Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

ANALISIS KIMIA TUMBUHAN OBAT

Analisis Piperin dalam Piperis nigri atau Piperis albi fructus

Disusun Oleh :
Yunita Catur Pratiwi 12/331117/FA/09209
Wedita Destriani 12/331128/FA/09213
Tias Delilla Kalati 12/331130/FA/09215

Golongan I/Kelompok III

LABORATORIUM ANALISIS KIMIA TUMBUHAN OBAT BAGIAN


BIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
Analisis Piperin dalam Piperis nigri atau Piperis albi fructus

SKEMA KERJA

Maserasi I ( tanpa pemanasan) Maserasi II (pemanasan ) Maserasi III (ultrasonik)

Serbukb merica 5 gram + Serbuk merica 5 gram Serbuk merica 5 gram


20 ml metanol di + 20 ml metanol di + 20 ml metanol di
erlenmeyer 100 ml erlenmeyer 100 ml erlenmeyer 100 ml

Serbuk di erlenmeyer di Di ultrasonik


Disari selama 30
letakkan diatas penangas air ( selama 5 menit 
menit  maserat
50 0 C ) selama 30 menit  diambil maserat 1 ml
diambil 1 ml
maserat diambil 1 ml

Ditotolkan di plat KLT :


Pembanding : ( 1, 2, 5, 10 µl )
Sampel : maserasi I, II dan III
sebanyak 5 µl

Sisa ekstrak dikumpulkan


jadi satu  diuapkan di atas
penangas air hingga volume 5
ml

Ditambahkan 1 ml KOH
etanolik  dilakukan
proses kristalisasi di kulkas

Dipindai dengan TLC scanner 200


– 700 nm  di semprot Dragendorff
 dihitung harga Rf bercak
HASIL DAN ANALISIS DATA

Volume Jenis track Luas Area


penotolan
1 µl Pembanding 47607.0
2 µl Pembanding 56535.7
5 µl Pembanding 73515.5
10 µl Pembanding 109577.6
5 µl Sampel A 111715.9
5 µl Sampel B 114498.5
5 µl SampelC 116384.6

Regresi linier pembanding :


Y= bx + a
b = 6764,71
a = 41367,75
r = 0,998
Y= 6764,71 x + 41367,75
Kadar sampel :
1. Sampel A
Y= 111715,9
Y= 6764,71 x + 41367,75
111715,9 = 6764,71 x + 41367,75
111715,9 − 41367,75
𝑥= = 10,40 𝜇𝑔
6764,71
µg dalam volume penotolan 5 µl
10,40 𝜇𝑔
= 2,08 𝜇𝑔⁄𝜇𝑙 = 2,08 𝑚𝑔⁄𝑚𝑙
5 𝜇𝑙
Kadar piperindalam 5 gram serbuk
2,08 𝜇𝑔 𝑏
× 100% = 0,0416%𝑏/𝑏
5000 𝑚𝑔 𝑏

Bobotdalam 1 ml ekstrakpekat
2,08 𝑚𝑔⁄𝑚𝑙 × 1𝑚𝑙 = 2,08 𝑚𝑔
2. Sampel B
Y= 114498,5
Y= 6764,71 x + 41367,75
114498,5 = 6764,71 x + 41367,75
114498,5 − 41367,75
𝑥= = 10,81 𝜇𝑔
6764,71
µg dalam volume penotolan 5 µl 
10,81 𝜇𝑔
= 2,16 𝜇𝑔⁄𝜇𝑙 = 2,16 𝑚𝑔⁄𝑚𝑙
5 𝜇𝑙
Kadar piperindalam 5 gram serbuk
2,16 𝜇𝑔 𝑏
× 100% = 0,0432%𝑏/𝑏
5000 𝑚𝑔 𝑏

Bobotdalam 1 ml ekstrakpekat
2,16 𝑚𝑔⁄𝑚𝑙 × 1𝑚𝑙 = 2,16 𝑚𝑔

3. Sampel C
Y= 116384.6
Y= 6764,71 x + 41367,75
116384,6 = 6764,71 x + 41367,75
116384,6 − 41367,75
𝑥= = 11,09 𝜇𝑔
6764,71
µg dalam volume penotolan 5 µl 
11,09 𝜇𝑔
= 2,22 𝜇𝑔⁄𝜇𝑙 = 2,22 𝑚𝑔⁄𝑚𝑙
5 𝜇𝑙
Kadar piperindalam 5 gram serbuk
2,22 𝜇𝑔 𝑏
× 100% = 0,0444 %𝑏/𝑏
5000 𝑚𝑔 𝑏

Bobotdalam 1 ml ekstrakpekat
2,22 𝑚𝑔⁄𝑚𝑙 × 1𝑚𝑙 = 2,22 𝑚𝑔
Hasil Pengamatan :

Sebelum disemprot Setelah disemprot


Totolan
UV 254 UV 366 UV 254 UV 366

Piperin 5,8 Pemadaman - Pemadaman


Rf= 8 = 0,725𝑐𝑚
Standar 1
Warna:ungu tua
µL
Piperin 5,8 Pemadaman - Pemadaman
𝑅𝑓 = = 0,725 𝑐𝑚
8
standar 2
µL
Warna: Ungu tua
Piperin 5,8 pemadaman - pemadaman
Rf= 8 = 0,725 𝑐𝑚
standar
Warna:ungu tua
5 µL
Piperin 5,8 Pemadaman - Pemadaman
Rf= 8 = 0,725 𝑐𝑚
standar 10
Warna:ungu tua
ml

Sampel A 5,8 Pemadaman - Pemadaman


Rf= 8 = 0,725 𝑐𝑚

Warna:ungu tua
Sampel B 5,8 Pemadaman - Pemadaman
Rf= 8 = 0,725 𝑐𝑚

Warna:ungu tua
Sampel C 5,8 Pemadaman - Pemadaman
Rf= 8 = 0,725 𝑐𝑚

Warna:ungu tua

Hasil penimbangan kristalisasi

Penimbangan kertas saring dan petri = 45,28


Penimbangan kertas saring dan petri + kristal = 45,84
Bobot kristaal = 0,58
PEMBAHASAN
Percobaan analisis piperin dalam Fructus Piperis nigri atau Piperis albi ini
bertujuan untuk memahami prinsip dan melakukan isolasi piperin dari fructus
Piperiris nigri atau Piperis albi beserta analisis kualitatif dan kuantitatif hasil isolasi
dengan metode kromatografi lapis tipis dan densitometri. Kandungan kimia dalam
piperis nigri atau Piperis albi antara lain kavisin, resin, amilum, piperine, piperiline,
piperoleine, poperanine, piperonal, dihdrokarveol, kanyo-fillene oksida, kariptone,
tran piocarrol, saponin, flavonoida, minyak atsiri.
Piperin merupakan senyawa alkaloid sejati derivat lysine. Disebut sejati
karena mempunyai atom N yang heterosiklis. Piperin mempunyai aksi farmakologis
sebagai stimulansia, inhibitor enzim yang mempunyai kemampuan meningkatkan
kadar obat plasma, antimalaria, dan insektisida. Struktur dari piperin:

Prinsip kerja pada percobaan ini adalah piperin disari dari buah piper dengan
methanol , dipisahkan dari senyawa resin dengan penambahan KOH-etanol 10 % b/v
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah menimbang
serbuk merica sebanyak 5 gram dilakukan tiga kali. Hal ini karena penyarian yang
dilakukan menggunakan tiga metode berbeda, yaitu maserasi tanpa pemanasan,
maserasi dengan pemanasan, dan maserasi dengan ultrasonik. Kemudian dilakukan
ekstraksi dengan ketiga metode maserasi tersebut. Serbuk yang telah ditimbang
ditambahkan pelarut methanol sebagai penyari masing-masing sebanyak 20 ml pada
labu Enlenmeyer 100 ml.lalu dilakukan metode maserasi yang berbeda untuk tiap-tiap
system, labu Erlenmeyer A dilakukan maserasi tanpa pemanasan selama 30 menit
dengan sesekali digojog, labu B dengan pemanasan selama 30 menit dengan sesekali
digojog, dan labu ketiga dengan penggojogan ultrasonic selama 5 menit.
Digunakan penyari methanol karena piperin mudah larut dalam methanol
sehingga piperin terbawa keluar oleh methanol . Selain itu methanol mudah menguap
sehingga lebih mudah dipekatkan. Sejumlah maserat dari ketiga metode lalu
dipisahkan untuk dilakukan uji KLT untuk masing-masing sampel. Sari kemudian
digabungkan dan diuapkan hingga 5 ml . Penguapan bertujuan untuk memekatkan
dengan menghilangkan pelarut methanol .
Setelah itu maserat didinginkan dan ditambahkan KOH etOH 10 % sebanyak
1 ml. Penambahan KOH etanolik 10% bertujuan untuk memisahkan senyawa resin
dari piperin dengan cara mengendapkan resin . Penambahan KOH-etanolik 10% tidak
boleh berlebihan dan tidak boleh dalam keadaan panas. Apabila penambahan KOH
etanolik berlebihan, piperin dapat terhidrolisis menjadi kalium piperinat dan piperidin
. Adanya panas akan mempercepat reakasi hidrolisis. Setelah terbentuk endapan, sari
disaring dengan menggunakan kertas saring. Penyaringan bertujuan untuk
memisahkan endapan resin .

Kromatografi Lapis Tipis


Pada percobaan kali ini dilakukan analisa kualitatif dan kuantitatif dengan
menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
adalah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan yang terdiri dari
bahan butir-butir (fase diam) ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam
atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan yang akan
ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah plat atau lapisan ditaruh dalam bejana
tertutup rapat yang berisi fase gerak yang sesuai, maka pemisahan akan terjadi selama
perambatan kapiler (Stahl, 1985).
Ekstrak sampel piperin dari ketiga metode diambil sebanyak 2 µl untuk di
deteksi. Pada sistem fase normal ini, fase diam yang digunakan bersifat polar
sedangkan fase geraknya bersifat nonpolar. Dengan demikian, ketika sampel dibawa
oleh eluen yang bersifat nonpolar, maka solut yang bersifat polar (piperin) akan
tertahan lebih lama dalam fase diam. Hal ini ditujukkan dengan besarnya Rf yang
terjadi. Semakin kecil Rf, maka jarak tempuh sampel semakin pendek, sehingga
menunjukkan bahwa solut tertahan di fase diam. Adapun fase diam yang digunakan
adalah Silika Gel G F254. Silika Gel G F254 ini merupakan silika gel yang
dibebaskan dari air dengan bahan pendukung berupa gipsum dengan penambahan
bahan fosforesence yang akan mengalami eksitasi bila terkena sinar UV pada panjang
gelombang 254 nm. Sedangkan fase gerak yang digunakan adalah diklorometan : etil
asetat (75 : 25). Pembanding yang digunakan adalah piperin 1 mg/ml yang ditotolkan
sebanyak 1, 2, 5, dan 10 µl, sehingga total terdapat tujuh totolan pada plat KLT.
Setelah dilakukan penotolan, dilakukan elusi di dalam bejana yang telah
jenuh oleh fase gerak. Elusi berlangsung dengan jarak elusi 8 cm. Dari elusi tersebut
di dapat data berupa adanya 7 bercak warna ungu pada pembanding dan pada sampel
di UV 254, sedangkan pada sinar tampak bercak tidak berwarna. Dan pada UV 366,
plat mengalami pemadaman sehingga bercak tidak tampak. Hal ini menunjukkan
bahwa sampel mempunyai jumlah gugus kromofor yang sama dengan piperin karena
warna dari bercak pada sampel sama dengan warna bercak pada pembanding.
Setelah itu, dilakukan penyemprotan menggunakan dragendorf.
Penyemprotan ini bertujuan agar bercak yang terbentuk dapat terlihat lebih jelas.
Dalam hal ini, piperin mempunyai gugus amin primer, sehingga penyemprotan
dengan dragendorf diharapkan akan memberikan penampakan yang jelas pada bercak
yang terbentuk. Setelah disemprot, lempeng dilihat pada UV 254 dan sinar tampak.
Pada sinar tampak, bercak terlihat berwarna jingga. Sedangkan pada UV 254 terlihat
berwarna hijau muda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel mempunyai
jumlah gugus kromofor yang sama dengan pembanding.
Dari analisis kualitatif di atas dapat disimpulkan bahwa sampel mempunyai
kandungan senyawa yang mempunyai jumlah gugus kromofor dan sifat kepolaran
yang sama dengan piperin.
Analisis kuantitatif selanjutnya dilakukan menggunakan densitometer.
Densitometri merupakan metode penetapan kadar suatu senyawa dengan cara
mengukur kerapatan noda senyawa pada lempeng kromatografi, menggunakan
instrumen TLC scanner, pengukuran dilakukan dengan cara mengukur serapan analit
(cahaya yang dipantulkan atau yang diteruskan), pemadaman flouresensi untuk
lapisan yang mengandung bahan berflouresensi serta berdasarkan flouresensi analit
atau hasil reaksi analit (Touchstone dan Roger, 1980).
Metode penetapan kadar dengan densitometri didahului dengan pemisahan
senyawa secara KLT. Analisis kuantitatif didasarkan atas adanya hubungan
berbanding lurus antara luas daerah di bawah kurva (AUC) dengan jumlah zat dalam
bercak. Totolan pembanding dengan berbagai konsentrasi yaitu 1, 2, 5, dan 10 µl
piperin 1 mg/ml digunakan pula sebagai kurva baku.
Dari hasil densitometer di dapat Rf dan luas area. Adapun Rf yang di dapat
pada pembanding 1 (1 µl) sebesar 0,725 dan 47607.0; pada pembanding 2 (2 µl)
sebesar 0,725 dan 56535.7; pada pembanding 3 (5 µl) sebesar 0,725 dan 73515.5; dan
pada pembanding 3 (10 µl) sebesar 0,725 dan 109577.6. Pada sampel A sebesar 0,725
dan 111715.9; sampel B sebesar 0,725 dan 114498.5; dan sampel C sebesar 0,725 dan
116384.6.
Dari seri volume penotolan pembanding dengan adanya 4 seri kadar tersebut
dapat dilakukan peghitungan kurva baku antara kadar vs luas area. Kurva baku yang
terbentuk adalah y = 6764,71 x + 41367,75. Dari persamaan kurva baku tersebut
diperoleh bobot piperin dalam 1 ml ekstrak dalam sampel A (maserasi tanpa
pemanasan) sebesar 2,08 mg dan pada sampel B (maserasi dengan pemanasan)
sebesar 2,16 mg, dan sampel C (maserasi dengan ultrasonik) sebesar 2,22 mg.
Dari data di atas dapat ditunjukkan bahwa sifat kepolaran sampel dengan
piperin standar dikatakan sama karena mempunyai Rf yang sama. Menurut literatur,
jumlah volume penotolan akan mempengaruhi kadar suatu senyawa. Akan tetapi,
hasil penotolan sampel, data yang diperoleh diluar kurva baku. Hal ini juga
disebabkan karena sampel yang terlalu pekat atau volume penotolan sampel yang
terlalu banyak, maupum rentang kurva baku yang tidak cukup lebar.

V. KESIMPULAN

1. Piperin dapat diisolasi dari buah Piper nigri atau Piper albi dengan metanol
menggunakan metode maserasi tanpa pemanasan. Dengan pemanasan, dan
dengan ultrasonic.
2. Analisis kualitatif piperin dalam sampel dilakukan dengan Kromatografi Lapis
Tipis dengan deteksi pada UV 254, UV 366 dan sinar tampak.
3. Pada UV 254 terlihat bercak berwarna ungu pada pembanding dan sampel,
memunjukkan bahwa sampel mengandung senyawa yang mempunyai jumlah
gugus kromofor yang sama dengan pembanding (piperin).
4. Deteksi dilakukan dengan penyemprotan menggunakan dragendorf.
5. Pada UV 366 tidak terlihat bercak, begitu pula pada sinar tampak.
6. Rf yang di dapat adalah 0,725 untuk sampel maupun pembanding.
7. Dilihat dari Rf yang terjadi, sampel mempunyai sifat kepolaran yang sama
dengan pembanding (piperin).
8. Bobot piperin dalam 1 ml ekstrak sampel sebesar 2, 08 mg untuk maserasi
tanpa pemanasan, 2,16 mg untuk maserasi dengan pemanasan, dan 2,22 mg
untuk maserasi dengan ultrasonik.
9. Kurva baku yang terbentuk adalah sebesar y = 6764,71 x + 41367,75.
10. Metode yang paling banyak menyari piperin dari ketigaa metode maserasi
tersebut yaitu secara berurutan dengan ultrasonic, pemanasan, dan yang
terakhir tanpa pemanasan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1976, The Merck Index, 9th Ed,merck and Co Rahway, New York.
Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Stahl, e., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi Analisis Mikroskopi,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwan Sudiro, ITB, Bandung.
Sudarsono, dkk, 1996, Tumbuhan Obat, PPOT-UGM, Yogyakarta.
Touchstone, JC., Roger, D., 1980, Thin Layer Chromatography Quantitative
Environmental and Clinical Application, a Willey Interscience Publication,
John Willey and sons, New York.

Anda mungkin juga menyukai