Standar Asuhan Keperawatan Thypoit
Standar Asuhan Keperawatan Thypoit
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Demam typoid (enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala deman yang lebih dari satu minggu, gangguan
pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Susilaningrum, 2013)
Demam tipoid (entric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih dari 1 minggu, gangguan pada
pencernaan dan kesadaran . penyakit infeksi pada salmonella (salmonellosis) ialah
golongan penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah besar spesies yang
tergolong dalam genus salmonella, yang biasanya mengenai saluran cerna (Sodikin,
2011)
2. Etiologi
Salmonella typosa : basil gram negative,berbulu getar, tidak berspora. Masa
tunas 14-20 hari. Mempunyai 3 antigen yaitu :
a) Antigen O : somatic, terdiri zat kompleks lipopolisakarida
b) Antigen H : flagella
c) Antigen Vi : simpai kuman
Dalam serum penderita, terdapat zat (agglutinin) terhadap tiga macam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana anaerob pada suhu 15-41OC (Optimum
37OC) dan pH pertumbuhan 6 – 8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan,
sistem imun yang rendah, feses, urine, makanan / minuman yang terkontaminasi,
fomitus, dan lain sebagainya
3. Klasifikasi
Tipe demam berdasarkan pola dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Pada kondisi demam, dapat berlangsung lebih dari 7 hari, febris reminten, suhu
tubuh berangsur meningkat
b. Ada gangguan saluran pencernaan, bau nafaas tidak sedap,bibir kering pecah-
pecah (ragaden), lidah ditutpi selaput putih kotor (coated tongue, lidah limfoid)
ujung dan tepinya kemerahan, biasanya disertai konstipasi, kadang diare, mual
muntah, dan jarang kembung.
c. Gangguan kesadaran, kesadaran pasien cenderung turun, tidak seberapa dalam,
apatis sampai somnolen, jarang sopor, koma atau gelisah
d. Relaps (kambung) berulangnya gejala tifus tapi berlangsung ringan dan lebih
singkat.
Proses ini terjadi pada masa tunas dan berakhir saat sel-sel retukuloendoteal
melepaskan kuman kedalam peredaran darah dan menimbulkan bakteremia untuk
kedua kali. Kemudian kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama
limp, usus dan kandung empedu
Pada minggu I, terjadi hyperplasia plaks player pada kelenjar limfoid usus halus.
Minggu II terjadi nekrosis. Minggu III terjadi ulserasi plaks player. Minggu IV
terjadi penyembuhan dengan menimbulkan sikatrik, ulkus dapat menyebabkan
perdarahan sampai perforasi usus, hepar, kelenjar mesenterikal dan limpa membesar.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala saluran cerna karena
kelainan pada usus halus.
5. Tanda & gejala
a. Demam : khas (pelana kuda) demam 3 minggu, sifat febris remotten dan suhu
tidak seberapa tinggi. Minggu I : suhu meningkat tiap hari,menurun pada pagi
hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. minggu II : pasien terus
beada dalam keadaan demam. Minggu III : suhu tubuh berangsur turun dan
normal pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan saluran pencernaan : mulut; nafas berbau tidak sedap,bibir kering,
dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan
tepi kemerahan, jarang disertai tremor, anoreksia, mual dan perasaan tidak enak
di perut. Abdomen kembung(meteorismus), hepatomegali dan splenomegali
disertai nyeri tekan perabaan. Biasa ddi sertai konstipasi,kadang normal,dapat
terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran : kesadaran menurun yaitu apatis sampai somnolen, jarang
terjadi spoor, koma atau gelisah.
d. Nyeri otot dan kepala
e. Bintik merah pada kulit(roseola) akibat emboli basil dalam kapiler kulit.
f. Epistaksis
g. Prodormal : tidak enak badan, lesu,nyeri kepala,pusing, tidak bersemangat
6. Komplikasi
1) Pada usus halus
a. Perdarahan usus : diketahui dengan pemeriksaan tinja dengan benzidin.
Dapat terjadi melena. Disertai nyeri perut dengan tanda renjatan
b. Perforasi usus : biasa terjadi pada minggu III bagian distal ileum. Perforasi
yang tidak disertai peritonitis terjadi bila ada udara di rongga peritoneum
dengan tanda pekak hati menghilang, terdapat udara di hati dan diafragma
pada foto RO abdomen posisi tegak
c. Peritonitis : gejala akut abdomen yang ditemui nyeri perut hebat, dinding
abdomen tegang ( defence musculair), dan nyeri tekan
2) Luar usus halus
Terdapat lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterinemia) seperti meningitis,
kolesistitis, ensefalopati dll. Infeksi sekunder : bronkopneumonia. Masukan
nutrisi kurang : dehidrasi dan asidosis dan perspirasi : suhu tubuh tinggi.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
a) Pemeriksaan darah tepi : terdapat gambaran leucopenia, limpositosis relative
dan eosinofilia pada awala penyakit, anemia, trobositopenia ringan dan
pemeriksaan SGOT serta SGPT pada keadaan demam thypoid biasanya
meningkat dan akan kembali normal setelah sembuh.
b) Pemeriksaan sumsum tulang : gambaran sumsum tulang berupa hiperaktif RES
dengan adanya sel makrofag dan sistem eritropoesis, granulopoesis dan
trombopoesis berkurang.
c) Biakan/kultur empedu : basil salmonella typosa ditemukan pada darah (minggu
I), feses dan urin. Hasil (+) untuk menegakkan diagnose, hasil (-) menetukan
penderita sembuh dan tidak menjadi karier.
d) Pemeriksaan widal
1) Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi antara serum pasien (antibodi)
dengan suspense antigen salmonella typosa. Hasil positif bila terjadi reaksi
aglutinasi.
2) Cara dengan mengencerakan serum, maka kadar zat anti dapat ditentukan,
dengan pengenceran tertinggi yang masih dapat menimbulkan reaksi
aglutinasi
3) Untuk mendiagnosa diperlukan titer zat anti terhadap antigen 0 yang bernilai
1/200/ lebih atau menunjukkan kenaikkan yang proresif, sedangkan titer zat
anti terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna karena
titer H akan tetap tinggi setelah di lakukan imunisasi, mencapai puncaknya
bersamaan dengan penyembuhan pasien.
4) Pemeriksaan widal tidak selalu positif walau pasien menderita thypoid
abdominalis (negative semu ). Sebaliknya titer dapat positif semu karena
keadaan sebagai berikut :
a. Titer 0 dan H tingii karena terdapat agglutinin normal karena infeksi
basil coli pathogen pada usus
b. Neonates : zat anti diperoleh dari ibu lewat tali pusat
c. Terdapat infeksi silang dengan Rikettsia (well felix)
d. Imunisasi alamiah karena masuknya basil per oral pada keadaan infeksi
subklinis.
8. Penatalaksanaan Medik
1. Perawatan
a. Ampisilin.
b. Amoxicillin
b. Pemeriksaan fisik
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 41°C muka kemerahan.
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
1 Hipertemia b/d NOC : Thermoregulation NIC :
proses infeksi Kriteria Hasil : Fever treatment
salmonella thyposa Suhu tubuh dalam Monitor suhu sesering mungkin
rentang normal Monitor IWL
Definisi : suhu Nadi dan RR dalam Monitor warna dan suhu kulit
tubuh naik diatas rentang normal Monitor tekanan darah, nadi dan
rentang normal Tidak ada perubahan RR
warna kulit dan tidak Monitor penurunan tingkat
Batasan ada pusing, merasa kesadaran
Karakteristik: nyaman Monitor WBC, Hb, dan Hct
kenaikan suhu Monitor intake dan output
tubuh diatas Kolaborasi pemberian anti piretik
rentang normal Berikan pengobatan untuk
serangan atau mengatasi penyebab demam
konvulsi Selimuti pasien
(kejang) Lakukan tapid sponge
kulit Kolaboraikan dengan dokter
kemerahan mengenai pemberian cairan
pertambahan intravena sesuai program
RR Kompres pasien pada lipat paha
Takikardi dan aksila
saat disentuh Tingkatkan sirkulasi udara
tangan terasa Berikan pengobatan untuk
hangat mencegah terjadinya menggigil
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan
dengan faktor
biologis, psikologis
atau ekonomi.
4 Gangguan pola NOC: NIC :
defeksi : diare b/d Bowel elimination Diarhea Management
proses peradangan Fluid Balance Evaluasi efek samping
pada dinding usus Hydration pengobatan terhadap
halus Electrolyte and Acid gastrointestinal
base Balance Ajarkan pasien untuk
Kriteria Hasil : menggunakan obat antidiare
Feses berbentuk, BAB Instruksikan pasien/keluarga
sehari sekali- tiga hari untukmencatat warna, jumlah,
Menjaga daerah sekitar frekuenai dan konsistensi dari
rectal dari iritasi feses
Tidak mengalami diare Evaluasi intake makanan yang
Menjelaskan penyebab masuk
diare dan rasional Identifikasi factor penyebab dari
tendakan diare
Mempertahankan Monitor tanda dan gejala diare
turgor kulit Observasi turgor kulit secara
rutin
Ukur diare/keluaran BAB
Hubungi dokter jika ada
kenanikan bising usus
Instruksikan pasien untukmakan
rendah serat, tinggi protein dan
tinggi kalori jika memungkinkan
Instruksikan untuk menghindari
laksative
Ajarkan tehnik menurunkan
stress
Monitor persiapan makanan yang
aman
5 Resiko tinggi NOC: NIC :
trauma fisik b/d Knowlwdge : personel Environmental Management
gangguan mental, safety safety
delirium/psikosis Safety behavior : falls Sediakan lingkungan yang aman
Prevention untuk pasien
Safety Behavior : Falls Identifikasi kebutuhan keamanan
Occurance pasien, sesuai dengan kondisi
Safety behavior : fisik dan fungsi kognitif pasien
Physical injury dan riwayat penyakit terdahulu
pasien
Menghindarkan lingkungan yang
berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
Memasang side rail tempat tidur
Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
Menempatkan saklar lampu
ditempat yang mudah dijangkau
pasien.
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang
cukup
Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit
Daftar Pustaka