A.DEFINISI STRUMA
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh
penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon
tiroid dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti
berdebar-debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret,
berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan
hipertiroid (graves’ disease).
C.ETIOLOGI STRUMA
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid
merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain:
a.Defisiensi iodium. Pada umumnya, penderita penyakit struma
sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya
kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
b.Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon
tyroid.
c.Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi
dalam kol, lobak, kacang kedelai).
d.Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya:
thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).
D.KLASIFIKASI STRUMA
Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan)
Menurut American society for Study of Goiter membagi :
1.Struma Non Toxic Diffusa
2.Struma Non Toxic Nodusa
3.Stuma Toxic Diffusa
4.Struma Toxic Nodusa
Istilah Toksik dan Non Toksik dipakai karena adanya perubahan dari
segi fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan hipotyroid,
sedangkan istilah nodusa dan diffusa lebih kepada perubahan bentuk
anatomi.
2.Struma non toxic nodusa adalah pembesaran dari kelenjar tiroid
yang berbatas jelas tanpa gejala-gejala hipertiroid.
Etiologi : Penyebab paling banyak dari struma non toxic adalah
kekurangan iodium. Akan tetapi pasien dengan pembentukan struma
yang sporadis, penyebabnya belum diketahui. Struma non toxic
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
a.Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada difesiensi
sedang yodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi
berat iodium adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan
hypothyroidism dan cretinism.
b.Kelebihan yodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada
preexisting penyakit tiroid autoimun
c.Goitrogen :
1)Obat: Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, aminoglutethimide,
expectorants yang mengandung yodium
2)Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative dan
resorcinol berasal dari tambang batu dan batubara.
3)Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica ( misalnya, kubis, lobak cina,
brussels kecambah), padi-padian millet, singkong, dan goitrin dalam
rumput liar.
d.Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic hormon
kelejar tiroid
e.Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa
kanak-kanak mengakibatkan nodul benigna dan maligna (Lee, 2004)
3.Struma Non Toxic Diffusa
Etiologi : (Mulinda, 2005)
a.Defisiensi Iodium
b.Autoimmun thyroiditis: Hashimoto oatau postpartum thyroiditis
c.Kelebihan iodium (efek Wolff-Chaikoff) atau ingesti lithium, dengan
penurunan pelepasan hormon tiroid.
d.Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor hipofisis, resistensi
hipofisis terhadap hormo tiroid, gonadotropin, dan/atau tiroid-
stimulating immunoglobulin
e.Inborn errors metabolisme yang menyebabkan kerusakan dalam
biosynthesis hormon tiroid.
f.Terpapar radiasi
g.Penyakit deposisi
h.Resistensi hormon tiroid
i.Tiroiditis Subakut (de Quervain thyroiditis)
j.Silent thyroiditis
k.Agen-agen infeksi
l.Suppuratif Akut : bacterial
m.Kronik: mycobacteria, fungal, dan penyakit granulomatosa parasit
n.Keganasan Tiroid
4.Struma Toxic Nodusa
Etiologi : (Davis, 2005)
a.Defisiensi iodium yang mengakibatkan penurunan level T4
b.Aktivasi reseptor TSH
c.Mutasi somatik reseptor TSH dan Protein G
d.Mediator-mediator pertumbuhan termasuk : Endothelin-1 (ET-1),
insulin like growth factor-1, epidermal growth factor, dan fibroblast
growth factor.
5.Struma Toxic Diffusa. Yang termasuk dalam struma toxic difusa
adalah grave desease, yang merupakan penyakit autoimun yang masih
belum diketahui penyebab pastinya (Adediji, 2004)
F.PATOFISIOLOGI STRUMA
Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan
perubahan dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok.
Rangsangan TSH reseptor tiroid oleh TSH, TSH-Resepor Antibodi
atau TSH reseptor agonis, seperti chorionic gonadotropin, akan
menyebabkan struma diffusa. Jika suatu kelompok kecil sel tiroid, sel
inflamasi, atau sel maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan
menyebabkan struma nodusa (Mulinda, 2005)
Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan
menyebabkan peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH
menyebabkan peningkatan jumlah dan hiperplasi sel kelenjar tyroid
untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika proses ini terus
menerus, akan terbentuk struma. Penyebab defisiensi hormon tiroid
termasuk inborn error sintesis hormon tiroid, defisiensi iodida dan
goitrogen (Mulinda, 2005)
Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH.
Yang termasuk stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi
TSH, kelenjar hipofise yang resisten terhadap hormon tiroid,
adenoma di hipotalamus atau di kelenjar hipofise, dan tumor yang
memproduksi human chorionic gonadotropin (Mulinda, 2005)
G.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Dilakukan foto thorak posterior anterior
2.Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft
tissu technig
3.Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.
4.Laboratorium darah
5.Pemeriksaan sidik tiroid
6.Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
7.Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)
8.Termografi
9.Petanda Tumor
ASUHAN KEPERAWATAN
A.IDENTITAS PASIEN
B.IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
C.RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah diderita: gondok?
Penyakit keturunan: gondok?
Operasi: gondok?
D.RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG
Keluhan utama: nyeri?
E.PENGKAJIAN PERPOLA KESEHATAN
1.Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Apakah klien tahu tentang penyakitnya?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2.Nutrisi metabolik
Apakah klien merasa mual/muntah?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minum: frekuensi, porsi, jenis, voleme?
3.Eliminasi
Apakah BAB/BAK teratur, frekuensi, warna, konsistensi, keluhan
nyeri?
4.Aktivitas dan latihan
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (mandiri, sebagian,
total)?
Apakah pada saat beraktivitas sesak, palpitasi, kelemahan, cepat
lelah?
5.Tidur dan istirahat
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang siang dan/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
6.Kognitif dan persepsi sensori
Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Keluhan gangguan pancaindera?
7.Persepsi dan konsep diri
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan
penyakitnya?
8.Peran dan hubungan dengan sesama
Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat,
dan dokter)?
Apakah merasa pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
9.Reproduksi dan seksualitas
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien (mestruasi teratur?
Impotensi?)?
10.Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
11.Nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?
Saat sakit
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan
ajaran Agama yang dianut?
F.PEMERIKSAAN FISIK
1.Keadaan umum :
2.Kesadaran :
3.Tanda-tanda vital :
4.Status gizi :
5.Pemeriksaan Head to toe
a.Kulit, rambut, dan kuku
1)Inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi dan vaskularisasi
2)Inspeksi dan palpasi kuku tentang warna, bentuk, dan catat adanya
abnormalitas
3)Palasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur
(halus/kasar)edema, dan massa
b.Kepala:
1)Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi, massa)
2)Palpasi dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah
dari tengah garis kepala ke samping. Untuk mengetahui adanya
bentuk kepala, pembengkakan, massa, dan nyeri tekan, kekuatan akar
rambut.
c.Mata
1)Inspeksi kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya
2)Inspeksi daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau jaringan
lunak dibawah bidang orbital.
3)Inspeksi konjungtiva dan sklera dengan menarik/ membuka
kelopak mata. Perhatikan warna, edema, dan lesi.
4)Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri
disamping klien dengan menggunakan sinar cahaya tidak langsung.
5)Inspeksi pupil terhadap sinar cahaya langsung dan tidak langsung.
Amati kesimetrisan, ukuran, bentuk, dan reflek terhadap cahaya
(nervus okulomotorius)
6)Inspeksi iris terhadap bentuk dan warna
7)Inspeksi dan palpasi kelenjar lakrimal adanya pembengkakakn dan
kemerahan.
8)Uji ketajaman penglihatan (visus), dengan menggunakan snellen
card/jari tangan pemeriksa. Pemeriksa berdiri 6 M dari pasien
(nervus optikus).
9)Uji lapang pandang dengan pasien berdiri atau duduk 60 cm dari
pemeriksa.
10)Uji gerakan mata pada delapan arah pandangan dengan
menggerakkan jari pemeriksa secara perlahan (nervus okulomotorius,
nervus trokhlearis, nervus abduscen)
d.Hidung
1)Inspeksi hidung eksterna dengan melihat bentuk, kesimetrisan,
adanya deformitas atau lesi, dan cairan yang keluar.
2)Palpasi lembut batang dan jaringan lunak hudung adanya nyeri,
massa dan nyeri, massa dan penyipangan bentuk, serta palpasi sinus-
sinus hidung.
3)Periksa patensi neres dengan meletakkan jari di depan lubang
hidung dan minta pasien bernapas melalui hidung. Bandingkan
antara neres kanan dan kiri, kaji kemampuan pasien membau (nervus
olfaktorius).
4)Masukkan spekulum hidung dengan minta pasien mengangkat
kepala kebelakang. Dengan bantuan penlight amati warna, lesi,
cairan, massa, dan pembengkakan.
e.Telinga
1)Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga
2)Inspeksi telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.
3)Palpasi kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak. Tekan
tragus kedalam dan tulang telinga ke bawah daun telinga (bila
peradangan akan nyeri).
4)Palpasi tulang telinga (prosesus mastoideus)
5)Tarik daun teinga secara perlahan ke atas dan ke belakang. Pada
anak-anak daun telinga ditarik ke bawah, kemudian amati liang
telinga adanya kotoran, serumen, cairan, dan peradangan.
6)Uji fungsi pendengaran dengan menggunakan arloji, suara/ bisikan
dan garpu tala (tes Webber, Rinne, Swabacch). (nervus auditorius).
f.Mulut dan faring
1)Inspeksi warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan koninetal
2)Minta pasien membuka mulut, jika pasien tidak sadar bantu dengan
sudup lidah. Inpeksi keberihan jumlah, dan adanya caries.
3)Minta pasien buka mulut, inpeksi lidah akan kesimetrisan, warna,
mukosa, lesi, gerakan lidah (nervus hipoglosus)
4)Inspeksi faring terhadap warna, lesi, peradangan tonsil
5)Melakukan pemeriksaan pembedaan rasa pada ujung lidah (nervus
fasialis)
6)Meminta pasien menelan dan membedakan rasa pada pangkal lidah
(nervus glosofaringeal).
7)Menguji sensasi faring (berkata ”ah”). (nervus vagus).
g.Leher
1)Inspeksi bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya
pembengkakakn, jaringan parut atau massa (muskulus
sternokleidomastoideus)
2)Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri (nervus aksesorius)
3)Inspeksi kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan amati
gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal (normalnya tidak
dapat dilihat)
4)Palpasi kelenjar limfe/kelenjar getah bening
5)Palpasi kelenjar tiroid
h.Thorak dan tulang belakang
1)Inspeksi kelainan bentuk thorak (barrel chest, pigeon chest, funnel
chest).
2)Inspeksi kelainan bentuk tulang belakang (skoliasis, kifosis,
lordosis).
3)Palpasi adanya krepitus pada kosta
4)Khusus pasien wanita dilakukan pemeriksaan inspeksi payudara:
bentuk, ukuran.
i.Paru posterior, lateral, anterior
1)Inspeksi kesimetrisan paru
2)Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan angka
atau huruf yang bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan
kiri.
3)Palpasi pengembangan paru dengan meletakkankedua ibu jari
tangan ke prosesus xifoideus dan minta pasien bernapas panjang.
Ukur pergeseran kedua ibu jari.
4)Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari dari
pundak sampai dengan torakal 10). Catat suara perkusi:
sonor/hipersonor/redup.
5)Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler,
bronhovesikuler, bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing,
ronchi, krekles.
j.Jantung dan pembuluh darah
1)Inspeksi titik impuls maksimal, denyutan apical.
2)Palpasi area aorta pada interkosta ke-2 kanan, pulmonal pada
interkosta ke-2 kiri, dan pindah jari-jari ke interkosta 3, dan 4 kiri
daerah trikuspidalis, dan mitral pada interkosta 5 kiri. Kemudian
pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri (denyut
apkal).
3)Perkusi untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-kiri).
4)Auskultasi bunyi jantung I dan II pada 4 titik (tiap katup jantung),
dan adanya bunyi jantung tambahan.
5)Periksa vaskularisasi perifer dengan meraba kekuatan denyut nadi.
k.Abdomen
1)Inspeksi dari depan dan samping pasien (adanya pembesaran,
datar, cekung, kebersihan umbilikus)
2)Auskultasi 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising
usus)
3)Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal, dan suprapubik.
4)Perkusi: 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)
5)Melakukan pemeriksaan turgor kulit abdomen
6)Mengukur lingkar perut
l.Genitourinari
1)Inspeksi anus (kebersihan, lesi,massa,perdarahan) dan lakukan
tindakan rectal touche (khusus laki-laki untuk mengetahui
pembesaran prostat).
2)Inspeksi alat kelamin/genitalia wanita: kebersihan, lesi,massa,
keputihan, perdarahan, ciran, bau.
3)Inspeksi alat kelamin/genitalia pria: kebersihan, lesi, massa, cairan,
bau, pertumbuhan rambut , bentuk dan ukuran penis, keabnormalan
prepusium dan gland penis.
4)Palpasi skrotum dan testis sudah turun atau belum
m.Ekstremitas
1)Inspeksi ekstremitas atas dan bawah: kesimetrisan, lesi, massa
2)Palpasi: tonus otot, kekuatan otot
3)Kaji sirkulasi: akral hangat/dingin, warna, capillary reffil time,
danedema
4)Kaji kemampuan pergerakan sendi
5)Kaji reflek fisiologis: bisep, trisep, patela, arcilles
6)Kaji reflek patologis: reflek plantar (babinsky)
G.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Dilakukan foto thorak posterior anterior
2.Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft
tissu technig
3.Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.
4.Laboratorium darah
5.Pemeriksaan sidik tiroid
6.Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
7.Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)
8.Termografi
9.Petanda Tumor
H.TERAPI
Terapi yang didapat: nama obat, dosis, waktu, rute, indikasi?
I.DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik.
Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24jam dengan kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh nyeri
Pasein tidak mengeluh sesak
Pernapasan 12-21x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,
saturasi
R/mengetahui keadaan pasien
2)Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)?
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
3)Ajarkan teknik distraksi/relaksasi/napas dalam
R/mengurangi rasa nyeri
4)Beri posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
5)Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
6)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/memenuhi kebutuhan pasien
7)Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat proses penyembuhan
8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu,
cara, indikasi
R/mengurangi rasa nyeri
2.Perfusi jaringan serebral/perifer tidak efektik berhubungan dengan
aliran arteri terhambat.
Tujuan: Perpusi jaringan serebral teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh pusing
Pasien tidak mengeluh sesak napas
Pernapasan 12-21x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
CRT: <Bisa menyebutkan pencegahan IntervensBisa menyebutkan
perawatan Bisa menyebutkan tanda dan gejala Bisa menyebutkan
penyebab Pasien bisa menjelaskan pengertian Nadi 60-100x/mnt
Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui keadaan klien 2)Anjurkan
untuk banyak minum ± 2 L/hari R/memenuhi kebutuhan cairan
3)Anjurkan untuk cukup istirahat R/mempercepat pemulihan kondisi
4)Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis R/ mengurangi
rasa panas 5)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/mencukupi kebutuhan pasien 6)Beri kompres hangat
R/vasodilatasi pembuluh darah 7)Kolaborasi/lanjutkan pemberian
therapi antipiretik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mempercepat
penyembuhan 5.Kurang pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan paparan, tidak familiar dengan sumber informasi.
Tujuan: Pengetahuan pasien bertambah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x45 menit dengan kriteria hasil: Tekanan
darah 120-129/80-84mmHg Pernapasan 12-21x/mnt C/axila
Suhu: 36-37Rambut tidak rontok Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda
vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui
keadaan pasien 2)Timbang berat badan R/mengetahui perubahan
berat badan pasien 3)Monitor adanya mual dan muntah
R/mengetahui keadaan pasien 4)Monitor tonus otot, rambut merah
dan mudah patah R/mengetahui status kesehatan pasien 5)Monitor
intake makanan/minuman R/mengetahui nutrisi yang dikonsumsi
pasien 6)Anjurkan untuk cukup istirahat R/mempercepat pemulihan
kondisi 7)Anjurkan makan sedikit dan sering R/supaya tidak mual
dan tidak muntah 8)Anjurkan pasien untuk meningkatkan makanan
yang mengandung zat besi, Vitamin B12, tinggi protein, dan Vitamin C
R/mempercepat pemulihan kondisi pasien 9)Kolaborasi/lanjutkan
pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mempercepat
penyembuhan 4.Hipertermia berhubungan dengan penyakit. Tujuan:
Hipertermia teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam dengan kriteria hasil: Konjungtiva merah muda Berat
badan normal/ideal Pasien tidak muntah Pasien tidak mual
Makan habis 1 porsi Pasien tidak mengeluh lemas 3 detik
Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui keadaan pasien 2)Monitor
capillary refill time R/mengetahui status keadaan pasien 3)Monitor
kemampuan aktivitas pasien R/mengetahui kemampuan pasien
4)Anjurkan untuk bed rest R/mempercepat pemulihan kondisi 5)Beri
posisi semi fowler R/memenuhi kebutuhan oksigen 6)Bantu aktivitas
klien secara bertahap R/mengurangi beban kerja pasien 7)Cegah
fleksi tungkai R/menghindari penurunan staus kesadaran pasien
8)Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet R/mempercepat pemulihan
kondisi 9)Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen R/mencukupi
kebutuhan oksigen 10)Kolaborasi/lanjutkan terapi transfusi
R/mempercepat pemulihan kondisi pasien 11)Kolaborasi/lanjutkan
pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mempercepat
proses penyembuhan 3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan dalam
memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor
biologi. Tujuan: Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam dengan kriteria hasil: CRT:Nadi 60-100x/mnt Tekanan darah
120-129/80-84mmHg Pernapasan 12-21x/mnt Pasien tidak
mengeluh sesak napas Pasien tidak mengeluh pusing i: 1)Kontrak
waktu dengan pasien R/menetapkan waktu untuk pendidikan
kesehatan 2)Berikan pendidikan kesehatan R/meningkatkan
pengetahuan pasien 3)Evaluasi pengetahuan pasien R/mengetahui
keberhasilan pendidikan kesehatan 4)Anjurkan kepada klien untuk
melakukan apa yang telah disampaikan dalam pendidikan kesehatan
R/mengingatkan kembali pada pasien 6.Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot
pernapasan, defornitas dinding dada. Tujuan: pola napas tidak efektif
teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam
dengan kriteria hasil: <CRT:Nadi 60-100x/mnt Tekanan darah
120-129/80-84mmHg Pernapasan 12-21x/mnt Pasien tidak
mengeluh sesak napas Pasien tidak mengeluh pusing Pasien tidak
mengeluh lemas 3 detik Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital:
Tekanan darah, pernapasan, suhu, nadi. R/mengetahui keadaan
pasien 2)Monitor kemampuan aktivitas pasien R/mengetahui
kemampuan pasien 3)Anjurkan untuk bedrest R/mempercepat
pemulihan kondisi 4)Beri posisi semifowler R/mencukupi kebutuhan
oksigen Bantu aktivitas pasien secara bertahap R/mengurangi beban
kerja pasien 5)Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet R/mempercepat
pemulihan kondisi 6)Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen 7.Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakkeimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Tujuan:
Intoleransi aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24jam dengan kriteria hasil: <Hasil laboratorium darah
normal(Leukosit, Hb) Intervensi: 1)Monitor tanda-tanda peradangan
R/untuk melihat tanda-tanda peradangan 2)Monitor pemeriksaan
Laboratorium darah R/untuk melihat kandungan darah 3)Cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan R/untuk menghindari inos
4)Anjurkan untuk bed rest R/mempercepat pemulihan kondisi
5)Batasi pengunjung R/untuk mencegah inos 6)Rawat luka setiap hari
dwengan teknik steril R/mencegah infeksi 7)Beri nutrisi tinggi zat
besi, vitamin C R/untuk membantu proses penyembuhan luka
8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat antibiotik ; nama, dosis,
waktu, cara R/mempercepat penyembuhan DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
volume 2, Jakarta: EGC Hartini. 1987. Ilmu Penyakit Dalam, jilid I,
Jakarta: FKUI Syaifudin. 2002. Fungsi Sistem tubuh manusia,
Jakarta: Widya Medika Guyton, C. Arthur, (1991), Fisiologi Manusia
dan Mekanisme Penyakit, Missisipi; Departemen of Physiology and
Biophysis, Jakarta: EGC Junadi, Purnawan, (2000), Kapita Selekta
Kedokteran, edisi ke III, Jakarta: FKUI Long, Barbara C, (1996),
Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC Price, Sylvia A, (1998).
Patofisiologi, jilid 2, Jakarta: EGC Tucker, Susan Martin(1998),
Standar Perawatan Pasien, Jakarta: EGCDaerah tusukan infus tidak
ada tanda peradangan 3 detik Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital:
Tekanan darah, pernapasan, suhu, nadi. R/mengetahui keadaan
pasien 2)Monitor kemampuan aktivitas pasien R/mengetahui
kemampuan pasien 3)Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat pemulihan kondisi 4)Beri posisi semi fowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen 5)Libatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan pasien R/mencukupi kebutuhan pasien
6)Bantu aktivitas pasien secara bertahap R/mengurangi bebar kerja
pasien 7)Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet R/mempercepat
pemulihan kondisi 8)Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen
R/mencukupi kebutuhan oksigen 9)Kolaborasi/lanjutkan pemberian
obat; nama, dosis, waktu, cara, rute R/mempercepat penyembuhan
8.Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat, prosedur invasif, pertahanan sekunder tidak adekuat.
Tujuan: Pasien tidak mengalami infeksi setelah dilakuakan tindakan
keperawatan selama 2x24jam dengan kriteria hasil: