Makalah Penyakit Infeksi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENYAKIT INFEKSI

ONE HEALTH PADA PENYAKIT BRUCELOSIS

Oleh :
Angger Annisa Pentalokasari
155130101111038
2015 B

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai penyakit yang muncul di masyarakat saat ini banyak berasal dari hewan. Hal
ini menjadi menjadi sangat penting karena penyakit dari hewan tersebut sewaktu – waktu dapat
mewabah hingga jangkauannya luas. Sehingga diperlukanlah langkah – langkah terpadu untuk
mencegah dan menanggulanginya. Mewabahnya penyakit asal hewan terkait dengan populasi
manusia, lingkungan, dan agen penyakit itu sendiri yang dapat berimplikasi pada kemunculan
suatu penyakit zoonosis. Penyakit zoonosis adalah penyakit yang ditularkan dari hewan ke
manusia atau sebaliknya. Umumnya penyakit zoonosis bersifat fatal baik pada hewan maupun
manusia. Penyakit zoonosis menurut agen penyebabnya yaitu zoonosis akibat virus, bakteri,
protozoa dan arthropoda, parasit, serta jamur.
Salah satu penyakit zoonosis karena bakteri adalah Brucellosis atau biasa dikenal
dengan penyakit keluron. Umumnya penyakit ini banyak menyerang sapi dan menyebabkan
abortus (keguguran) sedangkan pada manusia sering menyebabkan gejala – gejala saraf.
Sehingga diperlukan langkah-langkah strategis untuk mencegah dan menanggulangi
penyebaran penyakit ini.Brucellosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri genus
Brucella dan dikategorikan oleh (OIE) sebagai penyakit zoonosis (ALTON et al., 1988) .
Kuman Brucella oleh (WHO) diklasifikasikan sebagai mikroba kelompok BSL III (OIE, 2004).

Kejadian brucellosis pada manusia di Indonesia perlu segera. Tingginya angka


prevalensi brucellosis pada ternak di Indonesia yang mencapai 40% dan menyebar hampir di
seluruh propinsi di Indonesia memungkinkan untuk terjadinya penularan brucellosis ke
manusia. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pada review ini dibahas tentang brucellosis
pada hewan dan dampaknya terhadap manusia serta penanggulangannya dengan tujuan agar
masyarakat mengenal brucellosis sebagai penyakit zoonosis yang dapat menular dari hewan ke
manusia

Kunci utama dalam pengendalian zoonosis adalah adanya otoritas kesehatan hewan
yang memadai secara struktur dan fungsi. Selain itu otoritas ini juga menerapkan strategi One
Health. Konsep One Health (satu kesehatan, satu ilmu kedokteran, dan satu dunia) memiliki
tujuan untuk mengurangi risiko dampak tinggi penyakit pada ekosistem hewan-manusia. Ini
adalah sebuah pendekatan untuk menghadapi tantangan yang kompleks pada antara hewan,
manusia, dan kesehatan lingkungan termasuk penyakit darurat pandemi, krisis pangan global,
dan perubahan iklim.
.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari One Health ?


2. Apakah pengertian dari Zoonosis ?
3. Apakah pengertian dari brucelosis ?
4. Apakah peran One Health dalam penyakit brucelosis ?

1. 3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari One Health.


2. Untuk mengetahui pengertian dari Zoonosis.
3. Untuk mengetahui pengertian dari brucelosis
4. Untuk mengetahui peran One Health dalam brucelosis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian One Health


One health adalah suatu gerakan untuk menjalin kemitraan antara dokter dan dokter
hewan yang harus disepakati oleh berbagai pihak, baik organisasi medik kesehatan, kesehatan
hewan maupun kesehatan masyarakat. “One Health” merupakan aktivitas global yang penting
berdasarkan konsep bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan/ekosistem bersifat
saling bergantung satu sama lain atau interdependen, dan tenaga profesional yang bekerja dalam
area tersebut akan dapat memberikan pelayanan terbaik dengan saling berkolaborasi untuk
mencapai pemahaman yang lebih baik mengenai semua faktor yang terlibat dalam penyebaran
penyakit, kesehatan ekosistem, serta kemunculan patogen baru dan agen zoonotik, juga
kontaminan dan toksin lingkungan yag dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas
substansial, serta berdampak pada pertumbuhan sosioekonomik, termasuk pada Negara
berkembang. (Wicaksono,2010)

Salah satu sasaran konsep ‘one health’ adalah mengintegrasikan sistem pendidikan di
lingkup dan antara perguruan tinggi kedokteran, kedokteran hewan dan kesehatan masyarakat.
Upaya ini juga dimaksudkan untuk menghimbau peningkatan komunikasi lintas disiplin dalam
berbagai kesempatan, baik itu seminar, konferensi, jurnal, kuliah, maupun pengembangan
jaringan (networking) di bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Lebih lanjut, konsep
‘one health’ mempromosikan pentingnya penelitian bersama terhadap penularan lintas spesies
dan surveilans serta sistem pengendalian terintegrasi antara manusia, hewan domestik dan
hewan liar. Rintisan ini akan mendorong dan memicu penelitian perbandingan (comparative
reserach) dan akan menjadi payung dari semua penelitian-penelitian mengenai penyakit-
penyakit yang berpengaruh terhadap manusia dan hewan, termasuk diabetes, kanker, gangguan
autoimmune dan obesitas. (Khairiyah,2011)

2.2 Pengertian zoonosis

Penyakit zoonosis adalah penyakit yang ditularkan oleh hewan ke manusia dan
sebaliknya dari manusia ke hewan. Penyakit zoonosis umumnya bersifat fatal dan dapat
menimbulkan kematian. Kemunculan tak terduga dari penyakit zoonosis juga memunculkan
istilah emerging zoonosis. Istilah ini dapat didefinisikan secara luas sebagai kejadian penyakit
zoonosis dengan :
1) agen penyakit yang dikenal dan muncul pada area geografik yang berbeda,
2) agen penyakit telah dikenal atau kerabat dekatnya dan menyerang hewan yang sebelumnya
tidak rentan,
3) agen penyakit yang belum dikenal sebelumnya dan terdeteksi untuk pertama kalinya.
Sedangkan re-emerging zoonosis adalah penyakit zoonosis yang pernah mewabah dan sudah
mengalamai penurunan intensitas kejadian namun mulai menunjukkan peningkatan
kembali.(Noor,2006)
Zoonosis berasal dari bahasa Perancis "zoonotic" yang artinya penyakit yang bersumber
dari hewan dan dapat ditularkan kepada manusia yang nantinya akan berkembang menjadi
wabah. Badan / lembaga internasional yang mengurusi penyakit ini adalah OIE
(Organitation International of Epizootic) yang berada di bawah naungan lembaga kesehatan
PBB yaitu WHO. Untuk Negara berkembang seperti Indonesia, penyakit zoonosis menjadi
ancaman yang paling serius sehingga penyakit zoonosis ini mendapat perhatian khusus dari
departemen kesehatan Republik Indonesia. Untuk menangani penyakit zoonosis ini departemen
kesehatan bekerja sama dengan Dirjen peternakan dan Dirjen kesehatan hewan. Indonesia
sampai sejauh ini selalu dirundung masalah penyakit zoonosis ini dan seolah-olah kasus
penyakit zoonosis silih berganti menyerang Indonesia. Kejadian wabah penyakit zoonosis yang
paling sering terjadi di Indonesia disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit. Contoh zoonosis
yang penularannya berasal dari hewan ke manusia adalah Ebola, Marburg, Mers-Cov, dan
Avian Influenza (AI).Ancaman zoonosis dari luar yang patut diantisipasi dan diwaspadai antara
lain Ebola, MERSCoV dan Emerging Infectious Diseases (EID) lainnya. Ancaman zoonosis
dari dalam seperti Rabies, Flu Burung, Antraks, Leptospirosis, Pes dan sebagainya bersifat
sporadis sehingga diperlukan respon cepat agar setiap kejadian tidak meluas.
Melihat kepada penyakit-penyakit tersebut, di mana seluruhnya menjadi wabah dan
tantangan kesehatan dunia, Amerika Serikat menyikapinya secara tanggap. Global Health
Security Agenda (GHSA) dan One Health Strategy adalah komitmen yang dibuat untuk
menangani masalah kesehatan yang terjadi. GHSA dibuat Amerika Serikat untuk memperepat
implementasi International Health Regulation (IHR) 2005 melalui 11 paket aksi yang perlu
dilakukan negara-negara di dunia selama 5 tahun kedepan. Dalam salah satu paket aksi
Indonesia menjadi lead country yaitu zoonotic diseases dan sebagai contributing country yaitu
: antimicrobial resistance, real-time surveilance dan Linking Public Health with Law and
Multisectoral Rapid Response. Kunci utama dalam pengendalian zoonosis adalah adanya
otoritas kesehatan hewan yang memadai secara struktur dan fungsi. Selain itu otoritas ini juga
menerapkan strategi One Health. Sebagai perbandingan pengendalian zoonosis di negara maju
(Amerika Serikat) Otoritas kesehatan hewan tersebut berada dalam naungan Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) dan dikenal dengan nama National Center for
Emerging and Zoonotic Infectious Disease (NCEZID). Di Indonesia sendiri, koordinasi
pengendalian zoonosis dilakukan (Artama,2015)

2.3 Pengertian Brucelosis

Brucellosis atau dalam bahasa Jawa disebut dengan keluron merupakan penyakit pada
hewan yang disebabkan oleh bakteri Brucella sp. yang hidup dalam sel dan menimbulkan
demam. Penyakit ini dapat menular dari hewan ke manusia (zoonosis) tetapi tidak menular dari
manusia ke manusia. Brucellosis merupakan salah satu penyakit zoonosa yang tersebar di
seluruh bagian dunia dan masih bersifat endemik bagi sebagian besar negara berkembang,
termasuk di Indonesia (Doganay & Aygen 2003)
Bakteri dari genus Brucella, berbentuk kokobasili dengan panjang 0,6-1,5 μm dan lebar
0,5-0,7 μm, ditemukan secara tunggal dan terkadang berpasangan dengan morfologi yang
konstan, bersifat Gram negatif, non-motil, tidak berkapsul, tidak membentuk spora dan
anaerobik fakultatif. Dalam media biakan, koloni berbentuk seperti setetes madu bulat, halus,
permukaan cembung dan licin, mengkilap serta tembus cahaya dengan diameter 1 – 2 mm.
Secara biokimia dapat mereduksi nitrat, menghidrolisis urea, dan tidak membentuk sitrat tetapi
membentuk H2S. Pertumbuhan kuman memerlukan temperatur 20 – 400C dengan penambahan
karbondioksida (CO2) 5 - 10 % (Sulaiman dan Pormadjaya 2004).
Reservoar atau sumber penularan penyakit ini antara lain sapi, babi, kambing, domba
dan anjing. Sumber penularan yang potensial dari hewan ke manusia adalah sapi. Infeksi bisa
terjadi pada bison, rusa besar, karibu dan beberapa spesies dari rusa. B. canis kadang-kadang
menjadi masalah di tempat pemeliharaan anjing, sebagian kecil anjing peliharaan dan sebagian
besar anjing liar terbukti mempunyai titer antibodi terhadap B. canis. Anjing hutan juga terbukti
telah terinfeksi (Acha dan Boris 2003).
Sumber yang paling umum dari penyakit pada manusia adalah kontak dengan plasenta,
fetus, cairan/organ reproduksi hewan, darah dan urin. Orang-orang yang berprofesi tertentu
misalnya dokter hewan, inseminator, mantri dokter hewan, petugas rumah pemotongan hewan,
tukang perah susu mempunyai resiko tinggi tertular brucellosis jika mereka bekerja di daerah
tertular Brucella sp. dapat menembus kulit, konjungtiva dan saluran pencernaan. Brucella dapat
menyebar pada fomite (benda mati). Dokter hewan biasanya tertular saat melakukan vaksinasi
atau pemeriksaan hewan tertular, pekerja laboratorium biasanya terekspos secara aerosol saat
memproses spesimen (Noor 2006).
Penularan brucellosis pada manusia juga dapat terjadi karena mengonsumsi daging dan
susu asal hewan yang terkontaminasi bakteri Brucella sp.Penularan terbanyak pada manusia
terjadi karena mengkonsumsi susu dan produk olahannya yang tidak dipasteurisasi sempurna.
Bakteri dapat bertahan selama beberapa hari di dalam susu dan beberapa minggu atau bulan
dalam produk susu Penularan brucellosis langsung dari manusia ke manusia sangatlah jarang.
Ibu yang menyusui dapat menularkan infeksinya pada bayi mereka, antara lain melalui ASI.
Transmisi seksual juga telah dilaporkan. Meskipun tidak umum, transmisi dapat juga terjadi
melalui transfusi darah atau sumsum tulang dan transplantasi jaringan yang terkontaminasi
(Acha dan Boris 2003).
Pada hewan, Brucella sp. terdapat pada fetus, plasenta, dan lendir vagina (dapat
ditemukan pada minggu ke-4 sampai minggu ke-6 setelah abortus), semen, urin, air liur, cairan
dari rongga hidung dan mata, susu serta feses. Pada sapi, kambing, domba dan babi
penularannya terjadi per oral dan melalui perkawinan. Dapat ditularkan melalui fetus, selaput
fetal setelah aborsi dan stillbirth (lahir dalam keadaan mati), serta melalui veneral transmission
(hubungan kelamin). Brucella masuk kedalam tubuh melalui mulut, reproduksi, oronasal,
mukosa konjunctiva, luka terbuka dan melalui transfuse darah. Hewan yang mengalami
keguguran oleh brucellosis mengeluarkan bakteri B. abortus dalam jumlah besar melalui
membran fetus, cairan reproduksi, urine dan feses. Bahan-bahan tersebut akan mencemari
rumput dan air minum sehingga memungkinkan penularan antar hewan (Arut dkk. 2010)

2.4 Peran One Health dalam penyakit brucelosis


Para pakar dunia merekomendasikan “ONE HEALTH” sebagai konsep yang digunakan
untuk menjawab ancaman dan menghimbau kerjasama yang lebih terintegrasi dan sinergis
antara dokter hewan dan dokter dalam mengantisipasi kebangkitan penyakit-penyakit zoonosis
yang berpotensi epidemik.
Penerapan one health dalam memberantas penyakit brucelosis dengan berbagai cara yaitu,
adalah mengintegrasikan sistem pendidikan di lingkup dan antara perguruan tinggi kedokteran,
kedokteran hewan dan kesehatan masyarakat. Upaya ini juga dimaksudkan untuk menghimbau
peningkatan komunikasi lintas disiplin dalam berbagai kesempatan, baik itu seminar,
konferensi, jurnal, kuliah, maupun pengembangan jaringan (networking) di bidang kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat. Lebih lanjut, konsep ‘one health’ mempromosikan pentingnya
penelitian bersama terhadap penularan brucelosis dan surveilans serta sistem pengendalian
terintegrasi antara manusia, hewan domestik dan hewan liar. Konsep ‘one health’ juga akan
mendorong kemitraan yang lebih erat di antara para akademisi, industri dan pemerintah untuk
mengembangkan dan mengevaluasi metoda diagnostik baru, pengobatan brucelosis ,vaksin
brucelosis dan untuk pencegahan dan pengendalian brucelosis, bersamaan dengan upaya
bersama untuk menginformasikan dan mengedukasi para pemimpin politik dan publik tentang
bahaya penyakit brucelosis, menjelaskan bahwa penyakit brucelosis termasuk dalam golongan
penyakit zoonosis yaitu dapat menular pada manusia.
Rintisan konsep ‘one health’ akan mendorong kemitraan antara dokter dan dokter
hewan menuju penelitian dan surveilans yang lebih baik di bidang zoonotik dan penyakit-
penyakit baru muncul. Mengedepankan pertahanan dengan konsep ‘one health’ merupakan
kunci tujuan yang harus ditekankan terus menerus untuk mencapai kesehatan global. Ada
banyak pembelajaran yang dapat digunakan oleh kedua belah pihak satu sama lain, sehingga
komunikasi antar dokter dan dokter hewan jelas harus diperbaiki. Sebagai contoh selain
brucelosis yaitu , SARS sebelumnya adalah virus yang tidak dikenal sebagai bersumber
binatang, akan tetapi pada saat setelah muncul, petugas klinis dan kesehatan masyarakat
kemudian harus belajar lebih banyak tentang infeksi virus corona pada hewan. Dengan
demikian seorang klinikus apabila memiliki pasien dengan infeksi zoonotik harus menyadari
bahwa sesungguhnya dokter hewan mengetahui lebih banyak dari mereka. Sedangkan dari sisi
pasien belum melihat bahwa dokter hewan bisa bertindak sebagai informasi bagi kesehatan
mereka.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Brucellosis merupakan penyakit yang dapat menular pada manusia. Penyakit ini
disebabkan berbagai genus Brucella sp. Penyakit ini menyebabkan keguguran pada ternak dan
demam pada manusia. Penularan utama pada manusia terjadi karena kontak langsung dengan
hewan pembawa dan mengkonsumsi susu dan daging dari hewan tercemar yang tidak dimasak
sempurna.
Daftar Pustaka

Acha PN dan Boris S. 2003. Zoonoses and Communicable Disease Common to Man and
Animals Volume 1: Bacterioses and Mycoses. Ed ke-3. Washington: Pan America.
Arut AF, K Maghfiroh, D Saputra, T Ariyanti, R Octaviani, N Rahma, GN Afrilia. 2010.
Booklet Beberapa Penyakit Zoonosa: Brucellosis. Fakultas Kedokteran Hewan.
Institut Pertanian Bogor.
Artama, Wayan T., dkk. 2015. Kolaborasi Multi-Sektoral Riset Dan Survelians Zoonosis Untuk
Meningkatkan Derajat Kesehatan, Ketahanan Dan Keamanan Pangan, Serta
Kemandirian Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: Indohun.
Alton, G.G ., J .M. Jones, R .D. Angus and J.M. Verger. 1988 . Techniques for the brucellosis
laboratory . Institute National de la Recherche Agronomique Paris . pp. 34 – 60
Doganay M, B Aygen. 2003. Brucellosis in Human: an overview. International journal of
Infectious Disease 7:3.
OIE. 2004 . Manual standards for diagnostic test and vaccines for terrestrial animals : Bovine
Brucellosis . h ttp :/ www.oie.int/eng/normes/mmanual/a summry.htm
Noor, Susan Maphilindawati. 2006. Brucellosis: penyakit zoonosis yang belum banyak dikenal
di indonesia. Balai Penelitian Veteriner Bogor : Bogo
Sulaiman I, B Poermadjaya. 2004. Paper: Uji Lapang Keamanan Vaksin Brucella abortus strain
RB51 pada Sapi Perah di Kecamatan Cisarua, Bogor. Pertemuan Evaluasi
Pemberantasan Brucellosis dan Pengawasan Lalulintas Ternak dan Daging Propinsi
DKI Jakarta di Cianjur.
Wicaksono, Ardilasunu. 2010. Pencegahan Dan Pengendalian Zonosis. Bogor: Institute
Pertanian Bogor.
Khairiyah. 2011. Zoonosis Dan Upaya Pencegahannya. Sumatera Utara: Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sumatera Utara; 117

Anda mungkin juga menyukai