Anda di halaman 1dari 20

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TYPOIT

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Demam typoid (enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala deman yang lebih dari satu minggu, gangguan
pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Susilaningrum, 2013)

Demam tipoid (entric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih dari 1 minggu, gangguan pada
pencernaan dan kesadaran . penyakit infeksi pada salmonella (salmonellosis) ialah
golongan penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah besar spesies yang
tergolong dalam genus salmonella, yang biasanya mengenai saluran cerna (Sodikin,
2011)

2. Etiologi
Salmonella typosa : basil gram negative,berbulu getar, tidak berspora. Masa
tunas 14-20 hari. Mempunyai 3 antigen yaitu :
a) Antigen O : somatic, terdiri zat kompleks lipopolisakarida
b) Antigen H : flagella
c) Antigen Vi : simpai kuman
Dalam serum penderita, terdapat zat (agglutinin) terhadap tiga macam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana anaerob pada suhu 15-41OC (Optimum
37OC) dan pH pertumbuhan 6 – 8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan,
sistem imun yang rendah, feses, urine, makanan / minuman yang terkontaminasi,
fomitus, dan lain sebagainya
3. Klasifikasi
Tipe demam berdasarkan pola dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Pada kondisi demam, dapat berlangsung lebih dari 7 hari, febris reminten, suhu
tubuh berangsur meningkat
b. Ada gangguan saluran pencernaan, bau nafaas tidak sedap,bibir kering pecah-
pecah (ragaden), lidah ditutpi selaput putih kotor (coated tongue, lidah limfoid)
ujung dan tepinya kemerahan, biasanya disertai konstipasi, kadang diare, mual
muntah, dan jarang kembung.
c. Gangguan kesadaran, kesadaran pasien cenderung turun, tidak seberapa dalam,
apatis sampai somnolen, jarang sopor, koma atau gelisah
d. Relaps (kambung) berulangnya gejala tifus tapi berlangsung ringan dan lebih
singkat.

4. Patofisiologo & Pathway


Penularan salmonella typi dapat ditullarkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5f yaitu : food (makanan), fingers (jari tangan/kuku), fomitus (muntah), fly
(lalat), dan melalui feses. Feses dan muntah pada penderita thypoid
dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut
dapat ditularkan melalui perantara lalat dimana lalat akan hinggap di
makanan yang akan di makan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Sebagian kuman akan di musnahkan oleh asam lambung, sebagian masuk ke usus
halus, jaringan limfoid dan berkembangbiak menyerang vulli usus halus. Kemudian
kuman masuk keperedaran darah ( bakteremia primer ) dan mencapai sel-
sel retikuloendoteal,hati,limpa, dan organ lain.

Proses ini terjadi pada masa tunas dan berakhir saat sel-sel retukuloendoteal
melepaskan kuman kedalam peredaran darah dan menimbulkan bakteremia untuk
kedua kali. Kemudian kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama
limp, usus dan kandung empedu
Pada minggu I, terjadi hyperplasia plaks player pada kelenjar limfoid usus halus.
Minggu II terjadi nekrosis. Minggu III terjadi ulserasi plaks player. Minggu IV
terjadi penyembuhan dengan menimbulkan sikatrik, ulkus dapat menyebabkan
perdarahan sampai perforasi usus, hepar, kelenjar mesenterikal dan limpa membesar.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala saluran cerna karena
kelainan pada usus halus.
5. Tanda & gejala
a. Demam : khas (pelana kuda) demam 3 minggu, sifat febris remotten dan suhu
tidak seberapa tinggi. Minggu I : suhu meningkat tiap hari,menurun pada pagi
hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. minggu II : pasien terus
beada dalam keadaan demam. Minggu III : suhu tubuh berangsur turun dan
normal pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan saluran pencernaan : mulut; nafas berbau tidak sedap,bibir kering,
dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan
tepi kemerahan, jarang disertai tremor, anoreksia, mual dan perasaan tidak enak
di perut. Abdomen kembung(meteorismus), hepatomegali dan splenomegali
disertai nyeri tekan perabaan. Biasa ddi sertai konstipasi,kadang normal,dapat
terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran : kesadaran menurun yaitu apatis sampai somnolen, jarang
terjadi spoor, koma atau gelisah.
d. Nyeri otot dan kepala
e. Bintik merah pada kulit(roseola) akibat emboli basil dalam kapiler kulit.
f. Epistaksis
g. Prodormal : tidak enak badan, lesu,nyeri kepala,pusing, tidak bersemangat

6. Komplikasi
1) Pada usus halus
a. Perdarahan usus : diketahui dengan pemeriksaan tinja dengan benzidin.
Dapat terjadi melena. Disertai nyeri perut dengan tanda renjatan
b. Perforasi usus : biasa terjadi pada minggu III bagian distal ileum. Perforasi
yang tidak disertai peritonitis terjadi bila ada udara di rongga peritoneum
dengan tanda pekak hati menghilang, terdapat udara di hati dan diafragma
pada foto RO abdomen posisi tegak
c. Peritonitis : gejala akut abdomen yang ditemui nyeri perut hebat, dinding
abdomen tegang ( defence musculair), dan nyeri tekan
2) Luar usus halus
Terdapat lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterinemia) seperti meningitis,
kolesistitis, ensefalopati dll. Infeksi sekunder : bronkopneumonia. Masukan
nutrisi kurang : dehidrasi dan asidosis dan perspirasi : suhu tubuh tinggi.

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
a) Pemeriksaan darah tepi : terdapat gambaran leucopenia, limpositosis relative
dan eosinofilia pada awala penyakit, anemia, trobositopenia ringan dan
pemeriksaan SGOT serta SGPT pada keadaan demam thypoid biasanya
meningkat dan akan kembali normal setelah sembuh.
b) Pemeriksaan sumsum tulang : gambaran sumsum tulang berupa hiperaktif RES
dengan adanya sel makrofag dan sistem eritropoesis, granulopoesis dan
trombopoesis berkurang.
c) Biakan/kultur empedu : basil salmonella typosa ditemukan pada darah (minggu
I), feses dan urin. Hasil (+) untuk menegakkan diagnose, hasil (-) menetukan
penderita sembuh dan tidak menjadi karier.
d) Pemeriksaan widal
1) Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi antara serum pasien (antibodi)
dengan suspense antigen salmonella typosa. Hasil positif bila terjadi reaksi
aglutinasi.
2) Cara dengan mengencerakan serum, maka kadar zat anti dapat ditentukan,
dengan pengenceran tertinggi yang masih dapat menimbulkan reaksi
aglutinasi
3) Untuk mendiagnosa diperlukan titer zat anti terhadap antigen 0 yang bernilai
1/200/ lebih atau menunjukkan kenaikkan yang proresif, sedangkan titer zat
anti terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna karena
titer H akan tetap tinggi setelah di lakukan imunisasi, mencapai puncaknya
bersamaan dengan penyembuhan pasien.
4) Pemeriksaan widal tidak selalu positif walau pasien menderita thypoid
abdominalis (negative semu ). Sebaliknya titer dapat positif semu karena
keadaan sebagai berikut :
a. Titer 0 dan H tingii karena terdapat agglutinin normal karena infeksi
basil coli pathogen pada usus
b. Neonates : zat anti diperoleh dari ibu lewat tali pusat
c. Terdapat infeksi silang dengan Rikettsia (well felix)
d. Imunisasi alamiah karena masuknya basil per oral pada keadaan infeksi
subklinis.

8. Penatalaksanaan Medik
1. Perawatan

a. Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan usus.


b. Mobilisasi sesuai dengan kondisi.
c. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah dekubitus
2. Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring,
kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan
penderita. Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar
sesuai dengan keadaan penderita. Makanan disesuaikan baik kebutuhan kalori,
protein, elektrolit, vitamin maupun mineralnya serta diusahakan makan yang
rendah/bebas selulose, menghindari makanan yang iritatif. Pada penderita
gangguan kesadaran maka pemasukan makanan harus lebih di perhatikan.
3. Obat-obatan

Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sum-sum tulang,


dosis 50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek sampingnya adalah Anaplastik
anemia Obat lain : - Kotrimoksazol ( TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis)

a. Ampisilin.

b. Amoxicillin

B. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian Perawatan
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan
diagnosa medik
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak turun-
turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan
kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam
tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam thypoid.
5) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
6) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan
muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak
makan sama sekali.
b) Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine
menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam thypoid terjadi
peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan
merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
c) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak
terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
e) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit
anaknya.
f) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya
tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pada klien.

b. Pemeriksaan fisik
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 41°C muka kemerahan.
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).

Diagnose & Rencana Keperawatan


1. Hipertemia b/d proses infeksi salmonella thyposa
2. Resiko defisit volume cairan b/d pemasukan yang kurang, mual, muntah/pengeluaran
yang berlebihan, diare, panas tubuh
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang
akibat mual, muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare.
4. Gangguan pola defeksi : diare b/d proses peradangan pada dinding usus halus
5. Perubahan pola defeksi : konstipasi b/d proses peradangan pada dinding usus halus,
6. Resiko tinggi trauma fisik b/d gangguan mental, delirium/psiko

No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
1 Hipertemia b/d NOC : Thermoregulation NIC :
proses infeksi Kriteria Hasil : Fever treatment
salmonella thyposa  Suhu tubuh dalam  Monitor suhu sesering mungkin
rentang normal  Monitor IWL
Definisi : suhu  Nadi dan RR dalam  Monitor warna dan suhu kulit
tubuh naik diatas rentang normal  Monitor tekanan darah, nadi dan
rentang normal  Tidak ada perubahan RR
warna kulit dan tidak  Monitor penurunan tingkat
Batasan ada pusing, merasa kesadaran
Karakteristik: nyaman  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 kenaikan suhu  Monitor intake dan output
tubuh diatas  Kolaborasi pemberian anti piretik
rentang normal  Berikan pengobatan untuk
 serangan atau mengatasi penyebab demam
konvulsi  Selimuti pasien
(kejang)  Lakukan tapid sponge
 kulit  Kolaboraikan dengan dokter
kemerahan mengenai pemberian cairan
 pertambahan intravena sesuai program
RR  Kompres pasien pada lipat paha
 Takikardi dan aksila
 saat disentuh  Tingkatkan sirkulasi udara
tangan terasa  Berikan pengobatan untuk
hangat mencegah terjadinya menggigil

Faktor faktor yang Temperature regulation


berhubungan :  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
 penyakit/  Rencanakan monitoring suhu
trauma secara kontinyu
 peningkatan  Monitor TD, nadi, dan RR
metabolisme  Monitor warna dan suhu kulit
 aktivitas yang  Monitor tanda-tanda hipertermi
berlebih dan hipotermi
 pengaruh  Tingkatkan intake cairan dan
medikasi/anaste nutrisi
si  Selimuti pasien untuk mencegah
 ketidakmampua hilangnya kehangatan tubuh
n/penurunan  Ajarkan pada pasien cara
kemampuan
mencegah keletihan akibat panas
untuk  Diskusikan tentang pentingnya
berkeringat pengaturan suhu dan
 terpapar kemungkinan efek negatif dari
dilingkungan kedinginan
panas  Beritahukan tentang indikasi
 dehidrasi terjadinya keletihan dan
 pakaian yang penanganan emergency yang
tidak tepat diperlukan
 Ajarkan indikasi dari hipotermi
dan penanganan yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Resiko defisit NOC: Fluid management :
volume cairan b/d  Fluid balance  Timbang popok/pembalut jika
pemasukan yang  Hydration diperlukan
kurang, mual,  Nutritional Status :  Pertahankan catatan intake dan
muntah/pengeluara Food and Fluid Intake output yang akurat
n yang berlebihan, Kriteria Hasil :  Monitor status hidrasi (
diare, panas tubuh  Mempertahankan kelembaban membran mukosa,
urine output sesuai nadi adekuat, tekanan darah
Definisi : dengan usia dan BB, ortostatik ), jika diperlukan
Penurunan cairan BJ urine normal, HT  Monitor vital sign
intravaskuler, normal  Monitor masukan makanan /
interstisial,  Tekanan darah, nadi, cairan dan hitung intake kalori
dan/atau suhu tubuh dalam harian
intrasellular. Ini batas normal  Lakukan terapi IV
mengarah ke  Tidak ada tanda tanda  Monitor status nutrisi
dehidrasi, dehidrasi, Elastisitas  Berikan cairan
kehilangan cairan turgor kulit baik,  Berikan cairan IV pada suhu
dengan membran mukosa ruangan
pengeluaran lembab, tidak ada rasa  Dorong masukan oral
sodium haus yang berlebihan  Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
Batasan
 Dorong keluarga untuk
Karakteristik
membantu pasien makan
Kelemahan
 Tawarkan snack ( jus buah, buah
 Haus segar )
 Penurunan  Kolaborasi dokter jika tanda
turgor cairan berlebih muncul meburuk
kulit/lidah · Atur kemungkinan tranfusi
 Membran · Persiapan untuk tranfusi
mukosa/kulit
kering
 Peningkatan
denyut nadi,
penurunan
tekanan darah,
penurunan
volume/tekanan
nadi
 Pengisian vena
menurun
 Perubahan
status mental
 Konsentrasi
urine meningkat
 Temperatur
tubuh
meningkat
 Hematokrit
meninggi
 Kehilangan
berat badan
seketika
(kecuali pada
third spacing)
Faktor-faktor yang
berhubungan:
 Kehilangan
volume cairan
secara aktif
 Kegagalan
mekanisme
pengaturan
3 Resiko NOC : Nutrition Management
ketidakseimbangan Nutritional Status : food  Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari and Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh Kriteria Hasil : menentukan jumlah kalori dan
b/d intake kurang  Adanya peningkatan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
akibat mual, berat badan sesuai  Anjurkan pasien untuk
muntah, anoreksia, dengan tujuan meningkatkan intake Fe
atau output yang  Berat badan ideal  Anjurkan pasien untuk
berlebihan akibat sesuai dengan tinggi meningkatkan protein dan
diare. badan vitamin C
 Mampu  Berikan substansi gula
Definisi : Intake mengidentifikasi  Yakinkan diet yang dimakan
nutrisi tidak cukup kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk
untuk keperluan  Tidak ada tanda tanda mencegah konstipasi
metabolisme tubuh. malnutrisi  Berikan makanan yang terpilih (
 Tidak terjadi sudah dikonsultasikan dengan
penurunan berat badan ahli gizi)
Batasan yang berarti  Ajarkan pasien bagaimana
karakteristik :
membuat catatan makanan harian.
 Berat badan 20
 Monitor jumlah nutrisi dan
% atau lebih di
kandungan kalori
bawah ideal
 Berikan informasi tentang
 Dilaporkan kebutuhan nutrisi
adanya intake  Kaji kemampuan pasien untuk
makanan yang mendapatkan nutrisi yang
kurang dari dibutuhkan
RDA
(Recomended Nutrition Monitoring
Daily  BB pasien dalam batas normal
Allowance)  Monitor adanya penurunan berat
 Membran badan
mukosa dan  Monitor tipe dan jumlah aktivitas
konjungtiva yang biasa dilakukan
pucat  Monitor interaksi anak atau
 Kelemahan otot orangtua selama makan
yang digunakan  Monitor lingkungan selama
untuk makan
menelan/mengu  Jadwalkan pengobatan dan
nyah tindakan tidak selama jam makan
 Luka, inflamasi  Monitor kulit kering dan
pada rongga perubahan pigmentasi
mulut  Monitor turgor kulit
 Mudah merasa  Monitor kekeringan, rambut
kenyang, sesaat kusam, dan mudah patah
setelah  Monitor mual dan muntah
mengunyah  Monitor kadar albumin, total
makanan protein, Hb, dan kadar Ht
 Dilaporkan atau
 Monitor makanan kesukaan
fakta adanya
 Monitor pertumbuhan dan
kekurangan
perkembangan
makanan
 Monitor pucat, kemerahan, dan
 Dilaporkan
kekeringan jaringan konjungtiva
adanya  Monitor kalori dan intake
perubahan nuntrisi
sensasi rasa  Catat adanya edema, hiperemik,
 Perasaan hipertonik papila lidah dan
ketidakmampu cavitas oral.
an untuk  Catat jika lidah berwarna
mengunyah magenta, scarlet
makanan
 Miskonsepsi
 Kehilangan
BB dengan
makanan
cukup
 Keengganan
untuk makan
 Kram pada
abdomen
 Tonus otot
jelek
 Nyeri
abdominal
dengan atau
tanpa patologi
 Kurang
berminat
terhadap
makanan
 Pembuluh
darah kapiler
mulai rapuh
 Diare dan atau
steatorrhea
 Kehilangan
rambut yang
cukup banyak
(rontok)
 Suara usus
hiperaktif
 Kurangnya
informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan
dengan faktor
biologis, psikologis
atau ekonomi.
4 Gangguan pola NOC: NIC :
defeksi : diare b/d  Bowel elimination Diarhea Management
proses peradangan  Fluid Balance  Evaluasi efek samping
pada dinding usus  Hydration pengobatan terhadap
halus  Electrolyte and Acid gastrointestinal
base Balance  Ajarkan pasien untuk
Kriteria Hasil : menggunakan obat antidiare
 Feses berbentuk, BAB  Instruksikan pasien/keluarga
sehari sekali- tiga hari untukmencatat warna, jumlah,
 Menjaga daerah sekitar frekuenai dan konsistensi dari
rectal dari iritasi feses
 Tidak mengalami diare  Evaluasi intake makanan yang
 Menjelaskan penyebab masuk
diare dan rasional  Identifikasi factor penyebab dari
tendakan diare
 Mempertahankan  Monitor tanda dan gejala diare
turgor kulit  Observasi turgor kulit secara
rutin
 Ukur diare/keluaran BAB
 Hubungi dokter jika ada
kenanikan bising usus
 Instruksikan pasien untukmakan
rendah serat, tinggi protein dan
tinggi kalori jika memungkinkan
 Instruksikan untuk menghindari
laksative
 Ajarkan tehnik menurunkan
stress
 Monitor persiapan makanan yang
aman
5 Resiko tinggi NOC: NIC :
trauma fisik b/d  Knowlwdge : personel Environmental Management
gangguan mental, safety safety
delirium/psikosis  Safety behavior : falls  Sediakan lingkungan yang aman
Prevention untuk pasien
 Safety Behavior : Falls  Identifikasi kebutuhan keamanan
Occurance pasien, sesuai dengan kondisi
 Safety behavior : fisik dan fungsi kognitif pasien
Physical injury dan riwayat penyakit terdahulu
pasien
 Menghindarkan lingkungan yang
berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
 Memasang side rail tempat tidur
 Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
 Menempatkan saklar lampu
ditempat yang mudah dijangkau
pasien.
 Membatasi pengunjung
 Memberikan penerangan yang
cukup
 Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
 Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
 Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
 Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit

6 Perubahan pola NOC: NIC: Constipation/ Impaction


defeksi : konstipasi  Bowel elimination Management
b/d proses  Hydration  Monitor tanda dan gejala
peradangan pada Kriteria Hasil : konstipasi
dinding usus halus,  Mempertahankan  Monior bising usus
bentuk feses lunak  Monitor feses: frekuensi,
setiap 1-3 hari konsistensi dan volume
 Bebas dari  Konsultasi dengan dokter tentang
ketidaknyamanan dan penurunan dan peningkatan
konstipasi bising usus
 Mengidentifikasi  Mitor tanda dan gejala ruptur
indicator untuk usus/peritonitis
mencegah konstipasi  Jelaskan etiologi dan rasionalisasi
tindakan terhadap pasien
 Identifikasi faktor penyebab dan
kontribusi konstipasi
 Dukung intake cairan
 Kolaborasikan pemberian laksatif

Daftar Pustaka

Sodikin, (2013) Asuhan Keperawatan anak Gangguan Sistem Gastronintestinal dan


Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam, Sriutami, Susilaningrum, R (2013) Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi
II. Jakarta: Salemba Medika
NANDA NIC-NOC, (2013) Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda.Edisi Revisi. Jilid I. Yogyakarta.
Lestari Titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika
Kusuma, Hardhi dan Nurarif,Huda,Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC (Jilid 1). Yogyakarta :
Mediaction Publishing
Kusuma, Hardhi dan Nurarif,Huda,Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC (Jilid 2). Yogyakarta :
Mediaction Publishing

Anda mungkin juga menyukai