Disusun oleh :
Nama : Gunawan Aji Pamungkas
Magdalena Devika S
NIM : 12/331156/FA/09230
12/331165/FA/09323
Kelas/Gol/Kel. : FBA/I/5
Tanggal praktikum : 30 September 2015
Asisten Jaga : Dena, Putri,Asri
Asisten Koreksi : Dena, Putri Asri
Dosen Jaga : Prof. Dr. S. Pramono, DEA., Apt.
I. SKEMA KERJA
2. Sistem dua
a. Sistem KLT
Fase diam : Silika gel F 254
Fase gerak : n-butanol-asam asetat-air (4:1:5 v/v)
Jarak migrasi : 8 cm
Deteksi : Pereaksi semprot sitroborat
Sampel : tiap bercak 4 penotolan
b. Hasil Kromatografi
Sebelum penambahan pereaksi semprot :
c. Data Rf
Sebelum disemprot Setelah disemprot
Sampel Rf
Tampak UV 254 UV 366 Tampak UV 366
0,07 Kuning Kuning Biru
A
0,15 Kuning Kuning Biru
B1 0,2 Biru
B2 0,3 Kuning Kuning Biru
0,45 Biru Kuning
0,62 Kuning Kuning Kuning
0,82 Biru Kuning
1 Coklat Kuning kecoklatan Merah Coklat Merah
0,77 Kuning Kuning Kuning Kuning
B1
1 Coklat Kuning kecoklatan Merah Coklat Merah
0,15 Kuning
B2
0,28 Kuning
0,31 Kuning
0,46 Kuning Kuning Kuning Kuning
0,62 Kuning
1 Coklat Biru coklat
Analisis Kuantitatif
1. Absorbansi larutan baku dan persamaan regresi linier
Kadar kuersetin Absorbansi
(ppm) Tanpa AlCl3 Dengan AlCl3 Selisih absobansi
1 0,276 0,676 0,4
5 0,213 1,081 0,868
10 0,483 0,669 0,186
25 0,726 1,212 0,486
50 0,931 2,557 1,626
100 1,452 3,034 1,582
Dari data di atas, dibuat persamaan kurva baku menggunakan data
konsentrasi pada 10 ppm, 25 ppm, dan 50 ppm, sehingga diperoleh :
A = -0,2063
B = 0,0365
r = 0,981 sehingga Y = 0,0365 x – 0,2063
2. Absorbansi sampel
Sampel Absorbansi
Tanpa AlCl3 Dengan AlCl3 Selisih absobansi
A 0,513 1,696 1,183
B1 0,512 1,735 1,223
B2 0,484 2,438 1,954
b. sampel B
1,223 = 0,0365 x – 0,2063
x = 39,159 ppm
kadar dalam % = 39,159 ppm x 10-4 % = 3,9159 x 10-3 %
c. sampel C
1,954= 0,0365 x – 0,2063
x = 59,186 ppm
kadar dalam % = 59,186 ppm x 10-4 % = 5,9186 x 10-3 %
Kadar flavonoid total rata-rata dalam sampel adalah 45,469 ppm atau
4,5469 x 10-3 %
= = 4,547 x
Perhitungan % b/b ekivalen
⁄
% ⁄ ekuivalen = x 100%
⁄
%= ⁄ = ⁄
Analisis Kualitatif
Sampel uji dari larutan A, B1, dan B3 diuji menggunakan metode KLT.
Masing-masing sampel ditotolkan sebanyak 4 penotolan. Digunakan dua sistem
fase gerak yang memiliki perbedaan kepolaran, bertujuan untuk mengoptimalkan
pemisahan antara glikosida dan aglikon. Sistem pertama menggunakan fase gerak
asam asetat 15% yang sifatnya polar. Sedangkan sistem kedua menggunakan fase
gerak n-butanol : asam asetat : air (4:1:5 v/v; lapisan atas) yang bersifat nonpolar.
Menurut teori, pada sampel B1 terkandung kuersetin hasil hidrolisis dari rutin,
sedangkan pada sampel B2 tidak terkandung apa-apa, karena apabila hidrolisis
berjalan sempurna, rutin telah terurai menjadi glikon dan aglikonnya.
Pada analisis KLT dengan fase gerak asam asetat 15%, secara teori rutin
(glikosida) akan lebih terbawa oleh fase gerak daripada aglikonnya karena
glikosida bersifat lebih polar. Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan
bahwa hidrolisis yang dilakukan belum sempurna karena masih terdapat banyak
bercak baik pada sampel B1 maupun sampel B2, namun pada sampel B1 terlihat
bercak yang lebih tertahan pada fase diam dan berfluoresensi kuning pada UV366,
bercak tersebut diduga merupakan kuersetin. Pada sampel B2, masih terdapat
benyak bercak yang serupa dengan sampel A. Hal ini terjadi karena hidrolisis yang
dilakukan belum sempurna, pada percobaan di laboratorium hanya berjalan 30
menit padahal seharusnya 1 jam. Apabila hidrolisis telah berjalan sempurna maka
pada sampel B1 akan terlihat bercak kuersetin dan pada sampel B2 tidak terdapat
bercak karena hanya menyisakan gula. Selain itu pemisahan KLT yang kurang
sempurna juga menyulitkan analisis.
Pada analisis KLT dengan fase gerak butanol : asam asetat : air (4:1:5),
secara teori kuersetin (aglikon) akan lebih terbawa fase gerak daripada
glikosidanya karena aglikon bersifat lebih nonpolar. Berdasarkan hasil percobaan
pada sampel B1 terlihat bercak yang lebih terbawa fase gerak dan berfluoresensi
kuning pada UV366, bercak tersebut diduga merupakan kuersetin. Sedangkan pada
sampel B2 masih terdapat banyak bercak yang hampir serupa dengan sampel A
sehingga disimpulkan hidrolisis belum berjalan sempurna. Rutin belum terurai
menjadi glikon dan aglikonnya.
Analisi Kuantitatif
Sampel yang terdiri dari larutan sampel B1, Na asetat, aquadest, methanol,
dengan dan tanpa AlCl3 diukur absorbansinya pada panjang gelombang 415 nm.
Selisih absorbansi yang dihasilkan adalah 1,183; 1,223; dan 1,954. Kemudian
dimasukkan ke persamaan regresi linier untuk mendapatkan x, yaitu 38,063 ppm;
39,159 ppm; dan 59,186 ppm. Perhitungan kadar flavonoid total menghasilkan
4,547 x . Sedangkan % b/b ekivalen menghasilkan rata-rata
mg kuersetin/100 ml.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Bagaimana dapat diketahui bahwa hidrolisis yang dikerjakan telah sempurna?
Jawab:
IV. PUSTAKA
Anonim, 1986, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Chang, C., Yang, M., Wen, H., Chern, J., 2002, Estimation of Total Flavonoid
Content in Propolis by Two Complementary Colorimetric Methods, Journal of
Food and Drug Analysis, Vol. 10, No. 3, Pages 178-182.
Harborne, J.B., 1996, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Penerbit ITB, Bandung.
Stahl,E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, ITB, Bandung.
Wagner,H, Sabine Balat, 1996, Plant Drug Analysis, Springer Verlag Berlin,
Heidelberg, Germany.