Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT


ANALISI ETIL PARAMETOKSI SINAMAT PADA RIMPANG
KENCUR (Kaempferia galanga, L.)

Disusun oleh :
Nur Aida Rahmawati 12/330816/FA/09111
Ulfah Julda Arifin 12/330879/FA/09133
Rasta Naya Pratita 12/330969/FA/09161
Kelas/Gol/Kel. : FBA/I/1
Tanggal praktikum :11 November 2015
Asisten Jaga : Asri, Dena, Putri
Asisten Koreksi :
Dosen Jaga : Dr. rer nat. Nanang Fakhrudin, Apt

LABORATORIUM AKTO
BAGIAN BIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
Percobaan 4
Analisis Etil Parametoksi Sinamat pada Rimpang Kencur

A. SKEMA KERJA

Serbuk Rimpang Kencur 20 g

Di ekstraksi dengan soxhlet dengan


penyari etil asetat selama 1 jam

Filtrat etil asetat

Di uapkan di atas penangas air

Isolat

Analisis KLT

B. HASIL DAN ANALISIS DATA


1. Volume Pelarut = 150 ml
2. Jumlah Sirkulasi
Sirkulasi ke- Pada menit ke- Kec. Antar Sirkulasi
1 35 -
2 41 6
3 48 7
4 51 3
5 63 12
6 68 5
7 74 6
8 78 4
9 81 3
10 85 4
11 87 2
12 91 4
13 95 4
3. Hasil KLT
Fase diam : Silika Gel F254
Fase gerak : Toluen
Penotolan pada KLT : Pembanding 10 totolan; Sampel 3 totolan
Pereaksi semprot : Anisaldehid asam sulfat
Deteksi : Sinar tampak, UV 254 nm, UV 366 nm

Sebelum disemprot

Sinar tampak UV 254 UV 366

Sesudah disemprot

Sinar Tampak
UV366
Tabel data Rf

Rf Sebelum disemprot
A B
Sinar Tampak - -

UV 254 nm 0,4125 0,45


meredam meredam
0,5
meredam
UV 366 nm - 0,1125
Fluoresensi
0,5375 0,525
Fluoresensi transparan Fluoresensi

Rf Sesudah disemprot
A B
Sinar Tampak - -

UV 366 nm - 0,0375
Tailing coklat transparan
- 0,1
Fluoresensi
- 0,225
Fluoresensi
0,5375 0,5375
Fluoresensi Fluorosensi

Keterangan

A = pembanding

B = isolat
C. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami prinsip
langkah-langkah dan mampu melakukan isolasi serta identifikasi isolat etil
parametoksi sinamat dari rimpang kencur secara kualitatif
Kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu-jamuan),
fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah, serta
campuran saus rokok pada industri rokok kretek. Secara empirik, kencur digunakan
sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum,
ekspektoran, masuk angin, dan sakit perut. Minyak atsiri dalam kencur mengandung
etil sinamat dan etil parametoksi sinamat yang banyak digunakan dalam industri
kosmetika dan sebagai obat asma dan jamur. Banyaknya manfaat kencur
memungkinkan pembudidayaannya dilakukan secara intensif.
Dalam kencur terdapat minyak atsiri yang mengandung etil parametoksi
sinamat. Etil parametoksi sinamat merupakan kandungan utama kencur. Etil
parametoksi sinamat merupakan senyawa turunan fenol. Adapun struktur etil
parametoksi sinamat sebagai berikut :

Struktur etil parametoksi sinamat


Etil parametoksi sinamat memiliki aktivitas analgetik dan diduga bertanggung
jawab pula terhadap efek penambah nafsu makan. Sebagai turunan fenol, etil
parametoksi sinamat dapat dideteksi dengan anisaldehid asam sulfat dan vanilin
asam sulfat. Sebagai ester asam sinamat dengan gugus fenol termetilasi, senyawa ini
memiliki polaritas relatif tinggi. Etil parametoksi sinamat larut dalam heksan,
protelum eter, etil asetat, larut juga dalam etanol, dan tidak larut dalam air.
Isolasi etil parametoksi sinamat dalam percobaan kali ini dilakukan dengan
cara soxhletasi. Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Proses soxhlet bermanfaat
untuk ekstraksi habis-habisan bahan tanaman dengan pelarut tertentu contohya untuk
mendapatkan 100% hasil dari komponen tertentu yang diinginkan. Berbeda dengan
refluks, metode ini terbatas untuk ekstraksi dengan pelarut murni (Campuran
azeotropictidak dapat digunakan, contohnya, heksan : diklorometan 1:1), atau pelarut
diasamkan atau dibasakan, karena uap akan memiliki komposisi yang berbeda pada
pelarut cair dalam bobot yang lebih rendah.
Pertama-tama, serbuk rimpang kencur 20 gram dimasukkan dalam wadah
kertas saring dan kedalam alat Soxhlet. Kemudian ditambahkan etil asetat sebagai
penyarinya sampai sistem ini mengalami dua sirkulasi. Hal ini dilakukan agar
sirkulasi ini dapat terjadi secara kontinu. Satu kali sirkulasi dapat diartikan sebagai
satu kali proses maserasi. Dalam percobaan ini praktikan membutuhkan 150 mL etil
asetat untuk mengalami sirkulasi. Kemudian dilakukan ekstraksi selama satu jam.
Terjadi tiga belas kali sirkulasi dalam 1 jam yang masing masing terjadi pada menit
ke 35; 41; 48; 51; 63; 68; 74; 78; 81; 85; 87; 91; dan 95. Inilah yang menjadi
keuntungan menggunakan soxhlet karena dalam waktu satu jam didapatkan tiga
belas kali sirkulasi yang sama artinya dengan melakukan 13 kali maserasi. Selain itu,
penyari yang digunakan jauh lebih hemat jika dibandingkan dengan maserasi
ataupun perkolasi. Namun terdapat pula kekurangan pada metode ini, pertama adalah
ekstrak yang terkumpul dalam kontainer akan terus mengalami pemanasan yang
mungkin dapat merusak senyawa yang ada. Kedua, jumlah total dari substansi
tertentu ekstrak akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu. Ketiga, jika
dalam pengoperasiannya dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok bila
menggunakan pelarut yang memiliki titik didih tinggi, seperti metanol dan air karena
semua piranti dibawah kondensor perlu berada pada suhu ini untuk pergerakan
efektif uap pelarut.
Penyari yang digunakan adalah etil asetat karena etil parametoksi sinamat larut
dalam etil asetat. Selain itu etil asetat dinilai lebih selektif dibandingkan dengan
etanol karena etanol dapat melakukan banyak senyawa. Etil asetat memili polaritas
diantara eter dan kloroform. Sampel bahan yang digunakan berupa serbuk agar luas
permukaan kontak antara bahan dan penyari besar sehingga penyarian lebih
sempurna. Larutnya zat aktif akan terjadi apabila cairan penyari menembus dinding
sel dan masuk ke dalam rongga sel. Di dalam rongga sel inilah terdapat zat aktif
yang dapat larut dalam cairan penyari.
Proses keluarnya zat aktif dari rongga sel disebabkan karena adanya perbedaan
kadar antara larutan zat aktif di dalam dan di luar sel, sehingga terjadi difusi zat aktif
ke luar sel. Oleh karena itu, pada proses maserasi perlu dilakukan pengadukan untuk
mengacaukan gradien konsentrasi larutan zat aktif di luar sel sehingga konsentrasi
zat aktif di luar sel pada tiap bagian larutan sama besar. Hal ini akan memudahkan
terjadinya proses difusi zat aktif dari dalam ke luar sel. Gradien konsentrasi adalah
kondisi dimana konsentrasi zat aktif dalam larutan di luar sel paling besar terdapat di
daerah yang dekat dengan sampel yang dimaserasi. Makin jauh dari sampel yang
termaserasi, konsentrasi zat aktif yang terlarut di luar sel makin sedikit.
Setelah dilakukan ekstraksi selama satu jam, filtrat yang diperoleh diuapkan
pada cawan porselin (yang telah ditara) diatas penangas air hingga kering. Kemudian
ditimbang dan diambil secuplik dilarutkan dalam methanol untuk dilakukan uji KLT.
Fase diam yang digunakan adalah silika gel F254. Fase diam ini terdiri dari
lempeng silika yang dilapisi senyawa berfluoresensi di bawah UV 254. Jika terdapat
senyawa (bercak) yang dapat mengabsorpsi sinar UV, maka akan terjadi peredaman
pada lempeng silika karena sebagian energi diserap oleh senyawa tersebut, sehingga
lempeng silika tidak berfluoresensi. Fase diam ini bersifat polar. Fase gerak yang
dipilih bersifat non polar, yaitu toluen. Dengan demikian senyawa-senyawa non
polar akan lebih mudah terbawa fase gerak. Sedangkan senyawa-senyawa polar akan
lebih tertahan pada fase diam.
Pada plat silica Sampel ditotolkan F254 nm ditotolkan pembanding (A)
sebanyak 10 totolan dan sampel isolate (B) sebanyak 3 totolan. Kemudian totolan
tersebut dilihat di bawah sinar UV 254 nm. Sebagai pembanding digunakan etil
parametoksi sinamat standar. Sampel yang telah terlihat menandakan penotolan telah
cukup dan dielusi pada bejana yang telah berisi fase gerak yang telah jenuh dengan
jarak elusi 8 cm. Fase gerak yang telah jenuh ditandai dengan kertas saring yang
telah terbasahi dengan fase gerak seluruhnya. Setelah pengembangan selesai, plat
diambil dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan dideteksi dengan sinar
UV 254 nm dan UV 366 nm dan pereaksi semprot anisaldehid asam sulfat yang
kemudian dipanaskan 110°C selama 5 menit.
Setelah di lakukan tahapan analisis,sebelum dilakukan penyemprotan dengan
pereaksi semprot anisaldehid asam sulfat, pengamatan KLT pada sinar tampak tidak
terdapat spot bercak. Sedangkan di bawah sinar UV 254 nm terdapat dua spot bercak
yang meredam pada pembanding yaitu dengan Rf 0,4125 dan 0,5 serta satu spot
bercak yang meredam dengan Rf 0,45 pada sampel hasil isolasiMunculnya dua
bercak seharusnya tidak terjadi karena pembanding hanya mengandung etil
parametoksi sinamat. Hal ini dimungkinkan karena rusaknya pembanding atau
terjadinya degradasi pada larutan pembanding. Sedangkan di bawah sinar UV 366
nm, terdapat satu spot bercak fluoresensi dengan Rf 0,5375 pada pembanding dan
dua spot bercak fluoresensi dengan Rf 0,1125 & 0,535 pada sampel hasil isolasi.
Deteksi dengan pereaksi semprot dilakukan dengan anisaldehid asam sulfat dan
dilanjutkan pemanasan 110oC selama 10 menit. Anisaldehid asam sulfat pekat
merupakan pereaksi yang digunakan untuk deteksi minyak atsiri. Pereaksi semprot lain
yang digunakan untuk deteksi minyak atsiri diantaranya vanillin asam sulfat dan asam
fosfomolibdat. (Wagner, 1984). Pemanasan berfungsi untuk meningkatkan intensitas
warna hasil penyemprotan. Anisaldehid Asam Sulfat akan mengabstraksi proton dari
senyawa uji sehingga terbentuk senyawa ikatan rangkap terkonjugasi. Reaksi
pengabstrakan proton terjadi satu per satu secara berurutan sehingga semakin lama
ikatan rangkap terkonjugasi semakin panjang dan warna menjadi terlihat.
Setelah dilakukan penyemprotan dengan anisaldehid asam sulfat, tidak
terdapat spot bercak pada pengamatan sinar tampak. Sedangkan pengamatan KLT di
bawah sinar UV 366 nm, terdapat empat spot bercak yang berfluoresensi dengan Rf
0,0375; 0,1; 0,225 dan 0,5375 pada sampel hasil isolasi dan satu spot bercak
berfluoresensi dengan Rf 0,5375 pada pembanding. Sehingga memberikan gambaran
bahwa senyawa yang dideteksi memiliki kemiripan struktur. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa sampel hasil isolasi mengandung etil parametoksi sinamat

D. KESIMPULAN
1. Etil parametoksi sinamat dapat diisolasi dengan metode soxhletasi
2. Analisis etil parametoksi sinamat dari rimpang kencur (Kaempferia galanga
Linn.) dapat dilakukan secara kualitatif dengan KLT menggunakan pembanding
standar etil parametoksi sinamat
3. Hasil KLT yang diperoleh kurang valid karena pada standar bercak terpisah
menjadi 2 yang menunjukan standar rusak
4. Secara kualitatif, sampel rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn.)
mengandung etil parametoksi sinamat
E. DAFTAR PUSTAKA
Afriastini, JJ, 1990, Bertanam Kencur, Wakarta Penebar Swadaya, Jakarta
Rosita, Rostiana, dan Haryudin, 2006, Respon Kencur (Kaempferia galanga Linn.)
Terhadap Pemupukan, Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Tumbuhan
Obat Indonesia XXVIII
Stahl, E., 1985, Analisisi Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Penerbit ITB,
Bandung
Syamsuhidayat, Sri Sugati, Jhonny R.H., 1991, Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Wagner H.,S. Bladt and EM. Zgainski, 1984, Plant Drugs Analysis., Springer-Verlag.,
Berlin

Anda mungkin juga menyukai