Anda di halaman 1dari 20

TINGKAT KETERGANTUNGAN LANSIA,

KOPING PADA KEADAAN TERMINAL,


MATI DAN PROSES KEMATIAN

NI MADE DWI AYU MARTINI


DEPARTEMEN KEPERAWATAN GERONTIK
STIKES BINA USADA BALI
2017
TINGKAT KETERGANTUNGAN LANSIA

WHO:
Fokus pembinaan bagi kelompok lansia adalah upaya
promotif dan meminimalkan ketergantungan pada lansia

 jumlah lansia
Setiap penduduk usia produktif akan
menanggung semakin banyak penduduk lansia
Dampak ekonomi
Perkiraan angka ketergantungan lansia pada
tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015
 rasio ketergantungan menjadi 8,74%,
lansia (old age ratio
dependency)
Kualitas hidup lansia dikatakan baik jika
kesehatan fisik, psikologis, dan sosialnya baik.
TINGKAT KETERGANTUNGAN LANSIA
Keadaan Terminal
Suatu proses progresif menuju kematian melalui tahapan
proses penurunan fisik, psikososial, spiritual bagi individu
(Kubler –Ross, 1969)

Koping berarti berhasil menghadapi stresor

Ketrampilan koping bersifat unik dan bervariasi efektitasnya

Koping mencakup dukungan sosial, konseling dan penerimaan


Kematian

Penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital,


akhir dari kehidupan manusia

Sebagian besar kematian terjadi pada populasi lansia.

80 % kematian terjadi dilingkungan institusi yankes.

Proses menjelang ajal sangat memerlukan dukungan emosional


Lingkungan Menjelang Ajal

Rumah sakit
Lingkungan di panti jompo
Hospis/ rumah singgah
Perawatan di rumah
TANDA MENJELANG AJAL

1. Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur-angsur.


2. Gerakan peristaltik usus menurun.
3. Tubuh klien tampak menggembung.
4. Badan dingin dan lembab.
5. Kulit pucat kebiruan.
6. HR mulai tidak teratur.
7. Napas stridor.
8. Tekanan darah menurun.
9. Terjadi gangguan kesadaran
Tanda – tanda Meninggal

 Pupil mata tetap membesar/melebar.


 Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.
 Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
 Tidak ada reflek.
 Gambaran mendatar pada EKG.
TAHAP BERDUKA
(Kubler – Ross)

Denial/pengingkaran

Anger/marah

Bargaining/tawar- menawar

Fase depresi

Fase acceptance/penerimaan
Denial/pengingkaran
• Tidak mempercayai kenyataan
• Verbalisasi: ”itu tidak mungkin”, “saya tidak percaya itu terjadi”.
• Perubahan fisik: letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak jantung cepat, menangis, gelisah.
• Penyangkalan membantu seseorang dari kecemasan dan ketakutan

Anger/marah

Bargaining/tawar- menawar

Fase depresi

Fase acceptance/penerimaan
Denial/pengingkaran

Anger/marah
• Mulai sadar akan kenyataan
• Marah diproyeksikan pada orang lain
• Reaksi fisik: muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal
• Perilaku agresif.
• Fase yang sulit bagi keluarga/perawat

Bargaining/tawar- menawar

Fase depresi

Fase acceptance/penerimaan
Denial/pengingkaran

Anger/marah

Bargaining/tawar- menawar
• Verbalisasi; “kenapa harus terjadi pada saya?“, “kalau saja yang
sakit bukan saya“, “seandainya saya hati-hati “.
• Negosiasi dengan Tuhan untuk mendapatkan tambahan waktu

Fase depresi

Fase acceptance/penerimaan
Denial/pengingkaran

Anger/marah

Bargaining/tawar- menawar

Fase depresi
• Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
• Gejala: menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
menurun.
• Fase persiapan berduka

Fase acceptance/penerimaan
Denial/pengingkaran

Anger/marah

Bargaining/tawar- menawar

Fase depresi

Fase acceptance/penerimaan
• Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
• Verbalisasi: ”apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat
sembuh”,
• “yah…., akhirnya saya harus operasi“
TINDAKAN

FISIOLOGIS
SOSIAL
SPIRITUAL

Anda mungkin juga menyukai