Oleh:
YACKOB ASTOR
Bab I
Bab III
Bab II
Bab IV
Bab I. Pendahuluan
2
6
3
7 5 7. Konflik nelayan
Kab. Sampang vs
PT. Santos.
1 1. Batas darat
tergambarkan,
sedangkan batas
laut tidak
Sumber: Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Pesisir Provinsi Jawa Timur (Lampiran Perda No.6/ 2012 tentang
RZWP3K Prov Jatim 2012-2032) dibuat oleh: Kementerian Kelautan dan Perikanan Satuan Kerja Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur.
2. Konflik kabel listrik bawah laut PLN di Alur Pelayaran Barat Surabaya
(APBS)
Putusnya kabel PLN di dasar laut karena jangkar kapal merupakan peristiwa yang ketujuh
kali sejak tahun 1994 hingga 2010 dan menyebabkan Madura gelap gulita.
Dishub Jatim: ―tindakan PLN
ini melanggar aturan UU No.
17/2008 tentang Pelayaran
pasal 1 point 45, yakni, alur
pelayaran harus aman dan
selamat untuk dilayari‖.
―Penanaman kabel seharusnya
12 meter di bawah permukaan,
tapi kabel itu tertanam sekitar 2
sampai 4 meter‖.
PLN: ―jika jangkar kapal
menyangkut di kabel PLN
jangkar tersebut harus
dipotong‖.
―Sudah melakukan survey
secara cermat hingga proses
penanaman juga sudah sesuai
dengan spek teknisnya, terkait
Lokasi terputusnya saluran kabel bawah laut PLN Jawa–Madura akibat
adanya pendangkalan dalam tersangkut jangkar kapal.
kedalaman, itu di luar teknis‖.
3. Sengketa Kepemilikan Pulau Galang antara Kab Gresik vs Kota Surabaya
• Pulau Galang merupakan tanah timbul (tanah oloran) hasil proses endapan lumpur dari
Sungai Lamong sejak tahun 1960an. Mulai nampak tahun 1981 dan ditumbuhi tanaman
bakau. Mempunyai luas sekitar 8 ha (1996) dan 15 ha (2003).
• Tahun 2003 Pemkot Surabaya dan Pemkab Gresik saling klaim sebagai pemilik Pulang
Galang . Hingga saat ini Pulau Galang status quo milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
4. Konflik penambangan pasir di Selat Madura untuk reklamasi Pelabuhan
Teluk Lamong.
Pada tahun 2012 konflik ini muncul karena telah terjadi penambangan pasir laut di kawasan
Selat Madura dengan kedalaman 12 meter seluas 540 hektar di sekitar jembatan Suramadu
yang dilakukan PT Gora Gohana, kontraktor PT Pelindo III dalam rangka reklamasi Teluk
Lamong dekat Surabaya.
Nelayan dan Tim Advokasi
Nelayan Tradisional Selat
Madura:
― PT Gora Gahana dianggap
telah melanggar hak-
hak konstitusional nelayan
dan Pasal 35 huruf (i) UU
No.27 Tahun 2007.‖
PT Gora Gahana:
―tindak pidana setiap orang
yang merintangi atau
menggangu kegiatan usaha
pertambangan dan pemegang
IUP atau IUPK yang telah
memenuhi syarat-syarat
dalam Pasal 142 UU No 4
Tahun 2009 tentang (Foto: Munir, 2012)
Pertambangan Mineral dan Nelayan menyandera kapal keruk pasir di Selat Madura-Oktober 2012
Batubara. “
5. Ratusan Nelayan Pamekasan Kepung Pengeboran Minyak di Laut
Ratusan nelayan dari dari Desa Ambat, Desa Kramat dan Desa Bandaran di Kecamatan Tlanakan,
Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, mengepung lokasi eksplorasi minyak dan gas (Migas) PT. Santos
di perairan Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang. Aksi para nelayan itu sebagai bentuk protes
kepada PT. Santos karena perusahaan ini tidak pernah memberikan kompensasi ganti rugi atas
dilarangnya mencari ikan di area eksplorasi, tidak pernah melaksanakan program pemberdayaan
kepada nelayan di tiga desa tersebut. Dibandingkan dengan desa-desa lain di Kabupaten Sampang
yang berada di wilayah eksplorasi migas PT. Santos, mendapat kompensasi dan program dari dana
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) setiap tahun.
Lokasi eksplorasi minyak dan gas (Migas) PT. Santos yang dikepung oleh nelayan Kab.Pamekasan
6. Konflik Migas Blok Maleo antara Pemerintah Kabupaten Sumenep,
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan PT. Santos (Madura Offshore)
PtyLtd
Terbitnya Permendagri No 8 Tahun 2007 tentang Provinsi Jawa Timur sebagai Daerah
Penghasil Sumber Daya Alam Sektor Minyak Bumi dan Gas Bumi, mengakibatkan:
BP Migas, 2013
Lokasi konflik antara nelayan Kabupaten Sampang dan PT. Santos di sekitar
lokasi Blok Wortel Selat Madura
Permasalahan-permasalahan yang terjadi di Wilayah Perairan Selat
Madura Provinsi Jawa Timur menunjukan bahwa:
Implementasi Asas Keterpaduan, Asas Kepastian Hukum, Asas Peran
Serta Masyarakat dan Asas Disentralisasi di dalam UU No. 27/2007
(UU No. 1/2014) belum terwujud.
(Peta NKRI-wordpress.com)
• Hanya 2,1 juta km² sumber daya alam (di darat/berbasis tanah) yang
merupakan objek kadaster.
• Bagaimana dengan 5,8jt km² sumber daya laut Indonesia?
Melakukan perbandingan pengelolaan sumber daya kelautan melalui definisi
kadaster kelautan yang ada di negara-negara maju non-kepulauan; Australia,
Kanada, dan Amerika.
2. Adanya konsep Marine Cadastre (Kadaster Kelautan) di negara-negara
non-kepulauan, yakni Australia, Kanada dan Amerika.
Australia, ada 2 (dua) definisi Marine Cadastre:
Definisi ke-1 (berdasarkan tahun perumusan definisi):
Marine cadastre is a system to enable the boundaries of maritime rights and
interests to be recorded, spatially managed and physically defined in
relationship to the boundaries of other neighbouring or underlying rights and
interests. (Hoogsteden, Robertson dan Benwell, 1999).
Penjelasan definisi:
1. Kadaster kelautan didefinisikan sebagai suatu sistem.
2. Definisi ini lebih tertuju pada pencatatan, pendefinisian, pengelolaan dan
hubungan antar batas-batas di laut.
Definisi ke-4 (berdasarkan tahun perumusan definisi):
Marine cadastre is a spatial boundary management tool which describes,
visualises and realises legally defined boundaries and associated rights,
restrictions and responsibilities in the marine environment. (Binns, 2004).
Penjelasan definisi:
1. Kadaster kelautan tidak
lagi disebut sebagai
sistem, melainkan sebagai
tool.
2. Definisi ini bersifat teknis.
3. Merupakan pengembangan
unsur-unsur dari definisi
ke-1 tahun 1999, yakni:
menjelaskan/describes—
mengambarkan/visualises--
dan mewujudkan/realises
pendefinisian batas-batas.
Kanada
Definisi ke-2 (berdasarkan tahun perumusan definisi):
A marine cadastre is a marine information system, encompasisng both the nature and
spatial extent of the interests and property rights, with respect to ownership and various
rights and responsibilities in the marine jurisdiction. (Nichols, Monahan dan Sutherland,
2000).
Penjelasan definisi:
1. Kadaster kelautan
didefinisikan sebagai
suatu sistem
informasi kelautan.
2. Merupakan satu-
satunya definisi yang
tidak mencantumkan
unsur batas laut
(marine boundary).
Amerika
“The U.S Marine Cadastre is an information system, encompassing both nature and
spatial extenet of interensts in property, value and use of marine areas. Marine or
maritime boundaries share a common element with their land-based counterparts inthat,
in order to map a boundary, one must adequately interpret the relevan law and its spatial
context. Marine boundaries are delimited, not demarcated, and generally there is no
physical evidence of the boundary.” (NOAA, 2002)
Penjelasan definisi:
1. Kadaster kelautan masih didefinisikan sebagai suatu sistem.
2. Definisi ini memiliki sedikit kemiripan dengan definisi dari Kanada,
tetapi lebih menitikberatkan pada penetapan batas-batas di laut (marine
boundaries).
3. Definisi ini sama sekali tidak mengkaitkan unsur-unsur kadaster (rights,
restrictions, responsibilities).
Dari penjelasan 4 (empat) definisi kadaster kelautan di atas dapat
disimpulkan bahwa:
1. Definisi kadaster dan kadaster kelautan yang ada bersifat teknis.
2. Empat definisi kadaster kelautan strukturnya sudah jelas dan
terbangun.
3. Definisi ke-1 bersifat general (sistem bersifat umum), definisi
selanjutnya lebih ke implementasi sistem (sistem aplikasi).
4. Definisi ke-4 (Binns, 2004) menyatakan kadaster kelautan
sebagai tool yang tetap merupakan bagian implementasi dari
sistem.
Indonesia
(B) Visualisasi
penetapan batas laut
wilayah provinsi
dan kabupaten/kota
yang dilakukan di
dalam penelitian.
1 MIL Laut = 1852 meter
1. Model Solusi Penyelesaian Sengketa Pulau Galang
Google Earth
Lokasi eksplorasi minyak dan gas PT. Santos masuk kedalam batas laut
wilayah Kabupaten Sampang
Penyelesaian Permasalahan Right dan Responsibility di
Wilayah Perairan Selat Madura
1. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian ESDM, Kementerian
Perhubungan dan Kementerian Dalam Negeri masih belum menerapkan
dengan baik unsur right dan responsibility. Izin (right) dikeluarkan secara
sektoral mengacu pada perundangan masing-masing sektor, sehingga
tumpang tindih bahkan bertentangan. Maka unsur responsibility yang
melekat pun menjadi tidak jelas.
2. Permasalahan pengelolaan sumber daya kelautan terjadi karena laut hanya
dipandang sebagai ruang, sehingga pengelolaannya (right dan responsibility)
hanya sebatas zona-zona yang telah ditentukan.
3. Padahal, permasalahan pengelolaan sumber daya kelautan antar sektor
seringkali muncul akibat terganggu/tertutupnya jalur akses satu kegiatan oleh
kegiatan sektor lain, sehingga dampak dari satu jenis kegiatan pengelolaan
sumber daya kelautan dapat merusak sumber daya kelautan yang lain
(hubungan sebab akibat).
4. Oleh karena itu diperlukan keterpaduan sistem di dalam pengelolaan sumber
daya kelautan antar sektor maupun daerah
Visualisasi kegiatan penyelenggaraan pengelolaan sumber daya kelautan saat ini
Oleh karena itu, di dalam konsep Poros Maritim seharusnya bukan hanya
membahas perubahan kelembagaan (aspek struktural) saja, tetapi juga
harus membahas perubahan aspek kultural (aspek budaya maritim).
Bagaimana membangun budaya maritim?
Salah satunya dengan memberikan nama/ istilah kepada provinsi dan
kabupaten/kota yang memiliki pesisir.
CONTOH: Provinsi Maritim Jawa Timur wajib memiliki visi maritim
Terima kasih
Jakarta, 15 Januari 2014
+6285624407785
yackobastor@yahoo.com
LAMPIRAN I
Terkait Materi Evaluasi Definisi Kadaster Kelautan
1. Evaluasi definisi-definisi kadaster kelautan berdasarkan unsur-unsur
pembentuk definisi
2. Identifikasi dan inventarisasi unsur-unsur utama dari definisi-
definisi kadaster kelautan
Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi unsur-unsur utama dari 4 (empat)
definisi kadaster kelautan, tahap selanjutnya adalah melakukan klasifikasi
berdasarkan kesamaan unsur-unsur utama tersebut sehingga diperoleh hasil 9
(sembilan) unsur utama kadaster kelautan sebagai berikut:
• Hak (right)
• Pembatasan (restriction)
• Tanggung jawab (responsibility)
• Kepentingan (interest)
• Batas-batas di laut (marine boundaries)
• Sistem referensi geodetik (geodetic reference system)
• Penggunaan wilayah laut (use of marine areas)
• Kewenangan laut (marine jurisdiction)
• Penyelenggara (institution)
3. Evaluasi unsur-unsur utama definisi kadaster kelautan di negara
non-kepulauan terhadap kondisi pemanfaatan laut di NKRI
sebagai negara kepulauan
Hasil evaluasi adalah bahwa beberapa unsur-unsur utama kadaster kelautan di
negara Australia, Kanada dan Amerika memiliki kesamaan unsur-unsur dalam
pemanfaatan laut di negara Indonesia sebagai negara kepulauan.
4. Evaluasi Unsur-unsur Utama Definisi-definisi Kadaster Kelautan dari
negara non-kepulauan ditempatkan dalam Perspektif Problematika
Pemanfaatan Laut di NKRI sebagai negara kepulauan
Evaluasi Definisi Kadaster Kelautan dalam Perspektif NKRI
sebagai Negara Kepulauan
Kesimpulan:
(Binns, 2004).
Terjemahan definisi: Kadaster kelautan adalah alat manajemen batas spasial yang
menjelaskan, mengambarkan, dan mewujudkan
pendefinisian batas-batas secara hukum dan terkait hak-hak,
pembatasan dan tanggung jawab di lingkungan laut.
Terjemahan definisi: Kadaster kelautan adalah sebuah sistem informasi meliputi baik
sifat dan luas spasial dari suatu kepentingan properti, nilai dan
penggunaan wilayah laut. Batas-batas laut atau lautan berbagi satu
unsur yang sama dengan tanah, untuk memetakan suatu batas,
salah satunya harus memadai dalam menafsirkan hukum yang
terkait dan konteks spasial. Batas-batas laut dibatasi, tidak diberi
tanda batas dan pada umumnya tidak ada bukti batas secara fisik.
Penjelasan definisi: 1. Kadaster kelautan masih didefinisikan sebagai suatu sistem.
2. Definisi ini memiliki sedikit kemiripan dengan definisi dari
Kanada, tetapi lebih menitikberatkan pada penetapan batas-
batas di laut (marine boundaries).
3. Definisi ini sama sekali tidak mengkaitkan unsur-unsur
kadaster (rights, restrictions, responsibilities).
Unsur-unsur 1.Sistem Informasi (Information System)
pembentuk definisi: 2.Sifat dan Luas Spasial (Nature and Spatial Extent)
3.Kepentingan Kekayaan (Interets in Property)
4.Nilai dan Penggunaan Wilayah Laut (Value and Use marine
areas)
5. Batas-batas laut atau lautan (Marine or maritime boundaries):
a. Dibatasi (Delimited)
b. Tidak diberi Tanda Batas (Not Demarcated)
c. Tidak ada bukti batas fisik (No Physical Evidence)
6.Tanah (Land)
7.Hukum (Law)
8.Konteks Spasial (Spatial Context)
Visualisasi
Struktur
Definisi
Kadaster
Kelautan dari
Amerika
(mengetahui unsur-
unsur dan korelasi
antar unsur):
F(Boundaries of maritime,
Rights, Interests, Recorded,
Model Fungsional Definisi Kadaster
Spatial managed, Neighbouring
Kelautan yang ada
boundaries, Boundaries of
underlying rights and interests,
Nature and spatial extent,
Interests, Various Rights,
Responsibilities, Marine
Jurisdiction, Nature and spatial
extent, Vulue and use marine A
areas, Marine or maritime
boundaries, Law, Spatial
Context, Spatial boundary,
Describes,Visualises, Realises,
Legally defined Boundaries,
Rights, Restrictions,
Responsibilities, Marine
management tool, Environtment)
Model Fungsional Karakteristik NKRI
sebagai Negara Kepulauan Kedaulatan, Tata Ruang
Geografik, Kepemerintahan, B
Multikultural, Rawan Bencana)
Objek Materi
F( Boundaries of maritime, 1. Marine Jurisdiction
Rights, Interests, Neighbouring (Law),
boundaries, Boundaries of 2. Marine or maritime
underlying rights and interests, boundaries ( Spatial
Interests, Various Rights, boundary, Legally defined A1
Responsibilities, Marine Boundaries, Neighbouring
Jurisdiction, Marine or maritime boundaries, Boundaries of
boundaries, Law, Spatial underlying rights and )
boundary, Legally defined 3. Interests,
A
Boundaries, Rights, Restrictions, 4. Rights, Restrictions,
Responsibilities ) Responsibilities.
Kegiatan
( Recorded, Spatial managed,
Nature and spatial extent,
Nature and spatial extent, Vulue
and use marine areas, Spatial
Context , Marine management
tool, Describes,Visualises,
Realises)
B
Kedaulatan dan Marine Jurisdiction Rawan Bencana:
• perairan pedalaman, • letak geografis,
A1 • perairan kepulauan, • jenis bencana,
• laut teritorial, • dampak/ resiko,
• dasar laut, • mitigasi bencana
• tanah di bawah laut,
• sumber daya alam. Marine boundaries:
• Berdasarkan jenis kegiatan pemanfaatan
Tata Ruang Geografik: laut
• wilayah darat, • Batas kewenangan laut daerah provinsi
• wilayah pesisir, dan kota/kabupaten
• wilayah lautan, • Batas kewenangan laut adat
• pulau-pulau,
• gugusan pulau-pulau Interests:
• Pemerintah pusat (sektor-sektor)
Kepemerintahan: • Pemerintah daerah provinsi,
• pemerintah pusat, kota/kabupaten
• pemerintah daerah provinsi, • Adat
• pemerintah daerah kota,
• pemerintah daerah kabupaten Rights, Restrictions, Responsibilities.
B • Berdasarkan kedaulatan
Multikultural: adat • Batas kewenangan laut daerah
• Jenis kegiatan pemanfaatan (sektoral)
• Kewenangan laut adat
Visualisasi gabungan struktur 4 (empat) definisi kadaster
kelautan yang ada
III.3.2 Klasifikasi Unsur-unsur Utama dari Definisi-definisi Kadaster
Kelautan
Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi unsur-unsur utama dari 4
(empat) definisi kadaster kelautan, tahap selanjutnya adalah melakukan
klasifikasi berdasarkan kesamaan unsur-unsur utama tersebut sehingga
diperoleh hasil 9 (sembilan) unsur utama kadaster kelautan sebagai berikut:
1. Hak (right)
2. Pembatasan (restriction)
3. Tanggung jawab (responsibility)
4. Kepentingan (interest)
5. Batas-batas di laut (marine boundaries)
6. Sistem referensi geodetik (geodetic reference system)
7. Penggunaan wilayah laut (use of marine areas)
8. Kewenangan laut (marine jurisdiction)
9. Penyelenggara (institution)
III.3.3Transformasi Unsur-unsur Kadaster Kelautan di Australia,
Kanada dan Amerika terhadap Karakteristik Negara
Kepulauan Indonesia
III.3.3.1 AustraliaIndonesia
III.3.3.2 KanadaIndonesia
III.3.3.3 AmerikaIndonesia
Hasil Transformasi Unsur-unsur Kadaster Kelautan di Australia, Kanada dan
Amerika terhadap Karakteristik Negara Kepulauan Indonesia
3.Right Hak-hak yang ada di Australia, Kanada dan Amerika dapat dijadikan
sebagai masukan untuk merumuskan hak baru di Indonesia, dengan
syarat harus memperhatikan batas kewenangan laut daerah.
4.Native Rights Konsep kadaster kelautan untuk Indonesia harus memasukkan unsur
Kepemilikan Laut Adat.
Unsur-unsur Hasil Transformasi Unsur-unsur Kadaster Kelautan di Australia,
Kadaster Kanada dan Amerika terhadap Karakteristik Negara Kepulauan
Kelautan Indonesia
6.Restriction Restrictions yang ada di Australia, Kanada dan Amerika tidak dapat
diterapkan di Indonesia, disebabkan oleh unsur kedaulatan negara
kepulauan, otonomi daerah dan kewenangan hukum laut adat yang
berlaku di Indonesia.
7. Responsibility Responsibilities yang ada di Australia, Kanada dan Amerika tidak dapat
diterapkan di Indonesia, disebabkan oleh unsur kedaulatan negara
kepulauan, otonomi daerah dan kewenangan hukum laut adat yang
berlaku di Indonesia.
Unsur-unsur Hasil Transformasi Unsur-unsur Kadaster Kelautan di Australia,
Kadaster Kanada dan Amerika terhadap Karakteristik Negara Kepulauan
Kelautan Indonesia
F(izin kegiatan, wilayah tangkapan ikan, batas kewenangan daerah, jalur penangkapan
ikan, informasi dinamika laut).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Tata cara penetapan wilayah usaha pertambangan Permen No.12 Tahun 2011
Model Fungsional
F(izin usaha, kegiatan
pertambangan, lokasi
kegiatan pertambangan,
batas kewenangan daerah,
informasi dinamika laut).
Kementerian Perhubungan
UU No. 17 Tahun 2008 tentang prosedur kegiatan pelayaran di perairan laut Indonesia
Model Fungsional
Asas Kepastian Hukum. Asas ini diperlukan untuk menjamin kepastian hukum
yang mengatur pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil secara jelas
dan dapat dimengerti dan ditaati oleh semua pemangku kepentingan; serta
keputusan yang dibuat berdasarkan mekanisme atau cara yang dapat
dipertanggungjawabkan dan tidak memarjinalkan masyarakat pesisir dan pulau-
pulau kecil (UU No. 27 Tahun 2007).
Asas Peran Serta Masyarakat dimaksudkan agar masyarakat pesisir dan pulau-pulau
kecil mempunyai peran dalam perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap pengawasan
dan pengendalian; memiliki informasi yang terbuka untuk mengetahui
kebijaksanaan pemerintah dan mempunyai akses yang cukup untuk memanfaatkan
sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil; menjamin adanya representasi suara
masyarakat dalam keputusan tersebut; memanfaatkan sumber daya tersebut secara
adil (UU No27 Tahun 2007).
Asas Peran Serta Masyarakat dapat diwujudkan dengan cara mengidentifikasi dan
memetakan kembali seluruh kegiatan pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang
diselenggarakan secara adat, lokal maupun tradisonal. Dari pemetaan tersebut
akan diperoleh informasi mengenai batas kegiatan, hak dan kewajiban di
dalamnya. Dengan diberikannya pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak
yang ada tersebut diharapkan dapat terselenggaranya pengelolaan sumber daya
pesisir dan laut yang adil, merata dan berkelanjutan.
Asas Desentralisasi
Asas Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintahan dari
pemerintah kepada pemerintah daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan di bidang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(UU No.27 Tahun 2007).
Australia
Tanah yang dapat dimiliki hanyalah
permukaan bumi saja, sedangkan mineral
yang ada dibawahnya adalah milik
crown. Pembagian hasil mineral
diatur oleh negara.
Kanada
hak kepemilikan tanah tidak termasuk
lapisan tanah di dalamnya.
Amerika
Pemilikan tanah meliputi juga pemilikan
material di dalamnya, termasuk adanya hak
atas ruang udara di atas tanah miliknya (air
rights).
(FIG, 1995.)
LAMPIRAN 6
Terkait Materi UNCLOS, Karakteristik, Bentuk Negara, Sistem
Pemerintahan, Bentuk Pemerintahan dan Sustem Kadaster Tanah di
Australia, Kanada, Amerika dan Indonesia
UNSUR-UNSUR PEMANFAATAN LAUT WILAYAH INDONESIA
Di dalam penelitian ini pemanfaatan laut diidentifikasi memiliki 11 unsur utama sebagai berikut:
No Unsur Keterangan
1 Potensi Sumber Daya Laut Terdiri dari sumber daya terbarukan dan tidak terbarukan.
2 Peraturan Perundangan Terdiri dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan dan
Keputusan Presiden, Instruksi Presiden, Peraturan dan Keputusan
Menteri hingga Peraturan Daerah.
3 Institusi Penyelenggara Terdiri dari pemerintah pusat melalui kementerian-kementerian,
pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota).
4 Anggaran Sebagai modal untuk menyelenggarakan kegiatan pemanfaatan
laut.
5 Sumber Daya Manusia Mencakup kuantitas dan kualitas sumber daya manusia yang ada
di suatu wilayah atau negara.
6 Sarana dan Prasarana Terkait erat dengan peralatan dan teknologi yang digunakan dalam
pemanfaatan laut.
7 Metode Cara dan prosedur yang digunakan dalam pemanfaatan laut.
8 Subjek Pemanfaatan Laut Semua pelaku pemanfatan laut termasuk masyarakat adat.
9 Dinamika Laut Pengaruh pasang surut air laut, arus, gelombang dan lainnya.
10 Kegiatan Terkait dengan izin kegiatan, batas kegiatan, hak dan tanggung
jawab dari kegiatan tersebut.
11 Gangguan dan Kerusakan Kerusakan oleh alam dan kerusakan oleh manusia.
II.3 Keterkaitan Kadaster Kelautan dengan UNCLOS 1982,
Kadaster Pertanahan, Bentuk Negara dan Sistem
Pemerintahan
UNCLOS 1982
SOVEREIGNITY
(Marine Jurisdictions, Rights, Restrictions,
Responsiblities)
CADASTRE STATE
(Land Cadastre) MARINE • State Form
3R (Rights, CADASTRE • Government System
Restrictions, • Government Form
Responsiblities • Characteristics
KEDAULATAN VS KEWENANGAN
Negara kepulauan berarti suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau
lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain. Kepulauan berarti suatu
gugusan pulau, termasuk bagian pulau, perairan di antaranya dan lain-lain wujud
alamiah yang hubungannya satu sama lainnya demikian eratnya sehingga pulau-
pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya itu merupakan suatu kesatuan
geografi, ekonomi dan politik yang hakiki, atau yang secara historis dianggap
sebagai demikian. (Pasal 46, UNCLOS 1982)
Negara Pantai (Coastal State): all states that have oceans coast with adjacent
territorial waters, exclusive economic zone and continental shelf (Borreson,
1994)
Konsepsi Negara Kepulauan (Archipelagic State) didasarkan pada konsepsi archipelago
yang berarti laut dimana banyak terdapat pulau-pulau. Dalam archipelago tersebut rasio laut
atau air adalah lebih besar daripada daratan (pulau), tetapi keduanya dianggap sebagai suatu
kesatuan. Dengan demikian, pengertian yang paling penting dalam konsep archipelago
adalah kesatuan antara laut dan darat (serta udara di atasnya), dimana rasio wilayah laut
lebih besar dari rasio wilayah darat. (Djalal, 1979).
Konsepsi geografis menjadi dasar bagi konsepsi archipelagic state yang terdiri dari satu
atau beberapa archipelago, sedangkan tidak setiap archipelago menjadi archipelagic state
atau tidak harus diperlakukan sebagai archipelagic state. Oleh karena itu terdapat 3 (tiga)
jenis archipelago, yaitu:
1. Coastal Archipelago, yang terletak di sepanjang pantai dan yang pada umumnya
berdekatan dengan pantai. Hal ini pada dasarnya telah diselesaikan oleh Konferensi
Jenewa 1958 tentang laut wilayah yang memungkinkan negara pantai menarik garis-
garis dasar dari archipelago yang terletak berdekatan di sepanjang pantai tersebut.
2. Mid-ocean archipelago yang terletak di tengah laut yang jauh dari pantai suatu negara.
Pada dasarnya konsepsi Hukum Internasional mengenai archipelago berasal dari
archipelago-archipelago semacam ini yang pada umumnya merupakan suatu gugusan
pulau-pulau yang kompak dan yang jarak antar pulaunya tidak begitu besar.
3. Archipelagic State yaitu suatu gugusan pulau-pulau atau beberapa gugusan pulau-pulau
yang menjadi suatu negara merdeka.
Ketentuan Pasal 46 Konvensi Hukum Laut 1982 apabila dikaitkan dengan
realitas karakteristik Negara Kepulauan Indonesia, memperlihatkan bahwa di
dalam Negara Kepulauan Indonesia terdapat daerah-daerah provinsi dengan
karakteristik:
1. Coastal archipelago yaitu daerah-daerah provinsi yang mempunyai pulau-
pulau di sepanjang pantai utama: misalnya Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumetrea Barat, Provinsi Riau,
Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat dan lain-lain.
2. Mid-ocean archipelago yaitu daerah-daerah provinsi yang mempunyai
pulau-pulau di tengah laut sebagai bagian dari wilayah daerah tersebut;
misanya Provinsi Jawa Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi
Sulawesi Tenggara dan lain-lain.
3. Archipelagic Province atau daerah Provinsi Kepulauan yaitu daerah-daerah
yang mempunyai pulau-pulau yang membentuk gugusan pulau; seperti
Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi
Nusa Tenggara Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Sulawesi
Utara, Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Maluku.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa Negara Kepulauan (Archipelagic State) adalah
suatu negara yang seharusnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup
pulau-pulau lain. Sebuah kepulauan akan dianggap sebagai satu kesatuan, sehingga
perairan disekitar, diantara, dan yang menghubungkan pulau-pulau (terlepas dari luas
dan dimensi yang berbeda) merupakan bagian dari perairan internal negara. Wujud suatu
Negara Kepulauan ditentukan berdasarkan penentuan garis pangkal lurus kepulauan
(archipelagic straight baseline) dan garis pangkal lain sepanjang tidak bertentangan
dengan Konvensi 1982 (Pasal 5, 7(1) dan 47 (1)).
Tidak semua negara kepulauan secara geografis dapat menetapkan dirinya sebagai
negara kepulauan secara hukum (legal). Terdapat 5 (lima) negara berdaulat yang
memperoleh persetujuan dalam Konvensi PBB tentang UNCLOS dan memenuhi syarat
sebagai Negara Kepulauan yakni: Indonesia, Filipina, Papua Nugini, Fiji, dan Bahama.
Kelima negara kepulaian ini tetap menghormati perjanjian dengan negara lain dan harus
mengakui hak-hak nelayan tradisional dan kegiatan lain yang sah dari negara-negara
tetangga yang berbatasan langsung di daerah-daerah tertentu yang berada dalam perairan
kepulauan. Syarat dan kondisi untuk pelaksanaan hak-hak dan kegiatan selanjutnya
diatur dengan perjanjian bilateral antara negara.
HAK NEGARA KEPULAUAN
Menurut UNCLOS 1982
Negara serikat/federasi:
• Terdiri dari beberapa negara bagian dengan satu pemerintah pusat yang
memiliki kedaulatan.
• Negara bagian memiliki wewenang konstitusi yang lebih besar
dibandingkan dengan Pemerintah Daerah di Negara Kesatuan, yakni,
membuat UUD sendiri, memiliki kepala negara, parlemen, dan kabinet
sendiri untuk menjalankan pemerintahan di negara bagian.
• Pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dan pemerintah negara
bagian.
2. Batas States: 0-3 mil Tidak ditentukan State:3 mil Provinsi:12 mil
Pengelolaan Federal:diluar berdasarkan jarak (kecuali Texas Kota/Kab:1/3 dari
Laut 3mil sd 12 mil (mil laut) dan T.Florida 9 provinsi.
mil). Federal:
diluar 3mil sd
12 mil
Negara Federal Negara Kesatuan (yang
Disentralisasi)
Australia Kanada Amerika Indonesia
3. Hak • Negara bagian memiliki ‗‘otonomi • Pemberian dari pemerintah
(Kewenangan) asli‘‘. pusat.
• Masing-masing state memiliki • Pemerintah daerah memiliki
kewenangan yang berbeda, bersifat kewenangan yang relatif sama
lebih luas dan mandiri. dan terbatas.
• Konflik batas laut adat antar Desa Tutrean dengan Desa Sather di Pulau
Kei Besar.
• Konflik batas laut adat Desa Dian dan Desa Debut perihal izin kontrak
Pulau Oiwa kepada pengusaha mutiara PT. Pear Nusantara pada tahun
1994.
III. Unsur Masyarakat Adat
Masyarakat Adat adalah sekelompok orang yang secara turun temurun bermukim di
wilayah geografis tertentu di Negara Kesatuan Republik Indonesia karena adanya
ikatan pada asal usul leluhur, hubungan yang kuat dengan tanah, wilayah, sumber
daya alam, memiliki pranata pemerintaan adat, dan tatanan hukum adat di wilayah
adatnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 1 (33) UU
No.1 Tahun 2014).
Masyarakat Lokal adalah sekelompok masyarakat yang menjalankan tata kehidupan
sehari-hari berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima sebagai nilai-nilai yang
berlaku umum, tetapi tidak sepenuhnya bergantung pada sumber daya pesisir dan
pulau-pulau kecil tertentu.
Kanada
Hak adat diakui dan ditegaskan dalam konstitusi Kanada, sehingga pengadilan Kanada
mampu menjatuhkan undang-undang yang dapat meminimalkan hak-hak adat (kecuali
untuk kegiatan konservasi sumber daya).
Indonesia
1. Adanya eksklusifitas wilayah perairan adat beserta sumber daya laut yang ada di
wilayah tersebut.
2. Adanya hak kepemilikan adat di wilayah pantai, laut dan pulau-pulau kecil.
LAMPIRAN 8
Terkait Materi Teori Sistem dan Networked Government
II.4 Teori Sistem
Sistem adalah: (1) perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan
sehingga membentuk suatu totalitas: pencernaan makanan, pernapasan, dan
peredaran darah dalam tubuh; (2) susunan yang teratur dari pandangan, teori,
asas: pemerintahan negara (demokrasi, totaliter, parlementer); (3) metode:
pendidikan (klasikan, individual, dsb). (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Legislative Government
• Membangun badan/ institusi pembuat undang-undang/membuat
hukum.
Konsep Networked Government dan Legislative Government
didalam penelitian ini digunakan untuk:
1. Memadukan kegiatan-kegiatan 10 kementerian dalam
pengelolaan wilayah pesisir dan laut.
2. Mengkaitkan kegiatan pengelolaan laut lintas provinsi dan
lintas kabupaten/kota.
LAMPIRAN 9
Terkait Materi Tindakan Teknologis Sistem
Tindakan Teknologis
kabel
Pemanfaatan ruang laut di Selat Madura Provinsi Jawa Timur
untuk sektor perikanan
Pemanfaatan ruang laut untuk perikanan di sekitar Pulau Galang oleh masyarakat tradisional
Kondisi pada saat surut di selitar
Pelabuhan Teluk Lamong
Pemanfaatan ruang laut di Selat Madura Provinsi Jawa Timur
untuk sektor energi dan sumber daya mineral
Peta Persebaran Kerja Minyak dan Gas Bumi di Provinsi Jawa Timur
Blok Sampang
SANTOS ( SAMPANG ) PTY. LTD.
Blok Wortel
SANTOS (MADURA) PTY. LTD.
LAMPIRAN 11
Terkait Materi Peraturan Perundangan
Undang-undang No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kini, setelah diamandemen oleh UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka
penyelesaian konflik dapat mengacu pada Pasal 14:
1. Penyelenggaan urusan pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber
daya mineral dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi.
2. Urusan pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang berkaitan dengan pengelolaan minyak dan gas bumi menjadi
kewenangan pemerintah pusat.
3. Daerah kabupaten/kota penghasil dan bukan penghasil mendapatkan bagi hasil dari
penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
LAMPIRAN 12
Terkait Materi Land Cadastre vs Marine Cadastre
II.2 Filosofi Land Cadastre dan Marine Cadastre
2 Objek kadaster meliputi tanah Ruang laut terdiri dari permukaan laut,
permukaan (2dimensi) maupun diatas kolom air dan dasar laut (3 dimensi).
atau dibawah tanah (3 dimensi)
3 Tanah bersifat relatif statis (jika Laut bersifat dinamis (dipengaruhi oleh
gelombang seismik = nol) faktor astronomis dan non-astronomis)
I. Konsep Kadaster Kelautan di Australia
6. Restriction Berdasarkan:
1. UNCLOS 1982
2. Kewenangan pemerintah Federal
3. Kewenangan State
4. Jenis kepentingan (type of interests)
7.Responsibility Mengacu pada:
1.UNCLOS 1982
2.Kewenangan pemerintah Federal
3.Kewenangan State
4.Jenis Hak dan Kepentingan
2. Kewenangan 1. Federal
Pengelolaan 2. Propinsi
(Authority) 3. Teritori
4. Kotamadya (lokal atau regional).
6. Restriction Berdasarkan:
1. UNCLOS 1982
2. Kewenangan pemerintah Federal
3. Kewenangan State
4. Jenis kepentingan (type of interests)
Tim Peneliti
Gunardi Kusumah, MT
Abdul Wakhid, M.Pi
Hadiwijaya L. Salim, S.Si
Aris W. Widodo, ST
Langgeng Nurdiansah, M.Si
Hari Prihatno, ST
LEGENDA :
DAERAH BEBAS RANJAU DAERAH LATIHAN TNI-AL
Abiotik
deskriptif
Biotik
Usulan Model
Skenario AHP Prioritas
Pemanfaatan Pemanfaatan
Zonasi Pemanfaatan
Laut Wilayah Selat
Pemanfaatan Laut
Madura
Regulasi
deskriptif
Sosial -
Kelembagaan
Analisa
Tahapan Analisa yang Dilakukan :
• Menganalisis prioritas pemanfaatan laut secara kuantitatif dengan metoda AHP
(Analytical Hierarchy Process), sebagai masukkan bagi peta rencana pemanfaatan
wilayah laut
• Mengkaji status regulasi yang berhubungan dengan kegiatan pemanfaatan laut Selat
Madura secara deskriptif-kualitatif
• Menggabungkan faktor-faktor biotik, abiotik, sosial-kelembagaan, serta regulatif sebagai
masukkan terhadap peta prioritas pemanfaatan, secara deskriptif
• Penggunan lahan di wilayah pesisir selat madura sangat bervariasi tetapi dalam kajian ini dianalisa 4
(empat) kategori pemanfaatan, yaitu : kawasan lindung (A), kawasan wisata pantai (B), kawasan
budidaya (C), dan kawasan industri (D).
• Parameter yang digunakan untuk menetukan tingkat kepentingan dari masing- masing pemanfaatan
lahan tersebut berdasarkan aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. Dari aspek lingkungan parameter
yang digunakan pencemaran, aspek ekonomi parameter yang digunakan adalah PAD, dan
peningkatan kesejahtreraan masyarakat sedangkan dari aspek sosial adalah kesempatan kerja.
Analisa (4)…
A
c. Matriks Data Normal dari setiap kriteria 0,05 0,608 0,61 0,597 0,1
0,55
Kesejahteraan Penyerapan B
Kriteria Pencemaran PAD
Masyarakat Tenaga Kerja 0,15 0,122 0,2 0,119 X 0,3 =
0,13
A 0,05 0,608 0,61 0,597
C
B 0,15 0,122 0,2 0,119 0,35 0,203 0,07 0,199 0,1
0,2
C 0,35 0,203 0,07 0,199 D
0,45 0,068 0,12 0,085 0,5
D 0,45 0,068 0,12 0,085 0,12