Anda di halaman 1dari 8

2.

1 SUMBER-SUMBER PENDANAAN
Satu hal yang paling sering dinyatakan tentang pariwisata, di tanah air ini, adalah sebagai
sumber devisa, stimulan kegiatan ekonomi dan sebagai sumber dana pembangunan. Sedikitnya hal
itu dipahami oleh para cendekiawan ekonomi, insan pariwisata serta tokoh pemerintahan, baik di
kalangan eksekutif maupun legislatif, yang mungkin jumlahnya tidak terlampau banyak.
Pemahaman tentang manfaat kepariwisataan (mancanegara maupun nusantara), dalam
banyak hal, diwujudkan dalam bentuk “investasi”, khususnya bidang usaha perhotelan, restoran
dan sejenisnya (bar, cafe dsb.), mengingat beberapa hal, pertama-tama bahwa bidang usaha itu
memberikan prospek penghasilan yang “instan” (dinilai sebagai revenue center) dibanding dengan
investasi dalam bidang lainnya seperti obyek dan atraksi wisata yang cenderung lebih banyak
dinilai sebagai “pos biaya” (cost center), begitu pun bidang biro perjalanan yang tidak mendapat
akses kredit dari bank.
Hal kedua yang memberikan petunjuk bahwa bidang perhotelan dinilai lebih menarik
daripada bidang lainnya, adalah kecenderungan calon mahasiswa pada akademi, atau lembaga
pendidikan tinggi kepariwisataan, lebih banyak yang memilih bidang studi perhotelan ketimbang
biro perjalanan dan bina wisata. Agaknya ada pandangan yang salah kaprah tentang “ilmu
manajemen biro perjalanan” yang “dianggap” tidak perlu dipelajari di tingkat pendidikan tinggi,
atau kurang menarik untuk segera memperoleh pekerjaan seusai pendidikannya.
Berbicara soal kepariwisataan, secara alami, produk (output) yang ditawarkan dari upaya
pengembangan kepariwisataan terdiri dari tiga unsur pokok, 3-A yakni Atraksi (daya tarik),
Aksesibilitas (kemudahan jangkauan, termasuk visa dan perizinan lainnya) dan Akomodasi (hotel,
restoran dsb.) yang berada di dalam kondisi lingkungan (kam-tib-ek-sos-bud-pol) yang kondusif
serta perlu dikembangkan dan dipelihara secara bersamaan.
Secara jelas bisa dipahami bahwa pembangunan atraksi saja, atau aksesibilitas saja, atau
akomodasi saja, atau kombinasi dua dari tiga unsur itu saja, atau bahkan ketiga-tiganya tanpa
dukungan kondisi yang kondusif adalah mustahil akan mewujudkan kepariwisataan yang memikat
pengunjung untuk datang.
Adapun kepariwisataan sebagai stimulan kegiatan ekonomi dapat dibuktikan dengan
adanya penerimaan devisa yang dibayarkan wisman kepada hotel, biro perjalanan, angkutan
umum, restoran dan sebagainya memberikan dampak ekonomi yang lebih luas, sebutlah
pembayaran gaji pegawai hotel, pembayaran listrik, pembayaran telepon, pembayaran supplier
sayur mayur, buah-buahan, telor, daging, rempah-rempah dsb, yang secara nyata dinikmati atau
diterima bukan saja oleh kalangan pariwisata, melainkan juga kalangan petani dan peternak (kaum
marginal) yang menghasilkan jumlah penghasilan pariwisata yang berlipat ganda dalam kontribusi
terhadap pendapatan nasional, yang disebut sebagai multiplier effect.
UU Kepariwisataan tahun 2009, pada Bab XIII mengatur mengenai pendanaan.
Disebutkan,
1). pendanaan pariwisata menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, pemerintah
daerah, pengusaha dan msyarakat.
2). Pengelolaan dana kepariwisataan dilakukan berdasarkan prinsip keadilan, efisien, transparansi
dan akuntibilitas publik.
3). Pemerintah daerah mengalokasikan sebagian dari pendapatan yang diperoleh dari
penyelenggaraan pariwisata untuk kepentingan pelestarian alam dan budaya.
4). Pendanaan oleh pengusaha dan atau masyarakat dalam pembangunan pariwisata di pulau kecil
diberikan insentif yang diatur dengan Peraturan Presiden.
5). Pemeritah pusat dan pemerintah daerah memberikan peluang pendanaan bagi usaha mikro dan
kecil di bidang kepariwisataan.
Demikianlah antara lain isi Undang-undang Tentang Kepariwisataan yang berlaku mulai tahun
2009 ini.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PARIWISATA
Faktor – factor yang dapat mempengaruhi pendapatan suatu daerah terhadap pariwisata adalah
sebagai berikut :
1) Pengaruh Wisatawan terhadap Pendapatan Pariwisata
Wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata akan dikenakan tiket masuk yang pada
akhirnya masuk dalam pendapatan pariwisata. Secara langsung berpengaruh terhadap peningkatan
dari pendapatan pariwisata .
2). Jumlah objek wisata
Indonesia sebagai negara yang memiliki keindahan alam serta keanekaragaman budaya
yang mempunyai kesempatan untuk menjual keindahan alam dan atraksi budaya kepada
wisatawan mancanegara maupun nusantara yang akan menikmati keindahan alam dan budaya
tersebut. Tentu saja kedatangan wisatawan tersebut akan mendatangkan penerimaan bagi daerah
yang
dikunjunginya. Bagi wisatawan mancanegara yang datang dari luar negeri, kedatangan mereka
akan mendatangkan devisa dalam negara (Nasrul,2010).
3). Jumlah Kunjungan Wisatawan
Secara teoritis (apriori) menurut Pleanggra (2012), semakin lama wisatawan tinggal di
suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan didaerah tujuan
wisata tersebut paling sedikit untuk keperluan makan, minum, dan penginapan selama tinggal di
daerah tersebut.
2.4 INVESTASI DALAM KEPARIWISATAAN
Pendekatan dalam investasi pariwisata
Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dala
mmelakukan investasi dalam pariwisata adalah sebagai berikut:
1). Pilihan bentuk pariwisata yang dikembangkanTerdapat konsekuensi biaya yang harus dibayar
dari pembangunan “pariwisata massa” yang berorientasi pada kuantitas dan pertumbuhan yang
setinggi-tingginya, yaitu seperti: over carrying capacity,degradasi lingkungan, dan kesenjangan
antar lapisan masyarakat. Hal inimenyebabkan munculnya bentuk pilihan pengembangan
pariwisata yang didasarkan padasemangat konservasi, seperti pemgembangan jenis pariwisata:
small scale tourism, greentourism, going ethnic society yang semuanya menuju pada pencarian
konsep alternative tourism yang dinilai tepat dengan model pengembangan pariwisata
berkelanjutan dan berwawasanlingkungan, yang memberi prioritas utama pada lingkungan.
2). Perencanaan pendekatan yang dikembangkanDorongan untuk mencapai pertumbuhan yang
setinggi-tingginya telah meniadakanpilihan lain, bagi perencana, kecuali penggunaan pendekatan
centrally imposed blue print plan yang biasanya bercirikan:
(1) Prakarsa biasanya dimulai dari pusat dalam bentuk perencanaan formal
(2) Proses penyusunan program bersifat statis
(3) Mekanisme kelembagaan bersifat top down
(4) Fokus perhatiannya menyelesaikan proyek tepat waktu sesuai kebijakan anggaranyang ada.
2.4.1 Pertimbangan Investasi Pariwisata
Berikut ini adalah beberapa pertimbangan yang menjadi alasan seorang investormelakukan
investasi dalam sektor pariwisata:
1). Proyek investasi dapat dirancang untuk penggunaan bersama, antara wisatawan dankonsumen
lain. Contoh bus kota dapat diperuntukkan baik bagi wisatawan maupun bagimasyarakat lokal.
2). Pariwisata berpeluang untuk proyek jangka pendek dengan periode pengembalianinvestasi
relatif cepat.
3). Investasi dalam bangunan untuk pariwisata dapat dipertimbangkan untuk penggunaansubstitusi
di masa yang akan datang, dengan nilai yang semakin tinggi di masa datang. Misalnya hotel yang
dibangun dengan jangka waktu pakai tertentu, maka setelah jangkawaktu itu dapat dialih fungsikan
misal untuk kantor atau apartemen.
4). Dalam cara berbeda, perlengkapan transportasi yang dibeli untuk travel dan pariwisata,dapat
digunakan dalam sektor lain. Artinya perlengkapan transportasi itu dapat dijualkepada konsumen
yang mau menggunakan barang
second hand
5). Beberapa destinasi menjadi objek investasi baik untuk kepariwisataan maupun untuk sektor
lainnya.
6). Investasi dalam pariwisata sangat dipengaruhi oleh musim, sehingga mempengaruhikestabilan
pendapatan.
2.4.3 Syarat investasi dalam pembangunan kepariwisataan
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi di dalam setiap pembangunankepariwisataan,
antara lain:.
1). Ada pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat mengurangi kemiskinan, karena kemiskinansangat
besar peranannya di dalam menggerogoti lingkungan di luar daya dukungnya.
2). Pertumbuhan hendaknya cukup rendah sehingga tidak melampui toleransi sumber dayatempat
kehidupan manusia tergantung.
3). Kebutuhan manusia harus dibatasi, termasuk pembatasan jumlah konsumen
melaluipembatasan kelahiran..
4). Manfaat pembangunan ekonomi harus didistribusikan secara adil dan mereka yangmenderita
harus mendapat prioritas lebih tinggi di dalam memanfaatkan hasilpembangunan.
5). Adanya perencanaan yang baik, yang sudah mengantisipasi perkembangan ke depan.
6). Adanya keterlibatan masyarakat lokal secara langsung dalam pembangunankepariwisataan,
termasuk di dalamnya menikmati manfaat ekonomi kepariwisataan. Pemanfaatan berbagai sumber
daya (termasuk sumber daya alam, sosial, dan budaya)harus dilakukan secara efisien dan di bawah
ambang daya dukungnya dengan penerapanteknologi yang lebih ramah lingkungan.
2.5 STUDI FEASIBILITY (KELAYAKAN)
Sebuah studi kelayakan adalah evaluasi proposal yang dirancang untuk menentukan
kesulitan dalam melaksanakan tugas yang ditunjuk. Secara umum, studi kelayakan mendahului
pengembangan teknis dan pelaksanaan proyek. Dengan kata lain, studi kelayakan adalah evaluasi
atau analisis dampak potensial dari sebuah proyek yang diusulkan.
2.5.1 Faktor Penentu Kelayakan
1). Kelayakan Teknologi dan Sistem
Penilaian ini didasarkan pada desain garis besar persyaratan sistem dalam hal Input, Proses,
Output, Fields, Program, dan Prosedur. Hal ini dapat diukur dalam hal volume data, tren, frekuensi
update, dan lain-lain untuk memperkirakan apakah sistem baru akan melakukan cukup atau tidak.
Kelayakan teknologi dilakukan untuk menentukan apakah perusahaan memiliki kemampuan,
dalam hal software, hardware, personil dan keahlian, untuk menangani penyelesaian proyek
2). Kelayakan Ekonomi
Analisis ekonomi adalah metode yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi
efektivitas sistem baru. Analisis biaya manfaat, digunakan untuk menentukan manfaat dan
penghematan yang diharapkan dari sistem dan membandingkannya dengan biaya. Jika imbalan
lebih besar daripada biaya, maka keputusan dibuat untuk merancang dan mengimplementasikan
sistem. Seorang pengusaha yang akurat harus mempertimbangkan biaya dan manfaat sebelum
mengambil tindakan.
3). Kelayakan Hukum
Menentukan apakah sistem yang diusulkan konflik dengan persyaratan hukum, misalnya
sistem pengolahan data harus sesuai dengan perlindungan data lokal.
Kelayakan Operasional
Adalah ukuran dari seberapa baik sistem yang diusulkan memecahkan masalah, dan mengambil
keuntungan dari kesempatan yang diidentifikasi selama definisi ruang lingkup dan bagaimana
memenuhi persyaratan yang diidentifikasi dalam tahap analisis kebutuhan pengembangan sistem.
4). Kelayakan Jadwal
Sebuah proyek akan gagal jika penyelesaiannya memerlukan waktu yang terlalu lama.
Biasanya ini berarti memperkirakan berapa lama sistem akan dibuat dan dikembangkan, dan dapat
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, yang dapat diukur dengan menggunakan beberapa
metode seperti payback period. Kelayakan jadwal adalah ukuran dari seberapa wajar jadwal
proyek.
2.5.2 Faktor Lainnya
1). Kelayakan Pasar dan Real Estate
Studi Kelayakan Pasar biasanya melibatkan pengujian lokasi geografis untuk proyek
pengembangan real estate, dan biasanya melibatkan bidang tanah real estate. Pengembang sering
melakukan penelitian pasar untuk menentukan lokasi terbaik dalam yurisdiksi, dan untuk menguji
alternatif menggunakan tanah untuk paket yang diberikan. Yurisdiksi sering membutuhkan
pengembang untuk menyelesaikan studi kelayakan sebelum mereka akan menyetujui permohonan
izin untuk ritel, kantor komersial, industri, manufaktur, perumahan, atau dicampur-gunakan
proyek. Kelayakan Pasar memperhitungkan pentingnya bisnis di area yang dipilih.
2) Kelayakan Sumber Daya
Hal ini melibatkan pertanyaan seperti berapa banyak waktu yang tersedia untuk
membangun sistem baru, bila dapat dibangun, apakah itu mengganggu operasi bisnis normal, jenis
dan jumlah sumber daya yang dibutuhkan, dependensi, dan lain-lain. Kontinjensi dan rencana
mitigasi juga harus dinyatakan di sini .
3). Kelayakan Budaya
Pada tahap ini, alternatif proyek yang dievaluasi dampaknya terhadap budaya lokal dan
umum. Misalnya, faktor lingkungan perlu dipertimbangkan dan faktor-faktor ini harus dikenal.
budaya perusahaan yang lebih lanjut sendiri dapat berbenturan dengan hasil proyek.
2.6 MODEL PARIWISATA
2.6.1 Tipe Pembangunan Pariwisata
Di Indonesia atau di beberapa negara lain biasa dikenal dua tipe pembangunan pariwisata
berdasarkan pada pola, proses dan tipe pengelolaannya, yaitu: tipe tertutup (enclave) atau
terstruktur dan tipe kedua yaitu tipe terbuka (spontaneous) atau tidak terstruktur. Kedua tipe ini
pada umumnya mempunyai perbedaan yang jelas dalam karakteristiknya, terutama pada pola,
proses dan tipe pengelolaannya.
Tipe tertutup atau terstruktur pada dasarnya ditandai oleh karakteristik sebagai berikut:
1). Pada umumnya kawasan ini dilengkapi dengan infrastruktur yang spesifik untuk kawasan
tersebut. Tipe ini memang tidak didesain untuk tujuan utama pada keuntungan penduduk lokal.
Tipe kawasan ini akan mempunyai kelebihan kekuatan kesan yang ditumbuhkan sehingga mampu
menembus pasar internasional.
2). Lokasi biasanya terpisah dari masyarakat atau penduduk lokal, sehingga dampak negatif yang
ditimbulkan mudah untuk dimonitor atau dikontrol. Karena itu, pengaruh sosial budaya yang
ditimbulkan dari pariwisata terhadap penduduk lokal dapat terdeteksi sejak dini.
3). Lahan pada umumnya terbatas, sehingga kawasan pariwisata biasanya tidak terlalu besar,
sehingga masih berada pada tingkat kemampuan perencanaan yang integratif dan terkoordinir, dan
akan mampu menjadi semacam agen untuk mendapatkan dana-dana secara internasional. Hal ini
akan berfungsi sebagai struktur utama dalam mengembangkan fasilitas yang berkualitas tinggi
pada umumnya diperuntukkan bagi kalangan internasional golongan menengah ke atas. Tipe ini
tentunya akan membawa iklim “harga tinggi” dengan harga-harga yang ditawarkan di dalam
kawasan ini tidak akan terjangkau oleh penduduk lokal.
Tipe terbuka atau tidak terstruktur yang bersifat spontan pada umumnya ditandai dengan
karakteristik sebagai berikut:
1). Tumbuh menyatu dengan struktur kehidupan baik ruang maupun pola masyarakat lokal.
2). Distribusi pendapatan yang diperoleh dari wisatawan bisa secara langsung dinikmati oleh
penduduk lokal.
3). Dampak perkembangan pariwisata terutama dampak negatifnya menjalar dan menyatu dengan
cepat ke dalam penduduk lokal, sehingga sulit dimonitor.
DAFTAR PUSTAKA
https://traveltourismindonesia.wordpress.com/2009/04/20/pendanaan-pariwisata-menurut-uu/
http://www.hestanto.web.id/pendapatan-pariwisata/
Wahyudi,R. (2008). Sumber Pendapatan Pariwisata.
https://caretourism.wordpress.com/2008/12/12/pariwisata-sumber-devisa-stimulan-
kegiatan-ekonomi-sumber-dana-pembangunan/
Wibawa,P.(2011).Faktor pendapatan pariwisata.
http://panduanskripsi.com/analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pendapatan-
pariwisata/
Sukarsa, I Made, (1999). Pengantar Pariwisata. Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri
Indonesia Timur.
Guntur Tri Hariyanto. 2010.Prinsip Investasi dan Strategi Barbell.
http://gunturhariyanto.blogspot.com/2010/06/prinsip-investasi-dan-strategi-barbell.html
(diakses tanggal 14 April 2018 pukul 10:53)
Ari. 2010.Pendanaan dan Investasi Pariwisata.
http://zetzu.blogspot.com/2010/08/pendanaan-dan-investasi-pariwisata.html
(diakses tanggal 14 Aprik 2018 pukul 10:53)
Pleanggra, Ferry dan Edy Yusuf. 2012. Analisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata,Jumlah
Wisatawan Dan Pendapatan Perkapita Terhadap Pendapatan Retribusi Obyek Pariwisata 35
Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah. Diponegoro Journal of Economic, Volume 1, No.1

Anda mungkin juga menyukai