Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan diplasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ilseri bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk, demam, dan dingin. Wheezing inulateral dapat terdengar pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menujukan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, perikardium, otak, dan tulang rangka ( Taqiyyah & Mohammad, 2013). Jika sudah berada pada tahap lanjut, sering meluas ke dalam rongga perikardium atau pleura menyebabkan peradangan dan efusi. Tumor akan dapat menekan atau menginfiltrasi vena kava superior dan menyebabkan bendungan vena kava superior. Neoplasma di apeks mungkin menginvasi pleksus simpstikus servikalis atau brakialis dan menyebabkan nyeri hebat dalam distribusi saraf ulnari atau menyebakan sindrom horner (Kumar, Cotran, Robins, 2007). 7. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Paru Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru meliputi : a. Pemeriksaan radiologi Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya karsinoma bronkogenik meskipun dapat juga ditemukan pada banyak keadaan lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai. b. Laboratorium. 1. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe) : Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma. 2. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi 3. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru). c. Histopatologi. 1. Bronkoskopi Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui). 2. Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %. 3. Torakoskopi Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi. 4. Mediastinosopi Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat. 5. Torakotomi Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor. d. Pencitraan 1. CT-Scanning Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura. 2. MRI Untuk menunjukkan keadaan mediastinum
8. Penatalaksanaan Medis Kanker Paru
1. Penatalaksanaan Non-bedah (Nonsurgical Management) a. Terapi Oksigen Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan kecemasan. b. Terapi Obat Jika klien mengalami bronkospasme, dokter dapat memberikan obat golongan bronkodilator (seperti pada klien asma) dan kortikosteroid untuk mengurangi bronkospasme, inflamasi, dan edema. c. Kemoterapi Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker, terutama pada small-cell lung cancer karena metastasis. Kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi bedah. Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk kombinasi dari obat berikut : Cyclophosphamide, Deoxorubicin, Methotrexate, dan Procarbazine, Etoposide dan Cisplatin Mitomycin, Vinblastine dan Cisplatin. d. Imunoterapi Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (Cytokin) biasa diberikan. e. Terapi Radiasi Terapi radiasi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut ini: - Klien tumor paru yang operable tetapi resiko jika dilakukan pembedahan. - Klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal. - Klien kanker bronkhus dengan oat cell. - Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumoektomi. - Dosis umum 5.000-6.000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu. - Pengobatan dilakukan dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :
- Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.
- Pneumonitis, pada rontgent terlihat bayangan eksudat di daerah penyinaran. f. Terapi Laser g. Torakosentesis dan Pleurodesis
2. Pembedahan (Surgical Management)
a. Dilakukan pada tumor stadium I, stadium II jenis karsinoma, adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar undifferentiated. b. Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup tiga criteria berikut: 1. Karakteristik biologis tumor : a. Hasil baik : tumor dari sel skoamosa dan epidermoid. b. Hasil cukup baik : Aenokarsinoma dan karsinoma sel besar undifferentiated. c. Hasil buruk : oat cell.
2. Letak tumor dan pembagian stadium klinik
a. Untuk menentukan reseksi terbaik. 3. Keadaan fungsional penderita.
(Somantri, 2012: 119-120)
9. Komplikasi Komplikasi adalah kondisi gejala sekunder atau gangguan lain yang disebabkan oleh penyakit. Dalam banyak kasus perbedaan antara gejala dan komplikasi dari penyakit ini tidak jelas. Komplikasi mungkin karena penyakit itu sendiri atau efek samping dari salah satu perawatan. Menurut Novit Widya Rahayu (2012) kanker paru-paaru dapat menyebabkan beberapa komplikasi, misalnya: 1. Sesak napas Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika kanker berkembang untuk menutup saluran udara yang utama. 2. Batuk darah Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas, yang dapat membuat Anda batuk darah (hemoptisis). 3. Nyeri Kanker paru-paru yg hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian lain dari tubuh dapat menyebabkan rasa sakit. 4. Cairan di dada (efusi pleura) Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang mengelilingi paru-paru di rongga dada (ruang pleura). 5. Kanker yang menyebar ke bagian lain dari tubuh (metastasis) Ini sering menyebar (bermetastasis) ke area lain dari tubuh, biasanya berlawanan dengan paru paru, seperti tulang, otak, hati dan kelenjar adrenal. Kanker yang meluas dapat menyebabkan rasa sakit, sakit kepala, mual, `tau tanda-tanda dan gejala lain bergantung pada organ yang terkena. 6. Kematian Tingkat ketahanan hidup untuk orang didiagnosis dengan penyakit ini sangat rendah. Dalam kasus mayoritas, penyakit ini mematikan.
Komplikasi komplikasi kanker paru-paru bergantung pada posisi, ukuran, jenis,
dalam paru-paru, dan penyebaran kanker. Suatu tumor dapat menyebabkan penyumbatan salah satu tabung pernapasan utama, menyebabkan runtuhnya daerah paru-paru, atau peningkatan cairan di rongga paru-paru mungkin akan berkembang. Penyebaran kanker ke tulang atau tekanan pada saraf dari tumor dapat menyebabkan rasa sakit, dan beberapa jenis kanker paru-paru menghasilkan hormon yang dapat menyebabkan gejala seperti memerah dan diare.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
b. Pengkajian Sekunder 1. Anamnesis a) Keluhan utama Keluhan utama klien dengan kanker paru biasanya bervariasi seperti keluhan batuk, batuk produktif, batuk darah, dan sesak napas. b) Riwayat penyakit saat ini Biasanya keluhan hampir sama dengan jenis penyakit paru lainnya dan tidak mempunyai awitan (onset) yang khas. Seringkali karsinoma ini menyerupai pneumonitis yang tidak ditanggulangi. Batuk merupakan gejala umum yang sering kali diabaikan oleh klien dengan bronkhitis kronis, batuk akan timbul lebih sering dan volume sputum bertambah. c) Riwayat penyakit sebelumnya Walaupun tidak terlalu spesifik, biasanya akan didapatkan adanya keluhan batuk jangka panjang dan penurunan berat badan secara signifikan. d) Riwayat penyakit keluarga Terdapat juga bukti bahawa anggota keluarga dari kliaen dengan kanker paru beresiko lebih besar mengalami penyakit ini, walaupun masih belum dapat dipastikan apakah hal ini benar-benar karena faktor herediter atau karena faktor-faktor familial. 2. Pengkajian Pola Fungsional Gordon a. Pola persepsi dan penanganan kesehatan Klien mengeluh batuk yang berkepanjangan,dengan /tidak disertai sekret,nyeri pada dada ,malaise dan keletihan fisik. b. Pola aktivitas dan latihan Klien memiliki kesulitan pada aktifitasnya karena klien merasa lemah dan keletihan fisik. c. Pola nutrisi dan metabolic Pemenuhan nutrisi pada klien kanker paru-paru menurun dikarena biasanya nafsu makan buruk dan intake nutrisi yang tidak adekuat. d. Pola eliminasi Eleminasi alvi: sukar BAB ,dikarnakan gerak peristaltik usus menurun. Eliminasi urin: pengukuran volume output urin dilakukan dalam hubungan intake cairan e. Pola tidur dan istirahat Kesukaran untuk istirahat karena batuk , penumpukan sputum serta nyeri dada yang menyebabkan gangguan kenyamanan pada klien. f. Pola kognitif dan perseptual Klien dan keluarganya biasanya tidak terlalu mengerti tentang penyakit yang diderita (kanker paru-paru) ini. g. Pola konsep diri Adanya perasaan takut dan cemas terhadap penyakit yang diderita. h. Pola koping Mekanisme koping biasanya mal adaptif yang diikuti perubahan mekanisme peran dalam keluarga, kemampuan ekonomi untuk pengobatan, serta prognosis yang tidak jelas merupakan faktor-faktor pemicu kecemasan dan ketidakefektifan koping individu dan keluarga. i. Pola seksual dan reproduksi Pola seksualnya kurang terpenuhi karena kondisinya tersebut. j. Pola peran hubungan Hubungan klien dengan keluarganya terganggu karena klien tidak dapat menjalankan aktifitasnya seperti biasa. k. Pola nilai kepercayaan Pemenuhan aspek spiritual seperti ibadah biasanya tidak dapat terpenuhi secara lengkap karena nyeri dada, batuk dan kelemahan fisik yang dirasakan. 3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan yang paling menonjol pada penyakit kanker paru yaitu : 1. Keadaan umum: kesadaran pasien tergantung keadaan pasien. Nyeri pada pasien kanker paru biasanya dari nyeri akut sampai kronik. Tanda-tanda vital biasanya mrningkat dan frekuensi nafas juga meningkat. Tekanan darah : biasanya diatas normal > 120/80 Pernafasan : biasanya diatas normal > 12-16x/menit Nadi : biasanya diatas normal > 100x/menit Suhu : diatas normal > 37° celcius 2. Muka: wajah tampak menahan nyeri, tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk wajah, simetris, dan tidak ada edema. 3. Mata: biasanya terjadi anemis . 4. Hidung: terkadang ada pernafasan cuping hidung. 5. Mulut dan faring: pada mulut tidak masalah, faring biasanya ada penumpukan sputum. 6. Thoraks 1. Dada dan Paru: a. inspeksi: dari depan tidak simetris klavikula, sternum tulang rusuk anatara kiri dan kanan. Dari belakang bentuk tulang belakang, scapula tidak simetris dan adanya retraksi interkostalis selama bernafas, pernapasan meningkat b. palpasi: pergerakan dada tidak simetris c. perkusi: redup d. auskultasi: wheezing 2. Jantung: a. inspeksi: tidak ada iktus cordis b. palpasi: nadi meningkat, iktus tidak teraba c. auskultasi: bunyi jantung normal 7. Ekstermitas: pada lengan pasien kanker paru biasanya terkadang mengalami nyeri.