Realisasi
Indikator Persentase RS yang Melaksanakan
Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar
Th 2015-2016

Halaman 69 dari 81
40.00

36.00
35.00

30.00
28.00
25.00

20.00 17.98 TARGET INDIKATOR


21.00
REALISASI INDIKATOR
15.00 15.00
11.13

10.00 10.00

5.00

0.00 *) dalam persen


2010 2011 2012 2013 2014

Pada tahun 2016, target indikator Persentase RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah
Medis sesuai Standar sebesar 15 % dan realisasi indikator tersebut sebesar 17.98 %. Itu
berarti pada tahun 2016, realisasi indikator telah mencapai target indikator yang
ditetapkan. Pada tahun 2015, target indikator tersebut sebesar 10 % dan realisasi
indikator tersebut sebesar 11.13 %. Itu berarti pada tahun 2015, realisasi indikator tersebut
juga telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend
realisasi indikator tersebut senantiasa mencapai target indikator setiap tahunnya.

Grafik 51
Target dan Capaian Kinerja
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Persentase RS yang Melaksanakan
Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar
Th 2015-2016

125.00

120.00 119.84

115.00

110.00
111.13 TARGET KINERJA
105.00 CAPAIAN KINERJA

100.00 100.00

95.00

90.00 *) dalam persen


2010 2011 2012 2013 2014

Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Persentase RS yang Melaksanakan


Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar sebesar 119.84 %. Pada tahun 2015,
capaian kinerja indikator tersebut sebesar 111.13 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa
Halaman 70 dari 81
trend capaian kinerja indikator tersebut di atas 100 % setiap tahunnya. Itu berarti
setiap tahunnya capaian kinerja sudah mencapai target capaian kinerjanya yang
adalah 100 %.

Grafik 52
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Persentase RS yang Melaksanakan
Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar
Th 2016

119.84
96.65

120
100
80
60
40
20
0
CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator


Persentase RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar
sebesar Rp 1,657,319,000 dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator
tersebut sebesar 96.65 % atau Rp 1,601,856,058. Target indikator yang ditetapkan
sebesar 15 % dan realisasi indikator tersebut sebesar 17.98 % sehingga capaian
kinerja yang diperoleh sebesar 119.84 %. Itu berarti terwujud efisiensi anggaran
karena capaian kinerja sebesar 119.84 % dapat dicapai dengan 96.65 % anggaran.

Grafik 53
Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran
Indikator Persentase RS yang Melaksanakan
Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar
Th 2015-2016

Halaman 71 dari 81
119.84
111.13 *) dalam persen
120.00 96.65
100.00 79.75

80.00

60.00

40.00

20.00

0.00
2015 2016 2017 2018 2019

CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Persentase RS yang Melaksanakan


Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar sebesar 119.84 % dan realisasi
anggarannya sebesar 96.65 %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut
sebesar 111.13 % dan realisasi anggarannya sebesar 79.75 %. Jika dilihat dari segi
ini, itu berarti setiap tahunnya terwujud keefisiensian anggaran karena besar
capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran.

 Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan


meliputi :
o Penyusunan pedoman Pedoman Pengamanan Pestisida terhadap Kesehatan,
Standar Baku Mutu Biomarker, Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi.
o Peningkatan kapasitas petugas untuk pelaksanaan kegiatan kesling melalui
kegiatan Capacity Building Bidang Radiasi dan Limbah Medis.
o Pemberian dana dekon dan DAK untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
kesling.
o Pengembangan jejaring/koordinasi lintas program/lintas sektor dalam bentuk
pertemuan antar stakeholder terkait untuk menyamakan persepsi dalam
mewujudkan dan mendukung pelaksanaan kegiatan pengamanan limbah dan
radiasi.
o Pembangunan sistem monitoring yang berkualitas dan akuntabel melalui
sistem monitoring elektronik yaitu emonev pengelolaan limbah fasyankes.

 Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan


meliputi :
o Adanya efisiensi anggaran sebesar Rp 87.592.373.000,- atau 43 % dari anggaran.
o Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di
Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait pengamanan
limbah dan radiasi serta mutasi petugas yang terjadi di daerah.
o Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pembinaan
dan pengawasan terkait pengamanan limbah dan radiasi.
o Untuk sistem pelaporan kegiatan yang sudah berbasis elektronik (internet) masih
belum optimal terkait dukungan jaringan internet yang belum stabil di seluruh
lokasi.
o Pelaksanaan kegiatan pengamanan limbah dan radiasi melibatkan multi sektor
sehingga perlu memperkuat jejaring kemitraan, dan kapasitas SDM.
o Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara cepat,
cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan pendampingan

Halaman 72 dari 81
petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam
kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan.
o Masyarakat belum banyak memahami pentingnya pengamanan limbah dan
radiasi.

 Alternatif solusi yang dilakukan meliputi :


o Pembinaan/orientasi terpadu terkait kegiatan pengamanan limbah dan radiasi
untuk mensosialisasikan pedoman pelaksanaan kegiatan pengamanan limbah
dan radiasi dan meningkatkan kapasitas petugas kesling.
o Pemberian dana dekon dan DAK yang lebih lagi untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan kesling.
o Pemberian dukungan sarana dan prasarana pada daerah-daerah yang belum
terjangkau.
o Sosialisasi dan implementasi sistem monev dan pelaporan pengamanan
limbah dan radiasi berbasis elektronik dengan lebih optimal sekaligus
didukung oleh pemda setempat dalam hal dukungan terhadap jaringan
internet yang lebih stabil.

Ket : Pembinaan/ Capacity Building Radiasi

Ket : Pembinaan/ Capacity Building Limbah Medis

Halaman 73 dari 81
Pemilahan limbah medis di RSUD Doris
Sylvanus, Palangkaraya

Poster kategori dan bahaya limbah


medis

Pengujian emisi insinerator limbah medis

Pemilahan RS Pertamedika Tarakan Insinerator rusak RSAL Tarakan Abu insinerasi RSUD Tarakan

Halaman 74 dari 81
Ket : E-Monev Limbah Fasyankes

C. REALISASI ANGGARAN

Grafik 54
Pagu dan Realisasi Anggaran Dit. Kesling
Th 2016

Halaman 75 dari 81
REALISASI ANGGARAN 93.27

PAGU ANGGARAN 100.00

88.00 90.00 92.00 94.00 96.00 98.00 100.00 102.00

Pagu Anggaran (KP) : Rp. 206.420.007.000,-


Realisasi Anggaran (KP) : Rp 192.528.210.128,-

Total pagu anggaran Satker Direktorat Kesehatan Lingkungan pada awal tahun
2016 sebesar Rp 183.493.176.000,-. Kemudian pagu anggaran bertambah
dengan masuknya Hibah Terencana Luar Negeri (HLN) PAMSIMAS sebesar Rp
40.782.698.000,- sehingga pagu anggaran menjadi Rp 224.275.874.000,-.
Selanjutnya pagu anggaran mengalami efisiensi sebesar Rp 48.994.127.000,-
sehingga pagu anggaran menjadi Rp 175.281.747.000,-. Kemudian pagu
anggaran mengalami refocusing sebesar Rp 30.643.877.000,- sehingga pagu
anggaran menjadi Rp 205.925.624.000,-. Selanjutnya pagu anggaran bertambah
dengan masuknya Hibah Langsung Luar Negeri (HLLN) dari Unicef dan WHO
sebesar Rp 494.383.000,- sehingga pagu anggaran di akhir tahun 2016 menjadi
Rp 206.420.007.000,-. Realisasi anggaran tahun 2016 sebesar Rp
192.528.210.128,- (93.27 %).

Grafik 55
Penyandingan
Capaian Kinerja Berdasarkan Jumlah Indikator yang Mencapai Target
dan Realisasi Anggaran Dit. Kesling
Th 2016

Halaman 76 dari 81
93.27

100 57.14
80

60

40

20

0
CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, pagu anggaran yang dialokasikan pada satker KP Dit. PL
sebesar Rp 206.420.007.000,- dan realisasi anggaran tersebut sebesar 93.27 %
atau Rp 192.528.210.128,-. Sedangkan capaian kinerja Dit. Kesling berdasarkan
jumlah indikator yang mencapai target sebesar 57.14 %. Itu berarti terwujud
ketidakefisiensian anggaran karena capaian kinerja sebesar 57.14 % terwujud
dengan 93.27 % anggaran.

Grafik 56
Penyandingan
Capaian Kinerja Berdasarkan Rata-rata Capaian Kinerja
dan Realisasi Anggaran Dit. Kesling
Th 2016

101.38

102
100
93.27
98
96
94
92
90
88
CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Seperti sudah disampaikan di atas bahwa pada tahun 2016, realisasi anggaran
Dit. Kesling sebesar 93.27 %. Sedangkan capaian kinerja Dit. Kesling jika
berdasarkan rata-rata capaian kinerja sebesar 101.38 %. Itu berarti terwujud
efisiensi anggaran karena capaian kinerja sebesar 101.38 % dapat terwujud
dengan 93.27 % anggaran.

Halaman 77 dari 81
Grafik 57
Penyandingan
Capaian Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
dan Realisasi Anggaran Dit. Kesling
Th 2016

119.84
113.09
120 101.24
99.45 98.90
97.56 96.18 97.74 96.65 98.31
100
72.49
80

60 45.77

40

20

0
STBM PKAM TPM Sehat TTU Sehat LIMBAH KKS
MEDIS

CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, terdapat 4 indikator yang capaian kinerjanya lebih besar dari
realisasi anggaran yaitu indikator STBM, TPM Sehat, TTU Sehat dan Limbah
Medis. Jika dilihat dari segi ini, itu berarti keempat indikator terjadi
keefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja lebih besar daripada
realisasi anggaran. Sementara 2 indikator sisanya, capaian kinerjanya lebih
kecil dari realisasi anggaran yaitu indikator PKAM dan KKS. Jika dilihat dari segi
ini, itu berarti kedua indikator terjadi ketidakefisiensian anggaran karena besar
capaian kinerja lebih kecil daripada realisasi anggaran.

Grafik 58
Penyandingan
Capaian Kinerja Berdasarkan Jumlah Indikator yang Mencapai Target
dan Realisasi Anggaran Dit. Kesling
Th 2015-2016

Halaman 78 dari 81
100.00 93.27
100.00 81.36
90.00
80.00
70.00
57.14
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
2015 2016 2017 2018 2019

CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, capaian kinerja Dit. Kesling berdasarkan jumlah indikator
yang mencapai target sebesar 57.14 % dan realisasi anggarannya sebesar 93.27
%. Pada tahun 2015, capaian kinerja Dit. Kesling berdasarkan jumlah indikator
yang mencapai target sebesar 100 % dan realisasi anggarannya sebesar 81.36
%. Jika dilihat dari segi ini, itu berarti tahun 2015 terjadi keefisiensian anggaran
karena besar capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran,
sementara tahun 2016 terjadi ketidakefisiensian anggaran karena besar
capaian kinerja lebih kecil daripada realisasi anggaran.

Grafik 59
Penyandingan
Capaian Kinerja Berdasarkan Rata-rata Capaian Kinerja
dan Realisasi Anggaran Dit. Kesling
Th 2015-2016

129.15
140
120 101.38
93.27
100 81.36

80
60
40
20
0
2015 2016 2017 2018 2019

CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2016, capaian kinerja Dit. Kesling berdasarkan rata-rata capaian
kinerja sebesar 101.38 % dan realisasi anggarannya sebesar 93.27 %. Pada
tahun 2015, capaian kinerja Dit. Kesling berdasarkan rata-rata capaian kinerja
sebesar 129.15 % dan realisasi anggarannya sebesar 81.36 %. Jika dilihat dari
segi ini, itu berarti setiap tahunnya terwujud efisiensi anggaran karena besar
capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran.

Halaman 79 dari 81
BAB IV
KESIMPULAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Penyehatan Lingkungan ini merupakan


salah satu bentuk pertanggungjawaban yang menggambarkan kinerja Direktorat
Penyehatan Lingkungan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yang diukur
berdasarkan tingkat penggunaan anggaran dan tingkat pencapaian kegiatan keluaran
(output kegiatan) selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2016.
Pencapaian kinerja kegiatan Lingkungan Sehat pada tahun 2016, berdasarkan
jumlah indikator yang mencapai target sebesar 57.14 %. Sedangkan jika berdasarkan rata-
rata capaian kinerja sebesar 101.38 %.
Total pagu anggaran Satker Direktorat Kesehatan Lingkungan pada awal tahun
2016 sebesar Rp 183.493.176.000,-. Kemudian pagu anggaran bertambah dengan
masuknya Hibah Terencana Luar Negeri (HLN) PAMSIMAS sebesar Rp 40.782.698.000,-
sehingga pagu anggaran menjadi Rp 224.275.874.000,-. Selanjutnya pagu anggaran
mengalami efisiensi sebesar Rp 48.994.127.000,- sehingga pagu anggaran menjadi Rp
175.281.747.000,-. Kemudian pagu anggaran mengalami refocusing sebesar Rp
30.643.877.000,- sehingga pagu anggaran menjadi Rp 205.925.624.000,-. Selanjutnya pagu
anggaran bertambah dengan masuknya Hibah Langsung Luar Negeri (HLLN) dari Unicef
dan WHO sebesar Rp 494.383.000,- sehingga pagu anggaran di akhir tahun 2016 menjadi
Rp 206.420.007.000,-. Realisasi anggaran tahun 2016 sebesar Rp 192.528.210.128,- (93.27
%).
Dengan demikian jika realisasi anggaran sebesar 93.27 % disandingkan dengan
capaian kinerja Dit. Kesling berdasarkan jumlah indikator yang mencapai target sebesar
57.14 %, maka itu berarti terjadi ketidakefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja
lebih kecil daripada realisasi anggaran. Sementara jika realisasi anggaran sebesar 93.27 %
disandingkan dengan capaian kinerja Dit. Kesling berdasarkan rata-rata capaian kinerja
sebesar 101.38 %, maka itu berarti terwujud efisiensi anggaran karena besar capaian
kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran.
Dalam hal ini pencapaian target indikator ini memang tidak sepenuhnya dalam
kendali pemerintah pusat mengingat indikator-indikator tersebut merupakan indikator
pembangunan dan pemerintah daerah punya peran besar di dalamnya. Karena itu,
berbagai upaya dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Lingkungan, antara lain :
o Pelaksanaan review Peraturan Menteri Kesehatan menyesuaikan dengan kondisi seperti
Permenkes Nomor 736 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air
Minum, Revisi Kepmen No 519 Th 2014 tentang Penyelenggaraan Pasar Sehat menjadi
Permenkes.
o Penyusunan pedoman seperti Juknis Pelaksanaan RPAM Komunal, Modul Monev PKAM,
Modul Teknis Penyehatan Air, Pedoman Standar Peralatan Kesling di Puskesmas, Modul
Pelatihan Radioland, Juknis PP, Pedoman Pengamanan Pestisida terhadap Kesehatan,
Standar Baku Mutu Biomarker, Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi.
o Peningkatan kapasitas petugas untuk pelaksanaan kegiatan kesling melalui kegiatan
Orientasi Teknis Penyehatan Air, Workshop Healthy and Green Building Office (Kantor
Sehat), Pelatihan Pra Kedaruratan Bidang Kesling/ KLB, Capacity Building Bidang
Radiasi, TOT Inspektur HSP yang Kompenten.
o Pemberian dukungan sarana dan prasarana bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota,
Puskesmas dan pokja pasar terpilih berdasarkan usulan dari daerah berupa sarana kit
sanitasi kesling sebanyak 345 paket, uji kualitas air (water test kit) sebanyak 76 paket,
uji keamanan pangan (food contamination kit dan food security vvip kit) sebanyak 39
paket, sarana supply sanitasi (cetakan jamban) sebanyak 283 paket, peralatan radioland
sebanyak 10 paket, alat pembersih pasar dan pelindung diri sebanyak 10 paket, alat
kedaruratan kesling (alat penjernih air dan udara) sebanyak 11 paket, bufferstock
kedaruratan kesehatan lingkungan sebanyak 11 paket.
o Pemberian dana dekon dan DAK untuk mendukung pelaksanaan kegiatan kesling.

Halaman 80 dari 81
o Pengembangan jejaring/koordinasi lintas program/lintas sektor dalam bentuk
pertemuan antar stakeholder terkait untuk menyamakan persepsi dalam mewujudkan
dan mendukung pelaksanaan kegiatan kesling.
o Bermitra dengan Pramuka, PKK, TNI dan Majelis Ulama Indonesia dalam pelaksanaan
kegiatan kesling.
o Pengeluaran Surat Edaran Pasar Sehat dimana satu kab/kota diwajibkan mengadopsi
satu Pasar Percontohan Pasar Sehat.
o Pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati pelaksanaan kesling seperti
penilaian kab/kota sehat, lingkungan bersih sehat, kantor sehat, sekolah sehat, kantin
sehat, pelabuhan/ banadar sehat, toilet sehat dll.
o Pembangunan sistem monitoring yang berkualitas dan akuntabel melalui sistem
monitoring berbasis Web dan SMS gateway STBM dan emonev HSP yang sudah berjalan
serta emonev pengelolaan limbah fasyankes, emonev KKS, emonev PKAM yang baru saja
dibangun.

Namun demikian upaya-upaya tersebut belum sepenuhnya maksimal dan masih


terdapat beberapa kendala seperti :
o Adanya efisiensi anggaran sebesar Rp 87.592.373.000,- atau 43 % dari anggaran.
o Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas
dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait kesling serta mutasi petugas
yang terjadi di daerah.
o Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan terkait kesling.
o Untuk sistem pelaporan kegiatan yang sudah berbasis elektronik (internet) masih belum
optimal terkait dukungan jaringan internet yang belum stabil di seluruh lokasi.
o Pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan melibatkan multi sektor sehingga perlu
memperkuat jejaring kemitraan, dan kapasitas SDM.
o Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara cepat, cenderung
membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan pendampingan petugas kepada
masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari
secara berkesinambungan.
o Masyarakat belum banyak memahami pentingnya kesehatan lingkungan.

Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan pencapaian kinerja maka pada


tahun-tahun mendatang perlu dilakukan upaya meliputi :
o Pembinaan/orientasi terpadu terkait kegiatan kesling untuk mensosialisasikan
pedoman pelaksanaan kegiatan kesling dan meningkatkan kapasitas petugas kesling.
o Pembentukan tenaga inspektur kesling sampai dengan tahun 2019.
o Pendampingan dana dekon dan DAK yang lebih lagi untuk membantu pelaksanaan
kegiatan.
o Pemberian sarana dan prasarana pada daerah-daerah yang belum terjangkau.
o Sosialisasi dan implementasi sistem monev dan pelaporan kesling berbasis elektronik
dengan lebih optimal sekaligus didukung oleh pemda setempat dalam hal dukungan terhadap
jaringan internet yang lebih stabil.
o Bermitra dengan Pramuka, PKK, TNI dan Majelis Ulama Indonesia dalam pelaksanaan
kegiatan kesling.
o Melanjutkan pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati pelaksanaan kesling
seperti penilaian kab/kota sehat, lingkungan bersih sehat, kantor sehat, sekolah sehat,
kantin sehat, pelabuhan/bandara sehat, toilet sehat dll.

Halaman 81 dari 81

Anda mungkin juga menyukai