Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

IMUNISASI TAMBAHAN

STASE KEPERAWATAN ANAK


RUANGAN POLIKLINIK BAYI DAN TUMBUH KEMBANG
RSUP Prof.Dr.R.D KANDOU MANADO

DISUSUN OLEH :

Nama : Nadra Olong


Destrawati Mooduto

PRAKTEK PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MANADO
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-

Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Imunisasi Tambahan.

Dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Karena itu

ucapan terima kasih saya sampaikan kepada, orang-orang terdekat atas pengertiannya, dan pihak-

pihak lain yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dimana sebagai

manusia biasa tidak pernah luput dari kekhilafan seperti pepatah yang mengatakan “tiada gading

yang tak retak, dan tak ada mawar yang tak berduri”, maka saran dan kritik yang sifatnya

membangun sangat kami harapkan. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi siapa saja yang membacanya.


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ……………………………………………………………… 1
B.Rumusan Masalah………………………………………………………. 2
C.Tujuan……………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Imunisasi ………………………………………………………. 3
B.Jenis-Jenis Imunisasi ………………………………………………. 3
C.Tujuan Imunisasi ………………………………………………………. 3
D.Macam-macam Imunisasi …………………………………………………… 9
BAB III PENUTUP
A.KESIMPULAN …………………………………………………………….. 33
B.SARAN
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 34

LAMPIRAN
 Leaflet
 SAP ( Satuan Acara Penyuluhan)
 Absen Kehadiran
 Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan
Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat,
terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang
didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double
burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga
muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi, sehingga
menyulitkan pemberantasannya. Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit
menular tertentu, maka tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu
daerah atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil
yang efektif.
Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia
dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi
diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan
terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri,
pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.
Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan
merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat
menimbulkan letusan (KLB) PD3I. Untuk itu, upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya
surveilans epidemiologi agar setiap peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat
terdeteksi dan segera diatasi. Dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 kewenangan surveilans
epidemiologi, termasuk penanggulangan KLB merupakan kewenangan bersama antara
pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Selama beberapa tahun terakhir ini, kekawatiran akan
kembalinya beberapa penyakit menular dan timbulnya penyakit-penyakit menular baru kian
meningkat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi kedalam
penyelenggaraan yang bermutu dan efisien. Upaya tersebut didukung dengan kemajuan yang
pesat dalam bidang penemuan vaksin baru (Rotavirus, Japanese encephalitis, dan lain-lain).
Beberapa jenis vaksin dapat digabung sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat
meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan petugas
imunisasi.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai
tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat memutuskan
rantai penularan PD3I. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi, upaya imunisasi
dapat semakin efektif dan efisien dengan harapan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi
kesejahteraan anak, ibu serta masyarakat lainnya.
B. Rumusan Masalah
a. Mengetahui pengertian imunisasi
b. Tujuan imunisasi
c. Macam – macam imunisasi
d. Imunisasi yang di lakukan pada berbagai usia

C. Tujuan
Agar mahasiswa dan pembaca mengetahui pentingnya imunisasi yang harus diberikan sejak
lahir sampai usia lanjut untuk menjaga kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Guna menjegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat dari kurangnya system pertahanan imun seseorang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau
berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada
penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh
mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit
berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara
bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan
hidup anak.
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka
penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada penderitanya.
B. Jenis – Jenis Imunisasi
Imunisasi ada dua macam, yaitu :
a. Imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit.
 Mendapat antibody yang telah terbentuk
 Antibody ibu di transfer melalui pasenta selama trimester ke 3
 Immunoglobulin manusia untuk perlindungan terhadap campak
 Immunoglobin spesifik unperlindungan terhadap tetanus, diphtheria, tetanus B, rabies, (CMV
dan Varisella)
b. Imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang
mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang
sama baik yang lemah maupun yang kuat.
 Antigen yang di berikan akan menimbulkan respon imun mirip seperti infeksi alamiah
 Memori imunologis seumur hidup
 Perlindunga seumur hidup terhadap penyakit
C. Tujuan Imunisasi
a. Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya.
b. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang
c. Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi
D. Macam - Macam Imunisasi
a. Imunisasi Pada Anak
Ketika tinggal dalam rahim ibu, bayi berada dalam lingkungan yang sangat terlindungi.
Ketika ia keluar, beragam virus dan bakteri menunggu. Itulah alasan mengapa bayi sering jatuh
sakit. Seiring bertambah dewasa, sistem kekebalan tubuh mereka akan tumbuh lebih kuat jika
diberikan input yang baik. Berikut ini beberapa jenis imunisasi yang diberikan kepada anak
untuk memperkuat kekebalan tubuhnya.
1. Imunisasi Dasar pada Bayi
Berikut adalah lima imunisasi dasar yang wajib diberikan sejak bayi:
1. Imunisasi HB 0 di berikan setelah 1-2 jam kelahiran.
2. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) sekali untuk mencegah penyakit Tuberkulosis.
Diberikan segera setelah bayi lahir di tempat pelayanan kesehatan atau mulai 1 (satu) bulan di
Posyandu.
Efek samping : BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat
suntikan. Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian
menjadi luka dengan garis tengah 10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka
parut kecil.
3. Imunisasi Hepatitis B sekali unt uk mencegah penyakit Hepatitis B yang ditularkan dari ibu ke
bayi saat persalinan.

4. Imunisasi DPT-HB 3 (tiga) kali untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus
dan Hepatitis B. Imunisasi ini pertama kali diberikan saat bayi berusia 2 (dua) bulan. Imunisasi
berikutnya berjarak waktu 4 minggu. Pada saat ini pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis B
dilakukan nbersamaan dengan vaksin DPT-HB. Efek samping : Kebanyakan bayi
menderita panas pada sore hari setelah imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam
waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat suntikan.
Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, dan akan sembuh
sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul, tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak
memberikan perlindungan, dan imunisasi tidak perlu diulang.

5. Imunisasi polio untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Imunisasi Polio diberikan
4 (empat) kali dengan jelang waktu (jarak) 4 minggu. Efek samping : Jarang timbuk efek
samping.

6. Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi campak diberikan saat bayi
berumur 9 bulan. Efek samping : Anak mungkin panas, kadang disertai kemerahan 4–10 hari
sesudah penyuntikan.

2. Efek samping Imunisasi


Imunisasi kadang mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang membuktikan vaksin
betul-betul bekerja secara tepat. Efek samping yang biasa terjadi adalah sebagai berikut:
a. BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan. Setelah
2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan
garis tengah 10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut kecil.
b. DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada sore hari setelah imunisasi DPT, tetapi panas akan
turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di
tempat suntikan. Keadaan igfni tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan
khusus, dan akan sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul, tidak perlu diragukan bahwa
imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan, dan imunisasi tidak perlu diulang.

c. Polio: Jarang timbuk efek samping.


d. Campak: Anak mungkin panas, kadang disertai kemerahan 4–10 hari sesudah penyuntikan.
e. Hepatitis B: Belum pernah dilaporkan adanya efek samping.
3. Imunisasi Tambahan
1. Imunisasi MMR
Merupakan vaksin hidup yang dilemahkan terdiri dari :
– Measles strain moraten (campak)
– Mumps strain Jeryl lynn (parotitis)
– Rubela strain RA (campak jerman)
 Diberikan pada umur 15 bulan. Ulangan umur 12 tahun
 Dosis 0,5 ml secara sub kutan, diberikan minimal 1 bulan setelah suntikan imunisasi lain.
Kontra indikasi: wanita hamil, imuno kompromise, kurang 2-3 bulan sebelumnya mendapat
transfusi darah atau tx imunoglobulin, reaksi anafilaksis terhadap telur
2. Imunisasi Typhus
Tersedia 2 jenis
vaksin: –
suntikan (typhim) ® >2 tahun
– oral (vivotif) ® > 6 tahun, 3 dosis
 Typhim (Capsular Vi polysaccharide-Typherix) diberikan dengan dosis 0,5 ml secara IM.
Ulangan dilakukan setiap 3 tahun.
 Disimpan pada suhu 2-8°C
 Tidak mencegah Salmonella paratyphi A atau B
 Imunitas terjadi dalam waktu 15 hari sampai 3 minggu setelah imunisasi
Reaksi pasca imunisasi: demam, nyeri ringan, kadang ruam kulit dan eritema, indurasi tempat
suntikan, daire, muntah.
3. Imunisasi Varicella
Vaksin varicella (vaRiLrix) berisi virus hidup strain OKA yang dilemahkan. Bisa diberikan
pada umur 1 tahun, ulangan umur 12 tahun. Vaksin diberikan secara sub kutan Penyimpanan
pada suhu 2-8°C
Kontraindikasi: demam atau infeksi akut, hipersensitifitas terhadap neomisin, kehamilan, tx
imunosupresan, keganasan, HIV, TBC belum tx, kelainan darah. Reaksi imunisasi sangat
minimal, kadang terdapat demam dan erupsi papulo-vesikuler.
4. Imunisasi Hepatitis A
Imunisasi diberikan pada daerah kurang terpajan, pada anak umur > 2 tahun. Imunisasi dasar
3x pada bulan ke 0, 1, dan 6 bulan kemudian. Dosis vaksin (Harvix-inactivated virus strain HM
175) 0,5 ml secara IM di daerah deltoid. Reaksi yag terjadi minimal kadang demam, lesu, lelah,
mual-muntah dan hialng nafsu makan.

5. Vaksin Combo
Gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah
penyakit yang berbeda, misal DPT + hepatitis B +HiB atau Gabungan beberapa antigen dari
galur multipel yg berasal dari organisme penyakit yang sama, misal: OPV
Tujuan pemberian :
• Jumlah suntikan
kurang • Jumlah
kunjungan kurang •
Lebih praktis, compliance dan cakupan
naik • Penambahan program imunisasi
baru mudah • Imunisasi terlambat mudah
dikejar • Biaya lebih murah
4. Cara Memperkuat Sistem Kekebalan Tubuh Anak
Sistem kekebalan tubuh bertanggung jawab menjaga tubuh agar aman dari serangan
penyakit. Meski begitu, anak-anak tidak terlahir dengan sistem kekebalan tubuh. Berikut ini
beberapa hal yang bisa anda lakukan untuk memperkuat kekebalan tubuh anak.
a. ASI Eksklusif
Secara alami tubuh ibu dianugerahi susu yang cukup untuk meningkatkan antibodi dan sel darah
putih untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh bayi. Ibu perlu menyusui anak mereka
setidaknya selama enam bulan pertama secara ekslusif.
b. Makanan Segar
Makanan segar seperti buah dan sayuran kaya akan antioksidan dan vitamin C, yang dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Jika anda ingin memberikan anak anda makanan ringan,
berikanlah buah seperti apel, jeruk dan buah-buahan musiman lainnya, ketimbang biskuit atau
kerupuk.
c. Hindari Junk Food dan Makanan Kemasan
Beragam zat kimia dan aditif dalam makanan kemasan berpotensi membahayakan sistem
kekebalan tubuh.
d. Olah Raga
Olah Raga merupakan peningkat kekebalan tubuh efektif untuk anak-anak. Anak-anak tak boleh
duduk di depan televisi setiap saat mereka di rumah. Ketimbang menyuruh anak-anda bermain
ketika anda menyaksikan televisi, lebih baik melakukan beberapa aktivitas olah raga bersama
anak-anak. Cara ini akan menjadi waktu keluarga dengan ikatan baik dan energik. Sebagai
tambahan guna memperbaiki sistem kekebalan tubuh anak, ini juga meningkatkan sistem
kekebalan tubuh anda.
e. Kebersihan Pribadi
Kebiasaan mencuci tangan setelah pergi ke toilet, ketika tangan anda terlihat kotor, sebelum
makan atau menyentuh makanan, harus diajarkan kepada anak-anak sejak dini. Hal penting
lainnya adalah orang tua harus mengganti sikat gigi anak lebih sering. Sikat gigi adalah
pembawa kuman.
f. Tidur yang Cukup
Anak-anak butuh lebih banyak tidur ketimbang orang dewasa agar tetap sehat. Kekurangan tidur
dapat membuat sistem kekebalan tubuh orang dewasa kurang optimal dan lebih rendah. Hal itu
juga dapat mempengaruhi kekebalan tubuh anak. Menurut para ahli, anak pra sekolah butuh 10
jam waktu tidur, balita 12 hingga 13 jam, dan yang baru lahir membutuhkan 18 jam.

b. Iminisasi Pada Orang Dewasa


Umumnya, masyarakat memahami bahwa vaksin berfungsi untuk meningkatkan kekebalan
tubuh. Namun, mereka berpendapat bahwa imunisasi hanya dibutuhkan oleh bayi dan anak,
sementara orang dewasa tidak lagi perlu diimunisasi karena sistem kekebalan tubuhnya sudah
terbentuk.
Padahal setiap tahunnya, puluhan ribu orang dewasa meninggal dan ratusan ribu lainnya
dirawat di rumah sakit oleh karena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksinasi.
Adapun kelompok orang dewasa yang memerlukan imunisasi :
1. Usia lanjut --> Imunisasi Influenza
Influenza termasuk penyakit berat bila diderita orang berusia di atas 60 tahun. Berlaku juga
bagi penderita penyakit jantung, paru-paru, dan kencing manis. Vaksin influenza dapat diberikan
setiap tahun, disesuaikan dengan virus terbaru yang menyebar.
2. Penderita penyakit kronis seperti gagal ginjal-> Influenza dan Hepatitis B
Vaksinasi hepatitis B mencegah gangguan hati yang disebabkan virus hepatitis B (VHB).
Vaksin bisa diberikan dalam bentuk suntikan. Dilakukan tiga kali, yakni bulan pertama, kedua,
dan keenam. Vaksinasi diulang setelah 5-10 tahun.
3. Penyedia makanan --> Tifoid
Penularan Tifoid (Tiphus) terjadi akibat mengkonsumsi air atau makanan yang
terkontaminasi bakteri. Vaksinnya ada yang oral (ditelan) atau disuntikkan. Satu kali vaksinasi
bertahan tiga tahun.
4. Perempuan muda --> Rubella dan HPV
Rubella (campak Jerman) biasa dialami orang berusia belasan tahun atau dewasa. Nama
vaksinnya MMR (Measles Mumps Rubella). Vaksinasi ini disarankan dua kali, yakni ketika
berusia 18 tahun dan akan menikah. Bila sudah dua kali, tidak perlu lagi.
HPV (Human Papilloma Virus) adalah penyebab kanker serviks. Secara ideal, vaksin kanker
serviks diberikan sedini mungkin, sebelum pernah melakukan hubungan seksual, pada usia 10-14
tahun. Vaksin ini berfokus pada HPV tipe 16 dan tipe 18 sebagai penyebab utama kanker
serviks.
5. Wisatawan--jemaah haji --> Hepatitis A, Tifoid, Meningitis
Meningitis (radang selaput otak) disebabkan oleh bakteri Neisseria Meningokokus dan biasa
menular melalui udara. Orang Afrika kerap menderita penyakit ini. Untuk itu, jemaah haji
Indonesia divaksin tiga pekan sebelum keberangkatan. Vaksin diberikan dalam bentuk suntikan,
dan bertahan di tubuh selama 2-3 tahun.
c. Imunisasi Pada Lansia
Selain untuk meningkatkan kekebalan tubuh, imunisasi diperlukan agar angka kematian
akibat infeksi berkurang. Terutama karena banyak penyakit infeksi, seperti flu, saat ini begitu
hebat menyerang manusia. Selain bayi dan anak-anak, imunisasi juga harus diberikan pada
mereka yang berusia lanjut (lansia), di atas 65 tahun.
pemberian vaksinasi pada lansia diperlukan karena saat memasuki usia 65 tahun daya tahan
tubuh akan berkurang. Umumnya, saat usia lanjut, tubuh menjadi mudah terserang penyakit
seperti flu, yang kemudian diikuti berbagai penyakit lainnya sehingga terjadi komplikasi. Buat
lansia, daya tahannya menjadi berkurang. Kalau kena kuman gampang sakit. Apalagi kalau
sudah kena flu, bisa terjadi komplikasi karena diikuti penyakit lainnya.
Karena itu lansia perlu diberikan vaksinasi untuk memberikan kekebalan tubuh dan
mencegah paparan penyakit.

Berikut macam – macam imunisasi yang biasa diberikan untuk lanjut usia :
1. Hepatitis A
Penyakit hepatitis A disebabkan virus hepatitis A, biasa ditularkan melalui makanan dan
minuman yang telah tercemar kotoran/tinja penderita hepatitis A (fecal-oral), bukan melalui
aktivitas seksual atau kontak darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B
dan C). Hepatitis B dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual, dan lebih
berbahaya dibanding hepatitis A.
2. Hepatitis B
Penyakit hepatitis B disebabkan virus hepatitis B (VHB), anggota family Hepadnavirus.
Virus hepatitis B menyebabkan peradangan hati akut atau menahun, yang pada sebagian kasus
berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B mula-mula dikenal sebagai "serum
hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi
endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia.
Penyebab hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat dan paparan berbagai
macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-
zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, juga bisa menyebabkan hepatitis.
Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita.
Menetralkan racun dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika terlalu banyak zat kimia beracun
masuk ke dalam tubuh, hati bisa rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.
3. Influenza
Penyakit influenza disebabkan virus influenza. Influenza mudah menular dan menyerang
saluran pernapasan. Penularan virus influenza terjadi melalui udara pada saat berbicara, batuk
dan bersin. Virus influenza sangat menular bahkan sejak 1–2 hari sebelum gejala influenza
muncul, itulah sebabnya penyebaran virus influenza sulit dihentikan.

Berlawanan dengan pendapat umum, influenza bukan batuk–pilek biasa yang tidak
berbahaya. Gejala utama influenza adalah: demam, sakit kepala, sakit otot di seluruh badan,
pilek, sakit tenggorokan, batuk dan badan lemah. Umumnya penderita influenza tidak dapat
bekerja/bersekolah selama beberapa hari.
Di negara empat musim, setiap tahun pada musim dingin terjadi ledakan influenza yang
banyak menimbulkan komplikasi dan kematian pada orang-orang beresiko tinggi:
 Usia lanjut (>60 tahun)

 Anak–anak penderita asma

 Penderita penyakit kronis (paru, jantung, ginjal, diabetes)

 Penderita gangguan sistem kekebalan tubuh

4. Meningitis
Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat. Penyakit meningitis
dapat disebabkan mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu. Meningitis
adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian.
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur,
atau parasit yang menyebar dari darah ke cairan otak.
Pencegahan meningitis paling efektif adalah dengan imunisasi (vaksinasi) meningitis.
Vaksinasi meningitis paling efektif dan aman dan dapat memberikan perlindungan selama tiga
tahun terhadap serangan penyakit meningitis. Vaksin meningitis dianjurkan bagi orang lanjut
usia dan penderita penyakit kronis seperti asma, paru-paru kronis, jantung, diabetes, ginjal,
gangguan sistem imunitas tubuh, dan kelainan darah.
5. Radang paru-paru ( pneumonia )
Radang paru-paru (Pneumonia) adalah penyakit paru-paru di mana pulmonary
alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen meradang dan paru-paru terisi
cairan lendir bercampur kuman. Pneumonia dapat disebabkan infeksi bakteri, virus, jamur, atau
parasit. Pneumonia juga dapat disebabkan iritasi zat-zat kimia atau cedera fisik pada paru-paru,
atau sebagai akibat penyakit lainnya, seperti kanker paru atau berlebihan minum alkohol.
Gejala pneumonia termasuk batuk, sakit dada, demam, dan kesulitan bernapas Diagnosa
pneumonia termasuk sinar-X dan pemeriksaan dahak. Perawatan tergantung penyebab
pneumonia; pneumonia yang disebabkan bakteri dirawat dengan antibiotika.
Pneumonia umum terjadi di seluruh kelompok umur, dan merupakan penyebab utama
kematian orang lanjut usia dan penderita penyakit kronis (menahun). Pencegahan pneumonia
adalah dengan vaksin pneumonia. Vaksin pneumonia dianjurkan untuk anak berusia lebih dari 2
tahun dan orang lanjut usia.
6. Tetanus
Penyakit tetanus berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Gejala tetanus
diawali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut), pembengkakan, rasa sakit dan
kejang di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang segera merambat ke otot perut, lengan
atas dan paha.
Infeksi tetanus disebabkan bakteri Clostridium Tetani yang memproduksi toksin
tetanospasmin. Tetanospasmin menempel di area sekitar luka dan dibawa darah ke sistem saraf
otak dan saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan urat saraf, terutama saraf yang
mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka terpotong, terbakar, narkoba
(misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frostbite. Walaupun
luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal
luka sekecil apapun dapat menjadi tempat bakteri tetanus berkembang biak.
7. Thypus
Typhus atau demam tifoid atau typhoid disebabkan bakteri Salmonella Enterica, khususnya
turunannya yaitu Salmonella Typhi. Bakteri typhus ditemukan di seluruh dunia, dan ditularkan
melalui makanan dan minuman yang telah tercemar tinja penderita typhus. Bakteri typhus juga
ditularkan melalui gigitan kutu yang membawa bakteri penyebab typhus.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau
berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada
penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka
penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada penderitanya.
B. Saran
1. Bagi Pemerintah dan petugas kesehatan
Memberikan imunisasi bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam semua usia, baik yang
berada di daerah perkotaan maupun di daerah pelosok. Dan meningkatkan lagi mutu pelayanan
terutama pelayanan pada masyarakat yang kurang mampu.
2. Bagi masyarakat
Memperhatikan kesehatan keluarganya dengan memberikan imunisasi lengkap sedini
mungkin terutama saat bayi baru lahir di tempat pelayanan kesehatan di daerah setempat.

DAFTAR PUSTAKA

1.Agung, I Gusti Ngurah, 2001. Statistika Analisis


H u b u n g a n K a u s a l Berdasarkan Data Kategorik. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
2.http://eprints.ums.ac.id/888/1/2008v1n102.pdf
3.http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=15&id=4
4.http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/12/imunisasi-dan-faktor-yang-mempengaruhinya/
5.http://www.ictjogja.net/kesehatan/C5_1.htm
6.http://vinadanvani.wordpress.com/2008/02/20/jenis-imunisasi-yang-diawajibkan-dan-
dianjurkan/ 7.http://m.infeksi.com/articles.php?lng=en&pg=15&id=13
8.http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/vol.32_No.2/imunisasi.pdf
9.www.google.com

Anda mungkin juga menyukai