Anda di halaman 1dari 11

“EFEK LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN”

i. Kebisingan
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor menyebabkan bertambahnya tingkat
kebisingan di jalan raya. Dampak dari kebisingan ini menimbulkan ketidaknyamanan
baik oleh para pengguna jalan maupun masyarakat disekitarnya. Jalan dengan volume
kendaraan berat maupun kendaraan ringan yang cukup banyak semakin beresiko
menghasilkan suara bising. Salah satu pusat layanan yang paling terganggu dengan
adanya kebisingan di sekitarnya adalah Rumah Sakit. Untuk itu penelitian yang
dilakukan berlokasi di depan rumah sakit. Dimana lokasi tersebut seharusnya tidak
terlalu bising karena dapat menimbulkan kebisisngan bagi pasien yang membutuhkan
kenyamanan dalam proses perawatan. Hasil penelitian ini nantinya akan
dibandingkan dengan baku tingkat kebisisngan yang diijinkan. Jika hasilnya melebihi
baku tingkat yang diijinkan maka harus dicari upaya penanganan yang paling efektif
untuk menguranginya.

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat
waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang
dinyatakan dalam satuan desibel yang disingkat dB. Baku Tingkat Kebisingan adalah
batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari
usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan.

Ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan mengenai kebisingan transportasi
yaitu :

1. Sumber Kebisingan
2. Penerima Kebisingan, yaitu seseorang atau suatu kegiatan akan terganggu oleh
suara bising ini.
3. Jalur dimana kebisingan di transmisikan dari sumber ke penerima.
Tingkat Sumber Bunyi Skala intensitas
Bising
dB (A)
0 – 20 Gemerisik daun Suara Sangat tenang
gemerisik
20 – 40 Perpustakaan, Percakapan Tenang

40 -60 Radio pelan, Percakapan Sedang


keras Rumah, gaduh
Kantor
60 - 80 Perusahaan, Radio keras, Keras
Jalan
80 - 100 Peluit polisi, Jalan raya Sangat keras
Pabrik tekstil, Pekerjaan
Mekanis
100 - 120 Ruang ketel, Mesin turbin Sangat amat keras
uap, Mesin diesel besar,
Kereta bawah tanah
>120 Ledakan bom, Mesin jet Menulikan
Mesin roket
Sumber : Suharsono (1991)

Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan

Menurut Babba (2007) kebisingan dengan intensitas tinggi dapat berdampak buruk
pada kesehatan antara lain :

a. Gangguan fisiologis

Gangguan fisiologis adalah gangguan yang pertama timbul akibat bising, fungsi
pendengaran secara fisiologis dapat terganggu.

Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas,
sehingga dapat menimbulkan gangguan lain seperti: kecelakaan. Pembicaraan
terpaksa berteriak-teriak sehingga memerlukan tenaga ekstra dan juga menambah
kebisingan. Selain itu kebisingan dapat juga meningkatkan tekanan darah. Pada
berbagai penelitian diketahui bahwa pemaparan bunyi dapat menimbulkan reaksi
fisiologis seperti: denyut nadi, tekanan darah, metabolisme, gangguan tidur dan
penyempitan pembuluh darah. Reaksi ini terutama terjadi pada awal pemaparan
terhadap bunyi. Kemudian akan kembali pada keadaan semula. Bila terus menerus
terpapar maka akan terjadi adaptasi sehingga perubahan itu tidak tampak lagi.
Kebisingan dapat menimbulkan gangguan fisiologis melalui tiga cara yaitu :
• Sistem Internal Tubuh

Sistem internal tubuh adalah sistem fisiologis yang penting untuk kehidupan seperti:
kardiovaskuler (jantung, paru-paru, pembuluh),gastrointestinal , saraf musculoskeletal
(otot, tulang) dan endokrin (kelenjar).

• Ambang pendengaran

Ambang pendengaran adalah suara terlemah yang masih bisa didengar. Semakin
rendah level suara terlemah yang didengar berarti semakin rendah nilai ambang
pendengaran, dan semakin baik pendengarannya. Kebisingan dapat mempengaruhi
nilai ambang batas pendengaran baik bersifat sementara (fisiologis) atau menetap
(patofisiologis). Kehilangan pendengaran bersifat sementara.

• Gangguan pola tidur

Pola tidur sudah merupakan pola alamiah, kondisi istirahat yang berulang secara
teratur, dan penting untuk tubuh normal dan pemeliharaan mental serta kesembuhan.
Kebisingan dapat mengganggu tidur dan menyebabkan tidur menjadi tidak lelap.
Seseorang yang sedang tidak bisa tidur atau sudah tidur tetapi belum terlelap
kemudian ada gangguan suara yang akan mengganggu tidurnya, maka orang tersebut
akan mudah marah, tersinggung dan berperilaku irasional. Terjadinya pergeseran
kelelapan tidur dapat menimbulkan kelelahan .

b. Gangguaan psikologis

Gangguan fisiologis apabila terjadi terlalu lama dapat menimbulkan gangguan


psikologis. Kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi psikologis,
seperti rasa khawatir, jengkel, takut dan sebagainya.

c. Gangguan patologis organis

Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap alat


pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara
hingga permanen.

d. Komunikasi

Kebisingan dapat menganggu pembicaraan dan kebisingan mengganggu kita dalam


menangkap dan mengerti apa yang dibicarakan oleh orang lain.
1. Besar Tingkat Kebisingan-

 Volume total kendaraan(Q) = 2899 kend/jam

 Kecepatan rata rata (V)= 27,089 km/jam

 Prosentase kendaraan berat (P) = 3,704 %

 Gradien Jalan G = 2%

 Jarak Sumber Bunyi ke penerima = 10 mBasic Noise Level = L10 =42,2 + 10 log Q
= 42,2 +10 log 2899 = 76,822dB(A)
2. Koreksi KecepatanC
C1 = 33 log ( V + 40-500/V) + 10 log (1 + 5P/V)-68,8 dB(A)
= 33 log (27,089 + 40+500/27,089)-68,8 dB(A)= - 2,774 dB(A)
3. Koreksi GradienC
C2= 0,3 X G=
0,3 X 2
= 0,6 dB(A)

d’

d
d’ = 100 + 2,25 = 10,11 m

C3 = - 10 log (d’/13,5)

= - 10 log (10,11/13,5) = 1,256 dB (A)

Predicted Noise Level = BNL +C1 + C2 + C3

= 76,822 – 2,774 + 0,6 + 1,256

= 75,904 dB(A)
Solusi : Usaha penanganan salah satunya adalah dengan pengalihan route kendaraan
berat yang dapat mengurangi tingkat kebisingan

ii. Populasi udara


Polusi udara kota di beberapa kota besar di Indonesia telah sangat
memprihatinkan. Beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala
resikonya telah dipublikasikan, termasuk resiko kanker darah. Namun, jarang
disadari entah berapa ribu warga kota yang meninggal setiap tahunnya karena
infeksi saluran pernapasan, asma, maupun kanker paru-paru akibat polusi udara
kota. Meskipun sesekali telah turun hujan langit di kota-kota besar di Indonesia
tidak biru lagi. Udara kota telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang
berbahaya bagi kesehatan manusia. encemaran udara dapat terjadi dimana-
mana, misalnya di dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran ini sering
disebut pencemaran dalam ruangan (indoor pollution). Sementara itu
pencemaran di luar ruangan (outdoor pollution) berasal dari emisi kendaraan
bermotor, industri, perkapalan, dan proses alami oleh makhluk hidup. Sumber
pencemar udara dapat diklasifikasikan menjadi sumber diam dan sumber
bergerak. Sumber diam terdiri dari pembangkit listrik, industri dan rumah
tangga. Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas lalu lintas kendaraan
bermotor dan tranportasi laut. Dari data BPS tahun 1999, di beberapa propinsi
terutama di kota-kota besar seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi
kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2
dan CO di udara yang jumlahnya lebih dari 50%. Penurunan kualitas udara
yang terus terjadi selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kita bahwa
betapa pentingnya digalakkan usaha-usaha pengurangan emisi ini. Baik melalui
penyuluhan kepada masyarakat ataupun dengan mengadakan penelitian bagi
penerapan teknologi pengurangan emisi. Di Indonesia, kurang lebih 70%
pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Kendaraan
bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak
negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti
timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen
(NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox).
Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended
particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir
seluruh karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta.
 Dampak
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh
melalui sistem pernapasan. Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai
adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma,
bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar
dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
 Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat
terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis,
dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat
menghambat proses fotosintesis
 Hujan asam
pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar
udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan
menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
 Mempengaruhi kualitas air permukaan
 Merusak tanaman
 Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga
mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
 Solusi
Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada pembenahan
sektor transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini kita perlu
belajar dari kota-kota besar lain di dunia, yang telah berhasil menurunkan
polusi udara kota dan angka kesakitan serta kematian yang diakibatkan
karenanya.
 * Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi,
sementara kendaraan angkutan massal, seperti bus dan kereta api, diperbanyak.
 * Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu
dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan,
terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk memberi kontribusi
polutan udara.
 Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang
sering diistilahkan dengan “polisi tidur” justru merupakan biang polusi.
Kendaraan bermotor akan memperlambat laju
ANGKA DAN KATEGORI INDEKS STANDAR PENCEMAR
UDARA (ISPU)

Indeks Kategori

1 - 50 Baik

51 - 100 Sedang

101 - 199 Tidak Sehat

200 - 299 Sangat Tidak Sehat

300 - lebih Berbahaya

BATAS INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA


 SECARA PERHITUNGAN
Konsentrasi nyata ambient (Xx) ? ppm, mg/m3, dll
Angka nyata ISPU (1)

Xx -->

I = ISPU terhitung
Ia = ISPU batas atas
Ib = ISPU batas bawah
Xa = Ambien batas atas
Xb = Ambien batas bawah
Xx = Kadar Ambien byata hasil pengukuran

Dari tabel Batas Indeks Standart Pencemar Udara (Dalam Satuan SI)

Indeks Standar 24 Jam 8 Jam SO2 8 Jam CO 1 Jam O3 1 Jam NO2


Pencemar Udara PM10 ug/m3 ug/m3 ug/m3 ug/m3 ug/m3
50 50 80 5 120
100 150 365 10 253
200 350 800 17 400 1130
300 420 1600 34 800 2260
400 500 2100 46 1000 3000
500 600 2620 57.5 1200 3750
Maka :
Xx = Kadar ambien nyata hasil pengukuran ? 322 ug/m3 --> 322 ug/m3
Ia = ISPU batas atas ? 100 (baris 3) --> 100 (baris 3)
Ib = ISPU batas bawah ? 50 (baris 2) --> 50 (baris 2)
Xa = Ambien batas atas ? 365 (baris 3) --> 365 (baris 3)
Xb = Ambien batas bawah ? 80 (baris 2) --> 80 (baris 2)

Sehingga angka-angka tersebut dimasukan dalam rumus menjadi:

=92.45
=92 (Pembulatan)

iii. GETARAN
getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan setimbang
terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang dimaksud dengan getaran mekanik
adalah getaran yaBesaran getaran dinyatakan dalam akar rata-rata kuadrat
percepatan dalam satuan meter per detik (m/detik2 rms). Frekuensi getaran
dinyatakan sebagai putaran per detik (Hz). Getaran seluruh tubuh biasanya
dalam rentang 0,5 . 4,0 Hz dan tangan-lengan 8-1000 Hz (Harrington dan Gill,
2005). ng ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia.

Tabel 3.3 Baku Tingkat Getaran Kejut


kelas Jenis bangunan Kecepatan getaran
maksimum
1 Peruntukan dan bangunan kuno yang mempunyai 2 m/s
nilai sejarah yang tinggi
2 Bangunan dengan kerusakan yang sudah ada, 5 m/s
tampak keretakan-keretakan yang tembok
3 Bangunan untuk dalam kondisi teknik yang baik 10 m/s
ada kerusakan-kerusakan kecil seperti plesteran
yang retak
4 Bangunan “kuat” ( misalnya bangunan industri 10-40 mm/s
terbuat dari beton )
V= fλ V= /T
Keterangann :
T =pereriode gelombang
V = cepat rambat gelombang (m/s)
Λ = panjang gelombang (m)
F = frekuensi gelombang (Hz)
 Cara perhitungan
1. Bandul bola besi berayun dari A - B - C selama 0,6 sekon. Jarak A - C = 15
cm. Tentukan:
a) periode ayunan
b) frekuensi ayunan
Pembahasan :
Diketahui :
t = 0,6 sekon
s = 15 c
Ditanya :
a) T?
b) F?
Jawab :
a) Periode Ayunan
Periode ayunan adalah waktu yang diperlukan bandul besi dari titik A kembali
lagi ke A (A - B - C - B - A) yaitu dua kali waktu dari A - C. Jadi periodenya:
T = 2 × 0,6 = 1,2 sekon
c) Frekuensi Ayunan
Frekuensi ayunan jika periodenya telah diketahui gunakan saja:
f = 1/T
f = 1/1,2
f = 0,83 Hz
TUGAS MAKALAH
REKAYASA LALU LINTAS
“EFEK LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN”
Dosen Pengampu: Danny Setiawan S.T.,Mc

Disusun Oleh :

AYU SRI LESTARI


5160811328

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
2018

Anda mungkin juga menyukai